Professional Documents
Culture Documents
Makalah Alquran Sebagai Sumber Hukum Islam
Makalah Alquran Sebagai Sumber Hukum Islam
Oleh :
RUSWID
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Alquran sebagai
Sumber Hukum Islam” ini. Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan
kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta semua
umatnya hingga kini. Dan semoga kita termasuk dari golongan yang kelak
mendapatkan syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga
selesainya makalah ini. Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun
ini dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi
para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman, sehingga
nantinya saya dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi
lebih baik lagi. Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari
banyaknya kekurangan, baik dari aspek kualitas maupun kuantitas dari
bahan penelitian yang dipaparkan. Semua ini murni didasari oleh
keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh sebab itu, kami membutuhkan kritik
dan saran kepada segenap pembaca yang bersifat membangun untuk lebih
meningkatkan kualitas di kemudian hari.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Alquran
B. Keutamaan Alquran
C. Fungsi Alquran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber ajaran Islam ialah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan,
atau pedoman syariat Islam. Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam.
Agama Islam bersumber dari Alquran yang memuat wahyu Allah dan al-Hadis
yang memuat Sunah Rasulullah. Menuntut ilmu agama Islam merupakan
fardu ’ain , yakni kewajiban pribadi setiap muslim dan muslimah, sedang
mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal pikiran
manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.
Pada umumnya para ulama fikih sependapat bahwa sumber hukum
Islam yang utama adalah Alquran dan hadist. Dalam sabdanya Rasulullah
SAW bersabda, “ Aku tinggalkan bagi kalian dua hal yang karenanya kalian
tidak akan tersesat selamanya, selama kalian berpegang pada keduanya, yaitu
Kitab Allah dan sunahku.” Dan di samping itu pula para ulama fikih
menjadikan ijtihad sebagai salah satu dasar hukum Islam, setelah Alquran
dan hadist.
erijtihad adalah berusaha sungguh-sungguh dengan memperguna kan
seluruh kemampuan akal pikiran, pengetahuan dan pengalaman manusia
yang memenuhi syarat untuk mengkaji dan memahami wahyu dan sunah
serta mengalirkan ajaran, termasuk ajaran mengenai hukum (fikih) Islam dari
keduanya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan dalam makalah ini
adalah:
1. Apa pengertian Alquran?
2. Apa pengertian wahyu?
3. Apa fungsi Alquran?
4. Apa saja pokok-pokok kandungan dalam Alquran?
5. Apa saja komponen dasar hukum Alquran?
6. Bagaimana contoh pengambilan hukum dari Alquran?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Alquran
Secara etimologi Alquran berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qiraa’atan,
atau qur’anan yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (ad-
dlammu). Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. 75: 17-18:
“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya dan
‘membacanya’. Jika Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah
‘bacaan’ itu”.
Sedangkan secara terminologi (syariat), Alquran adalah mukjizat terbesar
Nabi Muhammad SAW, bahkan terbesar pula dibandingkan mukjizat para
nabi sebelumnya. Alquran membenarkan kitab-kitab sebelumnya dan
menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkan sebelumnya. Seperti dalam
ayat yang artinya:
“Tidak mungkin Alquran ini dibuat oleh selain Allah. Akan tetapi ia
membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum
yang ditetapkannya. Tidak ada keraguan di dalamnya dari Tuhan semesta
alam” (Q.S. Yunus: 37).
Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Alquran itulah yang
benar, membenarkan kitab-kitab sebelumnya Sesungguhnya Allah benar-benar
Mengetahui lagi Maha Melihat (keadaan) hamba-hambanya.” (Q.S. Faathir: 31)
Ayat-ayat Alquran yang diturunkan selama lebih kurang 23 tahun itu
dapat dibedakan antara ayat-ayat yang diturunkan ketika Nabi Muhammad
masih tinggal di Mekah (sebelum hijrah) dengan ayat yang turun setelah Nabi
Muhammad hijrah (pindah) ke Madinah. Ayat-ayat yang turun ketika Nabi
Muhammad masih berdiam di Mekkah di sebut ayat-ayat Makkiyah,
sedangkan ayat-ayat yang turun sesudah Nabi Muhammad pindah ke
Madinah dinamakan ayat-ayat Madaniyah. Ciri-cirinya adalah:
1. Ayat-ayat Makiyah pada umumnya pendek-pendek, merupakan 19/30 dari
seluruh isi Alquran, terdiri dari 86 surat, 4.780 ayat. Sedangkan ayat-ayat
Madaniyah pada umumnya panjang-panjang, merupakan 11/30 dari
seluruh isi Alquran, terdiri dari 28 surat, 1456 ayat.
2. Ayat-ayat Makkiyah dimulai dengan kata-kata yaa ayyuhannaas (hai
manusia) sedang ayat–ayat Madaniyah dimulai dengan kata-kata yaa
ayyuhallaziina aamanu (hai orang-orang yang beriman).
3. Pada umumnya ayat-ayat Makkiyah berisi tentang tauhid yakni keyakinan
pada Kemaha Esaan Allah, hari kiamat, akhlak, dan kisah-kisah umat
manusia di masa lalu, sedang ayat-ayat Madaniyah memuat soal-soal
hukum, keadilan, masyarakat, dan sebagainya.
Keutamaan Alquran
Keutamaan Alquran ditegaskan dalam sabda Rasulullah, antara lain:
1. Sebaik-baik orang di antara kamu, ialah orang yang mempelajari Alquran
dan mengajarkannya.
2. Umatku yang paling mulia adalah Huffaz (penghafal) Alquran (HR. Turmuzi).
3. Orang-orang yang mahir dengan Alquran adalah beserta malaikat-malaikat
yang suci dan mulia, sedangkan orang membaca Alquran dan kurang fasih
lidahnya berat dan sulit membetulkannya maka baginya dapat dua pahala
(HR. Muslim).
4. Sesungguhnya Alquran ini adalah hidangan Allah, maka pelajarilah
hidangan Allah tersebut dengan kemampuanmu (HR. Bukhari-Muslim).
5. Bacalah Alquran sebab di hari Kiamat nanti akan datang Alquran sebagai
penolong bagai pembacanya (HR. Turmuzi).
C. Fungsi Alquran
Fungsi Alquran antara lain adalah:
1. Menerangkan dan menjelaskan (QS. An-Nahl: 89; Ad-Dukhaan: 4-5).
2. Alquran kebenaran mutlak (Al-Haq) (QS. Al-Baqarah: 91, 76).
3. Pembenar (membenarkan kitab-kitab sebelumnya) (QS. Al-Baqarah: 41, 91,
97; Ali Imran: 3; Al-Maa’idah: 48; Al-An’aam: 92; Yunus: 37; Faathir: 31; Al-
Ahqaaf: 1; Yusuf: 30).
4. Sebagai Furqon (pembeda antara hak dan yang batil, baik dan buruk).
5. Sebagai obat penyakit (jiwa) (QS. Yunus: 57; Al-Israa’: 82; Fushshilat:
44).
6. Sebagai pemberi kabar gembira.
7. Sebagai hidayah atau petunjuk (QS. Al-Baqarah: 1, 97, 185; Ali Imran:
138; Al-A’raaf: 52, 203).
8. Sebagai peringatan.
9. Sebagai cahaya petunjuk (QS. Asy Syuura: 52).
10. Sebagai pedoman hidup (QS. Al Jaatsiyah: 20).
11. Sebagai pelajaran.
Alquranul karim tidaklah diturunkan sekaligus kepada Rasulullah SAW,
namun diturunkan secara berangsung-angsur. Alquran yang memuat 30 juz
ayat itu disampaikan kepada Nabi Muhammad dengan memakan waktu
antara 20, 23, dan 25 tahun. Perbedaan waktu ini terjadi disebabkan
perbedaan mengenai penetapan masa tinggal Rasulullah di Makkah dan
Madinah. Dan berdasarkan hitungan para peneliti sejarah, didapati bahwa
lamanya turun Alquran lebih dekat kepada pendapat yang menyatakan selama
23 tahun.
Turunnya Alquran dengan berangsur-angsur memiliki makna dan tujuan
tersendiri. Persoalan keberangsuran ini pernah menjadi pertanyaan orang
kafir. Hal ini dapat dilihat dalam firman Allah,
وقال اللذين كفروا لو ال أنزل عليه القرأن جملة واحدة
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alquran adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW, bahkan
terbesar pula dibandingkan mukjizat para nabi sebelumnya. Alquran
membenarkan kitab-kitab sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Hadits disebut juga As-Sunah. Sunah secara bahasa berarti “adat-
istiadat” atau “kebiasaan” (traditions). Sunah adalah segala perkataan,
perbuatan, dan penetapan/persetujuan serta kebiasaan Nabi Muhammad
Saw. Penetapan (taqrir) adalah persetujuan atau diamnya Nabi Saw terhadap
perkataan dan perilaku sahabat.
Kesepakatan seluruh ulama mujtahid pada satu masa setelah zaman
Rasulullah atas sebuah perkara dalam agama. Dan ijma yang dapat
dipertanggung jawabkan adalah yang terjadi di zaman sahabat, tabiin (setelah
sahabat), dan tabi’ut tabiin (setelah tabiin). Karena setelah zaman mereka para
ulama telah berpencar dan jumlahnya banyak, dan perselisihan semakin
banyak, sehingga tak dapat dipastikan bahwa semua ulama telah bersepakat.
Saran
Saran dari penulis adalah marilah kita menjadikan Alquran dan Al-hadist
sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari kita yang merupakan sumber
hukum agama Islam dan sekaligus pembawa kita ke dalam kehidupan yang
bahagia baik itu di dunia dan akhirat kelak nanti.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Nasruddin Razak. 1989. Dienul Islam. Bandung: Maarif.