You are on page 1of 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CA SERVIKS

DISUSUN OLEH:

WILDA MARISKA PUTRI


21220072

Dosen Pembimbing : Efroliza,S.Kep.,Ns.,M.Kep

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


MUHAMMADIYAH PALEMBANG
PROGRAM PROFESI NERS
TAHUN 2020-2021
A. DEFINISI
Ca serviks atau yang biasa disebut dengan kanker leher rahim merupakan
keganasan yang berasal dari sel serviks. Ca serviks terjadi ketika sel pada serviks
mengalami pertumbuhan yang tidak normal serta menginvasi jaringan atau organ-
organ lain disekitar serviks maupun yang jauh (Arisusilo, 2012)
Serviks merupakan bagian dari organ reproduksi internal wanita yang
tepatnya sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan terletak
diantara rahim (uterus) dengan vagina (Kemenkes RI, 2015)
Ca serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada daerah batas antara
epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviksalis yang
disebut squamo-columnar junction (SCJ) (Wiknjosastro, 2008)
Ca serviks merupakan kanker yang disebabkan oleh infeksi virus HPV tipe 16
dan 18 (CDC, 2013)
Jadi kesimpulannya, ca serviks adalah pertumbuhan abnormal pada sel
serviks yang bersifat ganas, yang menyerang bagian squamo-columnar junction
(SCJ) serviks yang terletak diantara uterus dengan vagina pada organ reproduksi
wanita yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18

B. ETIOLOGI
Penyebab utama ca serviks adalah infeksi pada leher rahim yang disebabkan
oleh virus HPV tipe onkogenik yang ditularkan melalui hubungan seksua. Infeksi
dapat terjadi setelah terjaidinya lesi squamosa intraephitelial. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 10--30% wanita pada usia 30 tahun keatas yang telah aktif
secara seksual pernah terinfeksi HPV. Presentasi tersebuat akan lebih meningkat
apabila wanita tersebut memiliki banyak pasangan seksual. Pada umunya sebagian
besar infeksi HPV terjadi tanpa gejala dan bersifat menetap (Kumar, 2007)
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya ca serviks,
antara lain adalah :
1. Usia
Usia pertama kali melakukan hubungan seksual yang masih relatif muda
(dibawah 20 tahun) dapat meningkatkan risiko kejadian ca serviks. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa semakin muda seorang wanita melakukan
hubungan seksual maka semakin tinggi risiko mengalami ca serviks. Hasil
penelitian Sadewa (2014) menunjukkan bahwa sebanyak 90% pasien yang
terdiagnosa ca serviks menikah pada usia kurang dari 20 tahun
2. Paritas
Kejadian ca serviks juga sering ditemukan pada wanita yang sering partus atau
melahirkan. Semakin sering partus semakin besar risiko seseorang mengalami
ca serviks. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Reis, et al (2011)
menunjukkan bahwa wanita dengan jumlah paritas > 3 berisiko mengalami ca
serviks lebih tinggi 9,127 kali dibandingkan dengan wanita dengan paritas < 3
3. Merokok
Wanita yang merokok berisiko terkena ca serviks 2 kali lebih besar
dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada lendir serviks wanita perokok mengandung nikotin
dan zat tersebut menyebabkan penurunan daya tahan serviks selain merupakan
ko-karsinogen infeksi virus (Rasjidi, 2009)
4. Pasangan seksual lebih dari satu
Wanita yang memiliki perilaku seksual dengan sering berganti-berganti
pasangan seks dapat meningkatkan penularan penyakit kelamin. Risiko
mengalami ca serviks pada wanita yang sering berganti-berganti pasangan
seks akan meningkat 10 kali lipat
5. Penggunaa kontrasepsi oral jangka panjang
Penggunaa kontrasepsi oral dalam jangka panjang (lebih dari 5 tahun) seperti
pil KB dapat meningkatkan risiko ca serviks 1-2 kali terutama pada wanita
yang positif terinfeksi HPV
6. Personal hygiene
Personal hygiene terutama perawatan kebersihan alat kelamin yang kurang
dapat meningkatkan risiko kejadian ca serviks. Hasil penelitian Indrawati dan
Fitriyani (2012) menunjukkan personal hygiene yang kurang baik berisiko
mengalami ca serviks 19,386 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita
yang memiliki personal hygiene yang baik
7. Diet
Seseorang yang melakukan diet ketat dengan konsumsi vitamin A, C dan E
yang rendah dapat mengurangi tingkat kekebalan tubuh yang berakibat
mudahnya seseorang terinfeksi. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
defisiensi asam folat, zat besi dan beta karoten dapat meningkatkan risiko ca
serviks
8. Gangguan sistem kekebalan tubuh
Wanita yang mengalami immunocompromised (penurunan imunitas tubuh)
seperti pasien transplantasi ginjal dan AIDS dapat mempercepat
perkembangan sel kanker dari non-invasif menjadi invasif
9. Riwayat ca serviks pada keluarga
Seorang wanita yang memiliki saudara kandung atau ibu dengan ca serviks,
berisiko mengalami ca serviks 2-3 kali lebih besar dibandingkan dengan orang
normal. Hasil penelitian menduga hal tersebut disebabkan berkurangnya
kemampuan untuk melawan infeksi HPV
10. Status ekonomi
Wanita dengan status ekonomi yang rendah tidak mampu memperoleh
pelayanan kesehatan yang baik seperti pap smear atau melakukan vaksinasi
HPV. Hal ini menyebabkan mereka tidak dapat melakukan skrining atau
deteksi dini ca serviks maupun tidak mampu melakukan penatalaksanaan
pre-kanker

C. MANIFESTASI KLINIS
Pada fase prakanker (tahap displasia), sering tidak ada gejala atau tanda-
tanda yang khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejal-gejala sebagai berikut :
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina
ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan
2. Perdarahan setelah senggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut
menjadi perdarahan yang abnormal
3. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan dan berbau
busuk
4. Bisa terjadi hematuria karena infiltrasi kanker pada traktus urinarius
5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis
6. Kelemahan pada ekstremitas bawah
7. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang
panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi
infiltrasi kanker pada serabut saraf lumbosakral
8. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema
kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah
(rektum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul
gejala-gejala akibat metastasis jauh

D. KOMPLIKASI
1. Langsung
Yang berhubungan dengan penyakitnya, dapat berupa :
a. Obstruksi ileus (penyumbatan usus)
b. Vesikovaginal fistel (lubang diantara saluran kencing dan vagina)
c. Obstruksi ureter (penyumbatan pada saluran kencing)
d. Hidronefrosis (pembengkakan ginjal)
e. Infertil
f. Gagal ginjal
g. Pembentukan fistula
h. Anemia
i. Infeksi sistemik
j. Trombositopenia
2. Tidak langsung
Yang berhubungan dengan tindakan dan pengobatan :
a. Operasi : perdarahan, infeksi, luka pada saluran kencing, kandung kemih
maupun usus
b. Radiasi : berak darah, hematuria (kencing darah), cystitis radiasi (infeksi
saluran kencing karenak efek radiasi)
c. Kemotrapi : mual muntah, diare, alopesia (kebotakan), BB turun, borok
pada daerah bekas suntikan

E. IMPLEMENTASI
Kanker stadium dini (karsinoma in situ) sangat susah dideteksi karena belum
menimbulkan gejala yang khas dan spesifik, kematian pada kasus kanker serviks
terjadi karena sebagian besar penderita yang berobat sudah berada dalal stadium
lanjut. Cara teerbaik yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker ini adalah
bentuk skrining yang dinamakan Pap Smear dan skrining ini sangat efektif. Ada
beberapa protokol skrining yang bisa ditetapkan bersam-sama sebagai salah satu
upaya deteksi dini terhadap perkembangan kanker serviks, beberapa di antaranya :
1. Skrining awal
Skrining dilakukan sejak seorang wanita telah melakukan hubungan seksual
(vaginal intercourse) selama kurang lebih tiga tahun dan umurnya tidak
kurang dari 21 tahun saat pemeriksaan. Hal ini didasarkan pada karsinoma
serviks berasal lebih banyak dari lesi prekursornya yang berhubungan dengan
infeksi HPV onkogenik dari hubungan seksual yang akan berkembang lesinya
setelah 3-5 tahun setelah paparan pertama dan biasanya sangat jarang pada
wanita dibawah usia 19 tahun
2. Pemeriksaan DNA HPV
Penelitian dalam skala besar mendapatkan bahwa Pap’s smear negatif disertai
DNA HPV yang negatif mengindikasikan tidak akan ada CIN 3 sebanyak
hampir 100%. Kombinasi pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita dengan
umur diatas 30 tahun karena prevalensi infeksi HPV menurun sejalan dengan
waktu. Infeksi HPV pada usia 29 tahun atau lebih dengan ASCUS hanya
31,2% sementara infeksi ini meningkat sampai 65% pada usia 28 tahun atau
lebih muda. Sehingga, deteksi DNA HPV yang positif yang ditemukan
kemudian lebih dianggap sebagai HPV yang persisten. Apabila ini dialami
pada wanita dengan usia yang lebih tua maka akan terjadi peningkatan risiko
kanker serviks
3. Skrining dengan Thinrep/Liquid-Base Metod
Disarankan untuk wanita usia di bawah 30 tahun yang berisiko dan
dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan setiap 1-3 tahun. Skrining
dihentikan bila usia mencapai 70 tahun atau telah dilakukan 3 kali
pemeriksaan berturut-turut dengan hasil negatif

F. PATOFISIOLOGI & PATHWAY


Terjadinya kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV yang onkogenik
umumnya adalah HPV tipe 16 dan 18. Risiko infeksi HPV dapat meningkat pada
wanita yang telah melakukan aktivitas seksual. Pada umunya, infeksi virus ini
akan menghilang dengan sendirinya, namun apabila infeksi bersifat persisten akan
menyebabkan integrasi genom dari virus ke dalam genom sel serviks. Akibatnya
pertumbuhan sel dan ekspresi onkoprotein E6 dan E7 yang bertanggung jawab
terhadap perubahan maturasi dan diferensiasi dari epitel serviks menjadi tidak
normal atau disebut dengan mutasi sel. Terjadinya mutasi sel inilah berkembang
menjadi kanker serviks. Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat,
diawali adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif.
Displasia ini dapat muncul bil ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat
misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan
gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7-10 tahun perkembangan
tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma
serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat
menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis
serviks. Lesi dapat meluas ke formiks, jaringan pada serviks, parametria dan
akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Karsinoma serviks
dapat meluas ke arah segmen bawah uterus dan kavum uterus. Penyebaran kanker
ditentukan oleh stadium dan ukuran tumor, jenis histologik dan ada tidaknya
invasi ke pembuluh darah, anemis hipertensi dan adanya demam
Penyebaran dapat pula melalui metastase limpatik dan hematogen. Bila
pembuluh limfe terkena invasi, kanker dapat menyebar ke pembuluh getah bening
pada servikal dan parametria, kelenjar getha bening obtupator, iliaka eksterna dan
kelenjar getah bening hipogastrika. Dari sini tumor menyebar ke kelenjar getah
bening iliaka komunis dan pada aorta. Secara hematogen, tempat penyebaran
terutama adalah paru-paru, kelenjar getah bening mediastinum dan
supravesikuler, tulang, hepar, empedu, pankreasndan otak
(Dethan, 2015)

PATHWAY
G. Observation Chart
a. Asessment/Pengkajian
1. Identitas pasien
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah
sakit, tanggal pengkajian dan diagnosa medis
2 Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan yang paling dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian. Pasien
dengan kanker serviks biasanya mengeluh gangguan pada menstruasi,
keputihan dan perdarahan pada vagina di luar masa haid, sakit perdarahan
sewaktu melakukan hubungan seks dan adanya infeksi pada saluran dan
kandung kemih
b. Riwayat kesehatan sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan yang ada pada keluhan
utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya
c. Riwayat kesehatan dahulu
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah
mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien
pernah menderita penyakit infeksi
d. Riwayat kesehatan keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
seperti ini atau penyakit menular lain
3. Pola fungsional kesehatan gordon
a. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan
Kemungkinan pasien belum mengetahui penyebab dari keluhan utama
yang dirasakan pasien, belum mengetahui terkait pengobatan dan
prosedur pengobatan. Kanker serviks dapat diakibatkan oleh gigiene yang
kurang baik pada daerah kewanitaan. Kebiasaan menggunakan bahan
pembersih vagina yang mengandung zat-zat kimia juga dapat
mempengaruhi terjadinya kanker serviks
b. Pola nutrisi dan metabolik
Kaji kebiasaan makan, jumlah makanan, tipe dan banyaknya makanan
dan minuman. Faktor-faktor pencernaan seperti nafsu makan,
ketidaknyamanan rasa dan bau, gigi dan bau mukosa mulut, mual atau
muntah, pembatasan makanan dan alergi makanan. Faktor yang berkaitan
dengan aktifitas, penyakit, dan stres. Pada pasien dengan kanker serviks
biasanya pasien mengalami penurunan nafsu makan, ketidaknyamanan
bau dan rasa, bau mukosa mulut, mengalami mual dan muntah akibat
efek samping kemoterapi
c. Pola eliminasi
Kaji kebiasaan pola buang air besar dan buang air kecil pasien seperti
frekuensi, jumlah, warna, bau, konsistensi dan nyeri. Pada pasien kanker
serviks dapat terjadi inkontinensia urin akibat dari uterus yang menekan
kandung kemih. Dapat puala terjadi disuria serta hematuria. Selain itu
juga terjadi inkontinensia alvi akibat dari peningkatan tekanan otot
abdominal
d. Pola aktivitas dan latihan
Kaji apakah penyakit mempengaruhi pola aktivitas dan latihan. Dengan
skor kemampuan perawatan diri (0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu
orang lain, 3 = dibantu orang lain dan alat, 4 = tergantung total). Kaji
apakah klien mengalami sesak napas saat beraktivitas
e. Pola istirahat dan tidur
Kaji kebiasaan tidur pasien sehari-hari seperti jumlah waktu tidur, jam
tidur dan bangun. Penggunaan obat-obatan untuk mempermudah tidur,
gejala dari perubahan pola tidur, faktor-faktor yang mempengaruhi
misalnya nyeri. Kemungkinan pasien dengan kanker serviks mengalami
gangguan pada pola istirahat dan tidur akibat progresivitas dari kanker
serviks
f. Pola kognitif-perseptual
Kaji gambaran pengindraan khusus : penglihatan, pendengaran, rasa
sentuh dan bau. Penggunaan alat bantu seperti kaca mata dan alat bantu
dengar. Persepsi akan kenyamanan atau nyeri dan kemampuan membuat
keputusan. Pada pasien dengan kanker serviks biasanya pasien akan
mengalami nyeri yang lama lebih dari 6 bulan
g. Pola persepsi dan kosepsi diri
Pada pasien dengan kanker serviks kadang pasien merasa malu terhadap
orang sekitar karena mempunyai penyakit kanker serviks, akibat dari
persepsi yang salah dari masyarakat. Dimana salah satu etiologi dari
kanker serviks adalah akibat dari sering berganti-ganti pasangan seksual
h. Pola seksualitas dan reproduksi
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksualitas dan reproduksi pasien
selama pasien menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pada pasien
kanker serviks biasanya kan terganggu akibat dari rasa nyeri yang selalu
dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual (dispareuni) serta
adanya perdarahan setelah berhubungan. Serta keluar cairan encer
(keputihan) tyang berbau busuk dari vagina
i. Pola manajemen koping stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana
manajemen koping pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya
setelah sakit
j. Pola peran-hubungan
Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau lingkungan
sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola peran dan
hubungannya. Pasien dengan kanker serviks harus mendapatkan
dukungan dari suami serta orang-orang sekitarnya karena itu akan
mempengaruhi kondisi kesehatan pasien. Biasanya koping keluarga akan
melemah ketika dalam anggota keluarganya ada yang menderita penyakit
kanker serviks
k. Pola keyakinan dan nilai
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai
yang diyakini
4. Pola pemeriksaan
a. Inspeksi
1) Perdarahan vagina
2) Keputihan berwarna putih atau purulen yang berbau dan tidak gatal
3) Adanya bau busuk yang khas
4) Raut wajah pucat
5) Ekspresi wajah meringis dan posisi tubuh menahan nyeri
6) Tanda-tanda anemia
7) Hematuri
8) Bila tumor tumbuh ekso fitik maka terlihat lesi pada parsio atau sudah
sampai vagina
b. Palpasi
1) Nyeri tekan pada abdomen
2) Serviks dapat teraba membesar, iregulaer, teraba lunak
3) Nyeri punggung bawah
4) Obstruksi ureter, periksa hidronefrosis dengan tes balotemen
5) Palpasi fundus arteri
6) Perubahan denyut nadi
7) Perubahan tekanan darah
8) Peningkatan suhu tubuh
5. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
a. Pap smear
Test pap smear dapat dilakukan di RS, klinik dokter kandungan ataupun
laboratorium. Prosedurnya cepat (hanya memerlukan waktu beberapa
menit) dan tidak menimbulkan rasa sakit. Test pap smear dapat dilakukan
bila tidak dalam keadaan haid atau hamil. Untuk hasil terbaik, sebaiknya
tidak berhubungan intim minimal 3 hari sebelum pemeriksaan. Pap smear
merupakan salah satu cara detejsi dini kanker leher rahim. Test ini
mendeteksi adanya perubahan-perubahan sel leher rahim yang abnormal
yaitu suatu pemeriksaan dengan mengambil cairan pada leher rahim
dengan spatula kemudian dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop. Pap
smear hanyalah sbetas skrining, bukan diagnosis adanya kanker serviks.
Jika ditemukan hasil pap smear yang abnormal, maka dilakukan
pemeriksaan standar berupa kolposkopi
b. IVA (inspeksi visual asam asetat)
Untuk deteksi dini kanker serviks, selain test pap smear, metode lain
yang dapat menjadi pilihan adalah IVA (inspeksi visual asam asetat).
IVA digunakan untuk mendeteksi abnormalitas sel serviks setelah
mengoleskan larutan asam asetat (asam cuka 3-5%) pada leher rahim.
Asam asetat menegaskan dan menandai lesi pra-kanker dengan
perubahan warna agak keputihan (acetowhitw change). Hasilnya dapat
diketahui saat itu juga atau dalam waktu 15 menit
c. Servikografi
Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengn lensa 100 mm dan lensa
esktensi 50 mm. Servikografi dapat digunakan sebagai metode yang baik
untuk skrining massal, lebih-lebih di daerah di mana tidak ada seorang
spesialis sitologi, maka kombinasi servikogram dan kolposkopi sangat
membantu dalam deteksi kanker serviks
d. Gineskopi
Gineskopi menggunakan teleskop monokuler, ringan dengan pembesaran
2,5 x dapat digunakan untuk meningkatkan skrining dengan sitologi.
Biopsi atau pemeriksaan kolposkopi dapat segera disarankan bila tampak
daerah warna putih dengan pulasan asam asetat. Sensitivitas dan
spesifisitas masing-masing 84% dan 87% dan negatif palsu sebanyak
12,6% dan positif palsu 16%
e. Pemeriksaan penanda tumor (PT)
Penanda tumor adalah suatu substansi yang dapat diukur secara
kuantitatif dalam kondisi prakanker maupun kanker. Salah satu PT yang
dapat digunakan untuk mendetkasi adanya perkembangan kanker serviks
adalah CEA (carcino embriyonic antigen) dan HCG (human chorionic
gonadotropin). Kadar CEA abnormal adalah > 5 uL/ml, sedangkan kadar
HCG abnormal adalah > 5 mg/ml. HCG dalam keadaan normal
disekresikan oleh jaringan plasenta dan mencapai kadar tertinggi pada
usia kehamilan 60 hari. Kedua PT ini dapat dideteksi melalui
pemeriksaan darah dan urin
f. Biopsi kerucut
Biopsi kerucut adalah mengambil tonjolan jaringan serviks yang lebih
besar untuk penelitian apakah ada atau tidak kanker invasive
g. MRI/CT scan abdomen atau pelvis
MRI/CT scan abdomen atau pelvis digunakan untuk menilai penyebaran
lokal dari tumor dan atau terkenanya nodus limfa regional
h. Tes schiller
Tes schiller dilakukan dengan cara serviks diolesi dengan larutan yodium,
sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat sedangkan sel yang
abnormal warnanya menjadi putih atau kuning
i. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat komplikasi
perdarahan yang terjadi pada penderita kanker serviks dengan mengukur
kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit dan kecepatan pembekuan
darah yang berlangsung sel-sel tubuh

b. Dx Nursing
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera biologis
2. Ansietas berhubungan dengan peruubahan status kesehatan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual muntah sekunder terhadap penyakit dan pengobatan (kemoterapi)

c. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan 1. Lakukan
dengan agens cidera asuhan keperawatan pengkajian nyeri
biologis selama 2x24 jam secara
dengan komprehensif
Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
1. Mampu karakteristik,
mengontrol nyeri durasi, frekuensi,
2. Melaporkan bahwa kualitas dan
nyeri berkurang faktor presipitasi
dengan 2. Observasi reaksi
menggunakan nonverbal dari
manajemen nyeri ketidaknyamanan
3. Mampu mengenali 3. Gunakan teknik
nyeri (skala, komunikasi
intensitas, terapeutik untuk
frekuensi dan mengetahui
tanda nyeri) pengalaman nyeri
pasien
4. Kontrol
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan
5. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan
interpersonal)
2. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan 1. Lakukan
dengan peruubahan asuhan keperawatan pendekatan yang
status kesehatan selama 2x24 jam menenangkan
dengan 2. Nyatakan dengan
Kriteria Hasil : jelas harapan
1. Klien mampu terhadap perilaku
mengidentifikasi pasien
dan 3. Jelaskan semua
mengungkapkan prosedur dan apa
gejala cemas yang dirasakan
2. Mengidentifikasi, selama prosedur
mengungkapkan 4. Pahami
dan menunjukkan perspektif pasien
teknik untuk terhadap situasi
mengontrol cemas stres
3. Vital sign dalam 5. Temani pasien
batas normal untuk
4. Postur tubuh, memberikan
ekspresi wajah, keamanan dan
bahasa tubuh dan mengurangi takut
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Kaji adanya
nutrisi kurang dari asuhan keperawatan alergi makanan
kebutuhan tubuh selama 2x24 jam 2. Kolaborasi
berhubungan dengan dengan dengan ahli gizi
mual muntah sekunder Kriteria Hasil : untuk
terhadap penyakit dan 1. Adanya menentukan
pengobatan peningkatan berat jumlah kalori dan
(kemoterapi) badan sesuai nutrisi yang
dengan tujuan dibutuhkan
2. Berat badan ideala pasien
sesuai dengan 3. Anjurkan pasien
tinggi badan untuk
3. Tidak ada tanda- meningkatkan
tanda malnutrisi intake Fe, protein
4. Menunjukkan dan vitamin C
peningkatan fungsi 4. Berikan substansi
pengecapaan dari gula
menelan 5. Berikan
5. Tidak terjadi informasi tentang
penurunan berat kebutuhan nutrisi
badan yang berarti

DAFTAR PUSTAKA
Desen, Wan. (2008). Onkologi Klinis. Edisi 2. Jakarta : FKUI
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Pusat Data & Informasi Situasi Penyakit Kanker
di Indonesia. Jakarta : Pusat Data & Informasi Kemenkes RI
Rasjidi Imam. (2008). Manual Prakanker Serviks. Edisi 1. Jakarta :Sagung Seto

You might also like