You are on page 1of 17

Perencanaan Infrastruktur

Pemukiman
Pengelolaan Air Limbah di Negara
Berkembang, Mumbai

Windy Dhiya Lathifah 1710942010


Dewi Yusnisa putri 1710942011
Kenapa Mumbai bisa Toilet umum yang telah dibagun
Menjadi Pemukiman pemerintah tidak terpelihara,
Kumuh? karena tingginya biaya
pemeliharaan

Toilet umum tidak


menjadi pilihan
Tidak dibersihkan
terbaik
sehingga bau

Wanita tidak BABS yang Ukuran toilet yang


mau sefasilitas dianggap hal biasa hanya dirancang untuk
dengan pria orang dewasa
Proses Perkembangan Pengelolaan
Sanitasi di Mumbai
Siapa yang berperan dalam
mengubah kehidupan Mumbai?

National Slum Dwellers Federation (NSDF)

Aliansi
Mahila Milan (Women Together)

Society for the Promotion of Area Resource


Centres (SPARC)

Municipal Corporation of Greater Mumbai


Partnership
(MCGM)
Bagaimana bisa Maha 4 kakus
Milan memiliki peran
besar? 1987-1993 1 tangki air

1 ruang penjaga
Maha Milan
Melakukan survey
terkait sanitasi
Berkembang
Diterima dikhalayak
menjadi sebuah Desain Rumah
karna pastisipasinya,
organisasi dan
dan diberikan
terhubung ke Menyediakan pinjaman
kesempatan untuk
beberapa kota di
mengembangkan
India Berdialog dengan negara
kapasitasnya
Program Pembangunan Toilet

Memberikan kesempatan kepada para


wanita untuk melakukan proyek

Menambah Pengalaman

Sehingga mengubah peran para penghuni pemukiman kumuh, menjadi :


Orang yang dapat mengundang pejabat kota untuk berkunjung melihat perubahan
1
yang sudah mereka lakukan

2 Orang yang memiliki semua hak perubahan yang dilakukan


Orang yang menyatakan rencana perubahan apa yang ingin dilakukan terhadap kota
3
tersebut.
Tahap I

Bank Dunia meminjamkan dana kepada


MCGM
Peran apa yang
dilakukan MCGM Bertujuan untuk pembangunan sitem
(1994) pembuangan air limbah berskala besar dan
pembangunan sistem sanitasi.

Dengan syarat “Memenuhi kebutuhan orang


miskin dan membangun toilet umum di
beberapa pemukiman kumuh
Tahap I

Bank Dunia meminta keterlibatan masyarakat

Mengurangi masyarakat Menjadikan komunitas berbeda


yang hanya berperan saling bersaing untuk dipilih
sebagai partisipan pasif mengerjakan proyek

meminta melakukan
Mengoptimalkan
proses mobilisasi,
Aliansi keterlibatan dan kepemilikan
rancangan, konstruksi
lokal
pada proyek
Hasil Tahap I

Aliansi tidak menerima 1988 pendekatan Bank Dunia dinyatakan tidak


penawaran berhasil

Inisiasi Tahap II

Aliansi diundang
Spesifikasi desain dirumuskan kembali sesuai saran
kembali pada proyek
dari Aliansi
Mumbai
Tahap II

Aliansi tidak siap menghadapi kerumitan


proses

Tantangan yang
menjadi penghalang Perjuangan dalam mengelola persyaratan
dalam implementasi yang dibebankan kepada aliansi
yang cepat :

Penyisihan tidak diperhitungkan dalam


kontrak yang disediakan

Solusi yang masih belum sempurna, seperti kontraktor


ceroboh dalam pekerjaan dan masyarakat yang tidak
menindaklanjuti pemeliharaan fasilitas
Tahap II

Pemerintah Kota tidak mengeluarkan dana


tepat waktu (proyek butuh dana)
Tantangan yang
menjadi penghalang
dalam implementasi Terjadi perselisihan karena tidak ada manfaat
yang cepat : yang diterima pihak departemen kota

Hasil Tahap II

Aliansi terlibat dalam pembangunan 366 blok toilet dengan


Prestasi 6.952 dari 72.000 tempat duduk dibangun sejak 1999
(dalam sistem kota namun belum semua terjangkau)
Hasil Tahap II

Hingga saat ini konstruksi memenuhi sekitar


setengah dari kebutuhan yang sebenarnya

Tantangan yang
Tersisa Di permukiman kumuh tidak ada ruang untuk
toilet komunitas (harus memindahkan gubuk)

Pengembangan kebijakan untuk merelokasi


rumah tangga berdasarkan kesepakatan
Hasil Tahap II

✓ Pendekatan partisipatif

✓ Jaringan yang ada

✓ Kepemimpinan
Alasan Kesuksesan
✓ Peran dan tanggung jawab yang jelas

✓ Daya tahan

✓ Ketelitian (bukan kesegaraan)

✓ Monitoring dan evaluasi


Hasil Tahap II

Meninjau apa yang telah dilaksanakan dan


yang dapat dipelajari dari proyek Mumbai

Butuh komitmen kelembagaan yang nyata


Pentingnya dan sistem pemantauan rutin
pemantauan untuk Pemantauan semua toilet yang dibangun dan
pengembangan pengembangan protokol tentang bagaimana
kapasitas membangun dan memperkuat kapasitas kota
dan masyarakat untuk mengelola aset

Tidak semua kotamadya berada dalam


pengawasan formal terhadap aset yang dibuat
Tahap III

Pengumpulan data juga penting untuk


membandingkan faktor faktor antara blok
toilet, kelurahan dan kota secara keseluruhan

Data merefleksikan hubungan antara permukiman


kumuh dan kota, dan interaksi yang meluas.

Berdasarkan pemeliharaan sanitasi, keterlibatan


antara kota dan masyarakat dapat diterapkan pada
isu-isu lain seperti persampahan, pendidikan,
kesehatan, manajemen lokalitas dan sebagainya.
Thank You
Any Question?

You might also like