Professional Documents
Culture Documents
Laporan Praktikum CE131603 Mekanika Fluida Dan Hidraulika Kelompok A
Laporan Praktikum CE131603 Mekanika Fluida Dan Hidraulika Kelompok A
PRAKTIKUM
Oleh:
Kelompok :A
Anggota Kelompok : Muhamad Rizky Faizul Fahri (1910107001)
Virya Budiman (1910107003)
Andrian Wijaya (1910107007)
Christine Regina Jayanti (1910107010)
UNIVERSITAS PRADITA
TAHUN 2020
i
LAPORAN
PRAKTIKUM
Oleh:
Kelompok :A
Anggota Kelompok : Muhamad Rizky Faizul Fahri (1910107001)
Virya Budiman (1910107003)
Andrian Wijaya (1910107007)
Christine Regina Jayanti (1910107010)
UNIVERSITAS PRADITA
TAHUN 2020
ii
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
Kelompok :A
Anggota Kelompok : Muhamad Rizky Faizul Fahri (1910107001)
Virya Budiman (1910107003)
Andrian Wijaya (1910107007)
Christine Regina Jayanti (1910107010)
(Bella Koes Paulina C., S.T., M.Eng.) (Bima Johan, ST., MT)
Mengetahui,
Kepala Program Studi Teknik Sipil
UNIVERSITAS PRADITA
TAHUN 2020
iii
DAFTAR ISI
iv
3.8 Kesimpulan 22
MODUL 4 ALIRAN MELALUI PELIMPAH AMBANG LEBAR 23
4.1 Tujuan 23
4.2 Peralatan 23
4.3 Pendahuluan 23
4.4 Persiapan Uji 25
4.5 Prosedur Uji 25
4.6 Rumus Perhitungan 25
4.7 Pengolahan Data 26
4.8 Kesimpulan 27
MODUL 5 PENGUKURAN DEBIT DENGAN PELUAP 28
5.1 Tujuan 28
5.2 Peralatan 28
5.3 Pendahuluan 28
5.4 Persiapan Uji 29
5.5 Prosedur Uji 29
5.6 Rumus Perhitungan 30
5.7 Pengolahan Data 31
5.8 Kesimpulan 33
MODUL 6 KEHILANGAN TEKANAN (ENERGI) PADA ALIRAN LAM PIPA
MELALUI LENGKUNGAN, PERUBAHAN PENAMPANG DAN KATUP 34
6.1 Tujuan 34
6.2 Peralatan 34
6.3 Pendahuluan 36
6.4 Perisapan Uji 37
6.5 Prosedur Uji 37
6.6 Rumus Perhitungan 38
6.7 Pengolahan Data 39
6.8 Kesimpulan 49
MODUL 7 TEORI BERNOULLI 50
7.1 Tujuan 50
7.2 Peralatan 50
7.3 Pendahuluan 51
7.4 Persiapan Uji 51
v
7.5 Prosedur Uji 52
7.6 Rumus Perhitungan 52
7.7 Pengolahan Data 53
7.8 Kesimpulan 61
MODUL 8 ALIRAN MELALUI LUBANG 62
8.1 Tujuan 62
8.2 Peralatan 62
8.3 Pendahuluan 62
8.4 Persiapan Uji 64
8.5 Prosedur Uji 64
8.6 Rumus Perhitungan 65
8.7 Pengolahan Data 66
8.8 Kesimpulan 69
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
Gambar 7. 11 Grafik Hubungan Kecepatan Aliran dan Error Pt. 5 58
Gambar 7. 12 Grafik Perbandingan Qteori dan Qpraktikum 59
Gambar 7. 13 Grafik Hubungan Kecepatan Aliran dan Error Pt. 6 59
Gambar 7. 14 Grafik Perbandingan Qteori dan Qpraktikum 60
Gambar 7. 15 Grafik Hubungan Kecepatan Aliran dan Error Pt. 8 60
Gambar 8. 1 Sketsa Alat Pengujian Aliran Melalui Lubang 63
Gambar 8. 2 Sketsa Area Aliran 63
Gambar 8. 3 Grafik Hubungan Qteori dengan H0 67
Gambar 8. 4 Grafik Hubungan Qpratikum dengan H0 68
Gambar 8. 5 Grafik Hubungan Qteori dengan H0 68
Gambar 8. 6 Grafik Hubungan Qpraktikum dengan H0 68
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Spesifikasi 6
Tabel 1. 2 Pengolahan Data 7
Tabel 2. 1 Data Spesifikasi 12
Tabel 2. 2 Pengolahan Data Untuk Sudut 0o 13
Tabel 2. 3 Pengolahan Data Untuk Sudut 10o 14
Tabel 3. 1 Data Perhitungan Manning (n) 20
Tabel 3. 2 Data Perhitungan Chezy (C) 21
Tabel 4. 1 Data Percobaan Karakteristik Aliran 26
Tabel 4. 2 Pengolahan Data 26
Tabel 5. 1 Pengukuran Bukaan Segitiga Kecil 31
Tabel 5. 2 Pengukuran Bukaan Segitiga Besar 31
Tabel 5. 3 Pengukuran Bukaan Segiempat 32
Tabel 6. 1 Penomoran pada Manometer 35
Tabel 6. 2 Nilai K Kontraksi Tiba-tiba 37
Tabel 6. 3 Spesfikasi 39
Tabel 6. 4 Data Debit Aktual dengan Meja Hidraulika 40
Tabel 6. 5 Data Kehilangan Energi Primer 41
Tabel 6. 6 Kehilangan Energi Sekunder (Ekspansi) 42
Tabel 6. 7 Kehilangan Energi Sekunder (Kontraksi) 43
Tabel 6. 8 Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Tikungan 44
Tabel 6. 9 Kehilangan Energi Sekunder pada Elbow Bend 45
Tabel 6. 10 Kehilangan Energi Sekunder pada Mitre Bend 45
Tabel 6. 11 Kehilangan Energi Sekunder pada Tikungan 150 mm Bend 47
Tabel 6. 12 Kehilangan Energi Sekunder pada Tikungan 100 mm Bend 47
Tabel 6. 13 Kehilangan Energi Sekunder pada Tikungan 50 mm Bend 47
Tabel 6. 14 Perhitungan Kbave dan Klave 48
Tabel 7. 1 Hasil Pembacaan Total Head 53
Tabel 7. 2 Spesifikasi: Diameter 53
Tabel 7. 3 Hasil Pembacaan Manometer 53
Tabel 7. 4 Perbandingan Qteori dan Qpraktikum PT. 1 54
Tabel 7. 5 Hubungan Kecepatan Aliran terhadap Error 54
ix
Tabel 7. 6 Perbandingan Qteori dan Qpraktikum PT. 2 55
Tabel 7. 7 Hubungan Kecepatan Aliran terhadap Error 55
Tabel 7. 8 Perbandingan Qteori dan Qpraktikum PT. 3 56
Tabel 7. 9 Hubungan Kecepatan Aliran terhadap Error 56
Tabel 7. 10 Perbandingan Qteori dan Qpraktikum PT. 4 57
Tabel 7. 11 Hubungan Kecepatan Aliran terhadap Error 57
Tabel 7. 12 Perbandingan Qteori dan Qpraktikum PT. 5 58
Tabel 7. 13 Hubungan Kecepatan Aliran terhadap Error 58
Tabel 7. 14 Perbandingan Qteori dan Qpraktikum PT. 6 59
Tabel 7. 15 Hubungan Kecepatan Aliran terhadap Error 59
Tabel 7. 16 Perbandingan Qteori dan Qpraktikum PT. 8 60
Tabel 7. 17 Hubungan Kecepatan Aliran terhadap Error 60
Tabel 8. 1 Hasil Pengujian 66
Tabel 8. 2 Nilai Diameter 66
Tabel 8. 3 Uji Coba 67
x
xi
MODUL 1
STABILITAS BENDA TEPAPUNG
1.1 Tujuan
Adapun beberapa tujuan yang akan disampaikan untuk melakukan uji coba
Stabilitas Benda Terapung sebagai berikut:
1.2 Peralatan
Adapun beberapa alat yang digunakan sebagai percobaan atau uji coba
Stabilitas Benda Terapung sebagai berikut:
a. Meja Hidraulika;
b. Perangkat alat percobaan Stabilitas Benda Apung:
Kotak pontoon;
Tiang vertikal;
Unting – unting;
Pengatur beban;
Skala liniar dan skala;
Pengatur beban transversal;
Benang pengatur.
1
1.3 Pendahuluan
a. Titik M terletak di atas titik G, benda ini stabil dan bila ada perubahan dari
posisi ini benda akan kembali lagi pada posisi stabilnya yang semula.
b. Titik M terletak di bawah titik G, benda ini dalam kondisi labil. Perubahan
sedikit dari posisi ini akan menggulingkan benda untuk mencari
keseimbangan yang baru.
c. Titik M dan titik G berimpit, benda dalam kondisi netral/keseimbangan in
different. Perubahan dari posisi ini tidak akan mempengaruhi tempat titik
M dan G.
Titik meta sentrika dalah titik perpotongan antara garis vertical yang melalui
titik berat benda dalam keadaan stabil (G) dengan garis vertikal yang melalui pusat
apung setelah benda digoyangkan atau titik pusat olengnya benda terapung.
2
Stabilitas merupakan kemampuan suatu benda terapung berada pada posisi
semula.
Biasanya penyebab posisi pada gambar (b) di atas adalah bergeraknya suatu
benda tertentu (w) sejauh x dari titik G, sehingga untuk mengembalikan ke posisi
semula harus memenuhi persamaan berikut:
GM = ……………………………………………………………..(1-3)
GM = BM-BG……………………………………………………………(1-4)
Dimana:
3
GM = Tinggi Titik Meta Sentrik;
4
1.4 Persiapan Uji
Sebelum memulai uji coba ada beberapa yang mesti dipersiapkan sebagai
berikut:
a. Siapkan meja hidraulika;
b. Siapkan ponton beserta perlengkapannya;
c. Timbang berat pengatur beban geser (jockey) dan ukur dimensi ponton;
d. Timbang berat pengatur beban geser (jockey) dan ukur dimensi ponton;
e. Atur pengatur beban geser (jockey) sehingga tepat di tengah ponton;
f. Kemudian tentukan titik berat ponton dengan cara menggantungkan
ponton pada seutas benang yang diletakkan/ dikaitkan pada lubang yang
berada di salah satu sisi dinding searah di atas ponton;
g. Ukur tinggi massa lintang dari bawah garis paling bawah (dasar ponton) ke
titik berat jockey;
h. Atur unting-untingnya, dimana dalam keadaan stabil (benang pemberat
berada pada skala 0 derajat).
Setelah persiapan sudah dilakukan, maka selanjutnya ialah proses uji coba
sebagai berikut langkah langkah prosedur uji:
Ada beberapap rumus yang digunakan sebagai perhitungan uji coba Stabilitas
Benda Terapung sebagai berikut:
5
Momen Guling = Momen…………………………………………………(1-
1)
w X = W GM ,maka……………………………………………. (1-
2)
GM = …………………………………………………………….. (1-
3)
GM = BM-BG…………………………………………………………….(1-4)
5)
Dimana:
6
1.7 Pengolahan Data
Tabel 1. 1 Spesifikasi
Spesifikasi
7
Tabel 1. 2 Pengolahan Data
GM =
GM =
GM = 47.198
1.8 Kesimpulan
2.1 Tujuan
Tujuan pengujian ini untuk mencari gaya hidrostatis pada bidang vertikal dan
hubungan antara tinggi muka air dan massa beban pada alat peraga.
2.2 Peralatan
Adapun beberapa alat yang digunakan sebagai percobaan atau uji coba
Tekana Hidrostatis sebagai berikut:
a. Meja hidrolika;
b. Alat peraga tekanan hidrostatis;
c. Beban;
d. Mistar;
e. Jangka sorong.
2.3 Pendahuluan
Tekanan hidrostatis adalah tekanan yang ditimbulkan oleh fluida pada benda
yang ada didalamnya. Besaran tekanan di suatu titik dalam zat cari tak bergerak
sebanding dengan kedalaman titik dan massa jenis zat fluida tersebut. Besar
tekanan hidrostatis tidak bergantung pada bentuk bejana, tetapi bergantung pada
massa jenis fluida, percepatan gravitasi bumi, kedalaman dan luas penampang.
Ada batas integrasi untuk kedua kasus yang ditunjukkan pada gambar di atas
berbeda, untuk gambar (2.4) bagian (a) penampang persegi hanya terendam
sebagian; sehingga R0 lebih besar dari R1.
Or M = ……………………………. (2-3)
Sedangkan untuk kasus yang diilustrasikan pada gambar (2.4) bagian (b)
dimana permukaan penampang persegi panjangnya terendam seluruhnya sehingga
R0 lebih kecil dari R1.
Or M = ……………………………..(2-3)
Dengan menggunakan peralatan yang dijelaskan di bawah ini, momen yang
diberikan sumbu di atas permukaan dapat diukur secara langsung.
Sebelum memulai uji coba ada beberapa yang mesti dipersiapkan sebagai
berikut:
Setelah persiapan sudah dilakukan, maka selanjutnya ialah proses uji coba
sebagai berikut langkah langkah prosedur uji:
Ada batas integrasi untuk kedua kasus yang ditunjukkan pada gambar di atas
berbeda, untuk gambar (2.1) bagian (a) penampang persegi hanya terendam
sebagian; sehingga R0 lebih besar dari R1.
Or M = ……………………………. (2-3)
Sedangkan untuk kasus yang diilustrasikan pada gambar (2.1) bagian (b)
dimana permukaan penampang persegi panjangnya terendam seluruhnya sehingga
R0 lebih kecil dari R1.
Or M = ……………………………..(2-3)
Spesifikasi
R1 (mm) 100
R2 (mm) 200
B (mm) 75
Rw (mm) 203
Tabel 2. 2 Pengolahan Data Untuk Sudut 0o
Gambar 2. 3 Grafik Variaation of Dimensioniess Moment with Dimensionless Slant Depth of Water
Tabel 2. 3 Pengolahan Data Untuk Sudut 10o
Gambar 2. 4 Grafik Variaation of Dimensioniess Moment with Dimensionless Slant Depth of Water
2.8 Kesimpulan
Semakin besar beban yang dipikul dari alat peraga tekanan hidrostatis
semakin besar pula ketinggian air yang dihasilkan. Dan jika semakin besar sudut
kemiringan dari alat peraga bertambah besar pula ketinggian air secara berkala
mengikuti pertambahan beban pada alat peraga. Sehingga gaya hidrostatis pada
bidang vertical juga semakin besar seperti yang ditampilkan pada grafik di atas.
MODUL 3 SALURAN TERBUKA
(PENGUKURAN KECEPATAN ALIRAN)
3.1 Tujuan
Adapun beberapa tujuan yang akan disampaikan untuk melakukan uji coba
saluran terbuka (Pengukuran Kecepatan Aliran) sebagai berikut:
3.2 Peralatan
Adapun beberapa alat yang digunakan sebagai percobaan atau uji coba
Tekana Hidrostatis sebagai berikut:
a. Stopwatch;
b. Meteran;
c. Jarum pengukur muka air;
d. Obeng;
e. Gelas ukur;
f. Ember;
g. Flume test.
3.3 Pendahuluan
Aliran seragam (uniform flow) terjadi jika tinggi muka air tertentu tidak
berubah sepanjang saluran yang ditinjau. Syarat keberlakuan aliran seragam adalah:
a. Kedalaman (y), luas penampang (A), kecepatan (v), dan debit (Q)
sepanjang segmen saluran adalah konstan;
b. Slope energi, muka air, dan dasar saluran sejajar;
c. Kemiringan saluran atau slope adalah kemiringan memanjang dasar
saluran. Biasanya diatur oleh keadaan topografi dan tinggi energi yang
diperlukan untuk mengalirkan air;
d. Koefisien manning dan chezy merupakan nilai koefisien yang menyatakan
kekasaran saluran, dimana semakin besar nilai koefisiennya maka
kehilangan energi semakin besar;
e. Spesifik energi pada suatu penampang saluran dinyatakan sebagai energi
tiap satuan berat. Energi yang terdapat dalam satuan berat yang mengalir
di dalam suatu saluran terbuka terdiri dari tiga bentuk energi, yaitu energi
kinetik, energi elevasi, dan energi tekanan. Spesifik energi merupakan
energi yang diukur dari dasar saluran pada sembarang penampang diukur
dari dasar saluran.
Sebelum memulai uji coba ada beberapa yang mesti dipersiapkan sebagai
berikut:
Setelah persiapan sudah dilakukan, maka selanjutnya ialah proses uji coba
sebagai berikut langkah langkah prosedur uji:
a. Atur suatu kemiringan dari alat flume test 1:40; 1:60; 1:100; 1;200;
b. Nyalakan suplai air dari bak penampung air untuk pengujian;
c. Atur jarum pengukur muka air untuk mendapatkan kedalaman aliran air
pada beberapa segmen saluran diukur dari arah hulu ke hilir saluran
dengan X1=2m, X2=4, X3=6m;
d. Ukur kedalaman muka air pada beberapa titik yang sudah ditentukan;
e. Catat ketinggian muka air y1, y2, y3 pada Tabel 3.1;
f. Lakukan pengambilan data debit dengan mengukur suatu volume air pada
waktu tertentu;
g. Catat data menggunakan Tabel 3.1; h. Lakukan langkah (a-f) untuk debit
yang berbeda.
3.5.2 Spesifik Energi
Keterangan:
A = Luas Penampang (m2);
P = Keliling Basah (m);
V = Kecepatan Aliran (m/s);
S = Kemiringan Aliran;
y = Kedalaman Air (m).
3.8 Kesimpulan
a. Jika saluran memiliki nilai slope yang kecil maka nilai koefisien Maning
dan Chezy akan semakin kecil.
b. Jika saluran ditingkatkan ketinggiannya di daerah hulu maka semakin kecil
nilai slope.
c. Jika saluran diturunkan ketinggiannya di daerah hulu semakin besar nilai
slope.
MODUL 4
ALIRAN MELALUI PELIMPAH AMBANG LEBAR
4.1 Tujuan
Adapun beberapa tujuan yang akan disampaikan untuk melakukan uji coba
Aliran melalui pelimpah Ambang Lebar sebagai berikut:
4.2 Peralatan
Adapun beberapa alat yang digunakan sebagai percobaan atau uji coba Aliran
melalui pelimpah Ambang Lebar sebagai berikut:
a. Stopwatch;
b. Alat pengujian tes air pada flume test;
c. Ambang lebar dengan tinggi 87 mm dan lebar 165 mm;
d. Jarumg pengukur muka air;
e. Obeng;
f. Gelas ukur;
g. Ember;
h. Meteran.
4.3 Pendahuluan
Aliran melalui pelimpah Ambang Lebar terjadi jika tinggi muka air serta
menentukan debit aliran air. Syarat keberlakuan aliran seragam adalah:
a. Ambang adalah salah satu jenis bangunan air yang dapat digunakan untuk
menaikkan tinggi muka air serta menentukan debit aliran air. Dalam
merancang bangunan air, perlu diketahui sifat-sifat atau karakteristik aliran
air yang melewatinya untuk pendistribusian air maupun pengaturan air.
Pada percobaan ini, bentuk ambang yang digunakan yaitu ambang lebar.
Gambar 4. 1 Ambang Lebar
(Sumber: Handout-CIV-108-Modul-5-Aliran-Melalui-Ambang.pdf)
b. Aliran pada ambang atau pelimpah (spillway) adalah salah satu jenis aliran
pada saluran terbuka. Profil pelimpah akan menentukan bentuk tirai luapan
(flow nappe) yang akan terjadi di atas ambang tersebut. Tirai luapan ini
dianggap mengalami pengudaraan, yaitu keadaan saat permukaan atas dan
bawah tirai luapan tersebut memiliki tekanan udara luar sepenuhnya.
Namun, pengudaraan di bawah tirai luapan kurang sempurna. Hal ini
berarti terjadi pengurangan tekanan di bawah tirai luapan akibat udara
yang tergantikan oleh pancaran air.
Pengurangan tekanan ini menimbulkan hal-hal sebagai berikut:
1) Perbedaan tekanan meningkat di ambang;
2) Perubahan bentuk tirai luapan sesuai dengan ambang yang digunakan;
3) Peningkatan debit, disertai fluktuasi;
4) Bentuk hidrolik yang tidak stabil.
c. Bilangan Froude merupakan perbandingan antara kecepatan rata-rata
aliran v dan cepat rambat gelombang pada air dengan kedalaman hidraulis.
Bilangan ini tidak memiliki dimensi. Apabila bilangan Froude adalah satu,
maka cepat rambat gelobang dan kecepatan aliran adalah sama. Aliran
dikatakan kritis (Fr = 1), jika kecepatan aliran lebih kecil daripada
kecepatan keritis disebut aliran subkritis (FR < 1), sedangkan jika
kecepatan alirannya lebih besar daripada kecepatan kritis disebut aliran
superkritis (Fr > 1).
4.4 Persiapan Uji
Sebelum memulai uji coba ada beberapa yang mesti dipersiapkan sebagai
berikut:
Setelah persiapan sudah dilakukan, maka selanjutnya ialah proses uji coba
sebagai berikut langkah langkah prosedur uji:
V= …………………………………………………………..(4-1)
Fr = ……………………………………………...………….(4-2)
Keterangan:
Q = Debit Aliran (m3/s);
y = Depth of Flow (m)
b = Lebar Bentuk Bendung
V = Kecepatan Aliran (m2/s)
4.7 Pengolahan Data
a. Nilai debit (L/s) dipengaruhi oleh bentuk ambang lebar, bentuk Oval
memiliki nilai debit yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai debit
yang diperoleh dari bentuk Segitiga.
b. Dari perolehan nilai Froud dari tabel pengolahan data bisa dikatakan
bahwa ambang lebar bentuk Segitiga dan bentuk Oval memiliki nilai
Froud dibawah satu sehingga bisa dikatakan saluran ini tergolong jenis
sub-kritis.
MODUL 5
PENGUKURAN DEBIT DENGAN PELUAP
5.1 Tujuan
5.2 Peralatan
Adapun beberapa alat yang digunakan sebagai percobaan atau uji coba
pengukuran debit dengan peluap sebagai berikut:
5.3 Pendahuluan
Sebelum memulai uji coba ada beberapa yang mesti dipersiapkan sebagai
berikut:
Setelah persiapan sudah dilakukan, maka selanjutnya ialah proses uji coba
sebagai berikut langkah langkah prosedur uji:
Q= ………………………………………….(5-1)
Cd = ……………………………………………………..(5-2)
Q= ………………………………….(5-3)
Cd = ………………………………………………….(5-4)
Q= ………………………………………………………………..(5-5)
Keterangan:
Cd = Koefisien kontraksi;
V = Volume (m3);
t = Waktu (s);
g = 9,81 m/s2.
5.7 Pengolahan Data
Volume (V) Waktu (t) Debit (Q) Tinggi Aliran (H) Koef.
Jenis
No. H 5/2
Debit
Peluap m3 s m3/s m (Cd)
1 1,700×10-04 5 3,40×10-05 0,01 1,000×10-05 0,287 4,971
Segitiga
2 5,100×10-04 5 1,02×10-04 0,02 5,657×10-05 0,287 2,636
Kecil
3 9,200×10-04 5 1,84×10-04 0,03 1,559×10-04 0,287 1,726
Volume (V) Waktu (t) Debit (Q) Tinggi Aliran (H) Koef.
Jenis
No. H5/2 Debit
Peluap m3 s m3/s m (Cd)
1 2,000×10-04 5 4,00×10-05 0,01 1,000×10-05 1,018 1,648
Segitiga
2 1,100×10-04 5 2,20×10-05 0,02 5,657×10-05 1,018 0,160
Besar
3 2,100×10-03 5 4,20×10-04 0,03 1,559×10-04 1,018 1,110
Tabel 5. 3 Pengukuran Bukaan Segiempat
Volume (V) Waktu (t) Debit (Q) Tinggi Aliran (H) Koef.
Jenis
No. H3/2 Debit
Peluap m3 s m3/s m (Cd)
1 1,300×10-03 5 2,60×10-04 0,01 1,000×10-03 2,907
2 Segi empat 4,100×10-03 5 8,20×10-04 0,02 2,828×10-03 3,241
3 8,600×10-03 5 1,72×10-03 0,03 5,196×10-03 3,701
3) Analisa pengaruh variasi Q terhadap Cd. Tuliskan hasil pada Tabel 5.1, 5.2, dan 5.3;
4) Buat grafik hubungan antara Qpraktikum terhadap H dengan bantuan Ms. Excel;
5) Carilah nilai Cd dari hasil garis regresi hubungan antara Q2/3 terhadap H. Cari seberapa besar kesalahan relatif yang terjadi
(KR) dari hasil perbandingan nilai Cd yang didapatkan dari langkah nomor b dan langkah nomor d;
b. Untuk perhitungan koefisien debit pada bukaan segiempat, dilakukan pengolahan data dengan mengganti bukaan menjadi segiempat.
c. Perhitungan perbandingan koefisien debit:
1) Buatlah rangkuman nilai koefisien debit yang diperoleh untuk bukaan segitiga dan segiempat. Serta cantumkan nilai KR dari
kedua nilai tersebut sesuai Tabel 5.4;
Gambar 5. 2 Grafik QPratikum Terhadap H
a. Semakin besar debit(Q) yang terjadi maka semakin besar pula kenaikan
koefisien debit (Cd).
b. Semakin besar nilai tinggi aliran(H) maka semkain besar nilai H 5/2 yang
akan berakibat pada penurunan koefisen debit (Cd).
c. Nilai sudut pada jenis peluap segitiga juga mempengaruhi nilai koefisien
debit (Cd), semakin besar sudut segitiganya semakin kecil pula nilai
koefisien debit (Cd).
d. Jika diurutkan berdasarkan besarnya koefisien kontraksi dari pengukuran
debit maka nilai terbesar dimulai dari segiempat, segitiga kecil, dan
segitiga besar.
MODUL 6
KEHILANGAN TEKANAN (ENERGI) PADA ALIRAN LAM PIPA MELALUI
LENGKUNGAN, PERUBAHAN PENAMPANG DAN KATUP
6.1 Tujuan
Tujuan pengujian ini untuk menentukan nilai K dari kehilangan tekanan pada
aliran dalam pipa sebagai berikut:
6.2 Peralatan
Adapun beberapa alat yang digunakan sebagai percobaan atau uji coba
kehilangan tekanan (energi) pada aliran dalam pipa sebagai berikut:
a. Meja hidrolika;
b. Seperangkat alat peraga kehilangan energi pada aliran melalui pipa yang
dilengkapi pipa.
6.3 Pendahuluan
a. Pipa digunakan sebagai saluran untuk mengalirkan air, minyak, gas, dan
cairancairan lainnya. Dalam sistem perpipaan terdapat batang pipa,
penyambung (fitting), katup (valves), flens (flanges), dan lain sebagainya.
Dalam sistem perpipaan terdapat energi yang hilang ketika air mengalir
dalam pipa. Terdapat dua jenis kehilangan energi yaitu:
1) Kehilangan energi primer (Mayor Losses)
Kehilangan energi yang disebabkan oleh gesekan sekeliling pipa yang
dipengaruhi panjang pipa, kekasaran pipa, dan jenis aliran.
Kehilangan tekanan terjadi pada pipa berdiameter kostan. Kehilangan
tekanan primer dirumuskan dengan rumus:
hr =
hL= KL
b. Pada kehilangan energi akibat kontraksi tiba tiba, energi pada aliran akan
menurun sehingga kecepatan meningkat. Nilai K pada saat kontraksi
didapatkan berdasarkan perbandingan luas kedua penampang dan dapat
dilihat pada tabel berikut:
Sebelum memulai uji coba ada beberapa yang mesti dipersiapkan sebagai
berikut:
Setelah persiapan sudah dilakukan, maka selanjutnya ialah proses uji coba
sebagai berikut langkah langkah prosedur uji:
a. Buka sepenuhnya katup pengatur aliran suplai dan globe valve (pipa biru
tua) aliran pada alat percobaan lalu tutup gate valve;
b. Buka katup udara pada manometer, biarkan manometer terisi pernuh dan
tunggu hingga gelembbung udara sudah tidak terlihat lagi pada
manometer;
c. Matikan suplai air dari meja hidrolika dan lakukan pengaturan tekanan
pada semua manometer agar tidak ada perbedaan bacaan tekanan sebelum
melakukan pengaturan debit dan pengambilan data;
d. Atur katup suplai aliran pada alat percobaan hingga mendapat pembacaan
manometer yang jelas. Jika diperlukan, tambahkan tekanan pada
manometer dengan menggunakan pompa tangan;
e. Catat pembacaan manometer sesuai formulir lembar data pengukuran
kehilangan energi primer pada pipa lurus dan hitung debit aliran dengan
menggunakan meja hidraulika sesuai prosedur pada modul 2 (Tabel 7.1);
f. Ulangi langkah a-g untuk 3 variasi debit.
Re = ………………………………………………………………(6-2)
fdarcy-weisbasch = ……………………………………………(6-3)
fblassius = …………………………………………………………(6-4)
hf = ………………………………………………........(6-9)
hLb = ΔH – hf……………………………………………………...(6-10)
kB = ………………………………………………………..(6-11)
kL = ………………………………………(6-12)
Keterangan:
ΔH = Beda tinggi manometer reading (m);
Re = Bilangan Reynolds;
V = Kecepatan (m/s);
D = diameter pipa (m);
𝜇= 0,897 x 10-6 m2/s (pada suhu 25°);
f = Koefisien gesek pipa;
l = Panjang pipa bend (m);
L= Panjang pipa lengkung (m);
g= Kecepatan gravitasi (m/s2);
hf = Kehilangan tinggi tekanan akibat gesekan (m);
hLB = Kehilangan tinggi tekanan akibat perubahan geometri (m);
Kb = Kehilangan tinggi tekanan pada tikungan akibat perubahan geometri
pipa (m);
Kl = Perubahan tinggi tekanan pada tikungan akibat gesekan pipa (m).
a. Perhitungan besar debit (Q) aktual sesuai prosedur pada modul 2 dan
cantumkan dalam tabel seperti berikut:
Tabel 6. 3 Spesfikasi
Spesifikasi
A Diameter pipa lurus 13,7 mm
B R berjenjang 90o 0,0 mm
C R siku 90o 12,7 mm
D Diameter gate valve 13,7 mm
E Expansion 13,7 mm
F Contraction 26,4 mm
G R 50 bend 50,0 mm
H R 100 bend 100,0 mm
J R 150 bend 150,0 mm
K Diameter globe valve 13,7 mm
L L pipa bend 917,000 mm
L μ 0,00000897 mm
Type of Pipes
No. Smooth Bend Smooth Bend Smooth Bend
Elbow bend Straight Bend Sharp Bend Expansion Contraction 50 mm 100 mm 150 mm
Radius Radius Radius
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
2 0,680 0,410 0,413 0,675 0,411 0,635 0,405 0,410 0,411 0,403 0,543 0,420 0,400 0,420 0,375 0,410
3 0,789 0,345 0,384 0,621 0,361 0,724 0,425 0,437 0,436 0,421 0,576 0,450 0,398 0,450 0,341 0,455
4 0,890 0,295 0,365 0,674 0,320 0,798 0,455 0,470 0,477 0,500 0,621 0,560 0,355 0,560 0,287 0,690
Viskositas 8,97E-06
L Tikung
No. Jenis Pipa R (m) L Pipa Bend (m) (m)
1 R 90o sharp bend mitre 0,000 0,9140
2 R 90o elbow bend 0,013 0,9086
3 R 50 bend 0,050 0,914 0,8926
4 R 100 bend 0,100 0,8711
5 R 150 bend 0,150 0,8497
Tabel 6. 9 Kehilangan Energi Sekunder pada Elbow Bend
Q HL v Hf ∆H hLB
No. Re f Blassius KB KL
m /s
3
m m/s m m m
1 0,000163934 0,270 1,112 1698,507 0,049 0,21 0,270 0,064 1,010 1,028
2 0,000142369 0,444 0,966 1475,070 0,051 0,16 0,444 0,283 5,944 5,962
3 0,000121273 0,595 0,823 1256,500 0,053 0,12 0,595 0,473 13,706 13,725
Rerata 0,16 0,436 0,273 6,887 6,905
Q HL v Hf ∆H hLB
No. Re f Blassius KB KL
m3/s m m/s m m m
1 0,000163934 0,224 1,112 1698,507 0,04928556 0,207 0,224 0,017 0,262 0,280
2 0,000142369 0,363 0,966 1475,070 0,05105442 0,162 0,363 0,201 4,222 4,240
3 0,000121273 0,478 0,823 1256,500 0,05314297 0,122 0,478 0,356 10,297 10,316
Rerata 0,164 0,355 0,191 4,927 4,945
Jenis R/d KB KL
Q HL v Hf ∆H hLB
No. Re f Blassius KB KL
m /s
3
m m/s m m m
1 0,000163934 0,035 1,11208799 1698,51 0,04928556 0,19288313 0,035 0,158 2,502 2,485713489
2 0,000142369 0,114 0,96579395 1475,07 0,05105442 0,1506949 0,114 0,037 0,771 0,754041033
3 0,000121273 0,403 0,82268662 1256,50 0,05314297 0,11381801 0,403 0,289 8,374 8,392215489
Rerata 0,152 0,184 0,161 3,883 3,877
Q HL v Hf ∆H hLB
No. Re f Blassius KB KL
m3/s m m/s m m m
1 0,000163934 0,020 1,11208799 1698,51 0,04928556 0,19774736 0,02 0,178 2,817 2,800
2 0,000142369 0,052 0,96579395 1475,07 0,05105442 0,15449521 0,052 0,102 2,154 2,136
3 0,000121273 0,205 0,82268662 1256,50 0,05314297 0,11668833 0,205 0,088 2,557 2,576
Rerata 0,156 0,092 0,123 2,509 2,504
Q HL v Hf ∆H hLB
No. Re f Blassius KB KL
m /s
3
m m/s m m m
1 0,000163934 0,123 1,11208799 1698,51 0,04928556 0,2026116 0,123 0,080 1,262 1,244
2 0,000142369 0,126 0,96579395 1475,07 0,05105442 0,15829552 0,126 0,032 0,679 0,661
3 0,000121273 0,061 0,82268662 1256,50 0,05314297 0,11955866 0,061 0,059 1,696 1,677
Rerata 0,160 0,103 0,057 1,212 1,194
Jenis R/d KB KL
f. Buat Tabel 6.8 perhitungan Kbave dan Klave dan grafik hubungan KB, KL,
terhadap R/D.
Jenis R/d KB KL
Jenis R/d KB KL
6.8 Kesimpulan
a. Kehilangan yang diakibatkan oleh standart elbow bend. Hasil percobaan
dapat dinyatakan sesuai karena head loss yang terjadi pada 900 mitre bend
memiliki nilai lebih besar dibandingkan headloss pada standart elbow.
b. Pada kehilangan energi primer dan sekunder, semakin besar debit maka
semakin besar juga kehilangan energi yang terjadi pada aliran tersebut.
c. Pada kehilangan energi primer dan sekunder, semakin kecepatan alirannya
maka semakin besar juga kehilangan energi yang terjadi pada aliran
tersebut.
d. Pada kehilangan energi pada tikungan, semakin besar debit atau kecepatan
alirannya maka semakin besar juga kehilangan energi yang terjadi pada
aliran tersebut
e. Pada kehilangan energi pada tikungan, semakin besar debit atau kecepatan
alirannya maka semakin kecil kehilangan tinggi tekanan akibat perubahan
geometri pipa (KB) dan perubahan tinggi tekanan akibat gesekan pipa
*KL) pada aliran tersebut
MODUL 7
TEORI BERNOULLI
7.1 Tujuan
Tujuan pengujian ini untuk menyelidiki keabsahan teori Bernoulli pada aliran
dalam pipa bundar dengan perubahan diameter.
7.2 Peralatan
Adapun beberapa alat yang digunakan sebagai percobaan atau uji coba Teori
Bernoulli sebagai berikut:
a. Meja Hidrolika;
b. Tabung pengukur volume;
c. Alat peraga teori Bernoulli;
d. Stopwatch.
Keterangan
= Tinggi Kecepatan;
= Tinggi Tekanan;
Z = Tinggi Tempat;
Indeks 1,2 = Menunjukan Titik Tinjauan;
v = Kecepatan Aliran;
g = Percepatan Gravitasi.
Pada alat percobaan atau peraga ini:
a. Z1=Z2 (pipa benda uji terletak horizontal);
Sebelum memulai uji coba ada beberapa yang mesti dipersiapkan sebagai
berikut:
Setelah persiapan sudah dilakukan, maka selanjutnya ialah proses uji coba
sebagai berikut langkah langkah prosedur uji:
a. Hubungkan alat dengan aliran suplai dari meja hidrolika dan arahkan
aliran yang keluar dari ujung outlet pipa benda uji melaui pipa lentur ke
dalam tangka pengukur volume;
b. Isi semua tabung manometer dengan air hingga tidak ada lagi gelembung
udara yang terlihat pada manometer;
c. Atur dengan seksama suplai air dan kecepatan aliran melalui katup
pengatur aliran alat dan katup suplai pada meja hidrolika, sehingga
diperoleh pembacaan yang jelas pada tabung manometer. Jika diperlukan,
tambahkan tekanan pada manometer dengan menggunakan pompa
tangan;
d. Catat semua pembacaan skala tekanan pada tabung manometer. Geser
sumbat (hipodermis) pada setiap penampang pipa benda uji. Catat
pembacaan manometer (ingat fungsi hipodermis);
e. Ukur debit yang melewati benda uji dengan bantuan stopwatch dan
tangka pengukur volume pada meja hidrolika;
f. Ulangi langkah a-f untuk berbagai variasi debit.
A= D2………………………………………………………………….(7-2)
V = …………………………………………………………(7-
3)
Qteori = ……………………………………………………………...(7-4)
b = ……………………………………………………….(7-
6)
a= …………………………………………………(7-7)
Keterangan:
dH = Selisih tinggi pembacaan manometer (m);
A = Luas penampang (m2);
V = Kecepatan aliran (m/s);
Q = Debit aliran (m3/s);
b, a = Koefisien persamaan regresi;
D = Diameter penampang (m).
Data diameter setiap manometer:
(D1 = 0,028 m; D2 = 0,021 m; D3 = 0,014 m; D4 = 0,0168 m; D5 = 0,0196
m; D6 = 0,0224 m; D7 = 0,028 m); g= Percepatan gravitasi (9,81 m/s2);
D1 0,0290
D2 0,0230
D3 0,0150
D4 0,0169
D5 0,0198
D6 0,0234
D8 0,0290
X Y
No. X2 Y2 XY
Kec. Error
Aliran
1 0,4472136 71,2102 0,2 5070,9 31,8462
2 0,509902 72,3732 0,26 5237,88 36,9032
3 0,5477226 73,4512 0,3 5395,08 40,2309
X Y
No. Kec. X2 Y2 XY
Error
Aliran
- -
1 0,1414214 0,02 2001,37
44,7367 6,32672
2 0,2828427 20,8205 0,08 433,494 5,88893
3 0,3741657 38,2152 0,14 1460,4 14,2988
X Y
No. Kec. X2 Y2 XY
Error
Aliran
- -
1 0,4242641 0,18 180,383
13,4307 5,69815
2 1,5427249 65,8695 2,38 4338,79 101,619
3 2,1447611 74,658 4,6 5573,82 160,124
X Y
No. Kec. X2 Y2 XY
Error
Aliran
1 0,8124038 53,3336 0,66 2844,48 43,3285
2 1,0099505 58,9286 1,02 3472,58 59,5149
3 1,183216 63,812 1,4 4071,98 75,5034
GambarTabel 7. 12 Perbandingan
7. 9 Grafik Qteori danAliran
Hubungan Kecepatan Qpraktikum
danPT. 5 Pt. 4
Error
X Y
No. Kec. X2 Y2 XY
Error
Aliran
1 0,7211103 61,6984 0,52 3806,69 44,4913
2 0,8602325 64,8709 0,74 4208,23 55,8041
3 1,2328828 74,6983 1,52 5579,84 92,0943
Gambar 7. 11 Grafik Hubungan Kecepatan Aliran dan Error Pt. 5
Tabel 7. 14 Perbandingan Qteori dan Qpraktikum PT. 6
X Y
No. Kec. X2 Y2 XY
Error
Aliran
1 0,6324555 68,7329 0,4 4724,21 43,4705
2 0,7745967 72,0677 0,6 5193,76 55,8234
3 1,4142136 84,2074 2 7090,88 119,087
Gambar 7. 13 Grafik Hubungan Kecepatan Aliran dan Error Pt. 6
Tabel 7. 16 Perbandingan Qteori dan Qpraktikum PT. 8
X Y
No. Kec. X2 Y2 XY
Error
Aliran
1 0,4472136 71,2102 0,2 5070,9 31,8462
2 0,3162278 55,4531 0,1 3075,05 17,5358
3 0,244949 40,6351 0,06 1651,21 9,95352
Gambar 7. 15 Grafik Hubungan Kecepatan Aliran dan Error Pt. 8
7.8 Kesimpulan
Dari kedelapan percobaan yang sudah dilakukan, teori Bernouli pada aliran
dalam pipa bundar dengan perubahan diameter dengan prakteknya tidak abash atau
tidak pasti dikarenakan nilai error melebihi 5%. Hal ini dapat terjadi dikarenakan
beberapa factor:
8.1 Tujuan
Tujuan dari pengujian ini untuk mencari nilai koefisien debit, koefisien
kecepatan dan koefisien kontraksi pada lubang bersudut tajam.
8.2 Peralatan
Adapun beberapa alat yang digunakan sebagai percobaan atau uji coba Aliran
Melalui Lubang sebagai berikut:
a. Meja Hidraulika
b. Seperangkat alat peraga percobaan melalui lubang
c. Penggariis
d. Stopwatch
8.3 Pendahuluan
Partikelzatcair yang mengalir melalui lubang berasal dari segala arah. Setelah
melewati lubang pancaran air mengalami kontraksi, yang ditunjukkan oleh
penguncupan aliran. Kontraksi maksimum terjadi pada suatu tampang sedikit
disebelah hilir lubang dengan kontraksi maksimum tersebut dikenal dengan vena
kontrakta. Pada aliran zat cair melalui lubang terjadi kehilangan tenaga
menyebabkan beberapa parameter aliran akan lebih kecil dibanding pada aliran zat
cair ideal yang dapat ditunjukkan oleh beberapa koefisien, yaitu koefisien
kontraksi, kecepatan, dan debit. Koefisien kontraksi tergantung pada tinggi energi,
bentuk dan ukuran lubang. Koefisien kontraksi (Cc) adalah perbandingan antara
luas tampang aliran pada venakontrakta (Ac) dan luaslubang (A0) yang sama
dengan tampang aliran zat cair ideal.
V = Cv
Keterangan:
Cd = koefisien debit;
Cc = koefisien kontraksi;
Cv = koefisien kecepatan;
g = percepatan gravitasi;
H0 = tinggi air terhadap lubang;
Hc = diameter aliran di titik vena kontra;
Q = debit;
V = kecepatan aliran yang melewati lubang.
Sebelum memulai uji coba ada beberapa yang mesti dipersiapkan sebagai
berikut:
Setelah persiapan sudah dilakukan, maka selanjutnya ialah proses uji coba
sebagai berikut langkah langkah prosedur uji:
a. Ukurlah diameter air yang keluar dari orifice (ambil diameter terkecil
aliran), atau yang disebut tititk vena konta dibawah plat orifice) dengan
cara mengatu pisau tepat pada sisi quandran depan sampai tepat pada
quandean belakang dengan memutarkan pengukur diameter (1 putaran = 1
mm);
b. Kemudian catat hasilnya (ac);
c. Arahkan lubang pitot dipusat air keluar di area vena kontra dibawah plat
orifice
d. Lalu catat bacaan manometernya (Hc) dan baca juga manometer
ketinggian air (H0);
e. Kemudian atur alat pengukur diameter tadi agar tidak menghalangi aliran
yang keluar;
f. Hitung debit air yang keluar memalui lubang dengan hydraulic bench
dengan perbandingan beban 1:3 sebanyak 3 x diambil rata-rata waktunya
(t);
g. Turunkan level air sekitar 25 – 35 mm dengan mengurangi debit suplay
air dan ulangi langkah (f)
h. Ulangi langkah (g) sampai sekurang-kurangnya mendapat data 8
perbedaan ketinggian air (H0).
V = Cv ……………………………………………………….(8-1)
Cv = …………………………………………………………..(8-2)
Keterangan:
Cd = koefisien debit;
Cc = koefisien kontraksi;
Cv = koefisien kecepatan;
g = percepatan gravitasi;
H0 = tinggi air terhadap lubang;
Hc = diameter aliran di titik vena kontra;
Q = debit;
V = kecepatan aliran yang melewati lubang.
8.7 Pengolahan Data
Volume Waktu
Beban
No. (V) (t)
kg m3 s
1 4 0,004 23,8
2 4 0,004 25
3 5 0,005 35,41
4 5 0,005 34,83
5 6 0,006 46,15
6 6 0,006 52,8
D0 0,01311 m
DC1 0,013 m
DC2 0,015 m
Tabel 8. 3 Uji Coba