Professional Documents
Culture Documents
406 2799 1 PB
406 2799 1 PB
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis dan konsentrasi alkali untuk menghasilkan kitosan
dengan nilai derajat deasetilasi tertinggi dan untuk mengetahui pengaruh nilai derajat deasetilasi kitosan
terhadap kualitas edible coating yang dihasilkan. Bahan dasar edible coating yang dibuat adalah kappa
karagenan, iota karagenan dan kitosan. Kitosan yang diberi perlakuan variasi jenis alkali (KOH dan NaOH)
dan variasi konsentrasi (55%, 60%, 65%) ditentukan derajat deasetilasi. Edible film dibuat berdasarkan
kitosan yang diketahui derajat deasetilasinya kemudian diuji kualitas. Jenis dan konsentrasi alkali
berpengaruh signifikan terhadap nilai derajat deasetilasi kitosan. Nilai derajat deasetilasi kitosan tertinggi
didapatkan dengan perlakuan NaOH 65% sebesar 84,36%. Nilai deasetilasi kitosan berpengaruh signifikan
terhadap kualitas edible film. Kadar air, elongasi, kuat tarik, ketebalan dan transmisi uap air edible film secara
berurutan yaitu berkisar 10,83% - 17,67%; 6,95% - 8,58%; 41,07 N/cm2 - 72,76 N/cm2; 39,86 µm - 58,67
µm; ,0,26 g/m2jam - 0,26 g/m2jam.
Abstract
The aim of this study was to determine the type and concentration of alkali to produce chitosan with the
highest degree of deacetylation value and to determine the effect of the degree of deacetylation value of
chitosan on the quality of the edible coating. The basic ingredients for the edible coating were kappa
carrageenan, iota carrageenan and chitosan. Chitosan was treated with various types of alkali (KOH and
NaOH) and various concentrations (55%, 60%, 65%) and the degree of deacetylation was determined. Edible
film was made based on chitosan with degree of deacetylation known and then tested for the quality. The type
and concentration of alkali had a significant effect on the value of the degree of deacetylation of the chitosan.
The highest value of chitosan degree of deacetylation was obtained by 65% NaOH treatment of 84.36%. The
degree of deacetylation of chitosan has a significant effect on the quality of the edible film. Water content,
elongation, tensile strength, thickness and water vapor transmission of the edible film, respectively, ranged
from 10.83% - 17.67%; 6.95% - 8.58%; 41.07 N/cm2 – 72.76 N/cm2; 39.86 µm – 58.67 µm; 0,05 g/m2hours
- 0,26 g/m2hours.
karagenan dan kitosan. Karagenan dan kitosan Penelitian mengenai pembuatan edible
dapat membentuk sifat biokompatibel. film telah banyak dilakukan sebelumnya
Karagenan dikenal sebagai salah satu [8][9][10]. Multikomponen edible film yang
jenis hidrokoloid yang membentuk dispersi terdiri dari campuran dapat dikembangkan
kental atau gel ketika didispersikan dalam air. umtuk memiliki sifat fungsional yang dapat
Karagenan adalah polisakarida sulfat yang mempengaruhi kualitasnya [9].
larut dalam air yang diekstrak dari rumput laut Biokompatibilitas campuran antara karagenan
merah (Rhodophyta). Secara umum, karagenan dan kitosan karena adanya sifat anionik dan
terdiri dari ester sulfat dari galaktosa dan kationik. Disamping interaksi sifat anionik dan
polisakarida 3,6 hidrohidrogalaktosa, dan kationik karagenan dan kitosan, maka derajad
residu D-galaktosa yang dihubungkan secara deasetilasi (DD) kitosan dapat mempengaruhi
bergantian dalam ikatan α-1,3 dan β-1,4 [2]. sifat fisik edible film yang dihasilkan.
Karagenan diklasifikasikan berdasarkan Penelitian yang sebelumnya belum ditemukan
polisakarida alami menjadi kappa (k-), iota (i-) tentang tentang hubungan derajat deasetilasi
dan lambda (λ). Kappa dan iota karagenan kitosan yang digunakan sebagai bahan
memiliki kemampuan untuk membentuk gel pembuat kitosan dan interaksinya dengan
termoreversibel dan termasuk anionik karagenan sebagai bahan pembuatan edible
polisakarida yang membantu pembentukan gel film menjadi latar belakang penelitian ini
[3]. Kappa dan iota karagenan diketahui untuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan
banyak digunakan dalam industri makanan untuk menentukan jenis dan konsentrasi basa
untuk meningkatkan tekstur dan struktur mikro untuk menghasilkan kitosan dengan nilai
gel [4]. Kappa berfungsi untuk penebalan, derajat deasetilasi tertinggi dan untuk
mengikat air, dan pembentuk gel. Iota mengetahui pengaruh nilai derajat deasetilasi
menunjukkan sifat viskoelastik untuk kitosan terhadap kualitas edible coating yang
membentuk gel [5]. dihasilkan.
Kitosan adalah polisakarida yang
didapat secara alami pada dinding sel beberapa METODE
krustasea, tanaman dan fungi dan termasuk
kelompok polisakarida yang bersifat kationik. Bahan
Kitosan (β- (1, 4) -linked D-glucosamine)
merupakan turunan utama kitin. Pemanfaatan Bahan utama yang digunakan dalam
kitosan sebagai biopolimer alam yang penelitian ini antara lain Eucheuma cottonii
melimpah dan tidak beracun dapat kering untuk membuat kappa karagenan,
dimanfaatkan di bidang industri modern seperti Eucheuma spinosum kering untuk membuat
pengkelat logam, pengawet, antioksidan, iota karagenan, dan limbah cangkang udang
absorban warna, serta pemisahan protein [6]. untuk membuat kitosan. Bahan kimia untuk
Kitosan (C6H11NO4)n berbentuk padatan amorf pembuatan produk menggunakan standar
berwarna putih kekuningan, bersifat teknis dan pengujian Analisa menggunakan
polielektrolit. Umumnya larut dalam asam standar pro analis (pa).
organik, pH sekitar 4 – 6,5; tidak larut pada pH
yang lebih rendah atau lebih tinggi. Kitosan Pembuatan Kappa dan Iota Karagenan [9]
dihasilkan melalui deasetilasi kitin
menggunakan pelarut alkali dengan E. cottonii kering ditimbang dan
konsentrasi tinggi dan suhu tinggi. Fungsi dibersihkan. Kemudian direbus dalam larutan
alkali adalah memutus ikatan antar karbon KOH dengan konsentrasi 6% (w/v) pada suhu
pada gugus asetil (-CH3COO) dengan nitrogen 70-74oC selama 2 jam. Lalu dicuci dengan
yang ada pada kitin. Gugus asetil akan terlepas hingga bau KOH hilang. Setelah itu rumput
kemudian gugus amina (-NH2) terbentuk. laut hasil ekstraksi dipotong dengan ukuran 2-
Presentase gugus asetil yang terlepas selama 3 cm, dilanjutkan dengan langkah pengeringan.
proses deasetilasi disebut sebagai nilai derajat Lalu dilakukan penggilingan untuk menjadi
deasetilasi [7]. Semi Refine Caragenan (SRC) bubuk.
277 ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id
Setijawati et al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vol 5 No.2 (2021) 276-284
Langkah yang sama dilakukan pada proses (DD) dari spektra infra merah pada kitosan
pembuatan iota karagenan dengan perbedaan dilakukan dengan membandingkan absorbansi
yaitu menggunakan E. spinosum dan larutan pada bilangan gelombang untuk gugus amida-
yang digunakan adalah Ca(OH)2. NH (A1655) dengan absorbansi pada bilangan
gelombang untuk gugus amina primer (A3450),
Pembuatan Kitosan [9] dengan nilai absorbansi 1,33 pada proses
deasetilasi sempurna [11]. Persamaan yang
Pembuatan kitosan dilakukan dengan dipakai yaitu:
mengisolasi kitin dari cangkang udang lalu
dilanjutkan dengan proses deasetilasi. Tahap A1655 100
DD=100- [( )× ]
isolasi kitin melalui tahap deproteinasi dan A3450 1,33
demineralisasi. Tahap demineralisasi To
dilakukan dengan cara cangkang udang kering A=log
T
ditambahkan dengan NaOH 3,5% dengan Dimana,
perbandingan 1:10 (w/v). Campuran larutan ini To = %T pada garis dasar
direndam dan diaduk menggunakan magnetic T = %T pada puncak
stirrer selama ±2 jam pada suhu 65oC. Langkah
selanjutnya adalah pencucian dengan akuades Pembuatan Edible Film
lalu dikeringkan dalam oven suhu 80oC.
Selanjutnya dilakukan tahap demineralisasi, Pembuatan edible film dalam penelitian
hasil deproteinasi ditambahkan larutan HCl 1N ini menggunakan metode Setijawati [9].
dengan perbandingan 1:20 (w/v). Kemudian Pembuatan bahan edible film dalam penelitian
direndam dan diaduk menggunakan magnetic ini terdiri dari campuran kappa karagenan, iota
stirrer selama 30 menit pada suhu 65oC. caragenan dan kitosan (0,5:0,5:1). Kappa
Langkah selanjutnya adalah pencucian dengan karagenan, iota caragenan dan kitosan
akuades lalu dikeringkan dalam oven suhu ditambahkan dalam 80 ml aquades. Larutan
80oC. dipanaskan menggunakan hot plate pada suhu
Proses selanjutnya adalah proses 60oC, ditambahkan 1 ml gliserol sebagai
transformasi kitin menjadi kitosan. Kitin diberi plasticizer dan aquades sehingga volumenya
perlakuan basa yang berbeda, yaitu KOH 100 ml. Suhu dinaikkan menjadi 80oC. Larutan
(55%, 60%, 65%) dan NaOH (55%, 60%, kemudian dituang dalam nampan plastik lalu
65%) dengan perbandingan kitin dan larutan dikeringan menggunakan oven pada suhu 50oC
basa 1:20 (w/v). Campuran tersebut selama 24 jam.
dipanaskan dengan suhu 120oC selama 2 jam.
Kemudian disaring dan dicuci dengan akuades Uji Kadar Air
sampai pH netral. Selanjutnya dikeringkan
menggunakan oven pada suhu 80oC sampai Pengujian kadar air menggunakan
kering. Mekanisme deasetilasi kitin menurut metode gravimetri berdasarkan AOAC 2005
Minda et al. (2010) yaitu gugus karbon [12]. Perhitungan kadar air dihitung dengan
karbonil diserang oleh OH- sehingga terjadi persamaan berikut:
reaksi adisi. Reaksi adisi membentik zat antara
yang selanjutnya mengalami reaksi eliminasi. berat awal-berat akhir
Reaksi eliminasi melepas asetamida kitin dan Kadar air (%bb)= ×100%
berat sampel
membentuk asetat.
Uji Elongasi
Uji Derajat Deasetilasi
Elongasi dihitung dengan
Kitosan dikarakterisasi menggunakan membandingkan panjang edible film saat putus
spektrofotometer FT-IR pada daerah gugus dan panjang edible film sebelum ditarik oleh
fungsi dan daerah sidik jari dengan frekuensi alat [13].
4000-400 cm-1. Perhitungan derajat deasetilasi
278 ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id
Setijawati et al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vol 5 No.2 (2021) 276-284
Gaya (N)
Kuat Tarik (N/cm2) =
Luas (cm2) HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2. Kualitas edible film dengan variasi nilai derajat deasetilasi kitosan yang digunakan
Transmisi
Kadar Air Elongasi Kuat Tarik Ketebalan
Sampel 2 Uap Air
(%) (%) (N/cm ) (µm)
(g/m2.jam)
DD 57% 17.67±0.764e 7.27±0.394a 41.07±0.917a 39.86±0.385a 0.26±0,01f
DD 61% 15.67±0.289d 6.95±0.280b 52.87±0.049b 44.86±0.038b 0.21±0,01e
DD 72% 13.50±0.500c 7.24±0.139b 58.85±0.506c 50.33±0.173c 0.14±0,01d
KESIMPULAN