You are on page 1of 3

Persahabatan Bukanlah Sebuah Peralatan

Perjalanan hidup akan selalu melewati sebuah lika-liku yang akan selalu datang silih berganti seiring
berjalannya waktu, waktu akan terus bergulir tanpa mengenal tangis maupun haru, yang mana seseorang tak
akan melewatinya tanpa seseorang yang berjalan bersisian dengannya, yang selalu membantu dikala susah
dan menghibur dikala gundah. Seseorang ini yang akan selalu bersamamu, mendukung apapun kegiatanmu,
menolongmu tanpa kenal situasi dan waktu.

Sahabat, apa arti sahabat bagi kalian? Keluarga? Saudara? Ataukah lainnya? Saya tidak bisa
memaksakan makna persahabatan itu sendiri, toh itu pendapat kalian, terserah bagaimana kalian mau
memaknainya. Benar tidak? Bahkan antara satu orang dengan yang lain pun terkadang memaknainya dengan
pendapat yang berbeda. Karena sebuah persahabatan mempunyai makna tersendiri bagi yang merasakannya,
mempunyai makna yang mana tidak bisa diungkapkan melalui tulisan maupun suara. Tapi, pada rubrik kali
ini kita tidak akan membahas hal ini. Sesuai judul diatas, kita akan membahas fenomena yang sering terjadi
pada zaman kita. Yang mana hal ini terkadang terjadi di sekitar kita, maupun kita sendiri.

Persahabatan bukanlah sebuah peralatan, ya, sahabat bukanlah sebuah alat yang bisa kita gunakan
semena-mena maupun kita manfaatkan seenak-enaknya. Fenomena inilah yang sering terjadi pada zaman
ini, sebuah pemanfaatan dari sebuah persahabatan, mencari muka. Yang mana hal ini dilakukan karena
seseorang ingin “mendapatkan” sesuatu dari sang sahabat ataupun “mengharapkan” sesuatu darinya. Benar
tidak? Bahkan hal ini telah diungkapkan oleh ulama kita, yang mana hal tersebut ia tuangkan dalam
syairnya:

ُ‫ فَهُ َو ال َعد ُُّو َو َحقُّهُ يُتَ َجنَّب‬# ‫ق لَقِ ْيتَهُ ُمتَ َملِّقًا‬ َ ‫وَِإ َذا‬
ُ ‫الص ِد ْي‬

Artinya: “Jika seorang sahabat, kau temui dalam keadaan mencari muka. Maka dia itu musuh, dan sudah
semestinya untuk dijauhi.”

Syair ini secara tidak langsung menggambarkan bagaimana keadaan yang dialami penyair, jika dari
dulu sudah ada, tak heran sekarang hal itu dianggap lumrah bagi masyarakat. Bahkan si penyair mengatakan,
jika sahabat atau temanmu mencari muka, maka dialah musuh yang patut dijauhi. Dan dia bukanlah teman
yang akan menolongmu dikala susah nanti.

Ingat!, sahabat, bukanlah sebuah alat bagi kalian, tapi dia adalah ladang amal bagi kita di akhirat
kelak yang mana kita akan dinaungi Allah karenanya. Rasulullah bersabda dalam haditsnya. Hadits riwayat
Abu Hurairah r.a :

ِ ‫ق فِي ْال َم َس‬


ِ ‫ َو َر ُجالَ ِن ت ََحابَّا فِي هَّللا‬،‫اج ِد‬ ٌ َّ‫ َو َر ُج ٌل قَ ْلبُهُ ُم َعل‬،ِ ‫ َو َشابٌّ نَ َشَأ فِي ِعبَا َد ِة هَّللا‬،ٌ‫ ِإ َما ٌم َع ْدل‬:ُ‫" َس ْب َعةٌ ي ُِظلُّهُ ُم هَّللا ُ تَ َعالَى فِي ِظلِّ ِه يَوْ َم الَ ِظ َّل ِإالَّ ِظلُّه‬
ُ ِ‫ص َدقَ ٍة فََأ ْخفَاهَا َحتَّى الَ تَ ْعلَ َم ِش َمالُهُ َما تُ ْنف‬
‫ق‬ َ ِ‫ق ب‬ َ ‫ص َّد‬َ َ‫ َو َر ُج ٌل ت‬،َ ‫ب َو َج َما ٍل فَقَا َل ِإنِّي َأخَافُ هَّللا‬ ٍ ‫ص‬ ِ ‫ات َم ْن‬ ُ ‫ َو َر ُج ٌل َد َع ْتهُ ا ْم َرَأةٌ َذ‬،‫اجْ تَ َم َعا َعلَ ْي ِه َوتَفَ َّرقَا َعلَ ْي ِه‬
‫ت َع ْينَاهُ ” متفق عليه‬ ْ ‫ض‬َ ‫ َو َر ُج ٌل َذ َك َر هَّللا َ خَ الِيًا فَفَا‬،ُ‫يَ ِمينُه‬

" Tujuh golongan yang dinaungi Allah di hari kiamat, hari dimana tidak ada naungan selain
naungannya: mereka adalah pemimpin yang adil; pemuda yang tumbuh dengan beribadah pada Tuhannya;
orang yang hatinya tergantung di masjid; dua orang yang saling menyayangi karena Allah, bersatu
karena Allah, dan berpisah karena Allah; Juga orang yang diajak berbuat zina oleh wanita cantik dan kaya
namun ia berkata, “Aku takut kepada Allah”; pria yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi sehingga
tangan kanannya memberi sedang tangan kirinya tidak mengetahuinya; dan orang yang ketika mengingat
Allah dalam kesendirian, berlinang air matanya." Muttafaqun alaih

Lihat makna yang bercetak tebal, sebuah keutamaan sendiri bagi kita jika kita memiliki sahabat atau
seorang teman yang mencintai kita karena Allah, bukan untuk mencari muka atau memanfaatkan diri kita.
Karena kelak di hari kiamat, kita akan dinaungi Allah dimana saat itu tidak ada naungan selain darinya,
salah satunya dari sahabat kita. Jangan hanya memaknai hadits ini untuk seorang suami dan istri, maupun
seorang laki-laki pada perempuan. Hadits ini menyebutkan kata “rajulaani” yang berarti dua pemuda atau
dua orang, yang bisa kita maknai dengan sebuah sahabat. Bukan “imroataani” atau yang lain. Karena lafadz
ini dhahir. Bukan mujmal ataupun khofi. Yang harus ditinjau dulu maknanya.

Maka jika kalian merasa telah bersahabat atau berteman, hanya unutuk memperalat mereka atau
hanya untuk memanfaatkan mereka, segeralah minta maaf, segeralah bilang padanya bahwa kita berteman
karena Allah, agar kita selalu saling mengingatkan satu sama lain, bukan menjatuhkan maupun
memanfaatkan. Buatlah hubungan kalian dengannya selalu erat. Karena merekalah yang akan melewati
segala suka maupun duka, serta canda, dan juga tawa bersamamu. Walaupun lika-liku pasti akan datang
menghadang, pasti lika-liku tersebut bisa kau jalani bersama dengan temanmu dikala kondisi apapun suatu
hari nanti. Katakan pada sahabatmu, ingatkanlah aku jika berbuat salah, tegurlah aku jika aku berbuat
dzolim. Jika aku malas untuk melakukan kebaikan, ajaklah aku, ajaklah aku untuk selalu berbuat kebaikan
dan menjauhi kemungkaran. Itulah sebuah hakikat persahabatan. Bukan hakikat sebuah alat yang bisa kita
gunakan semena-mena maupun seenaknya sendiri.

Mari kita kutip lagi sebuah mahfudzot atau kata mutiara yang mungkin sudah kita pelajari:

‫ب يَحْ ِم ُل َما َأ ْثقَلَه‬ ٍ ‫َو ُكلُّ ِإ ْن َس‬


َ ‫ ِم ْن‬# ُ‫ان فَالَ بُ َّد لَه‬
ٍ ‫صا ِح‬

ِ ‫ َواليَ ُد بِالسَّا ِع ِد َوالبَن‬# ‫الر َجا ُل بِاِإل ْخ َوا ِن‬


‫َان‬ ِ ‫فَِإنَّ َما‬
‫ َوقَا َل ُكلُّ فِ ْعلِ ِه بِال ِح ْك َم ِة‬# َ‫َم ْن ع ََرفَ هّٰللا َ َأ َزا َل التُّ ْه َمة‬

“Setiap orang haruslah memiliki sahabat yang bisa membantu memikul beban hidupnya.

Perumpamaan orang bersama teman-teman bagaikan tangan dengan lengan dan jari-jari.

Barang siapa mengenal Allah, pasti ia menghilangkan buruk sangka pada-Nya. Dia akan berkata, 'Setiap
perbuatan-Nya selalu mengandung hikmah'.”

Dibait pertama sahabat digambarkan sebagai orang yang bisa memikul beban temannya. Yang mana
hal ini juga menjadi sebuah syarat persahabatan terjadi antara satu sama lain. Bait kedua menggambarkan
pertemanan atau persahabatan dengan sebuah relasi antara tangan dengan lengan dan jari-jarinya. Yang
mana jika kita renungkan, tangan beserta lengan dan jarinya bersatu membuat suatu kepaduan yang tak
terpisahkan. Inilah maksud dari bait kedua, yang mana seseorang dengan temannya memiliki sebuah
hubungan yang tak terpisahkan, secara dhohir maupun batin. Dan bait ketiga membahas tentang prasangka
pada Allah, yang mana jika seseorang mengenal Allah dia tidak akan berprasangka buruk pada-Nya dan
sesuatu kejadian yang Allah takdirkan di dunia ini pasti ada maksud dan hikmahnya.
Maka sudahkah kita menjadi sahabat yang baik bagi teman kita?, sudahkah kita menjadi sahabat
yang selalu menghiburnya dikala senang maupun susah? Atau sebaliknya? Jawabannya ada pada diri kalian
sendiri. Sekian. Terima kasih, wallahua'lam bisshawab

*Jika kalian memilki sahabat atau teman yang jauh katakanlah pada mereka “Jarak tak akan pernah
memisahkan sebuah persahabatan, walau kita jauh di mata namun kita dekat di hati, karena kita masih
memandang langit yang sama dan berpijak di bumi yang sama. Kita masih bisa mengigatkan satu sama lain
atau bercerita tentang masalah kita. Janganlah khawatir, kita pasti akan bertemu lagi, di dunia ini maupun di
surga nanti. Karena seorang sahabat tak akan pernah melupakan sahabatnya sendiri, walau ajal datang
menanti. Terima kasih telah menjadi sahabatku, yang telah melewati segala suka maupun duka, serta canda
dan juga tawa bersamaku. Sekali lagi terima kasih sahabatku, aku tak akan pernah melupakanmu”.

Oleh:

Nauval Azmi Izzuddin

Asatidz Pengabdian - Malang

You might also like