You are on page 1of 4

Pidato Berbakti Kepada Orang Tua Beserta Pantun:

“Sayangi Ayah dan Ibu dengan Sepenuh Hati”

Pidato Berbakti Kepada Orang Tua Beserta Pantun. Dok. Gurupenyemangat.com

Jalan-jalan ke pasar pagi


Eh ternyata tertimpa durian runtuh
Hai temanku apa kabar hari ini
Assalamu’alaykum Warahmatullah Wabarakatuh!

Alhamdulillahirobbil’alamin. Assalatu wassalamu ala asyrofil anbiya iwal


mursalin. Wa ala alihi wasohbihi aj’main.

Asyhadu alla ilaha illallah, wa asyhadu anna muhammadar rasulullah.


Allahumma sholi wa salim wa barik ala Muhammad, wa ala ali sayyidina
Muhammad.

Yang saya hormati, Bapak/Ibu Kepala Sekolah beserta wakilnya

Yang saya hormati, Bapak/Ibu dewan guru beserta staf tata usaha

Serta teman-teman sekalian yang saya sayangi.


Limpahan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam
yang senantiasa memberikan kita berjuta nikmat, terutama nikmat sehat
dan nikmat sempat sehingga kita bisa hadir di panggung/tempat yang
mulia ini.

Shalawat belantunkan salam tiada bosan kita sampaikan kepada Nabi


terbaik yang digelari Al-Amin, Nabi Muhammad SAW. Semoga kita bisa
menjadi penerus dakwahnya hingga Hari Kiamat nanti.

Bapak, Ibu, serta teman-teman yang berbahagia

Berdirinya saya di sini ialah untuk menyampaikan secarik pidato singkat


tentang ajakan berbakti kepada orang tua.

Pertanyaan saya; sudah seberapa sayang kita kepada Ayah dan Ibu di
rumah? Apakah masih setengah hati, atau malah sedang berusaha
menuju sepenuh hati?

Jika sudah sepenuh hati, maka kita ucapkan “Alhamdulillah” ya. Orang
tua yang telah membesarkan kita, merawat kita, mengajarkan kita adab
dan perilaku, bahkan tiada terlupa senantiasa memberikan kita uang
jajan.

Cobalah sejenak kita bayangkan apa saja kegiatan Ayah di rumah. Hari
ini, mungkin beliau sedang berkeringat di ladang mencari nafkah,
sedang kepusingan mengurus dokumen rapat, atau bahkan sedang
kepanasan berjualan di bawah terik matahari yang menyiksa.

Sedih bertabur duka rasanya jika kita membayangkan hal tersebut.

Belum selesai. Sekarang, cobalah kita kembali membayangkan Ibu,


Bunda, alias Mama di rumah. Apa saja pekerjaannya sekarang?

Ibu sudah menyediakan sarapan sebelum matahari bangun, mencuci


piring, membersihkan rumah, melipat pakaian, bahkan ikut berjuang
bersama Ayah demi mencukupi kebutuhan kita untuk bersekolah.

Cobalah bayangkan lebih dalam lagi, lalu kita rasakan bagaimana


lelahnya seorang Bunda mengandung. Sembilan bulan sepuluh hari
bahkan lebih, lalu melahirkan kita dengan penuh peluh dan darah.
Sungguh melelahkan, bahkan Ibu bertaruh nyawa demi mempersilakan
kita menatap dunia. Sedangkan kita? Di saat itu belum ada gigi, dan kita
hanya bisa menangis. Tidak hanya siang hari, bahkan juga tengah
malam.

Teman-teman yang berbahagia;

Ketika kita bayangkan, ternyata begitu besar perjuangan kedua orang


tua demi membesarkan kita. Sayangnya mereka kepada kita tidak akan
pernah runtuh hingga akhir zaman, dan ketulusan yang mereka taburkan
tiada pernah bisa tertandingi.

Sekarang, apakah tugas kita?

Apakah kita boleh terus mengeluh meminta uang jajan yang dirasa
kurang, menuntut dibelikan tas baru, memaksa kedua untuk membeli
kuota internet demi bisa nonton kartun di YouTube?

Tugas kita sejatinya ialah berbakti kepada orang tua. Patuh, hormat, dan
taat kepada Ayah dan Ibu, kepada Papa dan Mama.

Dalam Al-Quran surah al-Isra ayat 23 tertuang dalil “fala takul lahuma
uffin” yang artinya jangan sekali-kali kita berkata “ahh” atau “uuh”
kepada keduanya.

Itu kalimat larangan, kan? Secara tidak langsung, perilaku mengeluh


dan membantah perkataan kedua orang tua hanya akan mengantarkan
kita kepada lumbung dosa.

Padahal kita tahu bahwa ridho Allah bergantung kepada ridho kedua
orang tua. Maka dari itulah kita perlu menyayangi mereka sebagaimana
mereka menyayangi kita sewaktu kecil.

Lakukanlah yang terbaik untuk menyenangkan kedua orang tua,


terutama selama keduanya masih hidup dan selama kita masih sempat.
Dan terakhir, jangan lupa lantunkan doa terbaik agar kita bisa bersama-
sama dengan mereka di surga nanti. Aamiin.

Bapak, Ibu, serta teman-teman yang berbahagia.


Demikianlah pidato yang bisa saya sampaikan dalam kesempatan kali
ini. Semoga bermanfaat bagi diri dan semua. Saya tutup dengan pantun:

Shalat berjamaah perhatikan lurusnya Saf


Jika tidak maka pahalamu bakal runtuh
Demikianlah pidato saya dan banyak maaf
Saya Akhiri Wassalamu’alaykum Warahmatullah Wabarakatuh

ABD ROHIM.

You might also like