You are on page 1of 8

PAJAK DAERAH

Ditinjau dari lembaga pemungutannya, pajak dibedakan menjadi dua , yaitu pajak pusat (pajak
Negara) dan pajak daerah
Pajak pusat adalah Pajak yang diterapkan oleh pemerintah pusat melalui UU, yang wewenang
pemungutannya pada pemerintah pusat dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran
pemerintah pusat dan pembangunan. Yang termasuk pajak pusat di Indonesia : Pajak Penghasilan
(PPh), Pajak Pertambahan Nilai atas Barang dan Jasa ( PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Materai, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB), serta Bea Masuk, Bea Keluar (Pajak Ekspor) dan Cukai (yg dikelola oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Departemen Keuangan)
Pajak daerah adalah Iuran yang wajib dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau badan
tanpa imbalan langsung yang seimbang,yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-
undang yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan
pembangunan daerah. Pajak daerah merupakan pajak yg ditetapkan oleh pemerintah daerah dg
peraturan daerah (Perda). Pajak daerah di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu pajak provinsi dan
pajak kabupaten/kota.
Berikut ini ciri-ciri pajak daerah yang membedakannya dengan pajak pusat:
1. Pajak daerah bisa berasal dari pajak asli daerah atau pajak pusat yang diserahkan ke daerah
sebagai pajak daerah.
2. Pajak daerah hanya dipungut di wilayah administrasi yang dikuasainya.
3. Pajak daerah digunakan untuk membiayai urusan/pengeluaran untuk pembangunan dan
pemerintahan daerah.
4. Pajak daerah dipungut berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) dan Undang-undang
sehingga pajaknya dapat dipaksakan kepada subjek pajaknya.
Objek, Subjek dan Wajib pajak
Objek pajak : Untuk dapat mengenakan pajak, syarat yg harus dipenuhi adanya objek pajak yg
dimiliki oleh wajib pajak. Objek pajak merupakan manifestasi dari taatbestand (keadaan yang
nyata). Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yg dapat dikenakan pajak daerah. Wajib
pajak adalah orang pribadi atau badan yg menurut UU perpajakan daerah diwajibkan untuk
melakukan pembayaran pajak.
Contoh : Objek pajak dari Pajak Rokok adalah jenis rokok yang meliputi sigaret, cerutu, dan rokok
daun. Konsumen rokok telah otomatis membayar pajak rokok karena WP membayar Pajak Rokok
bersamaan dengan pembelian pita cukai. Wajib pajak yang bertanggung jawab membayar pajak
adalah pengusaha pabrik rokok/produsen dan importir rokok yang memiliki izin berupa Nomor
Pokok Pengusaha kena Cukai. Subjek pajak dari Pajak Rokok ini adalah konsumen rokok.

Jenis-Jenis Pajak Daerah

Pengelompokan Jenis Pajak Daerah Dan Tarif Maksimal


Pajak Provinsi Tarif Pajak Kabupaten/kota Tarif Maksimal
Maksimal
1. Pajak Kendaraan Bermotor 1. Pajak hotel 10%
a. Kepemilikan kendaraan 1%-2% 2. Pajak restoran 10%
bermotor pribadi utama 3. Pajak hiburan
b. Kepemilikan kendaraan a. Hiburan umum 35%
bermotor pribadi kedua dan 2%-10% maksimal
seterusnya b. Hiburan khusus 75%
c. Tarif PKN alat berat dan alat2 c. Hiburan 10%
besar 0,1%-0,2% rakyat/tradisional
d. Tarif PKB untuk angkutan 4. Pajak reklame 25%
umum, ambulans, pemadam 0,5%-1% 5. Pajak penerangan jalan
kebaran, sosial keagamaan, a. PPJ umum 10%
lembaga sosial dan b. PPJ dari sumber lain oleh 3%
keagamaan, industry, pertambangan,
pemerintah/TNI/polri, minyak bumi dan gas
pemda alam
c. PPJ yang dihasilkan
sendiri 1.5%
2. Bea balik nama kendaraan 6. Pajak parker 30%
bermotor :
a. Penyerahan pertama 20% 7. Pajak mineral bukan logam 25%
b. Penyerahan kedua dan dan batuan
seterusnya 1%
c. Penyerahan pertama
alat2 berat&alat2 besar 0,75% 8. Pajak air tanah 20%
d. Penyerahan keuda dan
seterusnya alat2 berat
dan alat2 besar 0,075%
3. Pajak bahan bakar kendaraan 10% 9. Pajak sarang burung wallet 10%
bermotor
4. Pajar air permukaan 10% 10. PBB perdesaan perkotaan 0,3%

5. Pajak rokok 10% 11. Bea perolehan hak atas 5%


tanah dan bangunan

Pajak Terutang, Saat Terutang Pajak, Masa Pajak dan Tahun Pajak
Pajak yg terutang merupakan pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak pada suatu saat, dalam
masa pajak, dalam tahun pajak atau dalam bagian tahun pajak menurut ketentuan UU perpajakan
daerah.
 Masa Pajak adalah sama dengan satu bulan kalender
 Tahun Pajak adalah sama dengan satu tahun kalender atau tahun takwin
Tahun Pajak bisa menggunakan jangka waktu Januari hingga Desember. Namun bisa dikecualikan
jika mengajukan izin untuk menggunakan jangka waktu lain.
Pajak Terutang ini timbul ketika adanya suatu transaksi perpajakan yang dilakukan, apakah itu
pemungutan/pemotongan/pembayaran Pajak Penghasilan maupun Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Jenis pajak terutang terdapat dalam PPh, PPN dan PPnBM


Perhitungan PPh Terutang
Untuk menghitung tarif pajak penghasilan terutang dari jumlah penghasilan yang didapatkan,
diatur dalam Pasal 17 UU PPh.
Bagi wajib pajak orang pribadi yang sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah:
 5% dari penghasilan kena pajak (PKP) untuk penghasilan hingga Rp50 juta per tahun
 15% dari penghasilan kena pajak (PKP) untuk penghasilan di atas Rp50 juta hingga Rp250
juta per tahun
 25% dari penghasilan kena pajak (PKP) untuk penghasilan di atas Rp250 juta hingga Rp500
juta per tahun
 30% dari penghasilan kena pajak (PKP) untuk penghasilan di atas Rp500 juta per tahun
Sedangkan orang pribadi yang tidak memiliki NPWP, harus membayar tarif 20% lebih tinggi dari
yang dibayarkan bagi pemilik NPWP.
Untuk mengetahui jumlah PPh Terutang Badan, penghitungannya didasarkan pada besar omzet
yang diperoleh pertahunnya.
Penghasilan Kena Pajak (PKP) di atas adalah hasil pengurangan dari pendapatan bersih per tahun
dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Apa itu PTKP? PTKP merupakan jumlah
pendapatan wajib pajak yang dibebaskan dari pajak penghasilan. Direktorat Pajak menganggap
pendapatan itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar wajib pajak dan keluarga sehingga
tidak dimasukkan dalam perhitungan PPh 21.
Besar tarif PTKP 2020 masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu masih mengacu pada
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.010/2016. Berikut adalah tarif PTKP 2020:
1. PTKP bagi WP orang pribadi adalah Rp54.000.000,00;
2. PTKP bagi WP yang kawin mendapat tambahan sebesar Rp4.500.000,00;
3. Tambahan PTKP untuk seorang istri yang penghasilannya secara pajak digabung dengan
penghasilan suami adalah sebesar Rp54.000.000,00;
4. Tambahan PTKP untuk tanggungan, dengan besaran untuk setiap anggota keluarga sedarah
dan keluarga semenda yang berada dalam garis keturunan lurus serta anak angkat adalah
sebesar Rp4.500.000,00. Ketentuan jumlah tanggungan adalah maksimal tiga orang setiap
WP. Dimana yang dimaksud dengan keluarga sedarah ialah orang tua kandung, saudara
kandung dan anak. Dan yang yang dimaksud keluarga semenda ialah mertua, anak tiri serta
ipar.
Berikut adalah rincian besaran PTKP 2020 sesuai dengan status pajak yang dimiliki oleh WP:

Golongan Kode Tarif PTKP


Tidak Kawin (TK) Tk0 (tanpa tanggungan) Rp 54.000.000
TK1 (1tanggungan) Rp 58.500.000
TK2(2tanggungan) Rp 63.000.000
TK3(3tanggungan) Rp 67.500.000
Kawin (K) KO(tanpa tanggungan) Rp58.500.000
K1(1tanggungan) Rp63.000.000
K2(2tanggungan) Rp 67.500.000
K3(3tanggungan) Rp72.000.000
Kawin dengan penghasilan K/I/O Rp108.000.000
istri digabung (K/I) K/I/1(1tanggungan) Rp112.500.000
K/1/2(2tanggungan) Rp 117.000.000
K/I/3(3tanggungan) Rp 121.500.000
Jika dilihat dari tabel di atas, bisa disimpulkan bahwa tiap bertambahnya tanggungan maka
bertambah pula tarif PTKP sebesar Rp 4,5 juta

Perhitungan PPN dan PPnBM Terutang


Penghitungan PPN dan PPnBM terutang akan didapatkan melalui pengalian dengan Dasar
Pengenaan Pajak.
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) adalah nilai uang berupa jumlah harga jual, penggantian, nilai impor,
nilai ekspor, atau nilai lain yang dijadikan sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.
Untuk mengetahui berapa jumlah DPP, maka nilai atau harga jual tersebut dikalikan dengan
100/110.
Tarif PPN sendiri adalah 10% dan 0% khusus untuk ekspor BKP Berwujud/Tidak Berwujud dan
JKP, serta 5% dan paling tinggi 15% yang harus ditentukan lebih lanjut dalam Peraturan
Pemerintah.
Sedangkan tarif PPnBM ditetapkan secara progresif tergantung jenis barang yang diimpor, mulai
dari 10%, 20%, 30%, 40%, 60% dan tertinggi sebesar 125%.
Contoh Perhitungan Pajak Terutang
Berikut contoh penghitungan pajak penghasilan terutang orang pribadi, PPh terutang badan, dan
PPN/PPnBM terutang.
a. Contoh Penghitungan PPh Pribadi Terutang
Pak Falik seorang karyawan STIE Perbanas Surabaya dan masih lajang serta memiliki NPWP.
Penghasilannya sebesar Rp 57.000.000 juta setahun. Penghitungannya untuk mengetahui jumlah
PPh terutangnya.
Penghasilan Bersih per tahun Rp 57.000.000
PTKP (K/0) = Rp54.000.000
Penghasilan Kena Pajak = Rp3.000.000
PPh Terutang:
= Tarif PPh x Penghasilan Kena Pajak
= 5% x Rp3.000.000
= Rp 150.000
b. Contoh Penghitungan PPh Badan Terutang
PT Harapan maju merupakan WP Badan yang memiliki omzet atau peredaran bruto pada 2020
sebesar Rp70.000.000.000 dan tidak ada koreksi fiskal. Karena PT Harapan maju bukan merupakan
perusahaan terbuka (Tbk), penurunan tarif PPh Badan sebesar 22% tahun ini,
Maka PPh Terutang PT Harapan maju adalah sebagai berikut:
= Tarif PPh Badan x Jumlah omzet
= 22% x Rp70.000.000.000
= Rp15.400.000.000
c. Contoh Penghitungan PPN dan PPnBM Terutang
Perusahaan Honda mengimpor kendaraan bermotor roda dengan harga Rp450.000.000 pada
September 2020. Kapasitas mesin sebesar 1800cc. Kendaraan bermotor ini tergolong dalam barang
mewah. Maka, perhitungan PPN dan PPnBM terutang Perusahaan honda adalah:
Nilai PPN kendaraan:
= Tarif PPN x Harga kendaraan
= 10% x Rp450.000.000
= Rp45.000.000
Nilai PPnBM kendaraan:
= Tarif PPnBM x Harga kendaraan
= 40% x Rp450.000.000
= Rp180.000.00
Pelaporan pajak ini bisa dilakukan oleh Wajib Pajak dengan mendatangi Kantor Pelayanan Pajak
atau menggunakan aplikasi perpajakan secara online atau e-filling dengan Klikpajak.
Cara perhitungan Pajak Daerah
Pajak terutang = Tarif pajak x Dasar pengenaan pajak
Contoh :
1. Pengusaha rokok menentukan Harga Jual Eceran untuk masing-masing batang rokok yang
diproduksi. Salah satu pertimbangan penentuan Harga Jual Eceran rokok adalah ongkos
produksi. Untuk menghitung Pajak Rokok, Anda harus mengetahui cukai rokok terlebih
dahulu . menurut Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan kembali
menaikkan tarif cukai rokok atau cukai hasil tembakau (CHT) sebesar 23 persen yang
berlaku mulai 1 Januari 2020. Pasalnya, kenaikan tarif cukai rokok juga menyebabkan harga
jual eceran (HJE) naik sebesar 35 persen.
Dalam contoh perhitungan ini, anggap saja HJE rokok adalah Rp3.000,00 per batang dengan
tarif cukai sebesar 35% per 1 Jan 2020. Dengan demikian, nominal yang harus dibayar
untuk cukai sebatang rokok adalah:
35% x Rp3.000,00 = Rp 1.050,00. Setelah mengetahui nominal cukai, baru bisa melakukan
perhitungan Pajak Rokok. Sebagaimana sudah dikemukakan sebelumnya, tarif Pajak Rokok
adalah 10% dari nilai cukai rokok. Sehingga, nominal Pajak Rokok yang harus dibayar oleh
pengusaha adalah: 10% x Rp1.050,00 = Rp 105
Maka, cukai dan pajak yang harus pengusaha bayar sebesar Rp 1.200
2. Terdapat sebungkus rokok jenis SKM (Sigaret Kretek Mesin) golongan 1 yang berisi 16
batang. Berdasarkan PMK No. 152/PMK.010/2019, rokok jenis ini dikenakan tarif cukai
Rp740/batang. Dengan demikian, atas sebungkus rokok ini akan dikenai cukai dengan cara
mengalikan tarif cukai dengan jumlah batang rokok. Dengan demikian, cukai yang akan
dipungut adalah Rp740 x 16 batang = 11.840, Selanjutnya, atas sebungkus rokok ini akan
dikenai pajak rokok. Berdasarkan Pasal 30 UU No. 28/2009, besaran pajak rokok yang
terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan besaran cukai yang dipungut.
Dengan demikian, besaran pajak rokok yang dipungut adalah 10%x 11.840=1.184.
Penagihan pajak : dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan surat teguran atau surat
peringatan atau surat lain yg sejenis. Surat lain yg sejenis adalah surat yg dipersamakan dengan
surat teguran atau surat peringatan. Penyampaian surat teguran dilakukan sebelum jatuh tempo
pembayaran pajak. Surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yg sejenis, sekurang-
kurangnya memuat :
a. Nama daerah wajib pajak, atau nama wajib pajak atau penanggung pajak
b. Besarnya utang pajak
c. Perintah untuk membayar pajak
d. Saat pelunasan utang pajak yaitu jatuh tempo pembayaran yg tercantum dalam surat
teguran atau surat perinatan atau surat lain yg sejenis
Surat teguran atau surat peringatan dikeluarkan tujuh hari sejak saat jatuh
tempopembayaran pajak, dan dikeluarkan oleh pejabat yg ditunjuk oleh bupati/walikota.
Pemungutan pajak daerah saat ini menggunakan tiga sistem :
a. Dibayar sendiri oleh wajib pajak (self assessmet) yaitu sitem pengenaan pajak yg memberi
kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung , memperhitungkan, membayar dan
melaporkan sendiri pajak yg terutang dg menggunakan SPTPD
b. Ditetapkan oleh kepala daerah (official assessment) yaitu sistem pengenaan pajak yg
dibayar oleh wajib pajak setelah terlebih dahulu ditetapkan oelh kepala daerah/ pejabat yg
ditunjuk melalui surat ketetapan pajak daerah atau dokumen lain yg dipersamakan
c. Dipungut oleh pemungut pajak (with holding) yaitu sistem pengenaan pajak yg dipungut
oleh pemungut pajak pada sumbernya, antara lain PLN yg ditetapkan Peraturan pemerintah
No 65 Tahun 2001 tentang pajak daerah sebagai pemungut PJJ atas pengenaan tenaga
listrik yg disediakan oleh PLN.
Sistem yg digunakan dalam pemungutan pajak daerah saat ini adalah self assessmet dan
official assessment.
Dasar pengenaan pajak

Cara perhitungan pajak

Pemungutan pajak

Pembayaran pajak

You might also like