You are on page 1of 5

Persahabatan Yang Membawa Ke Surga

Persahabatan berasal dari kata "sahabat" yang memiliki arti teman, kawan, atau handai. Sahabat
adalah orang yang kita kenal untuk kita jadikan teman/kawan berbicara, bercerita, bermain, bergurau dan
berbagi ilmu pengetahuan, pengalaman dan perasaan baik dalam senang dan susah, suka dan lara, gembira
dan nestapa dan lain sebagainya.
Melihat dari pengertian di atas, persahabatan memiliki hubungan dekat dan erat antara dua orang
atau lebih. Dan hubungan persahabatan ini lebih tampak dan terkesan lebih akrab dibanding dengan
hubungan yang lain, bahkan pada hubungan darah sekalipun. Contoh : Seorang anak terlihat lebih nyaman
saat sedang bersama dengan sahabatnya ketimbang saat berada di tengah keluarganya, atau seorang sahabat
mengetahui lebih banyak tentang keadaan sahabatnya daripada keluarganya.
Walaupun kasus seperti diatas tidak mayoritas, namun cukup untuk dijadikan bahan pemikiran dan
pertimbangan bagi orang tua. Mengapa demikian?!

Memilih dan Mencari Sahabat


Dalam masa seperti saat ini, perkembangan ilmu teknologi, moderenisasi, globalisasi, pergaulan
bebas antara lelaki dan perempuan, transformasi budaya antar negara, gaya hidup modern dan lain
sebagainya memiliki andil besar dalam pembentukan karakter manusia, terutama di kalangan anak-anak dan
para remaja. Oleh karena itu, kita harus pandai dalam mencari dan memilih sahabat hingga dapat memberi
pengaruh positif pada diri kita.
Dalam sebuah pergaulan, seseorang berada diantara 2 keadaan, yaitu antara ia dapat mempengaruhi
atau dipengerahui. Seorang sahabat bagaimanapun sedikit atau banyak pasti akan memberi pengaruh atau
nulari pada diri sahabatnya.
Ada beberapa contoh yang harus kita perhatikan dalam mencari dan memilih sahabat/teman,
diantaranya sebagaimana berikut :
1. Bila kita ingin menjadi orang baik, maka carilah dan dekatlah dengan orang yang baik, saleh, mulia
karakter dan akhlaknya, lalu jadikan ia sahabat.
2. Bila kita ingin menjadi orang yang pintar, maka carilah dan dekatlah dengan orang yang pintar,
pandai, berkreasi, penuh enovasi, lalu jadikan ia sahabat.
3. Bila kita ingin menjadi orang yang ahli ibadah, maka carilah dan dekatlah dengan orang yang
senang melakukan ibadah baik mahdloh dan bukan mahdloh, wajib dan sunah dan lainnya, lalu
jadikan ia sahabat.
4. Bila kita ingin menjadi ahli tafsir, maka carilah dan dekatlah dengan orang yang ahli di bidang tafsir
(mufassir), lalu jadikan ia sahabat.
5. Bila kita ingin menjadi orang yang alim atau ilmuawan, maka carilah dan dekatlah dengan orang
yang alim ulama, orang yang suka membaca dan menulis, suka meneliti dan mengkaji dan lainnya,
lalu jadikan ia sahabat.
Demikianlah dan seterusnya... sesuai keinginan kita.

Persahabatan Dalam Islam


Dalam islam, persahabatan biasa disebut dengan "ukhuwwah" yang memiliki arti persaudaraan.
Persaudaraan islam (Ukhuwah Islamiyah) adalah hal yang harus dijadikan "nomer wahid" bagi kehidupan
kaum muslimin dan dalam berinteraksi sosial.
Allah SWT. menciptakan manusia berbeda-beda dari suku, bangsa, warna dan bahasa untuk saling
mengenal. Salah satu nikmat yang diberikan Allah kepada manusia adalah dengan menjadikan mereka
sebagai makhluk sosial. Jika kita mendalami hikmahnya, maka kita semua akan tahu bahwa hal tersebut
menjadikan kita saling menjalin ukhuwwah atau hubungan yang erat satu sama lain. Setiap orang pasti
memiliki sahabat sebagai tempat berbagi rasa, saling menasehati dan saling tolong-menolong baik dalam
keadaan susah atau bahagia, dan mereka yang tulus berteman dengan kita apa adanya. Dan Islam sangat
memperhatikan pentingnya nilai-nilai persahabatan. Bahkan Rasulullah SAW pernah bersabda,
“Jiwa-jiwa manusia ibarat pasukan. Bila saling mengenal menjadi rukun dan bila tidak saling
mengenal menimbulkan perselisihan.” (HR. Muslim)
Dalam menjalin pergaulan, kita memiliki seorang teladan yang sangat mulia, beliau adalah Baginda
Nabi Muhammad SAW yang sangat pandai dalam bergaul. Dengan keahliannya beliau mampu
melembutkan hati para kaum Quraisy dan berhasil mengajak mereka mengikuti dakwahnya. Dalam
riwayatnya beliau juga memiliki sikap yang ramah, rendah hati, dan tidak pernah mencela orang lain. Dan
sebagai umatnya hendaknya kita mencotoh apa yang telah dilakukan oleh beliau.
Tidak hanya itu, islam juga menekankan kita agar teliti dalam memilih sahabat. Banyak orang yang
terjerumus kedalam kemaksiatan dan kesesatan karena pengaruh berteman dengan orang yang salah.
Sebaliknya, tidak sedikit orang yang mendapatkan kebaikan dan hidayah karena bergaul dengan orang-orang
yang shalih.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menggambarkan dampak seorang teman sebagaimana sabda
beliau:
، ً‫ َوِإ َّما َأ ْن ت َِج َد ِم ْنهُ ِريحًا طَيِّبَة‬، ُ‫ َوِإ َّما َأ ْن تَ ْبتَا َع ِم ْنه‬، ‫ك‬
َ َ‫ك ِإ َّما َأ ْن يُحْ ِذي‬
ِ ‫ فَ َحا ِم ُل ْال ِم ْس‬، ‫ير‬
ِ ‫خ ْال ِك‬ ِ ‫ح َوالسَّوْ ِء َك َحا ِم ِل ْال ِم ْس‬
ِ ِ‫ك َونَاف‬ ِ ِ‫يس الصَّال‬ ِ ِ‫َمثَ ُل ْال َجل‬
‫ َوِإ َّما َأ ْن تَ ِج َد ِريحًا َخبِيثَة‬، ‫ك‬ َ ‫ير ِإ َّما َأ ْن يُحْ ِر‬
َ َ‫ق ثِيَاب‬ ِ ‫َونَافِ ُخ ْال ِك‬
“Perumpamaan sahabat yang baik dan sahabat yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi
dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau kamu bisa
membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, kamu tetap mendapatkan bau harum darinya.
Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak kamu tetap
mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
Imam Nawawi menjelaskan bahwa dalam hadist ini menunjukkan keutamaan berteman dengan
orang-orang shalih yang memiliki akhlak yang mulia, mereka yang memilki ilmu yang luas dan adab yang
baik, serta selalu bersikap wara’. Dan juga terdapat larangan bergaul dengan orang-orang yang ahli bid’ah,
mereka yang memiliki sikap tercela, bersifat buruk dan lain sebagainya.
Melalui berbagai penelitian tentang pergaulan, para pakar psikologi menyakini bahwa persahabatan
atau pertemanan di masa muda mempunyai pengaruh yang sangat besar daripada pergaulan yang dimiliki
pada periode usia dewasa. Hal Itu disebabkan karena masa muda adalah waktu membentuk pemikiran dan
jalan hidup seseorang. Menurut mereka secara kejiwaan, anak muda sangat mudah dipengaruhi dan salah
satu pengaruh terbesarnya adalah teman sepergaulannya.

Ciri-ciri Orang Yang Kita Jadikan Sahabat


Kedudukan sahabat mendapat perhatian oleh islam. Hal ini menunjukkan bahwa sahabat memiliki
kedudukan penting bagi perkembangan, pertumbuhan, dan pengambilan sikap pribadi kita. Oleh karena itu,
Rasulullah SAW mengingatkan kita agar hati-hati dalam mencari sahabat. Rasulullah Saw. bersabda:
‫ فَ ْليَ ْنظُرْ َأ َح َد ُك ُم َم ْن يُخَالِل‬,‫ْال َمرْ ُء َعلَى ِد ْي ِن َخلِ ْيلِ ِه‬
"Seseorang bisa dilihat dari cara keagamaan sahabatnya. Hendaklah setiap kamu memerhatikan
bagaimana sahabatmu beragama."
Imam al-Ghazali dalam kitabnya (Lihat Imam al-Ghazali, Bidayatul Hidayah, [Indonesia: Daru
Ihyail Kutubil Arabiyyah, tanpa catatan tahun], halaman 90-92). menyebutkan sedikitnya 5 hal yang perlu
diperhatikan dalam mencari sahabat.

Pertama: Akal
‫صال‬ َ ِ‫ك فِ ْي َأ ْم ِر ِد ْين‬
َ ‫ك َو ُد ْنيَا فَ َرا َع فِ ْي ِه خَ ْم‬
َ ‫س ِخ‬ َ ‫ َو‬,‫ك فِ ْي التَّ َعلُّ ِم‬
َ َ‫صا َحب‬ َ ‫فَِإ َذا طَلَبْتَ َرفِ ْيقًا لِيَ ُكوْ نَ َش ِر ْي َك‬:
‫ َو ْال َع ْد ُو‬, َ‫ك َو ه َُو ي ُِر ْي ُد َأ ْن يَّ ْنفَ َعك‬ ِ ‫ فَاَل خَ ْي َر فِ ْي صُحْ بَ ِة اَأْلحْ َم‬.ُ‫ ْال َع ْقل‬:‫اُأْلوْ لَى‬
ُ َّ‫ َو َأحْ َسنُ َأحْ َوالُهُ َأ ْن ي‬,‫ فَِإلَى ْال َوحْ َش ِة َو ْالقَ ِط ْي َع ِة يَرْ ِج ُع آ ِخ ُرهَا‬,‫ق‬
َ ‫ض َّر‬
ِ ‫ْق اَأْلحْ َم‬
‫ق‬ ِ ‫ص ِدي‬َّ ‫ْال َعاقِ ُل خَ ْي ٌر ِم ْن ال‬
Bila kau ingin mencari sahabat yang menemanimu dalam belajar, atau mencari sahabat dalam urusan
agama dan dunia, maka perhatikanlah lima hal ini.
Pertama, akalnya. Tiada mengandung kebaikan persahabatan dengan orang dungu. Biasanya berakhir
dengan keengganan dan perpisahan. Perilaku terbaiknya menyebabkan kemudaratan untukmu, padahal
dengan perilakunya dia bermaksud agar dirinya berarti untukmu. Peribahasa mengatakan, ‘Musuh yang
cerdik lebih baik daripada sahabat yang dungu.
Imam al-Ghazali menempatkan akal pada urutan pertama. Pasalnya, sahabat yang bodoh atau dungu
lebih banyak mencelakai kita karena kebodohanya meskipun ia bermaksud baik.

Kedua: Akhlak Terpuji


‫ب َو ال َّش ْه َو ِة‬ َ ‫ك نَ ْف َسهُ ِع ْن َد ْال َغ‬
ِ ‫ض‬ ُ ِ‫ َوهُ َو الَّ ِذيْ اَل يَ ْمل‬,ُ‫فَاَل تَصْ َحبْ َم ْن َسا َء ُخلُقُه‬
Jangan bersahabat dengan orang yang berakhlak buruk, yaitu orang yang tidak sanggup menguasai
diri ketika sedang marah atau berkeinginan.
Akhlak bukan hanya dilihat dalam situasi normal. Akhlak seseorang lebih jauh dari itu juga perlu
diperhatikan dalam situasi marah atau syahwat. Kalau dalam situasi marah atau syahwat seseorang dapat
mengendalikan diri, dalam situasi normal ia lebih berkuasa atas dirinya sehinga sanggup mengedepankan
akhlak terpuji.

Ketiga: Kesalehan
‫ بَلْ يَتَغيَّر بِتَغي ُِّر اَأْلحْ َوا ِل‬,ُ‫ َو َم ْن اَّل يَخَافُ هللاَ تُْؤ َمنُ َغ َواِئلُه‬,‫ص ُر َعلَى َكبِي َْر ٍة‬
ِ َ‫ َأل َّن َم ْن يَخَافُ هللاَ اَل ي‬,‫صيَ ٍة َكبِي َْر ٍة‬ ِ ‫فَاَل تَصْ َحبْ فَا ْسقًا ُم‬
ِ ‫ص ًّرا َعلَى َم ْع‬
‫َو اَأْل ْع َراض‬
Jangan bersahabat dengan orang fasik yang terus menerus melakukan dosa besar karena orang yang
takut kepada Allah takkan terus menerus berbuat dosa besar. Orang yang tidak takut kepada Allah tidak bisa
dipercaya perihal kejahatannya. Ia dapat berubah seketika seiring perubahan situasi dan kondisi.
Imam al-Ghazali tidak menyebut kesalehan dengan kegemaran beribadah. Kesalehan di sini adalah
seberapa jauh orang yang patut dijadikan sahabat menjauhkan diri dari dosa besar. Seseorang yang terus
menerus melakukan dosa besar menunjukkan ketidaktakutannya kepada Allah. Orang ini cukup berbahaya
untuk dijadikan sebagai sahabat karena tidak ada jaminan yang membuat kita selamat dari kejahatannya.
Allah SWT berpesan kepada Rasululah SAW dalam Surat al-Kahfi ayat 28 berikut ini:

‫كرنا َواتَبَ َع هَواهُ َوكانَ َأمرُه فُرُطا‬


ِ ‫َوال تُ ِطع َمن َأغفَلنا قَلبَهُ عَن ِذ‬
Jangan kau ikuti orang yang Kami lalaikan hatinya untuk mengingat Kami dan orang yang mengikuti
hawa nafsu dan adalah keadaannya itu melewati batas.

Keempat: Tingkat Keserakahan Terhadap Dunia


‫ق ِمنَ الطَّب ِْع ِم ْن‬ ِ ‫ بَلْ الطَّب ِْع يَس‬,‫ َأِل َّن الطِّبَا َع َمجْ بُوْ لَةٌ َعلَى التَّ َشبُّ ِه َو اِإْل ْقتدَا ِء‬,ٌ‫ْص َعلَى ال ُّد ْنيَا َس َّم قَاتِل‬
ُ ‫ْر‬ ِ ‫ فَصُحْ بَ ِة ْال َح ِري‬.‫َأاَّل يَ ُكوْ نَ َح ِر ْيصًا َعلَى ال ُّد ْنيَا‬
َ‫ َو ُم َجالَ َس ِة ال َّزا ِه ِد ت َِز ْي ُد فِ ْي ُز ْه ِدك‬, َ‫صك‬ ِ ‫ فَ ُم َجالَ َس ِة ْال َح ِري‬. ْ‫ْث اَل يَ ْد ِري‬
ِ ْ‫ْص ت َِز ْي ُد فِ ْي ِحر‬ ُ ‫َحي‬

Jangan cari sahabat yang gila dunia. Persahabatan dengan orang yang gila dunia (serakah) adalah
racun mematikan karena watak tabiat itu meniru dan meneladani. Bahkan tabiat itu mencuri tabiat orang lain
dari jalan yang tidak disadari. Pergaulan dengan orang serakah dapat menambah keserakahanmu. Sementara
persahabatan dengan orang zuhud dapat menambah kezuhudanmu.
Persahabatan dengan orang yang rakus dan serakah terhadap dunia dikhawatirkan dapat berpengaruh
kepada sahabat. Sebaliknya, kezuhudan orang di sekitar kita diharapkan menular kepada kita. Di sini
pentingnya memerhatikan tingkat kezuhudan atau keserakahan seseorang terhadap dunia.

Kelima: Kejujuran
.
َ ‫ك ْالقَ ِري‬
‫ْب‬ َ ‫د ِم ْن‬°ُ ‫ َو يُب ِْع‬,ُ‫ك ْالبَ ِع ْيد‬ ِ ‫ فَِإنَّهُ ِم ْث ُل ال َّس َرا‬,‫ك ِم ْنهُ َعلَى ُغرُوْ ٍر‬
َ ‫ يُقَ ِّربُ ِم ْن‬,‫ب‬ َ َّ‫ فَِإن‬,‫فَاَل تَصْ َحبْ َك َّذابًا‬

Jangan bersahabat dengan pendusta. Kau dapat tertipu olehnya. Pendusta itu seperti fatamorgana,
dapat mendekatkan sesuatu yang jauh dan menjauhkan yang dekat darimu.
Kejujuran ini sangat penting karena ia akan memberikan informasi atau kabar yang valid dan akurat
kepada kita. Setidaknya, ia membawa kabar apa adanya, bukan interpretasi atau tafsirnya atas informasi
tersebut.

Lima kriteria diatas merupakan acuan bagi kita untuk mencari sahabat sejati. Memang tidak mudah
untuk mendapati orang sempurna seperti ini. Tetapi setidaknya kita dapat mencari seseorang yang mendekati
kriteria tersebut.

Hak Atas Sahabat Muslim


‫ َوِإ َذا‬,ُ‫ َوِإ َذا َدعَاكَ فََأ ِج ْبه‬,‫ ِإ َذا لَقِيتَهُ فَ َسلِّ ْم َعلَ ْي ِه‬:‫ت‬ ٌّ ‫ق اَ ْل ُم ْسلِ ِم َعلَى اَ ْل ُم ْسلِ ِم ِس‬
ُّ ‫ع َْن َأبِي ه َُر ْي َرةَ رضي هللا عنه قَا َل َرسُو ُل هَّللَا ِ صلى هللا عليه وسلم َح‬
َ ‫س فَ َح ِم َد هَّللَا َ فَ َس ِّم ْتهُ وَِإ َذا َم ِر‬
‫ َوِإ َذا َماتَ فَا ْتبَ ْعهُ َر َواهُ ُم ْسلِ ٌم‬,ُ‫ض فَ ُع ْده‬ َ ‫ك فَا ْن‬
َ َ‫ َوِإ َذا َعط‬,ُ‫صحْ ه‬ َ ‫اِ ْستَ ْن‬
َ ‫ص َح‬
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda, “Hak muslim kepada muslim yang lain
ada enam.: 1. Apabila kamu bertemu, ucapkanlah salam kepadanya. 2. Apabila kamu diundang, penuhilah
undangannya. 3. Apabila kamu dimintai nasihat, berilah nasihat kepadanya. 4. Apabila dia bersin lalu dia
memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan mengucapkan ’yarhamukallah’). 5.
Apabila dia sakit, jenguklah dia, dan 6. Apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya sampai ke
pemakaman. (HR. Muslim)

Kisah Persahabatan
Ada sebuah kisah sahabat Nabi Muhammad, yaitu ketika Nabi Muhammad Saw. diminta untuk
kembali menghadap Allah Swt. atau ketika Rasulullah akan wafat, sehingga turun Firman Allah dalam surat
an-Nisa’ ayat 69. Sesungguhnya Jarir telah meriwayatkan dari Manshur, dari Abu Dhuha, dari Masruq
berkata, telah bertanya sahabat Nabi, “kami tidak ingin berpisah denganmu di dunia ini. Apabila kamu telah
meninggal dunia nanti, kamu diangkat pada tingkatan diatas kami, sehingga kami tidak dapat menemuimu
lagi. Kemudian dari kisah tersebut turunlah ayat Allah, surat An-Nisa’, ayat 69:
َ ‫صدِّيقِينَ َوال ُّشهَدَا ِء َوالصَّالِ ِحينَ َو َحسُنَ ُأولَِئ‬
‫ك َرفِيقًا‬ ِّ ‫ِّين َوال‬ َ ‫ُول فَُأولَِئ‬
°َ ‫ك َم َع الَّ ِذينَ َأ ْن َع َم هَّللا ُ َعلَ ْي ِه ْم ِمنَ النَّبِي‬ َ ‫َو َم ْن ي ُِط ِع هَّللا َ َوال َّرس‬
Dan barang siapa menaati Allah dan RasulNya, mereka itu akan bersama sama dengan orang-orang
yang dianugrahi nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang syahid, dan orang-orang
shalih. Dan teman mereka itulah sebaik-baiknya teman. (QS. An-Nisa’).
Ada juga kisah lain yang menyebabkan Allah Swt. menurunkan surat An-nisa’ ayat 69. Bahwa dari
Asy- Syabi berkata, ketika itu telah datang seorang Anshar menghadap Rasulullah Saw dalam keadaan
menangis, kemudian Rasul menanyakan sebab ia menangis, si Fulan tadi menjawab, “Wahai Nabi Allah!,
demi Allah, tiada Tuhan melainkan Dia, sungguh kamu lebih aku cintai dalam diriku dari pada keluargaku
sendiri dan harta bendaku. Dan demi Allah, tiada Tuhan melainkan Dia, dan kamu juga jauh lebih aku
cintai, dari pada ketika aku bersama keluargaku sendiri, maka dengan tiba-tiba muncul dalam perasaanku,
sehingga aku teringat nanti akan berlaku kewafatanmu dan kematianku. Maka yakinlah aku bahwa aku
tidak akan lagi bertemu denganmu, sebab engkau akan diangkat dalam tingkatan Nabi, dan aku akan berada
lebih rendah dari pada tempatmu berada”, mendengar orang Anshor itu berbicara, Nabi Muhammad
kemudian terdiam, dan turunlah firman Allah surat An-Nisa’ ayat 69 tersebut.

Dari kisah tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa persahabatan dalam Islam adalah berteman
dengan orang orang yang beriman kepada Allah, serta taat kepada-Nya. Jika di dunia ini kita memperbanyak
berteman dengan orang-orang sholeh, yang tidak menjerumuskan pada keburukan yang dibenci oleh Allah,
sering melakukan kebaikan semata mata mendapat ridho Allah, maka kelak di akhirat juga Allah akan
mempertemukan kita dengan sabahat-sabahat sholeh saat di dunia.

Referensi :
1. Al-quranul karim dan terjemahan.
2. Imam Abdulloh Muhammad Bin Ismail, Shohihul Bukhori, cet. Darul Kutub Al-Ilmiyah, 2009.
3. Imam al-Ghazali, Bidayatul Hidayah, [Indonesia: Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah, tanpa catatan tahun],
hal. 90-92).
4. https://bincang syariah.com
5. https://unida.gontor.ac.id > kalamik
6. https://binabbas.org.> 2021/01

Oleh:
Ustadz Faruq Jamaluddin Malik
Ustadz Pengajar PPDU Putra 1

You might also like