You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem merupakan suatu kumpulan objek yang terangkai dalam interasi dan saling
ketergantungan yang teratur (Gordon, 1995). Transportasi didefinisikan sebagai suatu sistem
yang terdiri dari fasilitas tertentu beserta arus dan sistem kontrol yang memungkinkan orang atau
barang dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat lainnya secara efisien untuk mendukung
kegiatan manusia pada setiap waktu (Papacostas, 1987).Transportasi merupakan unsur vital yang
mendukung pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia, baik di perdesaan maupun
di perkotaan.Selain itu, transportasi juga memiliki peran yang sangat penting dalam
perkembanganinfrasturktur kota karena adanya peningkatan pelayanan mobilitas penduduk dan
sumber daya lainnya.
Menurut Bayu A. Wibawa (1996), terdapat kecenderungan yang menyatakan bahwa apabila
suatu kota berkembang maka akan diiringi pula dengan perkembangan masalah
transportasinya.Artinya, di balik dampak positif yang diberikan, perkembangan di suatu kota
juga membawa dampak negatif seperti terjadinya polusi, keterlambatan,dan kemacetan lalu lintas
akibat meningkatnya pergerakan penduduk.Pada hakikatnya, sistem transportasi adalah kegiatan
yang menghubungkan antara 2 (dua) lokasi guna lahan. Setiap tata guna lahan mempunyai
jenisaktivitas tertentu yang akan menimbulkan pergerakan dan menarik pergerakan dalam proses
pemenuhan kebutuhan. Untuk menampung pergerakan tersebut, maka tersedialah sistem jaringan
yang terdiri dari moda dan medianya. Moda transportasi yang digunakan ialah untuk
meminimalisir jarak yang ditempuh sehingga timbul titik-titik pergantian antar moda yang
berguna dalam peningkatan aksesbilitas mencapai lokasi yang dituju.
Walau hanya memiliki luas sekitar 600 km persegi, moda transportasi di Kota Balikpapan
sudah tergolong lengkap karena didukungnya fasilitas transportasi laut dan udara dengan skala
Internasional. Hal ini, menjadikan Kota Balikpapan sebagai pintu gerbang Provinsi Kalimantan
Timur dan meningkatkan perkembangan ekonomi, sosial, dan infrastruktur lainnya. Dalam
Rencana Sistem KotaBalikpapan, pertumbuhan dan perkembangan kota diarahkan ke bagian
utara dantimur kota. Namun, kecenderungan perkembangan pembangunan di pusat kota yang
mayoritas kawasan perdagangan dan jasa jugasangat pesat dan tidak sebanding dengan
ketersediaan lahan di kawasan ini. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai sistem
transportasi terhadap salah satu kawasan perdagangan dan jasa di Kecamatan Balikpapan Utara
yaitu Kelurahan Batu Ampar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam
penulisan laporan ini yang akan diuraikan dalam beberapa poin sebagai berikut:
a. Bagaimana tata guna lahan dan pusat aktivitas di Kelurahan Batu Ampar?
b. Bagaimana bentuk jaringan jalan di Kelurahan Batu Ampar?
c. Apa moda transportasi yang digunakan di Kelurahan Batu Ampar?
d. Dimana titik pergantian moda di Kelurahan Batu Ampar?
e. Bagaimana interaksi sistem aktivitas dan sistem jaringan dalam mempengaruhi
karkateristik pergerakan di Kelurahan Batu Ampar?
f. Bagaimana karakteristik transportasi yang ada di Kelurahan Batu Ampar?
1.3 Tujuan
Adapun beberapa tujuan yang diinginkan dari dilakukannya penulisan laporan berjudul
“Sistem Transportasi di Kelurahan Batu Ampar” ini ialah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui tata guna lahan dan pusat aktivitas di Kelurahan Batu Ampar
b. Untuk mengetahui bentuk jaringan jalan di Kelurahan Batu Ampar
c. Untuk mengetahui moda transportasi yang digunakan di Kelurahan Batu Ampar
d. Untuk mengetahui titik pergantian moda di Kelurahan Batu Ampar
e. Untuk mengetahui interaksi sistem aktivitas dan sistem jaringan dalam mempengaruhi
karkateristik pergerakan di Kelurahan Batu Ampar
f. Untuk mengetahui karakteristik transportasi yang ada di Kelurahan Batu Ampar
1.4 Sistematika Pembahasan
Pada laporan “Sistem Transportasi di Kelurahan Batu Ampar” ini, terdapat sistematika
pembahasan yang tercantumyaitu sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, ruang lingkup, data moda transortasi,dan
sistemika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi uraian mengenai tinjauan teori transportasi
BAB III GAMBARAN UMUM
Berisi tentang gambaran umum lokasi studi
BAB IV PEMBAHASAN ANALISIS KARAKTERISTIK TRANSPORTASI
Berisi penjelasan tentang karakteristik transportasi pada wilayah studi dan analisis yang
meliputi analisis sistem aktivitas dan analisis sistem jaringan serta kesimpulan dari bab-bab
sebelumnya.
BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan dari keseluruhan isi laporan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Transportasi
Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dengan menggunakan wahana yang
digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia untuk
melakukan aktivitas sehari-hari. Banyak ahli telah merumuskan dan mengemukakan pengertian
transportasi. Para ahli memiliki pandangannya masing-masing yang mempunyai perbedaan dan
persamaan antara yang satu dengan lainnya.
Kata transportasi berasal dari bahasa latin yaitu transportare yang mana trans berarti
mengangkat atau membawa. Jadi transortasi adalah membawa sesuatu dari satu tempat ke tempat
yang lain. Menurut Salim (2000) transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan
penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam transportasi ada dua unsur yang terpenting
yaitu pemindahan/pergerakan (movement) dan secara fisik mengubah tempat dari barang
(comoditi) dan penumpang ke tempat lain.
Menurut Miro (2005) transportasi dapat diartikan usaha memindahkan, mengerakkan,
mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, di mana di tempat
lain ini objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Nasution (2008) adalah sebagai pemindahan barang dan manusia dari
tempat asal ke tempat tujuan. Jadi pengertian tranportasi berarti sebuah proses, yakni proses
pemindahan, proses pergerakan, proses mengangkut, dan mengalihkan di mana proses ini tidak
bisa dilepaskan dari keperluan akan alat pendukung untuk menjamin lancarnya proses
perpindahan sesuai dengan waktu yang diinginkan.
Menurut Nasution (2008) terdapat unsur-unsur pengangkutan/transportasi meliputi atas:
1. Ada muatan yang diangkut
2. Tersedia kenderaan sebagai alat angkutannya
3. Jalanan/jalur yang dapat dilalui
4. Ada terminal asal dan terminal tujuan
5. Tersedianya sumber daya manusia dan organisasi atau manajemen yang menggerakkan
kegiatan transportasi tersebut
Masing-masing unsur tersebut tidak bisa hadir dan beroperasi sendiri-sendiri, kesemuanya
harus terintegrasi secara serentak. Seandainya ada salah satu saja komponen tidak hadir, maka
alat pendukung proses perpindahan (system transportasi) tidak dapat bekerja atau berfungsi.
Transportasi bukan hanya usaha berupa gerakan manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat
lain dengan gerakan secara statis akan tetapi transportasi akan mengalami perkembangan dan
kemajuan dari waktu ke waktu baik sarana dan prasaranannya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Transportasi merupakan salah satu fasilitas bagi suatu daerah untuk
maju dan berkembang serta transportasi dapat meningkatkan aksesibilitas atau hubungan suatu
daerah karena aksesibilitas sering dikaitkan dengan daerah. Untuk membangun suatu pedesaan
keberadaan prasarana dan sarana transportasi tidak dapat terpisahkan dalam suatu program
pembangunan. Kelangsungan proses produksi yang efesien, investasi dan perkembangan
teknologi serta terciptanya pasar dan nilai selalu didukung oleh system transportasi yang baik.
Transportasi faktor yang sangat penting dan strategis untuk dikembangkan, diantaranya adalah
untuk melayani angkutan barang dan manusia dari satu daerah ke daerah lainnya dan menunjang
pengembangan kegiatan-kegiatan sektor lain untuk meningkatkan pembangunan nasional di
Indonesia.
2.2 Peranan Transportasi
Transportasi yang baik akan berperan penting dalam perkembangan wilayah terutama dalam
aksesibilitas, adapun yang dimaksud dengan aksesibilitas adalah kemudahan dan kemampuan
suatu wilayah atau ruang untuk diakses atau dijangkau oleh pihak dari luar daerah tersebut baik
secara langsung maupun tidak langsung. Mudahnya suatu lokasi dihubungkan dengan lokasi
lainnya lewat jaringan transportasi yang ada, berupa prasarana jalan dan alat angkut yang
bergerak diatasnya. Pembangunan pedesaan semakin lambat dan terhambat karena kurangnya
sarana transportasi yang ada (Margaretta, 2000).
Menurut Kadir (2006) pada jurnal perencanaan dan pengembangan wilayah wahana hijau,
peran dan pentingnya transportasi dalam pembangunan ekonomi yang utama adalah tersedianya
barang, stabilisasi dan penyamaan harga, penurunan harga, meningkatnya nilai tanah, terjadinya
spesialisasi antar wilayah, berkembangnya usaha skala kecil, terjadinya urbanisasi dan
konsentrasi penduduk. Dampak negatif perkembangan transportasi antara lain : bahaya atas
kehancuran umat manusia, hilangnya sifat-sifat individual dan kelompok, tingginya frekuensi
dan intensitas kecelakaan, makin meningkatnya urbanisasi, kepadatan dan konsentrasi penduduk
dan tersingkirnya industri kerajinan rumah tangga.
Tujuan transportasi dalam mendukung perkembangan ekonomi nasional antara lain:
1. Meningkatkan pendapatan nasional disertai dengan distribusi yang merata antara
penduduk.
2. Meningkatkan jenis dan jumlah barang jadi dan jasa yang dapat dihasilkan pada
konsumen, industri, dan pemerintah.
3. Mengembangkan industri nasional yang dapat menghasilkan devisa serta mensuplai
pasaran dalam negeri.
4. Menciptakan dan memelihara tingkatan kesempatan kerja bagi masyarakat.
2.3 Jaringan Jalan
Jalan merupakan suatu jalur dimana terjadinya perpindahan atau pergerakan dari manusia
ataupun barang dari suatu tempat menuju tempat lain sesuai dengan tujuannya. Klasifikasi jalan
dapat dibedakan menjadi lima bagian, yaitu klasifikasi jalan berdasarkan peruntukan, fungsi,
sistem, kelas dan status. Masing-masing klasifikasi jalan akan dijabarkan sebagai berikut:
2.3.1 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Peruntukan
Menurut UU RI No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, peruntukkan jalan dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu:
a. Jalan umum Jalan yang digunakan untuk lalu lintas umum.
b. Jalan khusus Jalan yang tidak diperuntukkan bagi pengguna lalu lintas umum,
serta dikelola oleh suatu isntansi tersendiri, seperti:
1. Jalan inspeksi salurang pengairan, minyak, atau gas
2. Jalan perkebunan, pertambangan, Perhutani
3. Jalan komplek perumahan bukan untuk umum
4. Jalan pada kompleks sekolah atau universitas
5. Jalan pada daerah – daerah keperluan militer
2.3.2 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Fungsi
Menurut Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 2006, fungsi jalan dibedakan menurut
sifat dan pergerakan pada lalu lintas dan angkutan jalan. Berdasarkan fungsinya, jalan terdiri
atas:
a. Jalan Arteri
1. Jalan Arteri Primer
Merupakan jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antarpusat
kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan
wilayah. Di desain berdasarkan kecepatan paling rendah 60 km/jam dengan
lebar badan jalan paling sedikit 11 meter. Kapasitas jalan harus lebih besar
dibandingkan volume rata – rata lalu lintas. Lalu lintas jarak jauh tidak boleh
terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal, 6 dan kegiatan lokal.
Jalan arteri primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan
pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.
2. Jalan Arteri Sekunder
Merupakan jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan
sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan sekunder kesatu, kawasan
sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. Di desain berdasarkan
kecepatan paling rendah 30 (tiga puluh) kilometer per jam dengan lebar badan
jalan paling sedikit 11 (sebelas) meter. Kapasitas jalan harus lebih besar
daripada volume lalu lintas rata – rata. Pada jalan arteri sekunder lalu lintas
cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.
b. Jalan Kolektor
1. Jalan Kolektor Primer
Jalan kolektor primer menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antara
pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal. Di desain berdasarkan
kecepatan paling rendah 40 km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9
meter. Kapasitas jalan harus lebih besar dari volume lalu lintas rata – rata.
Jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan
pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.
2. Jalan Kolektor Sekunder
Jalan kolektor sekunder menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan
kawasan sekunder atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder
ketiga. Di desain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh)
kilmeter per jam denga lebar badan jalan paling sedikit 9 (sembilan) meter.
Kapasitas jalan harus lebih besar daripada volume lalu lintas rata – rata. Lalu
lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.
c. Jalan Lokal
1. Jalan Lokal Primer
Jalan lokal primer menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan
pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat
kegiatan lingkungan. Di desain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah
20 km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 7,5 meter. Jalan lokal
primer yang memasuki kawasan pedesaan tidak boleh terputus. 7
2. Jalan Lokal Sekunder
Jalan lokal sekunder menghubungkan kesatu dengan perumahan, kawasan
sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya
sampai ke perumahan. Di desain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah
10 km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 7,5 meter.
d. Jalan Lingkungan
1. Jalan Lingkungan Primer
Jalan lingkungan primer menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam
kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan. Di
desain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 15 (lima belas) kilometer
per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 6,5 (enam koma lima) meter.
Jalan lingkungan primer yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan roda tiga
atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan paling sedikit 3,5 (tiga koma
lima) meter.
2. Jalan Lingkungan Sekunder
Jalan lingkungan sekunder menghubungkan antarpersil dalam kawasan
perkotaan. Di desain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10
(sepuluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 6,5 (enam
koma lima) meter. Jalan lingkungan primer yang tidak diperuntukkan bagi
kendaraan roda tiga atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan paling
sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.
2.3.3 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Sistem
Menurut UU RI No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, klasifikasi jalan menurut
sistemnya dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Sistem jaringan jalan primer Sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan
distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat
nasional, dengan menghubungkan semua simpul jas distribusi yang berwujud
pusat – pusat kegiatan.
b. Sistem jaringan jalan sekunder Sistem jaringan jalan dengan peranan pelyanan
distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
2.3.4 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Kelas
Menurut Undang – Undang no.22 tahun 2009, jalan dikelompokkan menjadi beberapa
kelas berdasarkan fungsi jalan tersebut, intensitas Lalu Lintas, dan daya dukung untuk
menerima muatan sumbu terberat beserta dimensi kendaraan bermotor. Pengelompokkan
kelas jalan terdiri atas:
a. Jalan Kelas I
Jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran
lebar < 2.500 mm, ukuran panjang < 18.000 mm, ukuran paling tinggi 4.200 mm,
dan muatan sumbu terberat 10 ton.
b. Jalan Kelas II
Jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan
bermotor dengan ukuran lebar < 2.500 mm, ukuran panjang < 12.000 mm, ukuran
paling tinggi 4.200 mm, dan muatan sumbu terberat 8 ton;
c. Jalan Kelas III
Jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan
bermotor dengan ukuran lebar < 2.100 mm, ukuran panjang < 9.000 mm, ukuran
paling tinggi 3.500 mm, dan muatan sumbu terberat 8 ton
d. Jalan Kelas Khusus
Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar > 2.500
mm, ukuran panjang > 18.000 mm, ukuran paling tinggi 4.200 mm, dan muatan
sumbu terberat lebih dari 10 ton.
2.3.5 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Status
Menurut UU RI No. 38 tahun 2004 tentang jalan pada Pasal 9, jalan umum
dikelompokkan menjadi:
a. Jalan Nasional Jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungkan antara ibu kota provinsi dan jalan strategis nasional serta
jalan tol. Menteri Pekerjaan Umum yang memiliki wewenang dalam
penyelengaraan jalan.
b. Jalan Provinsi Jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar
ibukota 9 kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi. Pemerintah provinsi yang
memiliki wewenang dalam penyelengaraan jalan.
c. Jalan Kabupaten Jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan antara ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar
ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat
kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam
wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten. Pemerintah kabupaten yang
memiliki wewenang dalam penyelengaraan jalan.
d. Jalan Kota Jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, pusat pelayanan dalam persil,
antarpersil, serta antarpusat pemukiman yang berada dalam kota. Pemerintah kota
yang memiliki wewenang dalam penyelenggaraan jalan. e. Jalan desa Jalan umum
yang menghubungkan kawasan dan/atau antar pemukiman di dalam desa, serta
jalan lingkungan. Pemerinta kabupaten yang memiliki wewenang dalam
penyelenggaraan jalan.
2.4 Geometrik Jalan
Jalan perumahan yang baik harus dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi pergerakan
pejalan kaki, pengendara sepeda dan pengendara kendaraan bermotor. Selain itu didukung pula
oleh ketersediaan prasarana pendukung jalan, seperti perkerasan jalan, trotoar, drainase,
lansekap, rambu lalu lintas, parkir dan lain-lain (SNI 03-1733-2004).
Gambar 2.1 Deskripsi Bagian-Bagian Jalan
Sumbe: SNI 03-1733-2004
Jalan memiliki beberapa bagian di dalamnya yang dikategorikan sebagai berikut:
a. Daerah Milik Jalan (DAMIJA)
Merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang
dikuasai oleh pembina jalan dengan suatu hak tertentu sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku; daerah milik jalan diperuntukkan bagi daerah
manfaat jalan dan pelaksanaan jalan maupun penambahan jalur lalu lintas dikemudian
hari serta kebutuhan ruang untuk pengamanan jalan (Kementrian Perhubungan Republik
Indonesia, 2009).
b. Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA)
Merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalaman ruang
bebas tertentu yang ditetapkan oleh pembina jalan; ruang tersebut hanya diperuntukkan
bagi median, perkerasan jalan, trotoar, lereng, rentang-rentang pengaman, timbunan dan
galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan dan bangunan pelengkap lainnya (Kementrian
Perhubungan Republik Indonesia, 2009).
c. Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA)
Merupakan sejalur tanah tertentu yang terletak diluar daerah milik jalan yang
penggunaannya diawasi oleh pembina jalan dengan maksud agar tidak mengganggu
pandangan pengemudi dan konstruksi bangunan jalan dalam tidak cukup luasnya daerah
milik jalan (Kementrian Perhubungan Republik Indonesia, 2009).
d. Median Jalan
Median jalan merupakan bagian bangunan jalan yang secara fisik memisahkan dua jalur
lalu-lintas yang berlawanan arah. (SNI 03-6967-2003).
e. Lajur Lalu Lintas
Lajur lalu-lintas merupakan bagian dari jalur lalu-lintas yang memanjang dibatasi oleh
marka lajur jalan, yang memiliki lebar cukup untuk kendaraan bermotor sesuai rencana
(kendaraan rencana). (SNI 03-6967-2003).
f. Jalur Lalu Lintas
Jalur lalu lintas merupakan bagian daerah manfaat jalan yang direncanakan khusus untuk
lintasan kendaraan bermotor (beroda empat atau lebih) dan biasanya diperkeras. (SNI 03-
6967-2003).
g. Bahu Jalan
Bahu jalan merupakan bagian dari jalan yang terletak pada tepi kiri dan atau kanan jalan
dan berfungsi sebagai: jalur lalu-lintas darurat, tempat berhenti sementara, ruang bebas
samping, penyangga kestabilan badan jalan, jalur sepeda (bahu diperkeras). (SNI 03-
6967-2003).
h. Trotoar
Trotoar merupakan bagian jalan atau bahu jalan yang terletak di tepi kiri/kanan jalan,
berfungsi sebagai jalur pejalan kaki. (SNI 03-6967-2003).
2.5 Teori Sistem Transportasi Manheim
Menurut Marvin L. Manheim (1979), sistem transportasi secara keseluruhan didefinisikan
dalam tiga variabel dasar yaitu: Sistem Kegiatan (SK), Sistem Jaringan (SJ) dan Sistem
Pergerakan (SP). Ketiga variabel tersebut saling berinteraksi dan saling mempengaruhi, dengan
penjalan sebagai berikut:
Gambar 2.2 Teori Sistem Transportasi
Sumber: Manheim, 1979
a. Sistem Pergerakan (SP) pada sistem transportasi ditentukan/dipengaruhi oleh Sistem
Jaringan (SJ) itu sendiri dan Sistem Kegiatan (SK).
b. Sistem Pergerakan (SP) menyebabkan perubahan Sistem Kegiatan (SK) dari waktu ke
waktu melalui penyediaan pola pelayanan pergerakan tersebut, dan dalam jangka panjang
Sistem Pergerakan (SP) akan mempengaruhi Sistem Kegiatan (SK).
c. Sistem Pergerakan (SP) dapat menyebabkan terjadinya perubahan Sistem Jaringan (SJ)
pola aliran, dan dalam jangka panjang Sistem Pergerakan (SP) juga akan mempengaruhi
Sistem Jaringan (SJ).
Dengan demikian terdapat beberapa pilihan perencanaan transportasi agar Sistem Pergerakan
(SP) menjadi baik yaitu dengan adanya pengaturan/perubahan melalui Sistem Kegiatan (SK) dan
Sistem Jaringan (SJ). Melihat hubungan diatas, maka terdapat beberapa individu, kelompok dan
lembaga pemerintah atau swasta yang keputusannya akan mempengaruhi interaksi sistem
transportasi tersebut, yaitu:
a. User, dapat memutuskan kapan, ke mana dan bagaimana melakukan perjalanan.
b. Operator, dapat memutuskan jenis pelayanan, rute, jadwal, macam dan jumlah
kendaraan, maupun fasilitas lainnya yang akan disediakan bagi pengguna jasa.
c. Regulator, dapat memutuskan kebijaksanaan mengenai retribusi, tarif dasar angkutan,
pajak, persyaratan fasilitas, subsisdi, administrasi peraturan serta dapat menganjurkan dan
atau membatasi keputusan user maupun operator.
2.6 Teori Sistem Transportasi Kusbiantoro
Transportasi merupakan suatu proses pergerakan atau usaha memindahkan manusia dan
barang dari satu tempat ke tempat lainnya suatu waktu. Pergerakan manusia disebabkan oleh
banyaknya aktivitas yang harus dilakukan dengan lokasi yang berada diakibatkan adanya
kebutuhan untuk melakukan aktivitas. Sistem erupakansuatu gabungan beberapa komponen yang
saling berkaitan. Sistem transportasi terdiri dari suatu sistem pergerakan yang terjadi sebagai
akibat dari adanya sistem kegiatan yang didukung oleh tersedianya jaringan transportasi (Sistem
Jaringan), serta dipengaruhi oleh sistem kelembagaan. Sistem kegiatan merupakan perwujudan
dari ruang dengan isinya, terutama manusia dengan segala kegiatannya. Menurut Kusbiantoro
(2005), Keseluruhan sistem tersebut juga terkait dengan sistem kelembagaan, seperti
peraturan,perundangan, kebijaksanaan, dan lembaga pemerintahan. Selain itu , seluruh sistem
tersebut terkait juga dengan sistem lingkungan yang terwujud dari aspek ekonomi,sosial, budaya,
politik, keamanan dan teknologi. Berikut merupakan Skema sistem Trasnportasi menurut
Kusbiantoro (2005):

Gambar 3.3 Skema Sistem Transportasi (1)


Sumber: Kusbiantoro, 2005
Menurut Kusbiantoro (2004), Apabila kuantitas atau kualitas suatu pergerakan semakin
meningkat,maka dampak lain yang ditimbulkan terhadap sistem kegiatan dan pergerakan juga
semakin meningkat. Dampak baru dalam suatu sistem kegiatan antara lain tumbuhnya tata guna
lahan baru dan peningkatan nilai lahan sepanjang jaringan jalan baru maupun jalan lama yang
mengakibatkan peningkatan kualitas . Sedangkan, dampak baru terhadap sistem jaringan
sehubungan dengan meningkatkan sistem pergerakan adalahdengan berkurangnya tingkat
pelayanan misalnya timbulnya kemacetan dan kerusakan jalan akibat adanya sistem pergerakan.

Gambar 3.4 Skema Sistem Transportasi (2)


Sumber: Kusbiantoro, 1996
2.7 Teori Sistem Transportasi Cascetta
2.8 Moda Transportasi
Moda transportasi merupakan sebuah istilah yang umumnya digunakan untuk
menggambarkan tentang alat angkut yang digunakan sebagai sarana transportasi untuk berpindah
dari satu tempat ke tempat lainnya. Dalam tiap kegiatan transportasi di suatu wilayah, moda
transportasi lah yang berperan sebagai pemberi jasa bagi perekonomian serta penunjang
pembangunan sektor-sektor di wilayah tersebut. Adanya moda transportasi juga memberikan
manfaat bagi kehidupan baik dari segi ekonomi, sosial, politik, maupun kewilayahan. Secara
umum, terdapat beberapa jenis moda yang digunakan dalam kegiatan transportasi, yaitu moda
darat yang terdiri dari moda jalan, moda kereta api, dan moda pipa; moda laut; serta moda udara.
Menurut Djoko Setijowarno dan Frazila (2001), setiap jenis moda transportasi mempunyai ciri-
ciri yang berbeda, antara lain dalam hal:
a. Kecepatan, menjelaskan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk bergerak antara 2
(dua) lokasi;
b. Frekuensi, menunjukkan banyaknya gerakan atau hubungan yang dijadwalkan;
c. Kemampuan, menjelaskan kemampuan untuk menangani segala bentuk dan kebutuhan
akan pengangkutan.
d. Tersedianya pelayanan, meliputi kemampuan untuk menyelenggarakan hubungan antara
2 (dua) lokasi; dan
e. Pengoperasian yang diandalkan, menyangkut perbedaan-perbedaan yang terdapat di
antara kenyataan dan jadwal yang ditentukan.
Pilihan moda merupakan suatu tahapan proses perencanaan angkutan yang bertugas untuk
menentukan pembebanan perjalanan atau mengetahui jumlah orang dan barang yang
menggunakan atau memilih berbagai moda transportasi yang tersedia untuk melayani suatu titik
asal-tujuan tertentu, demi beberapa maksud perjalanan tertentu pula (Miro, 2012). Pemilihan
moda dapat diartikan sebagai pembagian dari perjalanan yang dilakukan oleh pengguna
transportasi. Manusia sebagai penggunatransportasi selalu memilih moda yang paling
menguntungkan, efektif dan efisien.Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan
moda menurut Ben Akiva dan Lerman (1985, dalam Tamin 2008) ialah karakteristik pengguna
jalan,meliputi pekerjaan, pendapatan, pendidikan, dan usia; karakteristik pergerakan, meliputi
maksud, tujuan, dan waktu perjalanan dilakukan; karakteristik fasilitas transportasi, meliputi
kualitas pelayanan, dan biaya; serta kecepatan angkutan.
2.8.1 Moda Transportasi Darat
Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Raya pasal 165
a. Moda Transportasi Jalan
Merupakan moda yang sangat kental dalam kehidupan kita sehari-hari memenuhi
kebutuhan transportasi. Moda jalan mempunyai fleksibilitas yang tinggi
sepanjang didukung dengan jaringan infrastruktur. Infrastruktur sendiri dibatasi
oleh geografis jalan yang dilalui pegunungan, perairan yang sulit dilalui oleh
jalan, walaupun jembatan atau terowongan yang menghubungkan dua pulau dapat
dibangun, tetapi hal ini masih ter-kendala dengan jarak yang harus dilalui atau
pun kelai-kan teknis atau pun ekonomis. Sistem transportasi jalan membutuhkan
biaya operasi dan perawatan yang tinggi baik untuk alat angkut-nya maupun biaya
perawatan prasarana sehingga hanya sesuai untuk jarak perjalanan pendek dan
menengah saja. Walaupun kalau kita melihat kepada angkutan barang di
Indonesia seperti antara pulau Jawa dengan pulau Sumatera masih didominasi
oleh angkutan jalan.
b. Moda Transportasi Kereta Api
Merupakan moda yang digunakan pada koridor dengan jumlah permintaan yang
tinggi, dimana alat angkut kereta api yang berjalan diatas rel. Moda kereta api
tidak se fleksibel seperti moda jalan namun hanya dapat digunakan bila didukung
oleh jaringan infrastruktur rel kereta api.Merupakan sarana transportasiberupa
kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan
dengan kendaraan lainnya (gerbong), yang bergerak di rel. Kereta api merupakan
alat transportasi massal yang umumnya terdiri dari lokomotif (kendaraan dengan
tenaga gerak yang berjalan sendiri) dan rangkaian kereta atau gerbong
(dirangkaikan dengan kendaraan lainnya). Rangkaian kereta atau gerbong tersebut
berukuran relatif luas sehingga mampu mengangkut penumpang maupun barang
dalam skala besar. Karena sifatnya sebagai angkutan massal efektif, beberapa
negara berusaha memanfaatkannya secara maksimal sebagai alat transportasi
utama angkutan darat baik di dalam kota, antarkota, maupun antar negara.
c. Moda Transportasi Pipa
Merupakan moda yang umumnya digunakan untuk bahan berbentuk cair atau pun
gas, pipa digelar diatas tanah, ditanam pada kedalaman tertentu di tanah atau pun
digelar melalui dasar laut.ranportasi pipa merupakan perangkat transportasi
angkutan barang melalui pipa. Biasanya digunakan untuk angkutan gas dan cairan
dalam jumlah yang besar, tetapi dapat juga untuk mengangkut barang yang
dikemas dalam kapsul yang didorong dengan tekanan udara, ataupun dalam
bentuk tepung didorong dengan tekanan udara tertentu yang kemudian dipisahkan
kembali. Penggunaan angkutan pipa yang paling besar adalah untuk transportasi
minyak mentah, minyak hasil pengolahan/refinery, gas alam ataupun untuk
angkutan air kebutuhan industri ataupun ke perumahan. Angkutan melalui pipa
dilakukan untuk mengangkut material yang stabil, dan untuk menstabilkan
material yang dapat berubah sifat bila dialirkan untuk jarak yang jauh melalui
pipa terkadang harus dilakukan pemanasan, untuk material yang dapat membeku
selama mengalir seperti minyak kelapa sawit, minyak mentah dari jenis tertentu
ataupun didinginkan bila material tersebut dapat berubah sifat ataupun bentuk.
2.8.2 Moda Transportasi Laut
Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran pasal 55
Karena sifat fisik air yang menyangkut daya apung dan gesekan yang terbatas, maka
pelayaran merupakan moda angkutan yang paling efektip untuk angkutan barang jarak jauh
barang dalam jumlah yang besar. Pelayaran dapat berupa pelayaran paniai, pelayaran antar
pulau, pelayaran samudra ataupun pelayaran pedalaman melalui sungai atau pelayaran di
danau.Didalam pelayaran biaya terminal dan perawatan alur merupakan komponen biaya
paling tinggi, sedangkan biaya pelayarannya rendah. Ukuran kapal cenderung semakin besar
pada koridor-koridor pelayaran utama, dimana pada tahun 1960an ukuran kapal yang paling
besar mencapai 100.000 dwt tetapi sekarang sudah mulai digunakan kapal tangker MV
Knock Nevis, 650 ribu ton dengan panjang 458 meter, draft 24,6 meter. Pelayaran
merupakan sarana yang penting untuk menjaga keselamatan berlayar bagi berbagai macam
kapal. Di bidang ekonomi, pelayaran masih diperlakukan sebagai industri penunjang. Tak
ada perlakuan khusus, sebagaimana diterapkan oleh negara-negara maju. Kemudian, bentuk-
bentuk conference yang dicoba diterapkan di lingkungan pelayaran masih ditafsirkan
sekalangan ekonom Indonesia sebagai bentuk kartel atau monopoli ekonomi. Pelayaran ini
digunakan tak hanya ekonomi tapi juga digunakan dalam bidang olahraga.
2.8.3 Moda Transportasi Udara
Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan pasal 191
Moda transportasi udara mempunyai karakteristik kecepatan yang tinggi dan dapat
melakukan penetrasi sampai keseluruh wilayah yang tidak bisa dijangkau oleh moda
transportasi lain.Kegiatan transportasi udara terdiri atas; angkutan udara niaga yaitu angkutan
udara untuk umum dengan menarik bayaran, dan angkutan udara bukan niaga yaitu kegiatan
angkutan udara untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan kegiatan pokoknya bukan di bidang
angkutan udara. Sebagai tulang punggung transportasi adalah angkutan udara niaga
berjadwal, sebagai penunjang adalah angkutan niaga tidak berjadwal, sedang pelengkap
adalah angkutan udara bukan niaga.Transportasi udara adalah merupakan alat angkutan
mutakhir dan tercepat. Transportasi ini menggunakan pesawat udara sebagai alat angkutan
sedangkan udara atau angkasa sebagai jalur atau jalannya. Dimana pesawat udara Yang
dimaksud dilengkapi dengan navigasi dan alat telekomunikasi yang canggih. Moda Udara
yang dinyatakan sebagai pesawat udara didefinikan sebagai setiap mesin atau alat yang dapat
terbang di atmosfer karena gaya angkat dari reaksi udara, tetapi bukan karena reaksi udara
terhadap permukaan bumi yang digunakan untuk penerbangan.

You might also like