Interaksi Sosial Masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) Dengan Masyarakat Sekitar (Studi Kasus : Desa Tambah Asri Kecamatan Tugumulyo)
1.2 Latar Belakang
Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial dinamis yang menyangkut hubungan orang perorang, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorang dengan kelompok manusia. Dalam berinteraksi seseorang individu atau kelompok sosial sedang berusaha atau belajar untuk memahami tindakan sosial seorang individu ataupun kelompok sosial lain. Interaksi sosial akan berjalan dengan tertib dan teratur bila individu dalam masyarakat dapat bertindak sesuai dengan konteks sosialnya, yakni tindakan yang disesuaikan dengan situasi sosial saat itu, tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, serta individu bertindak sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat. Suku Anak Dalam (SAD) merupakan salah satu kelompok minoritas yang hidup di hutan dataran rendah Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan. Suku Anak Dalam (SAD) biasa disebut juga dengan Orang Rimba atau Orang Kubu. Menurut Van Dongen dalam Yanto (2016:15), istilah kubu ini adalah sebutan yang dilekatkan oleh masyarakat Melayu untuk menyebut orang-orang primitif yang taraf kemampuannya masih sangat rendah, kotor, bau, bodoh, dan tak beragama yang ditemui di daerah perbatasan pedalaman Jambi. Sedangkan penyebutan Orang Rimba merupakan kata yang mereka gunakan untuk menyebut diri mereka sendiri (Manurung, 2013:8). Istilah Orang Kubu ini tidak disukai oleh Suku Anak Dalam (SAD), karena istilah itu tidak disesuaikan dengan pendapat mereka dan dianggap sebagai penghinaan bagi komunitas mereka. Masyarakat sebagai suatu ikatan bersama dan hidup selama bertahun-tahun dalam lingkungan tertentu akan mengalami perubahan maupun perkembangan. Hal ini dapat dikatakan perubahan itu muncul karena sesuatu anggota masyarakat melakukan hubungan (interaksi sosial) dengan yang lain. Sudah barang tentu, interaksi itu dapat mengarah pada hubungan yang terbuka maupun tertutup. Bagi Suku Anak Dalam (SAD) yang hidup di hutan-hutan kebudayaan yang dimiliki sangat keterbelakang, dimana komunikasi dengan dunia luar tidak terjadi sama sekali, sehingga sulit bagi mereka untuk merubah cara hidup dan kebiasaan yang telah diwarisi secaraturun menurun oleh nenek moyang, tetapi terdapat Suku Anak Dalam (SAD) yang sudah mengalami kemajuan. Suku Anak Dalam (SAD) yang mengalami kemajuan telah mendapatkan pendidikan, dan interaksi mereka dengan masyarakat lain menciptakan berbagai kerjasama. Suku Anak Dalam (SAD) dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitar tidak berlangsung secara menyeluruh. Namun secara perlahan mereka mulai terbuka dengan masyarakat luar. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Interaksi Sosial Suku Anak Dalam (SAD) dengan Masyarakat Sekitar yang terjadi di desa Tambah asri kecamatan Tugumulyo.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa faktor yang mempengaruhi interaksi sosial Suku Anak Dalam (SAD) dengan masyarakat sekitar di Desa Tambah Asri Kecamatan Tugumulyo? 2. Bagaimana proses interaksi sosial Suku Anak Dalam (SAD) dengan masyarakat sekitar di Desa Tambah Asri Kecamatan Tugumulyo?
1.4 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tambah Asri Kecamatan Tugumulyo Kabupaten Musi Rawas karena di desa tersebut ada komunitas Suku Anak Dalam (SAD).