Professional Documents
Culture Documents
Laporan Sistrans
Laporan Sistrans
PENDAHULUAN
2.1 Transportasi
Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dengan menggunakan wahana yang
digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia untuk
melakukan aktivitas sehari-hari. Banyak ahli telah merumuskan dan mengemukakan pengertian
transportasi. Para ahli memiliki pandangannya masing-masing yang mempunyai perbedaan dan
persamaan antara yang satu dengan lainnya.
Kata transportasi berasal dari bahasa latin yaitu transportare yang mana trans berarti
mengangkat atau membawa. Jadi transortasi adalah membawa sesuatu dari satu tempat ke tempat
yang lain. Menurut Salim (2000) transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan
penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam transportasi ada dua unsur yang terpenting
yaitu pemindahan/pergerakan (movement) dan secara fisik mengubah tempat dari barang
(comoditi) dan penumpang ke tempat lain.
Menurut Miro (2005) transportasi dapat diartikan usaha memindahkan, mengerakkan,
mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, di mana di tempat
lain ini objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Nasution (2008) adalah sebagai pemindahan barang dan manusia dari
tempat asal ke tempat tujuan. Jadi pengertian tranportasi berarti sebuah proses, yakni proses
pemindahan, proses pergerakan, proses mengangkut, dan mengalihkan di mana proses ini tidak
bisa dilepaskan dari keperluan akan alat pendukung untuk menjamin lancarnya proses
perpindahan sesuai dengan waktu yang diinginkan.
Menurut Nasution (2008) terdapat unsur-unsur pengangkutan/transportasi meliputi atas:
1. Ada muatan yang diangkut
2. Tersedia kenderaan sebagai alat angkutannya
3. Jalanan/jalur yang dapat dilalui
4. Ada terminal asal dan terminal tujuan
5. Tersedianya sumber daya manusia dan organisasi atau manajemen yang menggerakkan
kegiatan transportasi tersebut
Masing-masing unsur tersebut tidak bisa hadir dan beroperasi sendiri-sendiri, kesemuanya
harus terintegrasi secara serentak. Seandainya ada salah satu saja komponen tidak hadir, maka
alat pendukung proses perpindahan (system transportasi) tidak dapat bekerja atau berfungsi.
Transportasi bukan hanya usaha berupa gerakan manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat
lain dengan gerakan secara statis akan tetapi transportasi akan mengalami perkembangan dan
kemajuan dari waktu ke waktu baik sarana dan prasaranannya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Transportasi merupakan salah satu fasilitas bagi suatu daerah untuk
maju dan berkembang serta transportasi dapat meningkatkan aksesibilitas atau hubungan suatu
daerah karena aksesibilitas sering dikaitkan dengan daerah. Untuk membangun suatu pedesaan
keberadaan prasarana dan sarana transportasi tidak dapat terpisahkan dalam suatu program
pembangunan. Kelangsungan proses produksi yang efesien, investasi dan perkembangan
teknologi serta terciptanya pasar dan nilai selalu didukung oleh system transportasi yang baik.
Transportasi faktor yang sangat penting dan strategis untuk dikembangkan, diantaranya adalah
untuk melayani angkutan barang dan manusia dari satu daerah ke daerah lainnya dan menunjang
pengembangan kegiatan-kegiatan sektor lain untuk meningkatkan pembangunan nasional di
Indonesia.
2.2 Peranan Transportasi
Transportasi yang baik akan berperan penting dalam perkembangan wilayah terutama dalam
aksesibilitas, adapun yang dimaksud dengan aksesibilitas adalah kemudahan dan kemampuan
suatu wilayah atau ruang untuk diakses atau dijangkau oleh pihak dari luar daerah tersebut baik
secara langsung maupun tidak langsung. Mudahnya suatu lokasi dihubungkan dengan lokasi
lainnya lewat jaringan transportasi yang ada, berupa prasarana jalan dan alat angkut yang
bergerak diatasnya. Pembangunan pedesaan semakin lambat dan terhambat karena kurangnya
sarana transportasi yang ada (Margaretta, 2000).
Menurut Kadir (2006) pada jurnal perencanaan dan pengembangan wilayah wahana hijau,
peran dan pentingnya transportasi dalam pembangunan ekonomi yang utama adalah tersedianya
barang, stabilisasi dan penyamaan harga, penurunan harga, meningkatnya nilai tanah, terjadinya
spesialisasi antar wilayah, berkembangnya usaha skala kecil, terjadinya urbanisasi dan
konsentrasi penduduk. Dampak negatif perkembangan transportasi antara lain : bahaya atas
kehancuran umat manusia, hilangnya sifat-sifat individual dan kelompok, tingginya frekuensi
dan intensitas kecelakaan, makin meningkatnya urbanisasi, kepadatan dan konsentrasi penduduk
dan tersingkirnya industri kerajinan rumah tangga.
Tujuan transportasi dalam mendukung perkembangan ekonomi nasional antara lain:
1. Meningkatkan pendapatan nasional disertai dengan distribusi yang merata antara
penduduk.
2. Meningkatkan jenis dan jumlah barang jadi dan jasa yang dapat dihasilkan pada
konsumen, industri, dan pemerintah.
3. Mengembangkan industri nasional yang dapat menghasilkan devisa serta mensuplai
pasaran dalam negeri.
4. Menciptakan dan memelihara tingkatan kesempatan kerja bagi masyarakat.
2.3 Jaringan Jalan
Jalan merupakan suatu jalur dimana terjadinya perpindahan atau pergerakan dari manusia
ataupun barang dari suatu tempat menuju tempat lain sesuai dengan tujuannya. Klasifikasi jalan
dapat dibedakan menjadi lima bagian, yaitu klasifikasi jalan berdasarkan peruntukan, fungsi,
sistem, kelas dan status. Masing-masing klasifikasi jalan akan dijabarkan sebagai berikut:
2.3.1 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Peruntukan
Menurut UU RI No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, peruntukkan jalan dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu:
a. Jalan umum Jalan yang digunakan untuk lalu lintas umum.
b. Jalan khusus Jalan yang tidak diperuntukkan bagi pengguna lalu lintas umum,
serta dikelola oleh suatu isntansi tersendiri, seperti:
1. Jalan inspeksi salurang pengairan, minyak, atau gas
2. Jalan perkebunan, pertambangan, Perhutani
3. Jalan komplek perumahan bukan untuk umum
4. Jalan pada kompleks sekolah atau universitas
5. Jalan pada daerah – daerah keperluan militer
2.3.2 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Fungsi
Menurut Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 2006, fungsi jalan dibedakan menurut
sifat dan pergerakan pada lalu lintas dan angkutan jalan. Berdasarkan fungsinya, jalan terdiri
atas:
a. Jalan Arteri
1. Jalan Arteri Primer
Merupakan jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antarpusat
kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan
wilayah. Di desain berdasarkan kecepatan paling rendah 60 km/jam dengan
lebar badan jalan paling sedikit 11 meter. Kapasitas jalan harus lebih besar
dibandingkan volume rata – rata lalu lintas. Lalu lintas jarak jauh tidak boleh
terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal, 6 dan kegiatan lokal.
Jalan arteri primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan
pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.
2. Jalan Arteri Sekunder
Merupakan jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan
sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan sekunder kesatu, kawasan
sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. Di desain berdasarkan
kecepatan paling rendah 30 (tiga puluh) kilometer per jam dengan lebar badan
jalan paling sedikit 11 (sebelas) meter. Kapasitas jalan harus lebih besar
daripada volume lalu lintas rata – rata. Pada jalan arteri sekunder lalu lintas
cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.
b. Jalan Kolektor
1. Jalan Kolektor Primer
Jalan kolektor primer menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antara
pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal. Di desain berdasarkan
kecepatan paling rendah 40 km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9
meter. Kapasitas jalan harus lebih besar dari volume lalu lintas rata – rata.
Jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan
pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.
2. Jalan Kolektor Sekunder
Jalan kolektor sekunder menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan
kawasan sekunder atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder
ketiga. Di desain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh)
kilmeter per jam denga lebar badan jalan paling sedikit 9 (sembilan) meter.
Kapasitas jalan harus lebih besar daripada volume lalu lintas rata – rata. Lalu
lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.
c. Jalan Lokal
1. Jalan Lokal Primer
Jalan lokal primer menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan
pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat
kegiatan lingkungan. Di desain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah
20 km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 7,5 meter. Jalan lokal
primer yang memasuki kawasan pedesaan tidak boleh terputus. 7
2. Jalan Lokal Sekunder
Jalan lokal sekunder menghubungkan kesatu dengan perumahan, kawasan
sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya
sampai ke perumahan. Di desain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah
10 km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 7,5 meter.
d. Jalan Lingkungan
1. Jalan Lingkungan Primer
Jalan lingkungan primer menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam
kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan. Di
desain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 15 (lima belas) kilometer
per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 6,5 (enam koma lima) meter.
Jalan lingkungan primer yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan roda tiga
atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan paling sedikit 3,5 (tiga koma
lima) meter.
2. Jalan Lingkungan Sekunder
Jalan lingkungan sekunder menghubungkan antarpersil dalam kawasan
perkotaan. Di desain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10
(sepuluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 6,5 (enam
koma lima) meter. Jalan lingkungan primer yang tidak diperuntukkan bagi
kendaraan roda tiga atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan paling
sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.
2.3.3 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Sistem
Menurut UU RI No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, klasifikasi jalan menurut
sistemnya dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Sistem jaringan jalan primer Sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan
distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat
nasional, dengan menghubungkan semua simpul jas distribusi yang berwujud
pusat – pusat kegiatan.
b. Sistem jaringan jalan sekunder Sistem jaringan jalan dengan peranan pelyanan
distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
2.3.4 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Kelas
Menurut Undang – Undang no.22 tahun 2009, jalan dikelompokkan menjadi beberapa
kelas berdasarkan fungsi jalan tersebut, intensitas Lalu Lintas, dan daya dukung untuk
menerima muatan sumbu terberat beserta dimensi kendaraan bermotor. Pengelompokkan
kelas jalan terdiri atas:
a. Jalan Kelas I
Jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran
lebar < 2.500 mm, ukuran panjang < 18.000 mm, ukuran paling tinggi 4.200 mm,
dan muatan sumbu terberat 10 ton.
b. Jalan Kelas II
Jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan
bermotor dengan ukuran lebar < 2.500 mm, ukuran panjang < 12.000 mm, ukuran
paling tinggi 4.200 mm, dan muatan sumbu terberat 8 ton;
c. Jalan Kelas III
Jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan
bermotor dengan ukuran lebar < 2.100 mm, ukuran panjang < 9.000 mm, ukuran
paling tinggi 3.500 mm, dan muatan sumbu terberat 8 ton
d. Jalan Kelas Khusus
Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar > 2.500
mm, ukuran panjang > 18.000 mm, ukuran paling tinggi 4.200 mm, dan muatan
sumbu terberat lebih dari 10 ton.
2.3.5 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Status
Menurut UU RI No. 38 tahun 2004 tentang jalan pada Pasal 9, jalan umum
dikelompokkan menjadi:
a. Jalan Nasional Jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungkan antara ibu kota provinsi dan jalan strategis nasional serta
jalan tol. Menteri Pekerjaan Umum yang memiliki wewenang dalam
penyelengaraan jalan.
b. Jalan Provinsi Jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar
ibukota 9 kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi. Pemerintah provinsi yang
memiliki wewenang dalam penyelengaraan jalan.
c. Jalan Kabupaten Jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan antara ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar
ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat
kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam
wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten. Pemerintah kabupaten yang
memiliki wewenang dalam penyelengaraan jalan.
d. Jalan Kota Jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, pusat pelayanan dalam persil,
antarpersil, serta antarpusat pemukiman yang berada dalam kota. Pemerintah kota
yang memiliki wewenang dalam penyelenggaraan jalan. e. Jalan desa Jalan umum
yang menghubungkan kawasan dan/atau antar pemukiman di dalam desa, serta
jalan lingkungan. Pemerinta kabupaten yang memiliki wewenang dalam
penyelenggaraan jalan.
2.4 Geometrik Jalan
Jalan perumahan yang baik harus dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi pergerakan
pejalan kaki, pengendara sepeda dan pengendara kendaraan bermotor. Selain itu didukung pula
oleh ketersediaan prasarana pendukung jalan, seperti perkerasan jalan, trotoar, drainase,
lansekap, rambu lalu lintas, parkir dan lain-lain (SNI 03-1733-2004).
Gambar 2.1 Deskripsi Bagian-Bagian Jalan
Sumbe: SNI 03-1733-2004
Jalan memiliki beberapa bagian di dalamnya yang dikategorikan sebagai berikut:
a. Daerah Milik Jalan (DAMIJA)
Merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang
dikuasai oleh pembina jalan dengan suatu hak tertentu sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku; daerah milik jalan diperuntukkan bagi daerah
manfaat jalan dan pelaksanaan jalan maupun penambahan jalur lalu lintas dikemudian
hari serta kebutuhan ruang untuk pengamanan jalan (Kementrian Perhubungan Republik
Indonesia, 2009).
b. Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA)
Merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalaman ruang
bebas tertentu yang ditetapkan oleh pembina jalan; ruang tersebut hanya diperuntukkan
bagi median, perkerasan jalan, trotoar, lereng, rentang-rentang pengaman, timbunan dan
galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan dan bangunan pelengkap lainnya (Kementrian
Perhubungan Republik Indonesia, 2009).
c. Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA)
Merupakan sejalur tanah tertentu yang terletak diluar daerah milik jalan yang
penggunaannya diawasi oleh pembina jalan dengan maksud agar tidak mengganggu
pandangan pengemudi dan konstruksi bangunan jalan dalam tidak cukup luasnya daerah
milik jalan (Kementrian Perhubungan Republik Indonesia, 2009).
d. Median Jalan
Median jalan merupakan bagian bangunan jalan yang secara fisik memisahkan dua jalur
lalu-lintas yang berlawanan arah. (SNI 03-6967-2003).
e. Lajur Lalu Lintas
Lajur lalu-lintas merupakan bagian dari jalur lalu-lintas yang memanjang dibatasi oleh
marka lajur jalan, yang memiliki lebar cukup untuk kendaraan bermotor sesuai rencana
(kendaraan rencana). (SNI 03-6967-2003).
f. Jalur Lalu Lintas
Jalur lalu lintas merupakan bagian daerah manfaat jalan yang direncanakan khusus untuk
lintasan kendaraan bermotor (beroda empat atau lebih) dan biasanya diperkeras. (SNI 03-
6967-2003).
g. Bahu Jalan
Bahu jalan merupakan bagian dari jalan yang terletak pada tepi kiri dan atau kanan jalan
dan berfungsi sebagai: jalur lalu-lintas darurat, tempat berhenti sementara, ruang bebas
samping, penyangga kestabilan badan jalan, jalur sepeda (bahu diperkeras). (SNI 03-
6967-2003).
h. Trotoar
Trotoar merupakan bagian jalan atau bahu jalan yang terletak di tepi kiri/kanan jalan,
berfungsi sebagai jalur pejalan kaki. (SNI 03-6967-2003).
2.5 Teori Sistem Transportasi Manheim
Menurut Marvin L. Manheim (1979), sistem transportasi secara keseluruhan didefinisikan
dalam tiga variabel dasar yaitu: Sistem Kegiatan (SK), Sistem Jaringan (SJ) dan Sistem
Pergerakan (SP). Ketiga variabel tersebut saling berinteraksi dan saling mempengaruhi, dengan
penjalan sebagai berikut:
Gambar 2.2 Teori Sistem Transportasi
Sumber: Manheim, 1979
a. Sistem Pergerakan (SP) pada sistem transportasi ditentukan/dipengaruhi oleh Sistem
Jaringan (SJ) itu sendiri dan Sistem Kegiatan (SK).
b. Sistem Pergerakan (SP) menyebabkan perubahan Sistem Kegiatan (SK) dari waktu ke
waktu melalui penyediaan pola pelayanan pergerakan tersebut, dan dalam jangka panjang
Sistem Pergerakan (SP) akan mempengaruhi Sistem Kegiatan (SK).
c. Sistem Pergerakan (SP) dapat menyebabkan terjadinya perubahan Sistem Jaringan (SJ)
pola aliran, dan dalam jangka panjang Sistem Pergerakan (SP) juga akan mempengaruhi
Sistem Jaringan (SJ).
Dengan demikian terdapat beberapa pilihan perencanaan transportasi agar Sistem Pergerakan
(SP) menjadi baik yaitu dengan adanya pengaturan/perubahan melalui Sistem Kegiatan (SK) dan
Sistem Jaringan (SJ). Melihat hubungan diatas, maka terdapat beberapa individu, kelompok dan
lembaga pemerintah atau swasta yang keputusannya akan mempengaruhi interaksi sistem
transportasi tersebut, yaitu:
a. User, dapat memutuskan kapan, ke mana dan bagaimana melakukan perjalanan.
b. Operator, dapat memutuskan jenis pelayanan, rute, jadwal, macam dan jumlah
kendaraan, maupun fasilitas lainnya yang akan disediakan bagi pengguna jasa.
c. Regulator, dapat memutuskan kebijaksanaan mengenai retribusi, tarif dasar angkutan,
pajak, persyaratan fasilitas, subsisdi, administrasi peraturan serta dapat menganjurkan dan
atau membatasi keputusan user maupun operator.
2.6 Teori Sistem Transportasi Kusbiantoro
Transportasi merupakan suatu proses pergerakan atau usaha memindahkan manusia dan
barang dari satu tempat ke tempat lainnya suatu waktu. Pergerakan manusia disebabkan oleh
banyaknya aktivitas yang harus dilakukan dengan lokasi yang berada diakibatkan adanya
kebutuhan untuk melakukan aktivitas. Sistem erupakansuatu gabungan beberapa komponen yang
saling berkaitan. Sistem transportasi terdiri dari suatu sistem pergerakan yang terjadi sebagai
akibat dari adanya sistem kegiatan yang didukung oleh tersedianya jaringan transportasi (Sistem
Jaringan), serta dipengaruhi oleh sistem kelembagaan. Sistem kegiatan merupakan perwujudan
dari ruang dengan isinya, terutama manusia dengan segala kegiatannya. Menurut Kusbiantoro
(2005), Keseluruhan sistem tersebut juga terkait dengan sistem kelembagaan, seperti
peraturan,perundangan, kebijaksanaan, dan lembaga pemerintahan. Selain itu , seluruh sistem
tersebut terkait juga dengan sistem lingkungan yang terwujud dari aspek ekonomi,sosial, budaya,
politik, keamanan dan teknologi. Berikut merupakan Skema sistem Trasnportasi menurut
Kusbiantoro (2005):