Professional Documents
Culture Documents
Modul 3 - Kelompok 2 - Praktikum Rangkaian Listrik.
Modul 3 - Kelompok 2 - Praktikum Rangkaian Listrik.
Anggota Kelompok 2 :
Jika konduktor mempunyai luas penampang A yang merata, maka persamaan arus
itu menjadi
Di sini kita harus memperhatikan referensi arah arus. Bila arus yang menuju
simpul diberi tanda positif, maka arus yang meninggalkan simpul diberi tanda
negatif (atau sebaliknya bila arus yang meninggalkan bertanda positif, arus
yang menuju simpul bertanda negatif). Perlu diingat bahwa arah arus di sini
adalah arah referensi dan bukan arah arus sebenarnya.
Hukum Arus Kirchhoff merupakan pernyataan prinsip konservasi muatan.
Jumlah elektron per detik yang datang dan yang pergi haruslah sama, di titik
manapun dalam rangkaian. Oleh karena itu jumlah arus di suatu simpul harus
nol. Jika tidak, akan terjadi penumpukan muatan di simpul tersebut yang
menurut hukum Coulomb akan terjadi “ledakan muatan”; tetapi hal d emikian
tidak pernah terjadi.
2) Hukum Tegangan Kirchhoff
Hukum Kirchhoff yang kedua ini menyatakan bahwa :
dengan iXY adalah arus yang mengalir dari X ke Y, vX dan vY masing-masing adalah
tegangan simpul X dan simpul Y. Sementara itu persyaratan rangkaian, yaitu hukum arus
Kirchhoff (HAK), juga harus dipenuhi. Oleh karena itu untuk suatu simpul M yang
terhubung ke k titik simpul lain melalui konduktansi Gi (i = 1 sampai k), berlaku
Rangkaian 2
200 Ω 100 Ω
C
1
D
C
2
D
F. Hasil Perhitungan
Rangkaian 1
Berbeda dengan contoh sebelumnya, dalam rangkaian ini sumber tegangan tidak
terhubung lagsung ke titik referensi umum. Sumber tegangan dan simpul-simpul
yang mengapitnya jadikan satu simpul-super. Persamaan yang dapat kita peroleh
adalah :
Kita kalikan baris pertama dan ke-dua dengan 20 serta baris ke-empat dengan 10
sehingga kita peroleh matriks dengan elemen-elemen bilangan bulat. Setelah itu
kita lakukan eliminasi Gauss yang akan memberikan :
G. Analisis hasil perhitungan & Hasil praktikum
TEGANGAN
SIMPUL Manual Multimeter EWB
A -2,727 V -2,727 V
B -8,182 V -8,182 V
Rangkaian
C 6,818 V 6,818 V
D 3,409 V 3,409 V
1
A -2,727 V -2,727 V
B -8,182 V -8,182 V
Rangkaian
C 6,818 V 6,818 V
2 D 3,409 V 3,409 V
ARUS
SIMPUL Manual Multimeter EWB
A I1 272,7 mA 272,7 mA
I2 -409,1 mA -409,1 mA
B I3 -272,7 mA -272,7 mA
Rangkaian
I4 340,9 mA 340,9 mA
C
1 I5 340,9 mA 340,9 mA
D I6 340,9 mA 340,9 mA
A I1 27,27 mA 27,27 mA
I2 -40,91 mA -40,91 mA
B I3 -27,27 mA -27,27 mA
Rangkaian
I4 34,09 mA 34,09 mA
2 C I5 34,09 mA 34,09 mA
D I6 34,09 mA 34,09 mA
Hasil perhitungan rangkaian 1 secara manual
Hasil perhitungan rangkaian 2 secara manual
Hasil perhitungan Rangkaian 1 secara EWB
Tegangan
Arus
Hasil penghitungan rangkaian 2 secara EWB
Tegangan
Arus
Kesimpulan:
Dapat kita simpulkan bahwa kita bisa menggunakan aplikasi EWB, menghitug secara manual
atau juga menggunakan multimeter untuk menghitung rangkaian dalam modul praktikum
rangkaian listrik. Pada laporan modul yang kita kerjakan hanya menggunakan aplikasi EWB
dan menghitung secara manual untuk rangkaian 1 dan rangkaian 2.
Untuk menghitung secara manual pada rangkaian 1 dan rangkaian 2 sumber tegangan tidak
terhubung langsung dengan titik referensi, sehingga sumber tegangan dan simpul-simpul yang
mengapit menjadi satu simpul super. Kemudian di ubah menjadi persamaan tegangan simpul
lalu mengubahnya dalam bentuk matriks dan disederhanakan dengan eliminasi gauss sehingga
diperoleh nilai tegangan simpulnya dan arus cabang dapat dihitung dengan menggunakan
rumus I = V/R. Untuk memastikan jawaban kita sudah benar kita bisa juga membandingkan
perhitungan antara EWB dan perhitungan yang manual. Sehingga dari hasil perbadingan antara
EWB dan hitung manul yang kita lakukan menunjukan nilai tegangan dan nilai arus yang
diperoleh adalah sama.