You are on page 1of 11

MAKALAH

TINGKATAN MASALAH KEBIJAKAN PENDIDIKAN


(Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Analisa Kebijakan Pendidikan)

Dosen pengampu : Badruzzaman, S.PdI

Disusun oleh :

Yayat Maulana
Anwaruddin
M. Raafi’u Yoeliesrill
Husnul Annisa

SEMESTER VI
PROGRAM STUDI PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PUI MAJALENGKA
2021

1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam beserta isinya, pengatur
pergantian siang dan malam, yang maha member rizki, yang menghidupkan dan
mematikan sesuatu, yang di kehendaki dan berhak disembah oleh jin dan
manusia yang telah tercipta.
Sholawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada kehariban penghulu
alam Nabi Muhammad SAW. Kepada keluarganya, para sahabatnya dan kepada
umatnya Aamiin. Kami tidak henti mengucapkan syukur kepada Allah swt atas
limpahan rahmat dan maunahnya kita dapat menyusun makalah tentang
“Tingkatan Masalah Kebijakan Pendidikan“ maksud penyusunan makalah ini
untuk melengkapi tugas mata kuliah Analisa Kebijakan Pendidikan dan juga
berdiskusi (bertukar pikiran) tentang Tingkatan Masalah Kebijakan Pendidikan .
Terimakasih kami ucapkan kepada teman – teman yang selalu mendukung,
dan khususnya kepada Dosen yang mengajarkan materi ini yang selalu terbuka
untuk kami.

Majalengka , April 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan Masalah..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Tingkatan Masalah Kebijakan Pendidikan..........................................................
B. Contoh Masalah Kebijakan Pendidikan...............................................................
BAB III PENUTUP
Simpulan....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan zaman dewasa ini mendorong peningkatan kebutuhan
manusia. Masyarakat sekarang ini mulai memasukkan kebutuhan-kebutuhan
baru sebagai kebutuhan dasar mereka. Salah satunya adalah kebutuhan akan
pelayanan pendidikan. Pendidikan dianggap salah satu kebutuhan hidup
yang penting dalam menunjang aktivitas sehari-hari, apalagi ditengah
perkembanga ilmu pengetahuan dan teknologi. Tuntutan globalisasi yang
menginginkan manusia berkualitas dan profesional dibentuk melalui program
pendidikan yang berkualitas.
Kebijakan pendidikan tidak bisa lepas dari hakikat pendidikan, yaitu
usaha untuk memanusiakan anak manusia dan menyiapkannya menjadi
generasi penerus yang cerdas lagi pancasilais serta beriman kepada Tuhan
yang Maha Esa sebagaimana yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945
alenia keempat (Bakry, 2010:3).
Kebijakan pendidikan merupakan bagian dari kebijakan publik yang
merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang secara
langsung dibuat oleh pihak tertentu (dalam hal ini pemerintah) guna
mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumber daya alam, finansial dan
manusia demi kepentingan publik, yakni rakyat banyak, penduduk,
masyarakat atau warga negara (Bakry, 2010:1).
Tahapan dalam pembuatan suatu kebijakan pendidikan dimulai
dengan tahap perencanaan atau agenda kebijakan (Formulasi kebijakan) atau
latar belakang suatu kebijakan dibuat, selanjutnya dilanjutkan pada tahap
pengesahan, lalu pada tahap pelaksanaan atau implementasi serta diakhiri
dengan tahap penilaian dan evaluasi (Dunn, 2000: 24).
Negara Indonesia dalam kaitannya tentang pendidikan, pemerintah
telah memberikan perhatian khusus mengenai pendidikan yang tertuang
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang di dalamnya memuat berbagai hal yang berkenaan dengan

4
pendidikan yang dikehendaki oleh negara. Namun kebijakan yang
terkandung dalam UU tersebut dianggap masih sangat umum dan mengikat
setiap daerah untuk mengikuti kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Sehingga sulit diterapkan terlebih lagi disebabkan banyaknya permasalahan
yang muncul dalam implementasi kebijakan yang dikehendaki, mulai dari
pemerataan kebijakan, pelaksanaan hingga pada proses evaluasi kebijakan
pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkatan masalah kebijakan pendidikan ?
2. Apa saja contoh masalah dalam kebijakan pendidikan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tingkatan masalah kebijakan pendidikan
2. Untuk mengetahui contoh masalah dalam kebijakan pendidikan

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tingkatan Masalah Kebijakan Pendidikan
Dalam diskusi yang bertema Teknik Perumusan Masalah Kebijakan
oleh Agus Heruanto Hadna selalu kepala Pusat Studi Kependudukan dan
Kebijakan (PSKK) UGM, Kamis 8 Oktober 2015 menyatakan bahwa
pengelompokkan masalah kebijakan ke dalam tiga komponen, yakni masalah
yang sederhana (well structured), masalah yang agak sederhana (moderately
structured), dan masalah yang rumit (ill structured). Pengelompokkan ini
tergantung pada tingkat kerumitan dan kompleksitas, sejauh mana suatu
masalah berkaitan satu sama lain.
Kebanyakan masalah dalam analisis kebijakan merupakan masalah
yang luas, pelik, menjadi perhatian public dan melibatkan banyak pihak.
Adapun masalah yang terstruktur dengan baik (wellstructured problem) di
bidang pendidikan yaitu masalah yang melibatkan satu atau beberapa orang
pembuat keputusan di lingkungan pendidikan dengan sedikit alternatif
kebijakan.
Masalah yang terstruktur secara moderat (Moderately structured
problem) di lembaga pendidikan, yaitu masalah yang melibatkan beberapa
pembuat keputusan pendidikan seta 44 Analisis
Kebijakan Pendidikan sejumlah alternative yang relatif terbatas.
Termasuk masalah yang terstruktur secara rumit (Ill structured problem) di
bidang pendidikan, yaitu masalah yang melibatkan banyak pembuat
keputusan pendidikan yang berbeda, terdapat konflik diantara tujuan, serta
alternatif dan hasilnya tidak bisa/sulit untuk diketahui. Dalam kenyataannya
banyak masalah-masalah kebijakan yang penting terstruktur secara rumit,
sementara masalah mudah dan sedang, jarang terdapat dalam setting
pemerintahan yang kompleks.
Menstrukturkan masalah, diperlukan kreativitas seorang analis
kebijakan, dan keberhasilan dalam hal ini akan mendorong keberhasilan

6
dalam memecahkan masalah. Penstrukturan masalah bersifat kreatif apabila
terdapat salah satu kondisi berikut ini, yaitu:
1 hasil analisis punya sifat kebaruan, sehingga orang tidak akan dapat
menghasilkan solusi yang sama,
2 analisisnya tidak konvensional, yakni bersifat modifikasi atau penolakan
pada ide-ide sebelumnya,
3 proses analisis memerlukan keteguhan dan motivasi tinggi, sehingga
analisnya terjadi dalam intensitas tinggi serta waktu yang lama,
4 hasil analisis dipandang berharga oleh pembuat kebijakan, dan
stakeholder lainnya, karena menghasilkan solusi yang tepat atas masalah
yang dihadapi,
5 masalah yang dihadapi begitu kabur dan rumit, sehingga tugas
pertamanya adalah merumuskan masalah itu sendiri.

B. Contoh Masalah Kebijakan Pendidikan


Pendidikan sekolah di Indonesia dikenal dengan banyaknya perubahan
sistem pendidikan. Biasanya pendidikan itu berubah saat Menteri berganti.
Sebut saja contoh soal kurikulum yang sering berubah-ubah. Akibatnya,
hampir tiap tahun buku sekolah berganti dan sering dikeluhkan orangtua
siswa.

Selain itu, banyak kebijakan bidang pendidikan yang menuai


kontroversi di tengah masyarakat. Ada pihak yang pro dan ada pihak yang
kontra. Yang terhangat adalah kebijakan full day school.

1. Full day school

Rencana tentang full day school atau belajar di sekolah selama 8


jam sebenarnya bukan rencana baru. Tapi, rencana itu kembali menjadi
polemik saat Mendikbud Muhadjir Effendy akan menerapkan kebijakan.
Pro kontra pun mengiringi kebijakan tersebut.

7
Mendikbud Muhadjir sendiri menegaskan, full day school bukan
berarti belajar seharian, tetapi disertai dengan kegiatan-kegiatan positif
yang sifatnya nonakademis. Dan hingga saat ini, full day school masih
menjadi kontroversi.

2. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 atau biasa disebut dengan K-13 menjadi hal yang
kontroversi. Pada era Mendikbud Mohammad Nuh, Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 diganti dengan kurikulum 2013.
Pergantian kurikulum ini pun menuai beragam pro dan kontra. Apalagi
setelah diberlakukan secara masif pada 2014.

Nah, ketika Mendikbud ganti dan dijabat Anies Baswedan dalam


kurun satu bulan menjabat, Mantan Rektor Universitas Paramadina ini
memberi pembatasan terhadap penerapan kurikulum 2013. Saat itu,
sekolah-sekolah diminta kembali menerapkan KTSP 2006 dengan alasan
masih banyak sekolah belum siap terhadap kurikulum 2013. Padahal,
saat itu buku-buku kurikulum 2013 sudah didistribusikan dan sudah
diterapkan setengah tahun akademis oleh sekolah-sekolah se-Nusantara.

3. Hari pertama sekolah (HPS)

Meski tidak terlalu kontroversial, gerakan mengantar anak di hari


pertama sekolah yang dicetuskan oleh Mendikbud Anies Baswedan
waktu itu cukup mencuri perhatian. Para orangtua yang bekerja pun
sempat dibuat bingung terkait izin terlambat ke kantor karena harus antar
anak terlebih dahulu.

Gerakan tersebut kemudian didukung Kementerian Pendayagunaan


Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB) dan
perusahaan swasta sehingga orangtua tak perlu khawatir terlambat
datang ke kantor masing-masing.

4. Uji kompetensi guru (UKG)

8
Kebijakan pendidikan yang tak kalah menuai kontroversi adalah di
kalangan guru. Yakni uji kompetensi guru (UKG). Tahun 2015, UKG
diikuti oleh sekitar 3 juta guru di seluruh Indonesia. Meski tes wajib ini
dijamin tidak akan dijadikan sebagai tolok ukur kualitas guru, tak sedikit
guru yang resah karena takut tak mampu meraih hasil maksimal. Pada
masa Mendikbud dijabat Anies Baswedan, UKG digunakan untuk
pemetaan kompetensi guru.

5. Investor asing bangun SMK

Kebijakan Mendikbud saat dijabat Anis Baswedan soal pelibatan


investor asing dalam pembangunan SMK menuai kontroversi. Banyak
pihak yang mendukung, namun juga banyak yang menolak.

Bagi yang mendukung, langkah itu bisa menumbuhkan semangat


kebersamaan bagi pengusaha asing. Tapi, bagi yang tidak setuju
kebijakan itu dinilai bertentangan dengan semangat nasionalisme.
Pasalnya, Indonesia memiliki banyak pengusaha pribumi yang masih
punya komitmen tinggi terhadap kemajuan negara khususnya dalam
bidang pendidikan.

9
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Pengelompokkan masalah kebijakan ke dalam tiga komponen, yakni
masalah yang sederhana (well structured), masalah yang agak sederhana
(moderately structured), dan masalah yang rumit (ill structured). Pengelompokkan
ini tergantung pada tingkat kerumitan dan kompleksitas, sejauh mana suatu
masalah berkaitan satu sama lain.
Penstrukturan masalah bersifat kreatif apabila terdapat salah satu kondisi
berikut ini, yaitu:
1 hasil analisis punya sifat kebaruan, sehingga orang tidak akan dapat
menghasilkan solusi yang sama,
2 analisisnya tidak konvensional, yakni bersifat modifikasi atau penolakan pada
ide-ide sebelumnya,
3 proses analisis memerlukan keteguhan dan motivasi tinggi, sehingga analisnya
terjadi dalam intensitas tinggi serta waktu yang lama,
4 hasil analisis dipandang berharga oleh pembuat kebijakan, dan stakeholder
lainnya, karena menghasilkan solusi yang tepat atas masalah yang dihadapi,
5 masalah yang dihadapi begitu kabur dan rumit, sehingga tugas pertamanya
adalah merumuskan masalah itu sendiri.

10
DAFTAR PUSTAKA
https://www.brilio.net/serius/5-kebijakan-bidang-pendidikan-yang-pernah-jadi-
kontroversi-170623f.html
file:///C:/Users/Sri%20Rahayu/Downloads/Analisis-Kebijakan-Pendidikan-
Kajian-Teoritis-Eksploratif-dan-APlikatif%20(3).pdf

11

You might also like