You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan mempelajari ketidakmantapan lereng


Aktivitas manusia yang berhubungan dengan penggalian atau penimbunan akan selalu
menghadapi permasalahan dengan lereng, baik itu berupa lereng kerja (working slope)
maupun lereng akhir (final slope). Lereng-lereng tersebut harus dianalisis
kemantapannya untuk mencegah bahaya longsoran di waktu-waktu yang akan datang,
karena menyangkut keselamatan kerja, keamanan peralatan dan harta benda, serta
kelancaran produksi.

Kemantapan lereng di tambang terbuka sering dievaluasi dengan metoda keseimbangan


batas maupun metode numerik. Ada empat parameter yang perlu diperhatikan dalam
perancangan kemantapan lereng di tambang terbuka, yaitu rencana penambangan,
kondisi struktur geologi, sifat-sifat fisik dan mekanik material pembentuk lereng dan
tekanan air tanah. Dari ke-empat parameter tersebut, struktur geologi merupakan
parameter yang paling dominan dalam mengontrol kemantapan lereng batuan baik dari
bentuk maupun arah longsoran lereng. Tingkat pelapukan dan struktur geologi yang
hadir pada massa batuan, seperti sesar, kekar, lipatan, dan bidang perlapisan banyak
dikaitkan dengan kemantapan lereng batuan/tanah. Struktur-struktur tersebut, selain
lipatan, selanjutnya disebut bidang lemah.

Berdasarkan kehadiran struktur geologi di tubuh lereng, bentuk longoran yang mungkin
terjadi adalah longsoran busur (circular failure), longsoran bidang (plane failure),
longsoran bajih (wedge failure), dan longsoran guling (top failure).

Kemantapan lereng, baik lereng alami maupun lereng buatan (oleh kerja manusia),
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang dapat dinyatakan secara sederhana sebagai gaya-
gaya penahan dan gaya-gaya penggerak yang bertanggung jawab terhadap kemantapan
lereng tersebut.Dalam keadaan gaya penahan (terhadap longsoran) lebih besar dari gaya

PENDAHULUAN| 1
penggeraknya, maka lereng tersebut akan berada dalam keadaan yang mantap (stabil).
Tetapi apabila gaya penahan menjadi lebih kecil dari gaya penggeraknya, maka lereng
tersebut menjadi tidak mantap dan longsoran akan terjadi.

Sebenarnya, longsoran tersebut merupakan suatu proses alam untuk mendapatkan


kondisi kemantapan lereng yang baru (keseimbangan baru), di mana gaya penahan lebih
besar dari gaya penggeraknya.

Untuk menyatakan/memberikan bobot (tingkat) kemantapan suatu lereng dikenal apa


yang disebut dengan Faktor Keamanan (safety factor), yang merupakan perbandingan
antara besarnya gaya penahan dengan gaya penggerak longsoran; dan dinyatakan
sebagai berikut :

Apabila harga F untuk suatu lereng > 1,0; yang artinya gaya penahan > gaya penggerak,
maka lereng tersebut berada dalam keadaan mantap/aman. Tetapi apabila harga F < 1,0;
yang artinya gaya penahan < gaya penggerak, maka lereng tersebut berada dalam
kondisi tidak mantap dan mungkin akan terjadi longsoran pada lereng yang
bersangkutan.

Teknik Stereografis banyak digunakan untuk membantu mengidentifikasi jenis


longsoran yang mungkin terjadi. Dengan pengeplotan antara strike (jurus) dan dip
(kemiringan), baik muka lereng maupun bidang lemah, serta besarnya sudut geser dalam
pada suatu stereonet secara bersamaan, kita dapat segera mengetahui jenis dan arah
longsoran. Oleh karena itu, sebelum membahas metode analisis kemantapan lereng,
maka diberikan pula cara-cara pengeplotan bidang lemah dan muka lereng pada
stereonet.

Karena klasifikasi massa batuan juga sudah mulai dilakukan digunakan untuk
menganalisis kemantapan lereng secara empirik (Romana, 1985), maka penggunaan

PENDAHULUAN| 2
klasifikasi massa batuan dalam analisis kemantapan lereng juga akan dibahas. Di
samping itu daya dukung batuan juga sangat berpengaruh dalam kemantapan suatu
lereng, oleh sebab itu akan diberikan juga pengetahuan mengenai daya dukung pada
batuan.

Untuk mendapatkan, mengolah, serta mengatur informasi mengenai kemantapan lereng,


maka diakhir pembahasan akan diberikan penjelasan mengenai pemantauan lereng.

PENDAHULUAN| 3
Gambar 1.1 Jenis Longsoran dan Stereoplot.(Hoek & Bray.1981)

PENDAHULUAN| 4
Gambar 1.2
Informasi Struktur Geologi dan Evaluasi Jenis Longsoran yang mungkin terjadi dari
suatu rencana open pit
(Hoek &Bray.1981)

PENDAHULUAN| 5
1.2. Macam-macam ketidakmantapan
Beberapa hal yang perlu diketahui, dipelajari, dan dimengerti sebelumnya agar
dapat menghayati falsafah rancangan lereng tambang adalah klasifikasi gerakan massa
tanah atau batuan tahap-tahap pertambangan dan sasaran geoteknik, metoda
penambangan terbuka yang diterapkan, rancangan teknik secara umum.
Gerakan tanah atau dapat didefinisikan sebagai berpindahnya massa tanah atau
batuan pada arah tegak, mendatar atau miring dari kedudukannya semula (M.M. Purbo
Hadiwidjoyo, 1992). Adapun jenis gerakan tanah atau batuan menurut pendapat beliau
dan telah dilengkapi oleh saya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Longsoran (sliding)
Q Dihasilkan pada material yang kurang rapuh.
Q Gerakan ini terjadi sepanjang satu atau beberapa bidang luncuran.
Q Bisa berupa rotasi atau translasi.
2. Runtuhan (falling)
Q Dapat terjadi pada bidang diskontinu suatu lereng yang tegak
Q Rayapan lapisan lunak atau gulingan blok.
3. Amblasan (subsidence)
Q Gerakan vertikal berupa penurunan relatif muka tanah karena kompaksi atau
hilangnya air tanah.
4. Rayapan (creep)
Q Gerakan yang kontinu dan relatif lambat disertai bidang rayapan yang tidak
terlihat jelas.
5. Aliran (flow)
Q Gerakan yang berasosiasi dengan transportasi material air atau udara dan dipicu
oleh gerakan longsoran sebelumnya disertai kecepatan yang bisa sangat tinggi
6. Nendatan (slump)
Q Gerakan dengan bidang gelincir lengkung.
Q Unit yang longsor mengalami rotasi di atas bidang gelincirnya.
Q Terjadi pada loose material atau batuan yang berlapis.
7. Gerakan kompleks (complex movement)
PENDAHULUAN| 6
Q Merupakan gabungan dari beberapa pola gerakan tanah.

Gejala umum terjadinya longsoran:


 Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing.
 Biasanya terjadi setelah hujan.
 Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
 Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.

Longsoran Bidang Longsoran Guling

Lomgsoran Baji

Gambar 1.3 Macam – macam Longsoran


(http://web.mst.edu/%7Erogersda/landslide_hazards/felton/fel1.jpg)

PENDAHULUAN| 7

You might also like