Professional Documents
Culture Documents
Proposal Observasi K3 Kel.7-Dikonversi
Proposal Observasi K3 Kel.7-Dikonversi
Di Susun Oleh :
Kelompok 7
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan Tugas “Laporan Observasi Dan Pendidikan Kesehatan Tentang
Penyakit Akibat Kerja Dan Kecelakaan Akibat Kerja Pada Pekerja Bengkel Tentang Cara
Mengurangi Risiko Terluka Pada Saat Bekerja”.
Tidak dapat dipungkiri lagi, hambatan demi hambatan selalu kami temui dalam hal
penyusunan setiap laporan. Tapi dengan kerja keras serta tekad yang kuat maka akhirnya kami
dapat menyelesaiakan laporan ini.
Kekurangan demi kekurangan selalu ada, karena kami hanyalah manusia biasa. Oleh sebab
itu, kritik serta saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi perbaikan dimasa
yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................4
1.2 Tujuan.................................................................................................................................4
1.3 Manfaat................................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................................................6
2.1 Konsep Teori K3...............................................................................................................6
2.2 Konsep Teori Penyakit Akibat Kerja................................................................................6
2.3 Konsep Teori Hazard........................................................................................................7
2.4 Konsep Teori Bengkel......................................................................................................8
2.5 Konsep Teori Alat Pelindung Diri (APD).........................................................................8
BAB III HASIL OBSERVASI........................................................................................................9
3.1 Deskripsi Pelaksanaan.......................................................................................................9
3.2 Hasil Pengamatan..............................................................................................................9
3.3 Kesimpulan.....................................................................................................................10
BAB IV PENDIDIKAN KESEHATAN.......................................................................................11
4.1 Latar Belakang................................................................................................................11
4.2 Tujuan.............................................................................................................................12
4.3 Metode Pelaksanaan........................................................................................................13
4.3.1 Tahap Persiapan.......................................................................................................13
4.3.2 Tahap Pelaksanaan...................................................................................................13
4.3.3 Tahap Evaluasi..........................................................................................................14
4.4 Kesimpulan..........................................................................................................................14
LAMPIRAN..................................................................................................................................15
Lampiran 1 : Daftar Pertanyaan Observasi..........................................................................15
Lampiran 2 : Jurnal..............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui sumber penyakit dan sumber hazard di Bengkel:
1.2.1 Bahaya Kimia
1.2.2 Bahaya Ergonomic
1.2.3 Bahaya Biologi
1.2.4 Bahaya Fisik/Lingkungan
1.3 Manfaat
1.3.1 Mahasiswa/i dapat mengetahui seberapa tingkat K3 diterapkan di kelompok pekerja
Bengkel
1.3.2 Menambah pengetahuan Mahasiswa/i STIKES Yarsi Mataram mengenai K3
1.3.3 Penulis dan kelompok dapat langsung merasakan pengalaman observasi dan
memberikan pendidikan kesehatan langsung mengenai penerapan K3
BAB II
TINJAUAN TEORI
Ada beberapa jenis penyakit akibat kerja menurut Simposium Internasional oleh ILO
dalam Anizar (2009), yaitu a) Penyakit akibat kerja (occupational disease) Penyakit yang
mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjan, yang pada
umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah diakui, b) Penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaan (work related disease) Penyakit yang mempunyai beberapa agen
penyebab, dimana faktor pada pekerjaan memegang peranan bersama dengan faktor risiko
lainnya dalam berkembangnya penyakit yang mempunyai etiologi yang kompleks, dan
Penyakit yang mengenai populasi kerja (disease affecting working populations) Penyakit
yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen penyebab di tempat pekerja. Namun
dapat diperberat oleh kondisi pekerjaan yang buruk untuk kesehatan.
Guna memenuhi tuntutan PP No. 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan pengemudi
pasal 126, 127, 128, dan 129, dinyatakan bahwa setiap kendaraan bermotor harus memenuhi
persyaratan teknis dan kelayakan kendaraan bermotor.
Menurut Yoga (2013), bengkel merupakan suatu usaha jenis wirausaha kecil dan
menengah yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan perbaikan, baik itu sepeda motor atau
mobil.
Usaha bengkel sepeda motor adalah usaha yang melakukan perbaikan sepeda motor
agar dapat kembali berjalan dengan baik sesuai dengan keinginan pemilik atau bentuk asli
dari sepeda motor tersebut (Yuda, 2015).
Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Association, personal protective
equipment atau alat pelindung diri didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk
melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan
bahaya di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik
dan lainnya.
Alat pelindung haruslah enak dipakai, tidak mengggangu kerja dan memberikan
perlindungan yang efektif. Pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan terhadap
bahaya kecelakaan. Pakaian pekerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlengan
pendek, pas (tidak longgar) pada dada atau punggung, tidak berdasi dan tidak ada lipatan
atau pun kerutan yang mungkin mendatangkan bahaya. Wanita sebaiknya memakai celana
panjang, jala atau ikat rambut, baju yang pas dan tidak mengenakan perhiasaan. Pakaian
kerja sintetis hanya baik terhadap bahan kimia korosif, tetapi justru berbahaya pada
lingkungan kerja dengan bahan yang dapat meledak oleh aliran listrik statis (Suma’mur,
2014).
BAB III
HASIL OBSERVASI
Para pekerja mengeluh merasakan pegal di sekitar area punggung apabila banyak
pelanggan yang datang baik untuk service ataupun mengganti oli dikarenakan posisi para
pekerja saat bekerja itu dengan jongkok tanpa menggunakan kursi untuk duduk jika duduk
secara langsung (lesehan) celana yang digunakan akan kotor dan kadang akan terasa gatal di
bagian bokong para pekerja karena lantai tempatnya bekerja sudah tertutupi oleh bekas oli
atau bahkan kotoran dari motor-motor yang datang untuk di perbaiki.
Dari hasil observasi juga terlihat bahwa para pekerja tidak ada yang menggunakan APD
yang seharusnya dipakai pekerja bengkel seperti kaus tangan, masker, sepatu/boot. Para
pekerja bekerja dengan tangan telanjang dan memakai sandal saja bahkan ada yang tidak
menggunakan alas kaki sama sekali. Kejadian ini tentu saja dapat menjadi sumber
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Seperti dengan tidak menggunakan sarung
tangan saat bekerja tentu tanpa di duga bisa saja tangan para pekerja terluka pada saat
service motor atau bisa juga tangannya akan mengalami penyakit kulit dermatitis
dikarenakan kontak langsung dengan oli, dll. Kami juga mendapati saat bekerja setiap alat
yang telah digunakan tidak disimpan pada tempatnya dan akan di bereskan saat bengkel
akan di tutup dikarenakan buru-buru saat bekerja, hal ini menyebabkan banyak pekerja yang
terluka karena tidak menggunakan alas kaki dan ada pula pekerja yang terpeleset karena
tidak melihat alat-alat yang berserakan tersebut.
Lalu karena bengkel ini terletak di pinggir jalan para pekerja terkena sinar matahari
langsung, sehingga secara tidak langsung mereka akan berkeringat karena terkena sinar
matahari ditambah sedang melakukan aktivitas. Hal tersebut menyebabkan banyak para
pekerja mendapatkan penyakit kulit panu pada kulitnya dikarenakan keringat pada baju
didiamkan dalam waktu lama sehingga meningkatkan kelembapan pada kulit dan
menyebabkan tumbuhnya jamur di tubuh.
3.3 Kesimpulan
Dari observasi yang sudah dilakukan dapat kami simpulkan bahwa kecelakaan akibat
kerja dan penyakit akibat kerja banyak dapat terjadi di kelompok pekerja bengkel tetapi para
pekerja bengkel masih sangat minim menyadari hal-hal tersebut.
Tidak sedikit dari mereka pun menganggap tidak perlu menggunakan APD dikarenakan
wajar jika bekerja mengalami kecelakaan di tempat kerja ataupun sakit yang dirasakan di
anggap sebagai hal yang sangat manusiawi dan tidak ada kaitannya dengan pekerjaan yang
mereka lakukan.
Sehingga sangat penting sekali untuk melakukan pendidikan kesehatan untuk para
kelompok pekerja bengkel ini agar mereka lebih sadar dan patuh untuk menjaga
kesehatannya sembari bekerja. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti
mendapatkan kecelakaan di tempat kerja ataupun penyakit yang di akibatkan pekerjaan.
Disini kita juga harus bisa membuat para pekerja sadar betapa pentingnya Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) pada saat mereka bekerja.
BAB IV
PENDIDIKAN KESEHATAN
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang merupakan kepanjangan dari K3 adalah segala
kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui
upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP 50 Tahun 2012). Dengan
diterapkan nya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di bengkel akan sangat membantu
para pekerja agar terhindar dari Hazard selama mereka bekerja dan akan mengurangi risiko
terjadi penyakit akibat kerja yang akan menyusahkan para pekerja ini di masa yang akan
datang. Dengan diterapkan K3 juga dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman dan
nyaman bagi para pekerja.
Pada jurnal terakhir yaitu jurnal penelitian Trisna Jayati dan kawan-kawan dengan
jurnal “Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada
Pekerja Bengkel Motor Di PT. Acapella Honda” mendapatkan hasil penelitian yang salah
satunya yaitu terdapat hubungan anatara pengetahuan dan penggunaan APD pada pekerja
bengkel motor PT. Acapella Honda tahun 2020, dapat disimpulkan bahwa dengan
melakukan pendidikan kesehatan mengenai K3 ini akan membuat para pekerja lebih sadar
akan keselamatan dan kesehatannya selama bekerja dimulai dari hal yang sederhana yaitu
melakukan personal hygiene mencuci tangan setelah melakukan kontak dengan bahan kimia.
4.2 Tujuan
1. Untuk menyadarkan para pekerja penting personal hygine
2. Untuk menyadarkan para pekerja bahaya kontak langsung dengan bahan kimia (air aki,
bensin, oli)
3. Untuk menyadarkan para pekerja posisi yang salah saat bekerja bisa mengakibatkan
pegal
4. Untuk menyadarkan para pekerja untuk selalu merapikan lokasi bekerja nya
5. Untuk menyadarkan para pekerja memakai APD saat bekerja dapat mengurangi risiko
terluka
6. Untuk menyadarkan para pekerja untuk tidak membiarkan keringat lebih lama agar tidak
tumbuh bakteri di badan
4.4 Kesimpulan
LAMPIRAN
1. Menggunakan APD:
a. Baju Khusus
b. Masker
c. Sarung tangan
d. Safety shoes
g. Kacamata
b. Nyaman digunakan
7. PENANGGULANGAN BENCANA
a. Terdapat rambu evakuasi
b. Terdapat pintu emergency
c. Terdapat titik kumpul
MONITORING LINGKUNGAN
8. PENCAHAYAAN DI RUANGAN
14. Ada tempat mandi darurat, tempat pencuci mata, dan alat
pemadam kebakaran mudah di akses ?
15. Apakah jalur/jalan yang jelas dan tidak terhalang untuk
memungkinkan akses siap keluar dari daerah dalam
kasus kebakaran atau keadaan darurat lain ?
15. KENDARAAN
Admin. (2020, November 23). Pengertian Observasi : Pengertian, Fungsi, Tujuan dan
Manfaatnya. Retrieved Desember 22, 2021, from idCloudHost:
https://idcloudhost.com/pengertian-observasi-pengertian-fungsi-tujuan-dan-manfaatnya/
admin. (2021, Maret 26). Penyakit Akibat Kerja. Retrieved Desember 25, 2021, from SPSI
Bekasi: https://spsibekasi.org/2021/03/26/penyakit-akibat-kerja/
damkar. (2020, Juli 13). Pengertian (Definisi) Bahaya dan 5 Faktor Bahaya K3 di Tempat Kerja.
Retrieved Desember 25, 2021, from damkar.bandaacehkota:
http://damkar.bandaacehkota.go.id/2020/07/13/pengertian-definisi-bahaya-dan-5-faktor-
bahaya-k3-di-tempat-kerja/
dr. Nareza, M. (2020, Februari 7). Penyakit Akibat Kerja yang Patut di Waspadai. Retrieved
Desember 27, 2021, from ALODOKTER: https://www.alodokter.com/penyakit-akibat-
kerja-yang-patut-diwaspadai
Griya. (2017, April 23). Pengertian Bengkel. Retrieved Desember 24, 2021, from griyakublog:
https://griyakublog.wordpress.com/2017/04/23/pengertian-bengkel/
Hardianty, S., Tarigan, L., & Salmah, U. (2015). faktor-faktor yang berhubungan dengan
dermatitis - Neliti. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gejala Dermatitis Kontak
Pada Pekerja Bengkel Di Kelurahan Merdeka Kota Medan Tahun 2015, 2-3.
Septa. (2021). 6.
Artikel
Penelitian
HUBUNGAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DERMATITIS
KONTAK PADA TANGAN PEKERJA BENGKEL MOTOR
DI KECAMATAN PLAJU
ABSTRAK
Dermatitis kontak adalah suatu keadaan inflamasi atau radang non infeksi pada kulit yang diakibatkan
oleh senyawa yang kontak dengan kulit yang bersifat iritan atau alergen. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara lama kontak, masa kerja, riwayat penyakit kulit, riwayat atopi, riwayat
personal hygiene, dan riwayat penggunaan APD dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel
motor di Kecamatan Plaju. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif analitik dengan pendekatan
cross sectional yang dilakukan pada pekerja bengkel di Kecamatan Plaju kota Palembang. Jumlah sampel
sebanyak 30 pekerja dengan total sampling. Pada penelitian didapatkan 27 orang (90,0%) pekerja yang
mengalami dermatitis kontak dan 3 orang (10,0%) pekerja yang tidak mengalami dermatitis kontak. Ada
hubungan antara lama kontak (p=0,009, CI 1.070-1.390, mean 1.233), masa kerja (p=0,005, CI 1.050-
1.350, mean 1.200), riwayat atopi (p=0,009, CI 1.070-1390, mean 1.233), dan personal hygiene
(p=0,002, CI 1.030-1.310, mean 1.167) dengan kejadian dermatitis kontak. Tidak ada hubungan antara
riwayat penyakit kulit (p=0,537, CI 1.180-1.550, mean 1.367) dan penggunaan APD (p=0,548, CI 1.210-
1.590, mean 1.400) dengan kejadian dermatitis kontak.
Kata Kunci: dermatitis kontak, lama kerja, masa kerja, riwayat penyakit kulit, riwayat atopi, personal
hygiene, penggunaan APD
ABSTRACT
Keywords: contact dermatitis, length of work, working period, history of skin diseases, history of atopy,
personal hygiene, use of PPE
Korespondensi: abdulhadi17073@gmail.com
13 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel
Penelitian
Pendahuluan yaitu tahap induksi (sensitivitasi) dan
Kulit merupakan organ pemisah tahap elisitasi.2
antara bagian di dalam tubuh dengan Gejala DKI sangat beragam,
lingkungan di luar tubuh. Kulit secara bergantung pada sifat iritan. Dermatitis
terus menerus terpajan terhadap faktor kontak iritan akut disebabkan oleh iritan
lingkungan, berupa fisik, kimiawi kuat, misalnya larutan asam sulfat dan
maupun biologik. Oleh karena itu hidroklorid atau basa kuat, misalnya
apabila terjadi kerusakan yang natrium dan kalium hidroksida.
melampaui kapasitas toleransi daya Reaksinya terbatas hanya pada tempat
penyembuhan maka akan terjadi kontak. Kulit terasa pedih, panas, rasa
penyakit. Penyakit kulit akibat kerja terbakar, kelainan yang terlihat berupa
(occupational dermatitis) merupakan eritema edema, bula, mungkin juga
suatu peradangan kulit yang nekrosis. Tepi kelainan berbatas tegas,
diakibatkan oleh suatu pekerjaan dan pada umumnya asimetris.
seseorang. 1
Dermatitis kontak iritan kronik
Dermatitis kontak adalah respons kumulatif disebabkan oleh kontak
dari kulit dalam bentuk peradangan berulang dengan iritan lemah (misalnya
yang dapat bersifat akut maupun kronik, deterjen, sabun, pelarut, tanah, bahkan
karena pajanan dari bahan iritan juga air) gejala klasik berupa kulit
maupun alergen eksternal yang kering, disertai skuama, eritema, yang
mengenai kulit. Dermatitis Kontak lambat laun kulit menjadi tebal dengan
dibagi menjadi Dermatitis Kontak Iritan likenifikasi yang difus. Bila kontak terus
(DKI) dan Dermatitis Kontak Alergen berlangsung akhirnya kulit dapat retak
(DKA). Dermatitis kontak iritan seperti luka iris (fisura), misalnya pada
merupakan reaksi inflamasi lokal pada kulit tumit. Sedangkan pada dermatitis
kulit yang bersifat non imunologik, kontak iritan subyektif juga disebut
ditandai dengan adanya eritema dan dengan DKI sensori, karena kelainan
edema setelah terjadi pajanan bahan kulit tidak terlihat namun pasien merasa
kontaktan dari luar. Sedangkan seperti tersengat (pedih) atau terbakar
dematitis kontak alergik didasari oleh (panas) setelah berkontak dengan bahan
reaksi imunologis berupa reaksi kimia tertentu.8
hipersensitivitas tipe lambat (tipe IV). Gejala DKA pada umumnya pasien
Ada dua tahap dalam terjadinya mengeluh gatal. Kelainan kulit
dermatitis kontak alergik,
14 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel
Penelitian
bergantung pada tingkat keparahan dan Dermatitis kontak dapat terjadi
lokasi dermatitisnya. Pada stadium akut pada hampir semua jenis pekerjaan.
dimulai dengan bercak eritematosa Penyakit ini menyerang pekerja yang
berbatas tegas kemudian diikuti edema, sering terpapar dengan bahan-bahan
papulovesikel, vesikel atau bula. yang bersifat toksik maupun alergik.15
Vesikel atau bula dapat pecah Pekerja di bengkel motor merupakan
menyebabkan erosi dan eksudasi salah satu pekerja yang memiliki risiko
(basah). Dermatitis kontak alergi akut di besar untuk terpapar bahan kimia
tempat tertentu. misalnya kelopak mata, sehingga memiliki risiko mengalami
penis, skrotum, lebih didominasi oleh berbagai masalah kulit, misalnya
eritema dan edema. Pada DKA kronis Dermatitis Kontak Akibat Kerja
terlihat kulit kering, berskuama, papul, (DKAK).3 Dermatitis kontak akibat
likenifikasi dan mungkin juga fisur, kerja dapat memberikan gangguan
berbatas tidak tegas. Dermatitis kontak ringan hingga berat dalam beraktivitas
alergi dapat meluas ke tempat lain, sehari-hari bagi penderita, sehingga
misal dengan cara autosensitasi. 8
dapat menurunkan angka produktivitas
Di Indonesia, prevalensi dermatitis pada pekerja. Padahal di lain sisi
mencapai angka 6,78%. Prevalensi produktivitas sangatlah dituntut dalam
dermatitis kontak sangat bervariasi, bekerja.10
sekitar 90% penyakit kulit akibat kerja Kecamatan Plaju adalah salah satu
merupakan dermatitis kontak, baik kecamatan yang berada di Kota
iritan maupun alergik. Penyakit kulit Palembang. Kecamatan Plaju memiliki
akibat kerja yang merupakan dermatitis lokasi yang sangat strategis karena
kontak sebesar 92,5%, sekitar 5,4% dekat dengan berbagai universitas di
karena infeksi kulit dan 2,1% penyakit kota Palembang. Lokasi yang strategis
kulit karena sebab lain. 1
Data studi ini telah dimanfaatkan banyak orang
epidemiologi di Indonesia untuk mendirikan suatu usaha. Contoh
memperlihatkan bahwa 97% dari 389 usaha- usaha yang terdapat di
kasus adalah dermatitis kontak. Enam Kecamatan Plaju yaitu percetakan, kos,
puluh enam koma tiga (66,3%) di toko alat tulis, rumah makan, dan
antaranya adalah DKI dan 33,7% adalah bengkel. Bengkel merupakan salah satu
DKA. 1
usaha informal yang berada di
Kecamatan Plaju. Keberadaan bengkel
15 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel
di Kecamatan Plaju sangat Penelitian
16 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel
Penelitian
bengkel, mahasiswa, dan masyarakat. menarik lainnya yang perlu diperhatikan
Keuntungan bagi mahasiswa dan adalah adanya DKI dapat meningkatkan
masyarakat yaitu dapat memperbaiki kejadian DKA. Hal tersebut terjadi
kendaraan mereka dengan jarak yang akibat adanya gangguan fungsi sawar
tidak terlalu jauh dari kampus maupun kulit yang terjadi sebelumnya akan
dari rumah, sedangkan keuntungan bagi meningkatkan penetrasi alergen.
pengusaha bengkel banyak pelanggan Dermatitis kontak awalnya terdapat
seperti mahasiswa dan masyarakat yang pada area kulit yang terpajan. Namun
menggunakan jasa bengkel. Bengkel dalam perkembangannya, dapat
yang menjadi lokasi penelitian di menyebar ke tempat lain yang lebih
Kecamatan Plaju ini adalah bengkel jauh, baik dengan kontak yang tidak
yang bergerak dalam bidang perbaikan disengaja, atau dalam kondisi tertentu,
dan penggantian suku cadang motor. misalnya
Pada dasarnya kegiatan di bengkel autosensitisasi.12
terbagi atas perbaikan dan penggantian Salah satu faktor yang berpengaruh
suku cadang dan semua kegiatan ini terhadap kejadian dermatitis kontak
menggunakan bahan kimia. pada pekerja bengkel adalah personal
Penegakkan diagnosis kasus hygiene dan pemakaian Alat Pelindung
dermatitis memerlukan beberapa Diri (APD). Personal hygiene yang baik
tahapan seperti anamnesis, pemeriksaan bagi pekerja bengkel di antaranya
fisik, dan pemeriksaan penunjang. adalah mencuci tangan sebelum
Informasi yang perlu diketahui saat melakukan pekerjaan, mencuci tangan
anamnesis berupa gejala utama (nyeri, sesudah melakukan pekerjaan, mencuci
gatal, eritema, rasa terbakar, dan rasa tangan sesuai dengan 6 (enam) langkah
tidak nyaman), onset gejala, riwayat menurut WHO, menyiapkan kain
alergi, riwayat pekerjaan, riwayat khusus untuk mengelap tangan setelah
terpapar faktor iritan, dan riwayat mencuci tangan, mencuci pakaian kerja
pengobatan. Pemeriksaan fisik dan mandi setiap selesai bekerja, serta
berdasarkan efloresensi kulit yang membersihkan sarung tangan dan sepatu
terlihat seperti adanya makula eritema jika menggunakan. Pekerja bengkel
berbatas tegas, hiperkeratosis, fisura, dikategorikan memiliki Personal
vesikel, penampilan epidermis yang hygiene baik jika memenuhi minimal
mengkilap, kering atau melepuh. Hal 11
tiga kriteria yang sudah disebutkan
17 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel
sebelumnya. Selain itu seorang Penelitian
pekerja
18 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel
Penelitian
bengkel harusnya menggunakan APD paparan serta faktor lingkungan seperti
yang baik yaitu dengan menggunakan
sepatu kerja, baju kerja yang menutupi
seluruh badan, tangan, dan kaki, serta
sarung tangan kerja. Pekerja bengkel
dikategorikan memiliki riwayat
penggunaan APD baik jika memenuhi
minimal tiga kriteria yang sudah
disebutkan sebelumnya. Pekerja
bengkel non formal sering
kali tidak menggunakan
Alat Pelindung Diri (APD).
Saat bekerja mereka hanya
menggunakan baju kaos, celana pendek
dan sandal jepit. Selain itu, kebersihan
pekerja bengkel selama bekerja sangat
sulit untuk dijaga. Pekerja selalu
menggunakan oli untuk memperbaiki
sepeda motor, oli yang menempel pada
kulit sangat sulit dibersihkan, sehingga
mereka membersihkan kulit yang
terkena oli dengan menggunakan
bensin. Hal ini meningkatkan risiko
terjadinya kejadian dermatitis kontak
akibat kerja.4 Selain personal
hygiene dan penggunaan APD,
beberapa faktor yang mempengaruhi
kejadian dermatitis
kontak adalah faktor eksogen dan
endogen. Faktor eksogen adalah faktor-
faktor yang berasal dari luar seperti
karakteristik bahan kimia, karakteristik
paparan yakni lama paparan per hari,
masa kerja, jenis pekerjaan, frekuensi
19 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel
temperatur ruangan dan faktor pada pekerja denganPenelitian
lama bekerja ≤ 2
mekanik (tekanan, gesekan, tahun. 2
luka). Faktor endogen adalah Sampai saat ini, belum ada data
faktor-faktor yang berasal dari yang melaporkan gambaran kejadian
dalam diri individu yaitu faktor dermatitis kontak pada tangan dan
genetik, jenis kelamin, umur, ras, hubungan faktor risiko dengan kejadian
lokasi kulit yang terpapar,
riwayat atopi, riwayat penyakit
kulit, dan riwayat alergi.5
Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
Pasal 17 bab IV mengenai waktu
kerja dan istirahat dijelaskan
bahwa waktu kerja buruh
idealnya adalah 8 (delapan) jam
dalam 1 (satu) hari dan 40 (empat
puluh) jam dalam 1 (satu)
minggu untuk 5 (lima) hari kerja
dalam 1 (satu) minggu. Ini
artinya maksimal lama kontak
pekerja bengkel dalam sehari
bekerja adalah 8 jam.
Pekerja dengan lama bekerja
≤ 2 tahun dapat menjadi salah
satu faktor yang mengindikasikan
bahwa pekerja tersebut belum
memiliki pengalaman yang
cukup dalam melakukan
pekerjaan. Jika pekerja ini masih
sering ditemui melakukan
kesalahan dalam prosedur
penggunaan bahan kimia, maka
hal ini berpotensi meningkatkan
angka kejadian dermatitis kontak
20 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel
Penelitian
dermatitis kontak pada tangan pekerja nomor 17/EC/KBHKI/FK-
bengkel motor di Kecamatan Plaju kota UMP/XI/2020. Analisis data bivariat
Palembang sehingga mendorong menggunakan uji Fisher’s Exact.
peneliti untuk melakukan penelitian ini. Variabel pada penelitian ini
adalah: Dermatitis kontak, lama kontak,
Metode Penelitian masa kerja, riwayat penyakit kulit,
Penelitian ini adalah penelitian riwayat atopi, personal hygiene, dan
kuantitatif analitik dengan pendekatan penggunaan APD. Dermatitis kontak
cross sectional yang dilakukan di adalah keadaan inflamasi atau infeksi
Kecamatan Plaju Kota Palembang pada pada kulit yang diakibatkan radang oleh
bulan Oktober hingga Desember 2020. senyawa yang kontak dengan kulit.
Semua populasi pekerja bengkel di Lama kontak adalah lama waktu
Kecamatan Plaju dipilih secara total responden kontak dengan bahan kimia
sampling. Kemudian, subjek yang dalam satu hari kerja. Masa Kerja
terpilih disesuaikan dengan kriteria adalah lamanya seseorang bekerja di
inklusi yaitu pekerja bengkel yang bengkel dari awal masuk sampai pada
melakukan kontak langsung dengan saat waktu penelitian. Riwayat penyakit
bahan kimia yang ada di bengkel, serta kulit adalah peradangan pada kulit
memenuhi kriteria eksklusi seperti dengan gejala berupa gatal, rasa
pekerja memiliki riwayat dermatitis terbakar, kemerahan, bengkak,
kronik sebelum bekerja di bengkel dan pembentukan lepuh kecil pada kulit,
yang tidak menyelesaikan pengisian kulit bersisik, kulit kering, dan
kuesioner. penebalan pada kulit atau kelainan kulit
Pengambilan data dilakukan lainnya yang sebelumnya pernah atau
dengan pengisian kuesioner dan lembar sedang diderita oleh pekerja sebelum
pemeriksaan fisik yang telah disetujui bekerja di bengkel. Riwayat atopi
dan ditegakkan diagnosis oleh dokter adalah penyakit pada pekerja yang
Spesialis Kulit dan Kelamin. Penelitian mempunyai riwayat kepekaan dalam
ini telah mendapatkan surat keterangan keluarganya atau diturunkan dari
layak etik dari Komisi Bioetika, keluarganya, seperti asma, rhinitis
Humaniora, dan Kedokteran Islam alergi, atau dermatitis atopi. Personal
Fakultas Kedokteran Universitas hygiene adalah kebiasaan pekerja untuk
Muhammadiyah Palembang dengan membersihkan tangan enam langkah
21 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel
sesuai anjuran WHO sebelum Penelitian
22 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel
Penelitian
mencuci pakaian yang digunakan Kecamatan Plaju yaitu sebanyak 35
setelah bekerja. Riwayat penggunaan orang. Pada penelitian ini sampel dipilih
APD adalah penggunaan sarung tangan, secara total sampling. Sampel lalu
seragam dan sepatu oleh pekerja dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan
bengkel saat melakukan tugasnya. eksklusi. Pada penelitian ini didapatkan
jumlah sampel yang memenuhi kriteria
Hasil Penelitian inklusi yaitu sebanyak 30 orang.
Berdasarkan data awal
didapatkan bahwa pekerja bengkel di
Tabel 1. Karakteristik Responden dan hasil analisis bivariat
Karakteristik Responden Jumlah Persentase Nilai RP
(orang) (%) p (95% CI)
Dermatitis Kontak
Dermatitis Kontak 27 90
DKA 12
DKI 15
Bukan Dermatitis Kontak 3 10
Lama Kontak
> 8 Jam 23 76,7 0,009 1.233
≤ 8 Jam 7 23,3 (1.070-1.390)
Masa Kerja
> 2 Tahun 24 80,0 0,005 1.200
≤ 2 Tahun 6 20,0 (1.050-1.350)
Riwayat Penyakit Kulit
Ada 19 63,3 0,537 1.367
Tidak Ada 11 36,7 (1.180-1.550)
Riwayat Atopi
Ada 23 76,7 0,009 1.233
Tidak Ada 7 23,3 (1.070-1.390)
Personal hygiene
Tidak Baik 25 83,3 0,002 1.167
Baik 5 16,7 (1.030-1.310)
Penggunaan APD
Tidak Baik 18 60,0 0,548 1.400
Baik 12 40,0 (1.210-1.590)
23 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel
Penelitian
mengalami DKI dan 12 responden Responden pada penelitian lebih
mengalami DKA. banyak responden yang memiliki
Onset lama kontak per hari pada riwayat atopi sebanyak 23 orang
responden penelitian lebih banyak pada (76,7%), dibandingkan dengan
onset lebih dari delapan jam sebanyak responden yang tidak memiliki riwayat
23 orang (76,7%), dibandingkan dengan atopi berjumlah 7 orang (23,3%). Nilai
responden dengan onset lama kontak p=0,009 menunjukkan bahwa riwayat
kurang dari atau sama dengan delapan atopi memiliki hubungan bermakna
jam sebanyak 7 orang (23,3%). Nilai dengan kejadian dermatitis kontak.
p=0,009 menunjukkan bahwa lama Responden pada penelitian lebih
kontak memiliki hubungan bermakna banyak responden yang memiliki
dengan kejadian dermatitis kontak. riwayat personal hygiene yang tidak
Onset masa kerja pada responden baik sebanyak 25 orang (83.3%),
penelitian lebih banyak pada onset lebih dibandingkan dengan responden yang
dari dua tahun sebanyak 24 orang memiliki riwayat personal hygiene yang
(80,0%), dibandingkan dengan baik berjumlah 5 orang (16,7%). Nilai
responden dengan onset masa kerja p=0,002 menunjukkan bahwa personal
kurang dari atau sama dengan dua tahun hygiene memiliki hubungan bermakna
sebanyak 6 orang (20,0%). Nilai dengan kejadian dermatitis kontak.
p=0,005 menunjukkan bahwa masa Responden pada penelitian lebih
kerja memiliki hubungan bermakna banyak yang memiliki riwayat
dengan kejadian dermatitis kontak. penggunaan APD yang tidak baik
Responden pada penelitian lebih sebanyak 18 orang (60,0%). Nilai
banyak responden yang memiliki p=0,548 menunjukkan bahwa
riwayat penyakit kulit, sebanyak 19 penggunaan APD tidak memiliki
orang (63,3%), dibandingkan dengan hubungan bermakna dengan kejadian
responden yang tidak memiliki riwayat dermatitis kontak.
penyakit kulit berjumlah 11 orang
(36,7%), nilai p=0,537. Menunjukkan Pembahasan
bahwa riwayat penyakit kulit tidak Tabel 1 menunjukkan bahwa
memiliki hubungan bermakna dengan partisipan yang menderita dermatitis
kejadian dermatitis kontak. kontak berjumlah 27 individu (90.0%),
sedangkan partisipan yang tidak
24 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel
Penelitian
menderita dermatitis kontak yaitu Hasil riset ini sejalan dengan
berjumlah 3 individu (10.0%). Data ini temuan riset yang dilaksanakan Witasari
menunjukkan bahwa pekerja bengkel tahun 2014 dalam penelitian yang
motor di Kecamatan Plaju yang dilaksanakan di RSUD Dr. Soetomo
memiliki dermatitis kontak lebih banyak Surabaya bahwa angka kejadian DKAK
dibandingkan dengan pegawai bengkel di Divisi Alergi dan Imunologi URJ
motor yang tidak memiliki dermatitis Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo
kontak. Surabaya periode tahun 2010-2012
terbanyak adalah DKI berjumlah 27
(54%) responden, sementara DKA
berjumlah 23 (46%) responden.6
Temuan observasi awal yang
dilaksanakan Putri dan Akifah di bulan
Desember 2016 atas pegawai bengkel
motor di Kota Kendari ditemukan 459
montir mekanik, pegawai yang
mengalami dermatitis dengan keluhan
luka, kulit kering, kemerahan, kulit
Gambar 1. Tangan responden yang mengelupas, serta rasa gatal pada kulit
mengalami dermatitis kontak iritan.
seusai bekerja.4
Abnormalitas kulit akibat materi
Sebanyak 12 responden dari 27
yang mampu mengiritasi menyebabkan
pekerja bengkel di antaranya memiliki
gangguan sel secara fisik maupun
DKA dan 15 individu di antaranya
kimiawi. Materi iritan mengikis lapisan
terkena DKI. Keluhan yang paling
tanduk, denaturasi keratin,
banyak dialami oleh responden yang
menghilangkan lemak lapisan tanduk,
mengalami dermatitis kontak tangan
serta mengacaukan daya ikat kulit atas
adalah rasa gatal, rasa terbakar, kulit
air. Sebagian besar bahan iritan merusak
kemerahan, kulit mengelupas dan kulit
membran lemak keratinosit, meski
pecah-pecah yang terbatas didaerah
beberapa mampu memenetrasi membran
sekitar kulit yang bersentuhan langsung
sel serta menghancurkan lisosom,
dengan zat iritan yang ada di bengkel
mitokondria, maupun unsur inti. Jika
motor.
disandingkan dengan DKI, total
25 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel
Penelitian
penderita DKA lebih kecil karena hanya Latambaga Kabupaten Kolaka dengan
berdampak pada individu dengan kulit nilai p=0,027.
yang terlalu sensitif. DKA disebabkan Lama kontak adalah durasi
oleh materi kimiawi sederhana yang pegawai bersinggungan dengan
mempunyai berat molekul kecil (< 1000 senyawa kimia yang diukur dalam
dalton), dikenal dengan hapten, satuan jam setiap harinya. Setiap
memiliki sifat lipofilik, mudah bereaksi, pegawai mempunyai durasi kontak yang
serta mampu memenetrasi stratum beragam sesuai dengan tanggung jawab
korneum dan mencapai sel epidermis individu. Durasi kontak yang semakin
internal. Sistem pembentukan lama dengan materi alergen ataupun
abnormalitas kulit pada DKA sesuai iritan maka peradangan maupun
dengan sistem imunitas yang inflamasi mungkin ditimbulkan dan
diwakilkan oleh cell mediated immune menyebabkan abnormalitas pada kulit.
response atau reaksi imunologik tipe Durasi kontak berpengaruh atas
IV, atau reaksii hipersensitivitas tipe kemunculan dermatitis kontak karena
lambat. Respons ini terlaksana lewat 2 durasi bersinggungan dengan senyawa
fase, yakni fase elisitasi serta fase kimia yang lama akan memenetrasi
sensitisasi. Hanya individu yang sudah hingga ke lapisan terdalam dan
menderita sensitisasi yang bisa terkena meningkatkan risiko dermatitis kontak.1
DKA.7 Waktu kerja yang melebihi dari
Tabel 1 juga memperlihatkan kemampuan serta bertugas terlalu lama
bahwa responden dengan kontak akan menyebabkan kecondongan
melebihi 8 jam mempunyai indikasi mengalami kelelahan, fokus terganggu,
mengalami kejadian dermatitis kontak masalah kesehatan, berpotensi
yang melebihi partisipan yang menyebabkan penyakit, serta terluka
mempunyai durasi singgungan kurang saat bekerja. Dampak dari penurunan
dari atau sama dengan 8 jam (nilai p= konsentrasi dalam bekerja adalah sering
0,009). kali terjadi kecelakaan kerja yang salah
Hasil riset sesuai dengan studi satunya dapat menimbulkan risiko
Zania (2018) bahwa ada relasi antara mengalami dermatitis kontak akibat
durasi bersinggungan dengan penyakit kerja.8
dermatitis kontak yang dialami nelayan
Kelurahan Induha Kecamatan
26 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel
Penelitian
Responden yang sudah bekerja lama kerja kejadian dermatitis kontak
selama lebih dari 2 tahun mempunyai juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti
indikasi mengalami kejadian dermatitis unsur mekanis contohnya aktivitas yang
kontak yang lebih banyak dibandingkan berpotensi menimbulkan lecet, gesekan,
dengan responden yang bekerja selama maupun tekanan pada kulit saat
setidaknya 2 tahun (nilai p=0,005). beraktivitas sehingga bisa mempertinggi
Sesuai dengan studi Putri & permeabilitas kulit atas senyawa iritan
Akifah, ada relasi antara durasi bertugas akibat stratum korneum yang rusak.
dengan kejadian dermatitis kontak pada Peningkatan permeabilitas kulit tersebut
pegawai bengkel otomotif dengan nilai mengakibatkan senyawa kimia yang
p value =0,05 namun terdapat dimanfaatkan mudah memenetrasi kulit.
perbedaan hasil data yaitu angka Pada pegawai yang mempunyai durasi
kejadian dermatitis kontak pada kerja >2 tahun maka akan semakin
penelitian tersebut lebih tinggi pada berbagai lecet, gesekan, serta tekanan
pekerja yang bekerja dengan masa kerja yang dialami pada kulit pekerja,
selama kurang dari atau sama dengan 2 ditambah dengan penggunaan APD dan
tahun (53%). Hasil penelitian juga tidak
4
riwayat personal hygiene yang tidak
sesuai teori menurut Utomo bahwa baik maka akan semakin meningkatkan
pekerja dengan durasi kerja kurang dari risiko timbulnya dermatitis kontak pada
2 tahun mungkin menjadi salah satu pekerja bengkel yang bertugas lebih dari
aspek yang menandakan bahwa pegawai 2 tahun.5
terkait belum mempunyai pengalaman Hasil penelitian ini menunjukkan
yang memadai untuk bekerja. Apabila bahwa tidak ada hubungan antara
pegawai ini masih sering keliru saat riwayat penyakit kulit dengan dermatitis
menggunakan senyawa kimia, maka hal kontak pada pegawai bengkel (nilai
tersebut mempunyai kemungkinan p=0,537). Sejalan dengan penelitian
mempertinggi jumlah penyakit Zania bahwa tidak ada relasi antara
dermatitis kontak pada pegawai dengan riwayat penyakit kulit atas penyakit
durasi kerja minimal 2 tahun. 5
dermatitis kontak pada nelayan dengan
Perbedaan hasil studi yang nilai p=0,980.1 Hasil penelitian
dilakukan dengan hasil penelitian Putri didukung oleh teori yang menyebutkan
& Akifah dan teori menurut Utomo bahwa pegawai yang terlebih dahulu
karena selain dipengaruhi oleh waktu atau sedang mengalami non dermatitis
27 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel
Penelitian
akibat kerja maupun penyakit kulit serta penyesuaian kadar lipid esensial
lainnya berpotensi terkena dermatitis kulit membuat kulit lebih kering dan
karena pekerjaan akibat sistem proteksi lebih sensitif.7
kulit yang melemah dari penyakit yang Tabel 1 memperlihatkan bahwa
dimiliki sebelumnya. Manfaat proteksi partisipan yang mempunyai riwayat
yang melemah itu contohnya absensi personal hygiene yang tidak baik
lapisan pelindung kulit, kerusakan pada mempunyai indikasi mengalami
kelenjar keringat dan minyak serta kejadian dermatitis kontak yang lebih
perbedaan pH kulit. 1
banyak dibandingkan dengan responden
Tabel 1 menunjukkan bahwa yang mempunyai riwayat personal
responden yang mempunyai riwayat hygiene yang baik (nilai p=0,002).
atopi mempunyai indikasi mengalami Sejalan dengan penelitian Sabrina
kejadian dermatitis kontak yang lebih bahwa terdapat relasi signifikan antara
banyak dibandingkan dengan responden personal hygiene dengan kejadian
yang tidak mempunyai riwayat atopi dermatitis kontak. Hal tersebut
(nilai p=0,009). Hasil penelitian ini disebabkan karena kebersihan diri
tidak sesuai dengan studi Nuraga & seseorang bisa menghambat transmisi
Lestari yakni tidak terdapat relasi yang virus dan penyakit, meminimalisir
berarti antara riwayat atopi dengan kontak dengan senyawa beracun,
penyakit dermatitis kontak dengan nilai melaksanakan tindakan preventif alergi
p=0,1999. Riwayat atopi pada kejadian
9
kulit, keadaan kulit, serta kepekaan kulit
dermatitis berhubungan erat dengan atas senyawa beracun, supaya jauh dari
hambatan pada peran sawar kulit yang penyakit kulit karena bekerja, pegawai
disebabkan oleh penurunan fungsi disarankan untuk menjaga kebersihan
genetik yang mengatur amplop keratin diri saat bertugas, contohnya dengan
(filagrin dan lorikrin), volume seramid mencuci tangan sebelum dan sesudah
yang menurun dan peningkatan enzim bekerja serta membasuh bagian tubuh
proteolitik serta trans-epidermal-water yang kontak dengan senyawa berbahaya
loss (TEWL). Penyesuaian sawar kulit dan memakai pakaian bersih selama
menimbulkan kenaikan daya serap serta menjalankan tugas. 13
hipersentivitas. Kenaikan pada TEWL Hasil penelitian ini melaporkan
serta pelemahan kapabilitas bahwa tidak ada hubungan antara
penampungan air (skin capacintance) penggunaan APD dengan kejadian
28 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel
Penelitian
dermatitis kontak (nilai p=0,548). terhindar dari kontak langsung dengan
Sejalan dengan penelitian Sabrina senyawa beracun.1
bahwa tidak terdapat hubungan Tidak satupun pekerja bengkel
signifikan antara penggunaan APD motor yang menjadi responden yang
dengan kejadian dermatitis kontak pada menggunakan sarung tangan untuk
pekerja bengkel di kelurahan Merdeka melindungi tangan pekerja dari pajanan
Kota Medan dengan nilai p=1,000. Hal langsung dengan bahan kimia, sehingga
ini terjadi karena kejadian dermatitis hal ini sangat mempengaruhi
tidak hanya dipengaruhi oleh pemakaian peningkatan risiko kejadian dermatitis
APD saja namun juga kerentanan kulit kontak pada pekerja bengkel motor.
pekerja bengkel terhadap zat iritan. Sebaiknya pekerja bengkel harus
Namun penelitian Putri menggunakan sarung tangan khusus
melaporkan bahwa terdapat hubungan untuk melindungi tangan dari pajanan
antara penggunaan APD dengan langsung bahan kimia.
kejadian dermatitis kontak pada pekerja Perbedaan hasil juga disebabkan
bengkel motor dengan nilai p=0,007). oleh kesesuaian APD yang dipakai
Angka kejadian dermatitis kontak pada pekerja. APD yang sesuai standar sudah
penelitian tersebut lebih tinggi pada sepatutnya bisa memperkecil
pekerja yang memiliki riwayat probabilitas pegawai mengalami
penggunaan APD yang tidak baik. Hasil dermatitis kontak. Jika pegawai masih
yang dilaporkan oleh Putri yaitu merasakan singgungan dengan senyawa
responden yang memiliki riwayat beracun meskipun sudah memakai
penggunaan APD yang tidak baik APD, hal tersebut mengindikasikan
(95%) mempunyai indikasi mengalami bahwa APD yang dipakai tidak
kejadian dermatitis kontak yang lebih memenuhi standar proteksi terhadap
banyak dibandingkan dengan responden kulit. Selain itu kebersihan dari APD itu
yang memiliki riwayat penggunaan sendiri juga sangat perlu diperhatikan.
APD yang baik (5%) yang mengalami Contoh tindakan preventif yang
dermatitis kontak. 4
bisa dilaksanakan untuk meminimalisir
Pemakaian APD adalah contoh dermatitis kontak yakni dengan
metode untuk memperkecil probabilitas menggunakan alat pelindung diri (APD)
dermatitis kontak akibat kerja, karena saat beraktivitas. APD berguna untuk
dengan memanfaatkan APD bisa memberikan proteksi bagi sebagian
29 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel
Penelitian
maupun seluruh tubuh pekerja dari pada nelayan di Kelurahan Induha
Kecamatan Latambaga Kabupaten Kolaka
bahaya yang mungkin mengancam.
tahun 2017. Jurnal Ilmiah
APD yang dimaksud dapat berupa
pakaian, sepatu, serta sarung tangan
khusus kerja. Selain APD, perilaku
yang wajib dilakukan yakni menjaga
higienitas serta kesehatan pribadi untuk
menghindari penyakit dermatitis kontak.
14
Daftar Pustaka
1. Zania E, Junaid, dan Ainurafiq. 2018.
Faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian Dermatitis Kontak
30 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel
Mahasiswa Kesehatan 9. Nuraga W, Penelitian
Lestari F, dan
Masyarakat. 3(3):1-8. Kurniawidjaja L. 2008. Dermatitis
2. Lestari F dan Utomo. 2007. kontak pada pekerja yang terpajan
Formation of methane-air open dengan bahan kimia di Perusahaan
flame on the surface of a Industri Cibitung Jawa Barat.
porous ceramic plate. Jurnal Makara Kesehatan. 12(2):63-69.
Makara. 11(2):61-68. 10. Budiarisma PY dan Suryawati N.
3. Hardianty S, Tarigan L, dan Salmah
U. 2015. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan gejala
dermatitis kontak pada pekerja
bengkel di Kelurahan Merdeka
Kota Medan Tahun 2015.
Lingkungan dan Kesehatan
Kerja. 4(1):21-22.
4. Putri SA, Nirmala F, dan
Akifah. 2017. Faktor-faktor
yang berhubungan
dengan gejala dermatitis
kontak pada pekerja bengkel
motor di wilayah Kota
Kendari tahun 2016. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat. 2(6):1-10.
5. Rahma GA, Setyaningsih Y,
dan Jayanti S. 2017. Analisis
hubungan faktor eksogen dan
endogen terhadap kejadian
dermatitis akibat kerja pada
pekerja penyamakan kulit PT.
Adi Satria Abadi Piyungan,
Bantul. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 5(5): 173- 183.
6. Witasari D dan Sukanto H.
2014. Dermatitis kontak
akibat kerja : penelitian
retrospektif. Berkala Ilmu
Kesehatan Kulit Dan Kelamin.
26(3):161-167.
7. Sularsito. 2018. Dermatitis.
Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, edisi ke-
7. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
8. Rosdiana. 2019. Hubungan
stres kerja, jam kerja, dan
kelelahan kerja dengan tingkat
konsentrasi pada pekerja
pengguna komputer di PT.
Telekomunikasi Witel Medan.
Jurnal Kesehatan Global.
3(2):131-141.
31 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel
Penelitian
2019. Profil dermatitis kontak keselamatan kerja.
akibat kerja pada karyawan Yogyakarta:Graha Ilmu.
pencucian mobil dan sepeda motor 14. Fielrantika S dan Dhera A. 2017.
di Kota Denpasar Selatan pada Hubungan karakteristik pekerja,
tahun 2016. E-Jurnal Medika. 8(3). kelengkapan dan higienitas apd dengan
11. Iswara WI, Darmada I, dan Rusyati kejadian dermatitis kontak (Studi kasus
L. 2016. Edukasi dan di Rumah Kompos Jambangan
penatalaksanaan dermatitis kontak Surabaya). The Indonesian Journal of
iritan kronis di RSUP Sanglah Occupational Safety and Health.
Denpasar Bali tahun 2014/2015. E- 6(1):16-26.
Jurnal Medika Udayana. 5(8):2014- 15. Adly. 2015. Hubungan antara lama
2017. kontak karyawan bengkel cuci
12. Sulistyaningrum SK, Widaty S, kendaraan bermotor dengan
Triestianawati W, dan Daili ESS. kejadian dermatitis kontak akibat
2011. Dermatitis kontak iritan dan kerja di Kecamatan Banjarsari Kota
alergik pada geriatri. MDVI. 38(1): Surakarta. [Skripsi]. Universitas
29-40. Muhammadiyah Surakarta,
13. Widayana W. 2014. Kesehatan dan Surakarta.
32 e-ISSN 2776-8147
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2) 2019
INFORMASI ABSTRAC T
Korespondensi: One of the problems in occupational health is occupational diseases.
ners_riki@yahoo.co.id Occupational disease is a disease caused by a job or work environment.
Occupational disease that often occurs is contact dermatitis. Contact dermatitis is
DOI Artikel: dermatitis caused by material or substance that sticks to the skin. The study
results of the Indonesian Ministry of Health in 2016 for informal workers were
44.2%. Allergic contact dermatitis. Like- wise, in 2017 the 2017 Profile of
Worker Health Problems in Indonesia obtained 50.5% of work related to
work, one of which was skin disorders of 5.3%. This study aims to determine the
factors associated with the incidence of contact dermatitis in motorbike
workshop workers in Kendari City 2018. This study was quantitative with cross
sectional study design. The populations in this study were all The mechanics of
motorcycle workshop in Kendari city in 2016, amounting to 459 people. The
sam- ples in this study were 58 people. The Results showed that, there was a
Keywords: relationship between long contact and symptoms of contact dermatitis with ρ
Dermatitis Incident, Work value = 0.000, there was no relationship between a history of skin disease and
Period, Skin Disease symptoms of contact derma- titis with ρ value = 0.174, there was relationship
Histo- ry, Personal between personal hygiene and symp- toms of contact dermatitis with ρ value =
Hygiene, The use of PPE 0.026, and there was a relationship between the use of PPE and symptoms of
contact dermatitis with ρ value 0,003.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2) 2019
31
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2) 2019
1) Usia
Distribusi Responden Menurut Usia Pada
Pekerja Tabel 1 Bengkel Motor di Wilayah Kerja Kota
Kendari
Tahun 2018
No Usia (Tahun) Jumlah (n) Persentase (%)
1 15–30 46 78,0
2 31–45 13 22,0
Total 59 100
Hubungan Lama Kontak dengan Kejadian Wilayah kerja Kota Kendari tahun 2018.
Tabel Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bengkel Motor di
3 Wilayah Kerja Kota Kendari Tahun 2018 Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Dermatitis
Tabel 5 Kontak Pada Pekerja Bengkel Motor di Wilayah Kerja Kota
Kendari Tahun 2018
Dermatitis
Jumlah Dermatitis
Lama Ya Tidak nρ Jumlah
No Tidak dermatitis
Dermatitis
Kontak value ρ value
% n % n % No Personal
1 Berisiko 35 94,6 2 5,4 37 100 Hygiene
n % n % n %
Tidak
2 12 54,5 10 45,5 22 100 0,000 1 Berisiko 39 86,7 6 13,3 45 100
berisiko
Tidak
2 8 57,1 6 42,9 14 100 0,026
Total 47 79,7 12 20,3 59 100 berisiko
Total 47 79,7 12 20,3 59 100
Pembahasan
1. Hubungan lama kontak dengan
Kejadian Dermatitis Kontak
individu dapat menyebabkan sensitisasi kulit. Adanya pekerja yang mempunyai lama kontak > 8
Sedangkan pada paparan kronik yang berulang jam dan tidak menderita dermatitis kontak dapat
atau dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan kerusakan pada kulit, misalnya
menyebabkan dermatitis, dan efek seperti pada
paparan akut.
penyakitnya di Dokter setelah muncul penyakit dipisahkan dari dari baju anggota keluarga
kulit tersebut. Sebab lain adalah setelah para pekerja
pernah menderita penyakit kulit maka pada tubuh 36
pekerja tersebut akan muncul antibody sehingga
hal ini akan menjadi benteng pertahanan jika ada
faktor allergen yang sama masuk ke dalam tubuh
pekerja bengkel.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Kurniawidjaja dkk (2008) bahwa berdasarkan hasil
uji Chi-Square, dengan tingkat signifikansi 5%,
diperoleh nilai p 0,199. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara
adanya riwayat atopi dengan tidak ada riwayat
atopi terhadap terjadinya dermatitis kontak.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian lainnya
mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan
dermatitis kontak pada perkerja bagian processing
dan filling PT.Cosmar Indonesia Tanggerang
Selatan yang menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit
kulit dengan kejadian dermatitis kontak dengan p-
value 0,501 dimana diketahui bahwa jumlah petani
rumput laut yang memiliki riwayat penyakit kulit
lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah petani
rumput laut yang tidak memiliki riwayat penyakit
kulit.
2. Hubungan Personal Hygiene dengan
Kejadian Dermatitis Kontak
37
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2) 2019
com/2101/12/10/penyakit-kulit-di-industri-
percetakan/#more-475. Teknik Mesin FT, Universitas Negeri
Cahyawati, Imma Nur. 2010. Faktor Yang Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Teknologi dan
Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis Kejuruan, Volume 20, Nomor 2, Oktober
Pada Nelayan Yang Bekerja di Tempat 2011.
Pelelangan Ikan (Tpi) Tanjungsari Kecamatan Irawan, Irvan Ade. 2014. Faktor-Faktor Yang
Rembang. (skripsi) Fakultas Ilmu Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis
Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Kontak Iritan Pada Pekerja Bagain Premix Di
Daulay, rini Andriani. 2016. Faktor-Faktor Yang PT. X Cirebon. Jurnal Kesehatan
Berhubungan Dengan Terjadinya Dermatitis Masyarakat.Vol.2, No.2. Februari 2014.
Kontak Pada Pekerja Di Pabrik Tahu Desa Kashani, Nassiri Mansour, Kashani Nassiri Hassan
Suka Maju Binjai Tahun 2016. (Tesis), Mohammad, Ghafari Mostafa. 2016.
Universitas Sumatera Utara, Medan. Evaluation Of Occupational Allergic Contact
Djuanda, A. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Dermatitis and its Related Factors in Iran. Med
Kelamin. Edisi Keempat. Cetakan Kedua. J Islam Repub Iran 2016 (28 Desember). Vol.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 30: 468.
Djuanda, Suria & Sri Adi Sularsito. 2002. Kokandi, Amal A. 2017. Hand Dermatitis
Dermatitis, dalam: Ilmu Penyakit Kulit Between Nurses At The University Hospital in
danKelamin Edisi Ketiga, editor: Adhi Saudi Arabia. Penelitian Biomed 2017; 28
Djuanda. Jakarta : Balai Penerbit FK UI. (15): 6687-
Erliana. 2008. Hubungan Karakteristik Individu 6692. www.biomedres.info
dan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Kondarus, Danggur. 2006. Keselamatan Kesehatan
Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Kerja ”Membangun SDM Pekerja Yang Sehat,
Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Paving Produktif, dan Kompetitif”. Jakarta.
Block CV. F. Lhoksumawe. (Skripsi) Lestari, F. dan Utomo H.S. 2007. Faktor-Faktor
Universitas Sumatera Utara. yang Berhubungan dengan Dermatitis Kontak
Fatma, Lestari, Hari Suryo Utomo, 2007, Faktor- pada Pekerja di PT Pantja Press Industry.
Faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis Jurnal. Makara, Kesehatan, Vol. 11, No. 2,
Kontak pada Pekerja di PT Inti Pantja Desember 2007: 61-68.
PressIndustri, Depok: FKM UI. http://journal.ui.ac.id/index.php/
Fathiya, Inda. 2011. Dermatitis Kontak Iritan health/article/download/257/253.
dengan Sekunder infeksi Ec Sabun. Lestari, Ira Cinta. 2008. Penyakit Kulit Akibat
Ferdian, Riska. 2012. Faktor-faktor Yang Kerja. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/
Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis bitstream/123456789/25961/1/Astrianda-fkik.
Kontak Pada Pekerja Pembuat Tahu Di pdf.
Wilayah Ciputat dan Ciputat Timur.Fakultas Lestari, Tara. 2009. Hubungan Accu Zuur dan
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, Universitas Berbagai Faktor Resiko dengan Kejadian
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Dermatitis Kontak Iritan pada Pekerja Bengkel
Hanum, Zulfa Novia. 2012. Faktor-faktor yang Mobil. Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas
Berhubungan dengan Dermatitis Kontak pada Indonesia. Jakarta. http://repository.uinjkt.
Stylist dan Kapster di Wilayah Kecematan ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/
Ciputat Timur Tahun. Astrianda-fkik.pdf.
Hardianty S., Tarigan L., Salmah U. 2015. Faktor- Nicholson, P. 2010. Evidence-Based Guidelines:
Faktor Yang Berhubungan Dengan Gejala Occupational Contac Dermatitis and Urticaria.
Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bengkel Di London: Occup. Med. Occupational Medicine,
Kelurahan Merdeka Kota Medan Tahun 2015. Volume 60, Issue 7, 1 October 2010, Pages
Vol 3 (4). Page 1-9. 502–
Hargiyarto, P. 2011. Analisis Kondisi Dan 504. https://doi.org/10.1093/occmed/kqq075.
Pengendalian Bahaya Di Bengkel/Laboratorium Nuraga, Fatma Lestari dan L. Meily
Sekolah Menengah Kejuruan. Jurusan Kurniawidjaja.
Pendidikan 2008. Dermatitis Kontak Pada Pekerja yang
Terpajan dengan Bahan Kimia di Perusahaan
Industri OtomotifKawasan Industri Cibitung
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2) 2019
Jawa Barat. Makara Kesehatan, volume 12 Nuraga, Wisnu. 2006. Faktor-faktor yang
No. 2 : 63-69. Mempengaruhi Kejadian Dermatitis Kontak
38
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2) 2019
39
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)
ABSTRAK
Alat Pelindung Diri (APD) di lingkungan kerja adalah seperangkat alat yang digunakan oleh
tenaga kerja untuk melidungi seluruh/ sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya
potensi bahaya/kecelakan kerja. Terjadinya kecelakaan kerja di bengkel motor sering
menimbulkan resiko bahaya misalnya asap bengkel,bahan kimia, kebisingan, bahaya api,
terjatuh, gangguan pernafasan dan penglihatan karena tidak menggunakan alat pelindung diri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat
pelindung diri (APD) dan diketahuinya hubungan antara pengetahuan, sikap, pelatihan
keselamatan dan pengawasan dengan penggunaan alat pelindung diri (APD) pada pekerja
bengkel motor di PT. Capella Honda Tahun 2020. Jenis penelitian ini adalah analitik kuantitatif
dengan menggunakan desain Cross Sectional yang dilaksanakan pada bulan Mei 2020. Populasi
dalam penelitian ini sebanyak 40 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik total
sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data untuk bivariat dengan uji
chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara variabel pengetahuan
dengan Pvalue=0,031 dan OR=6,067 dan (CI 95%= 1,361-27,049), sikap dengan Pvalue=0,012
dan OR=7,286 dan (CI 95%=1,737-30,555), pelatihan keselamatan dengan Pvalue=0,032 dan
OR=0,032 dan (CI 95%=1,350-21,144), pengawasan dengan Pvalue=0,041 dan OR=0,041 (CI
95%= 1,270- 19,685) dengan penggunaan alat pelindung diri (APD) pada pekerja bengkel motor
di Capella Honda Tahun 2020. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan bermakna
antara pengetahuan, sikap, pelatihan keselamatan dan pengawasan dengan penggunaan alat
pelindung diri (APD) serta saran perlu adanya kebijakan secara tertulis seperti surat keputusan
maupun bentuk kebijakan terutama dengan manajemen kebijakan dan lebih sering lagi
mensosialisasikan kebijakan terutama mengenai penggunaan alat pelindung diri agar
mempengaruhi sikap pekerja lebih disiplin memakai alat pelindung diri.
Kata Kunci : Bengkel Motor, Alat Pelindung Diri
ABSTRACT
Personal Protective Equipments (PPE) in the work environment is a set of tools used by workers to protect
all/ most of his body against the possibility of any potential dangers/ accident. Accidents work in a
motorcycle workshops often generates the risk of harm for example smoke workshop, chemicals, noise,
danger fire, fell, respiratory disorders and sight because they did not use the self protection. Research aims
to understand factors that deals with a personal protective equipments (PPE) and it knew the relationship
between knowledge, attitude, training safety and supervision with the use of a personal protective
equipments (PPE) on workers motorbike workshop in district kampar left 2020 The kind of research this is
analytic quantitative by using design research cross sectional that was held in may 2020 in district
kampar left 2020. Population in this study some 40 people. Sampling techniques used is a technique total
of sampling. a measuring instrument used is the questionnaire. Data analysis to bivariate by test chi-
square .The research results show that there was a correlation between variables knowledge with
375
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)
376
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)
bekerja. Janganlah berbuat suatu tenaga kerja bengkel masih banyak tenaga
kebodohan yang mempengaruhi terjadinya kerja yang masih belum lengkap
kecelakaan. Pada hierarki pengendalian menggunakan alat pelindung diri seperti
risiko dalam upaya pencegahan kecelakaan masker, sarung tangan, kacamata, safty
5 tahap, salah satunya adalah penggunaan shoes saat bekerja dan pekerja tersebut
alat pelindung diri. Alat pelindung diri pernah mengalami luka-luka pada tangan,
berperan penting terhadap kesehatan kerja. sakit mata, gangguan pernapasan dan
(Sucipto, 2014). terjatuh di lingkungan kerja. apabila tidak
Alat Pelindung Diri (APD) di segera ditanggulangi maka dapat berisiko
lingkungan kerja adalah seperangkat alat besar kerugian bagi pekerja dan bengkel itu
yang digunakan oleh tenaga kerja untuk sendiri.
melindungi seluruh atau sebagian Berdasarkan uraian di atas, maka
tubuhnya terhadap kemungkinan adanya peneliti tertarik mengangkat masalah ini
potensi bahaya atau kecelakaan kerja. alat untuk dijadikan bahan penelitian yang
ini lebih sering digunakan ditempat kerja, berjudul “Faktor yang Berhubungan
namun juga dibutuhkan pula untuk dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri
melindungi diri dalam kegiatan sehari-hari. (APD) pada Pekerja Bengkel Motor PT.
APD tidak mencegah insiden bahaya, tetapi Capella Honda Kecamatan Kampar Kiri.
mengurangi akibat dari kecelakaan yang
akan terjadi (Kurniawati, 2013). METODE PENELITIAN
Bengkel motor merupakan salah satu
usaha yang bergerak di bidang perbaikan, Jenis penelitian ini bersifat survey
mengganti yang baru atau rusak, analitik dengan pendekatan cross sectional.
memperbaiki dan bertujuan untuk Penelitian ini dilaksanakan di bengkel
merubah sesuatu menjadi lebih baik motor di PT.Capella Honda. Populasi
sehingga masa benda bisa bertahan dalam dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja
jangka panjang atau lebih lama. Selama bengkel motor di Kampar dari bulan
proses ini berlangsung sering Agustus-Desember 2020. Teknik
menimbulkan risiko bahaya misalnya luka- pengambilan sampel dilakukan dengan
luka tangan, debu, asap knalpot atau CO. Total Sampling dengan jumlah sampel
Untuk menghindari hal tersebut salah satu sebanyak 40 responden. Proses selama
upaya pencegahan yang dapat dilakukan persiapan, pengambilan data, penelitian
yaitu dengan cara menggunakan APD. dan Publikasi telah mendapat persetujuan
Berdasarkan hasil penelitian dari bengkel motor di PT.Capella Honda
Noviandry (2013) terdapat Hubungan Instrumen pengumpulan data pada
antara Pengetahuan, Sikap, Pelatihan, dan penelitian ini adalah dengan menggunakan
Pengawasan dengan Penggunaan Alat Kuesioner memuat pertanyaan-pertanyaan
Pelindung Diri pada Industri Pengelasan untuk menggali informasi tentang variabel
Informal di Kelurahan Gondrong, dependen (Penggunaan APD) dan variabel
Kecematan Cipondoh, Kota Tanggerang independen (pengetahuan, sikap, pelatihan,
Tahun 2013. pengawasan). Menggunakan analisis
Berdasarkan Survey awal yang penulis Univariat dan Bivariat dengan
lakukan di Bengkel motor di PT. Capella menggunakan uji Chi Square.
Honda dilakukan wawancara kepada 13
377
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)
378
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel Dependen
dan Independen Pada Pekerja Bengkel Motor PT.Capella Honda Tahun 2020
No Variabel Frekuensi %
(n=40)
1 Penggunaan APD
Tidak Menggunakan APD 24 60,0
Menggunakan APD 16 40,0
2 Pengetahuan
Rendah 17 42,5
Tinggi 23 57,5
3 Sikap
Negatif 21 52,5
Positif 19 47,5
4 Pelatihan Keselamatan
Tidak Pernah 22 55,0
Pernah 18 45,0
5 Pengawasan
Tidak Ada 24 60,0
Ada 16 40,0
Analisis Bivariat
Tabel 6
379
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)
Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja
Bengkel Motor PT.Capella Honda Tahun 2020
380
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)
381
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)
Tabel 8
Hubungan Pelatihan Keselamatan dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada
Pekerja Bengkel Motor PT.Capella Honda Tahun 2020
Tabel 9
382
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)
Hubungan Pengawasan dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja
Bengkel Motor PT.Capella Honda Tahun 2020
Alat Pelindung Diri
(APD) Pvalu OR
Pengawasa Tidak Total
Mengguna e (95%CI)
n Mengguna
kan
kan
n % n % n %
Tidak Ada 18 75,0 6 25, 24 100
0 5,000
Ada 6 37,5 10 62, 16 100 0,041 (1,270-
5 19,685))
Total 24 60,0 16 40, 40 100
0
Pada tabel 9 dapat diketahui bahwa penggunaan alat pelindung diri (APD) pada
dari 24 orang pekerja bengkel motor yang pekerja bengkel motor serta didapat
pengawasan tidak ada terdapat 18 orang OR=5,00 0dan 95% Confidence Interval
(75%) dengan tidak menggunakan APD, (CI)=1,270-19,685 artinya pekerja bengkel
sedangkan dari 16 orang pekerja bengkel motor dengan pengawasan tidak ada
motor yang pengawasan ada sebanyak 6 berpeluang 5 kali untuk tidak
(37,5%) dengan tidak menggunakan APD. menggunakan APD dibandingkan dengan
Hasil uji statistik diperoleh pekerja bengkel motor memiliki
Pvalue=0,041 atau P<0,05 artinya bahwa pengawasan yang ada.
ada hubungan pengawasan terhadap
384
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)
385
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)
diri;
KESIMPULAN DAN SARAN Pihak atasan/perusahaan sebaiknya
Kesimpulan lebik meningkatkan lagi pengawasan
Berdasarkan hasil penelitian tentang terhadap pekerja terutama dalam hal
faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat pelindung diri ketika
penggunaan alat pelindung diri (APD) sedang melaksanakan pekerjaan.
pada pekerja bengkel motor PT.Capella
DAFTAR PUSTAKA
Honda tahun 2020, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Ada hubungan antara pengetahuan Buntarto, (2015). Panduan Praktis
dengan penggunaan alat pelindung diri Keselamatan Kesehatan dan Kerja Untuk
(APD) pada pekerja bengkel motor Industri. Yogyakarta: Pustakabarupress.
PT.Capella Honda tahun 2020; BPJS Ketenagakerjaan Tahun 2015 dari:
Ada hubungan antara sikap dengan [http://www.bpjsketenagakerjaan. go.
penggunaan alat pelindung diri (APD) Id/berita kecelakaan kerja]. Diakses 02
pada pekerja bengkel motor PT.Capella Februari 2020.
Honda tahun 2020; Daryanto, D. (2010). Keselamatan Kerja
Ada hubungan antara pelatihan Peralatan Bengkel dan Perawatan Mesin.
keselamatan dengan penggunaan alat Jakarta: ALFABETA.
pelindung diri (APD) pada pekerja Detak Riau.com Tahun 2016.
bengkel motor PT.Capella Honda tahun
[http://m.riau24.com/berita/baca/59855-
2020;
waduh-kecelakaan-kerja-di-riau-yang-
Ada hubungan antara pengawasan
wafat-sebanyak-225-orang-pekerja/].
dengan penggunaan alat pelindung diri
(APD) pada pekerja bengkel motor Kurniawati, D. (2013). Taktis Memahami
PT.Capella Honda tahun 2020. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang
Teknologi Informasi, Surakarta: Aksarra
Saran Sinergi Media.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, Kurniawidjaja, L. M. (2010). Teori dan
beberapa saran yang dapat disampaikan Aplikasi Kesehatan Kerja, Jakarta: (UI-
peneliti antara lain: Press), 2010.
Bagi pekerja bengkel motor sebaiknya Kepmen RI NO 51/Men/1999, Tentang
lebih meningkatkan lagi pengetahuan Nilai Ambang Batas Fisika ditempat Kerja.
dan kesadaran mengenai pentingya
penggunaan alat pelindung diri untuk Notoatmodjo. (2010). Promosi
mejaga keselamatan dalam bekerja; Kesehatan Teori & Aplikasi, Jakarta: Rineka
Perlu memberikan contoh dari atasan Cipta.
untuk melengkapi penggunaan APD Notoatmodjo. (2011). Kesehatan
pada saat bekerja sehingga Masyarakat: Ilmu dan Seni, Jakarta: Rineka
mempengaruhi sikap bagi bawahan Cipta.
untuk menggunakan APD saat bekerja; Notoatmodjo. (2012). Promosi
Sebaiknya pelatihan keselamatan Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta:
diadakan langsung di lapangan serta Rineka Cipta.
melibatkan seluruh pekerja lebih
mengetahui sumber bahaya yang ada Noviandry, I. (2013). Faktor-Faktor yang
bila tidak menggunakan alat pelindung Berhubungan Dengan Perilaku Pekerja
Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) Pada Industri Pengelasan Informal
386
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)
387