Professional Documents
Culture Documents
Topik Utama Persahabatan
Topik Utama Persahabatan
Persahabatan berasal dari kata "sahabat" yang memiliki arti teman, kawan, atau handai. Sahabat
adalah orang yang kita kenal untuk kita jadikan teman/kawan berbicara, bercerita, bermain, bergurau dan
berbagi ilmu pengetahuan, pengalaman dan perasaan baik dalam senang dan susah, suka dan lara, gembira
dan nestapa dan lain sebagainya.
Melihat dari pengertian di atas, persahabatan memiliki hubungan dekat dan erat antara dua orang
atau lebih. Dan hubungan persahabatan ini lebih tampak dan terkesan lebih akrab dibanding dengan
hubungan yang lain, bahkan pada hubungan darah sekalipun. Contoh : Seorang anak terlihat lebih nyaman
saat sedang bersama dengan sahabatnya ketimbang saat berada di tengah keluarganya, atau seorang sahabat
mengetahui lebih banyak tentang keadaan sahabatnya daripada keluarganya.
Walaupun kasus seperti diatas tidak mayoritas, namun cukup untuk dijadikan bahan pemikiran dan
pertimbangan bagi orang tua. Mengapa demikian?!
Pertama: Akal
صال َ ِك فِ ْي َأ ْم ِر ِد ْين
َ ك َو ُد ْنيَا فَ َرا َع فِ ْي ِه خَ ْم
َ س ِخ َ َو,ك فِ ْي التَّ َعلُّ ِم
َ َصا َحب َ فَِإ َذا طَلَبْتَ َرفِ ْيقًا لِيَ ُكوْ نَ َش ِر ْي َك:
َو ْال َع ْد ُو, َك َو ه َُو ي ُِر ْي ُد َأ ْن يَّ ْنفَ َعك ِ فَاَل خَ ْي َر فِ ْي صُحْ بَ ِة اَأْلحْ َم.ُ ْال َع ْقل:اُأْلوْ لَى
ُ َّ َو َأحْ َسنُ َأحْ َوالُهُ َأ ْن ي, فَِإلَى ْال َوحْ َش ِة َو ْالقَ ِط ْي َع ِة يَرْ ِج ُع آ ِخ ُرهَا,ق
َ ض َّر
ِ ْق اَأْلحْ َم
ق ِ ص ِديَّ ْال َعاقِ ُل خَ ْي ٌر ِم ْن ال
Bila kau ingin mencari sahabat yang menemanimu dalam belajar, atau mencari sahabat dalam urusan
agama dan dunia, maka perhatikanlah lima hal ini.
Pertama, akalnya. Tiada mengandung kebaikan persahabatan dengan orang dungu. Biasanya berakhir
dengan keengganan dan perpisahan. Perilaku terbaiknya menyebabkan kemudaratan untukmu, padahal
dengan perilakunya dia bermaksud agar dirinya berarti untukmu. Peribahasa mengatakan, ‘Musuh yang
cerdik lebih baik daripada sahabat yang dungu.
Imam al-Ghazali menempatkan akal pada urutan pertama. Pasalnya, sahabat yang bodoh atau dungu
lebih banyak mencelakai kita karena kebodohanya meskipun ia bermaksud baik.
Ketiga: Kesalehan
بَلْ يَتَغيَّر بِتَغي ُِّر اَأْلحْ َوا ِل,ُ َو َم ْن اَّل يَخَافُ هللاَ تُْؤ َمنُ َغ َواِئلُه,ص ُر َعلَى َكبِي َْر ٍة
ِ َ َأل َّن َم ْن يَخَافُ هللاَ اَل ي,صيَ ٍة َكبِي َْر ٍة ِ فَاَل تَصْ َحبْ فَا ْسقًا ُم
ِ ص ًّرا َعلَى َم ْع
َو اَأْل ْع َراض
Jangan bersahabat dengan orang fasik yang terus menerus melakukan dosa besar karena orang yang
takut kepada Allah takkan terus menerus berbuat dosa besar. Orang yang tidak takut kepada Allah tidak bisa
dipercaya perihal kejahatannya. Ia dapat berubah seketika seiring perubahan situasi dan kondisi.
Imam al-Ghazali tidak menyebut kesalehan dengan kegemaran beribadah. Kesalehan di sini adalah
seberapa jauh orang yang patut dijadikan sahabat menjauhkan diri dari dosa besar. Seseorang yang terus
menerus melakukan dosa besar menunjukkan ketidaktakutannya kepada Allah. Orang ini cukup berbahaya
untuk dijadikan sebagai sahabat karena tidak ada jaminan yang membuat kita selamat dari kejahatannya.
Allah SWT berpesan kepada Rasululah SAW dalam Surat al-Kahfi ayat 28 berikut ini:
Jangan cari sahabat yang gila dunia. Persahabatan dengan orang yang gila dunia (serakah) adalah
racun mematikan karena watak tabiat itu meniru dan meneladani. Bahkan tabiat itu mencuri tabiat orang lain
dari jalan yang tidak disadari. Pergaulan dengan orang serakah dapat menambah keserakahanmu. Sementara
persahabatan dengan orang zuhud dapat menambah kezuhudanmu.
Persahabatan dengan orang yang rakus dan serakah terhadap dunia dikhawatirkan dapat berpengaruh
kepada sahabat. Sebaliknya, kezuhudan orang di sekitar kita diharapkan menular kepada kita. Di sini
pentingnya memerhatikan tingkat kezuhudan atau keserakahan seseorang terhadap dunia.
Kelima: Kejujuran
.
َ ك ْالقَ ِري
ْب َ د ِم ْن°ُ َو يُب ِْع,ُك ْالبَ ِع ْيد ِ فَِإنَّهُ ِم ْث ُل ال َّس َرا,ك ِم ْنهُ َعلَى ُغرُوْ ٍر
َ يُقَ ِّربُ ِم ْن,ب َ َّ فَِإن,فَاَل تَصْ َحبْ َك َّذابًا
Jangan bersahabat dengan pendusta. Kau dapat tertipu olehnya. Pendusta itu seperti fatamorgana,
dapat mendekatkan sesuatu yang jauh dan menjauhkan yang dekat darimu.
Kejujuran ini sangat penting karena ia akan memberikan informasi atau kabar yang valid dan akurat
kepada kita. Setidaknya, ia membawa kabar apa adanya, bukan interpretasi atau tafsirnya atas informasi
tersebut.
Lima kriteria diatas merupakan acuan bagi kita untuk mencari sahabat sejati. Memang tidak mudah
untuk mendapati orang sempurna seperti ini. Tetapi setidaknya kita dapat mencari seseorang yang mendekati
kriteria tersebut.
Kisah Persahabatan
Ada sebuah kisah sahabat Nabi Muhammad, yaitu ketika Nabi Muhammad Saw. diminta untuk
kembali menghadap Allah Swt. atau ketika Rasulullah akan wafat, sehingga turun Firman Allah dalam surat
an-Nisa’ ayat 69. Sesungguhnya Jarir telah meriwayatkan dari Manshur, dari Abu Dhuha, dari Masruq
berkata, telah bertanya sahabat Nabi, “kami tidak ingin berpisah denganmu di dunia ini. Apabila kamu telah
meninggal dunia nanti, kamu diangkat pada tingkatan diatas kami, sehingga kami tidak dapat menemuimu
lagi. Kemudian dari kisah tersebut turunlah ayat Allah, surat An-Nisa’, ayat 69:
َ صدِّيقِينَ َوال ُّشهَدَا ِء َوالصَّالِ ِحينَ َو َحسُنَ ُأولَِئ
ك َرفِيقًا ِّ ِّين َوال َ ُول فَُأولَِئ
°َ ك َم َع الَّ ِذينَ َأ ْن َع َم هَّللا ُ َعلَ ْي ِه ْم ِمنَ النَّبِي َ َو َم ْن ي ُِط ِع هَّللا َ َوال َّرس
Dan barang siapa menaati Allah dan RasulNya, mereka itu akan bersama sama dengan orang-orang
yang dianugrahi nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang syahid, dan orang-orang
shalih. Dan teman mereka itulah sebaik-baiknya teman. (QS. An-Nisa’).
Ada juga kisah lain yang menyebabkan Allah Swt. menurunkan surat An-nisa’ ayat 69. Bahwa dari
Asy- Syabi berkata, ketika itu telah datang seorang Anshar menghadap Rasulullah Saw dalam keadaan
menangis, kemudian Rasul menanyakan sebab ia menangis, si Fulan tadi menjawab, “Wahai Nabi Allah!,
demi Allah, tiada Tuhan melainkan Dia, sungguh kamu lebih aku cintai dalam diriku dari pada keluargaku
sendiri dan harta bendaku. Dan demi Allah, tiada Tuhan melainkan Dia, dan kamu juga jauh lebih aku
cintai, dari pada ketika aku bersama keluargaku sendiri, maka dengan tiba-tiba muncul dalam perasaanku,
sehingga aku teringat nanti akan berlaku kewafatanmu dan kematianku. Maka yakinlah aku bahwa aku
tidak akan lagi bertemu denganmu, sebab engkau akan diangkat dalam tingkatan Nabi, dan aku akan berada
lebih rendah dari pada tempatmu berada”, mendengar orang Anshor itu berbicara, Nabi Muhammad
kemudian terdiam, dan turunlah firman Allah surat An-Nisa’ ayat 69 tersebut.
Dari kisah tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa persahabatan dalam Islam adalah berteman
dengan orang orang yang beriman kepada Allah, serta taat kepada-Nya. Jika di dunia ini kita memperbanyak
berteman dengan orang-orang sholeh, yang tidak menjerumuskan pada keburukan yang dibenci oleh Allah,
sering melakukan kebaikan semata mata mendapat ridho Allah, maka kelak di akhirat juga Allah akan
mempertemukan kita dengan sabahat-sabahat sholeh saat di dunia.
Referensi :
1. Al-quranul karim dan terjemahan.
2. Imam Abdulloh Muhammad Bin Ismail, Shohihul Bukhori, cet. Darul Kutub Al-Ilmiyah, 2009.
3. Imam al-Ghazali, Bidayatul Hidayah, [Indonesia: Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah, tanpa catatan tahun],
hal. 90-92).
4. https://bincang syariah.com
5. https://unida.gontor.ac.id > kalamik
6. https://binabbas.org.> 2021/01
Oleh:
Ustadz Faruq Jamaluddin Malik
Ustadz Pengajar PPDU Putra 1