Professional Documents
Culture Documents
4487 10518 1 PB
4487 10518 1 PB
2 (Desember 2018) 78 - 86
Website: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jip
Putri Ramadhany1*
1 Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik Industri, Universitas Katolik Parahyangan
*Email: pramadhany@unpar.ac.id
Abstrak
Kontak antara fasa gas dan cair banyak sekali ditemui dalam industri kimia. Seringkali kontak yang terjadi
disertai dengan reaksi kimia. Dalam absorpsi gas yang disertai dengan reaksi kimia dalam fasa cair, laju absorpsi
gas dapat meningkat atau menurun secara signifikan. Akan tetapi terdapat beberapa kesulitan untuk
mendeskripsikan kualitas perpindahan massa. Hal ini dikarenakan oleh keterbatasan numerik dalam
menyelesaikan neraca massa kompleks. Tujuan penelitian ini adalah melakukan validasi model solusi numerik
dengan membandingkan dua paramater yang dapat digunakan dalam menentukan kualitas perpindahan massa,
yaitu: enhancement factor (EAo) dan bilangan Hatta (ϕ). Perpindahan massa antara fasa gas dan cair diasumsikan
mengikuti model penetrasi Higbie. Model ini mengasumsikan perpindahan massa komponen A dari fasa gas
menuju fasa cair yang mengandung komponen B dengan waktu tinggal (t) yang seragam. Lazarus Pascal
Programming Language® digunakan untuk menyelesaikan persamaan diferensial parsial parabola tidak linear.
Metode yang akan digunakan untuk memberikan solusi numerik adalah metode beda hingga (finite difference
method). Pemodelan absorpsi gas ini berhasil dilakukan dengan 50 time steps dan diskrepansi sebesar 0,55%.
Saat kondisi tunak, nilai enhancement factor (EAo) yang didapatkan pada berbagai bilangan Hatta sesuai dengan
nilai yang dihitung berdasarkan persamaan teoritis dengan deviasi sebesar 3,5%. Model yang didapatkan
kemudian digunakan untuk menentukan keefektifannya pada suatu studi kasus. Pada saat waktu tinggal 3,25 ms,
nilai enhancement factor (EAo) yang didapatkan melalui solusi numerik lebih kecil dari solusi teoritis.
Berdasarkan pemodelan, hal ini menunjukkan bahwa waktu tinggal belum menuju kondisi tunak.
Kata Kunci: absorpsi gas, bilangan Hatta, enhancement factor, reaksi kimia, orde dua, Pascal.
Abstract
Contact between gas and liquid phase are often found in the chemical industries and it is often followed by chemical
reaction. In the gas absorption followed by chemical reaction, the rate of absorption can increase or deacrease
significantly. However, the quality of mass transfer can be hardy described quantitatively. This is due to numerical
limitation in solving complex mass balances. The aim of this research is to validate numerical solution by comparing
two parameters that can describe quality of mass transfer, enhancement factor (E Ao) and Hatta number (ϕ). The
mass transfer is assumed following Higbie penetration model. In this research, the developed model assumes mass
transfer of component A from gas phase to liquid phase that contain component B with uniform residence time (t).
Lazarus Pascal Programming Laguange® is used to solve non-linear parabolic partial differential equation. Finite
difference method is applied to give numerical solution. The modeling of the gas absorption with second order
reaction is completed in 50 time steps and deviation of 0,55%. In steady state condition, the obtained enhancement
factor (EAo) in various Hatta number is in accordance with theoretical solution with 3.5% deviation. The valid model
is then applied on a study case. When residence time 3.25 ms, the enhancement factor (EAo) is smaller than
theoretical solution. This shows that the residence time is still in transient state.
Keywords: gas absorption, Hatta number, enhancement factor, chemical reaction, second order, Pascal.
78
Jurnal Integrasi Proses Vol. 7, No. 2 (Desember 2018) 78 - 86
1. PENDAHULUAN fasa gas dan cair yang disertai reaksi tak reversibel
Kontak antara fasa gas dan cair seringkali ditemui dengan menggunakan teori model film stagnan
dalam industri kimia (contoh: hidrogenasi dan Whitman. Selain itu, parameter baru depletion factor
oksidasi). Pada saat fasa gas dikontakkan dengan fasa (D) diperkenalkan dalam model. Depletion factor (D)
cair, maka akan terjadi proses perpindahan massa. merupakan parameter yang digunakan untuk
Tidak langka pula, perpindahan massa ini disertai membedakan fraksi reaksi yang terjadi dalam film
dengan reaksi kimia. Reaksi kimia dapat dengan reaksi yang terjadi dalam cairan bulk.
meningkatkan atau menurunkan kualitas perpindahan Penelitian selanjutnya yang dilakukan van Elk dkk
massa antara fasa gas dan cair. Pemahaman mengenai (2007) menginvestigasi perpindahan massa yang
karakteristik perpindahan massa antara fasa gas dan disertai reaksi tak reversibel pada sistem tanpa cairan
cair sangat diperlukan dalam menentukan proses bulk dan sistem yang disertai cairan bulk. Penelitian
variabel lain (seperti yield dan selektivitas) dan van Elk (2007) menggunakan model penetrasi Higbie
mendesain unit proses. dengan asumsi kondisi isotermal. Model yang dibuat
Perpindahan massa antara fasa gas dan cair sudah oleh van Elk dkk (2007) ternyata dapat diaplikasikan
diteliti sejak lama. Whitman pertama kali pada sistem tanpa cairan bulk jika ketebalan film δ
mengeluarkan model perpindahan massa pada tahun setidaknya sama dengan kedalaman penetrasi (dpen).
1923 melalui teori model film stagnan (stagnant film Penelitian yang dilakukan oleh Eldien dkk (2016)
model). Akan tetapi, model yang dikeluarkan Whitman melakukan simulasi modeling perpindahan massa
tidak memberikan kepuasan dalam mendefinisikan disertai reaksi tak reversibel orde dua. Penelitian
karakteristik perpindahan massa antara fasa gas dan dilakukan untuk menghitung enhancement factor (EAo)
cair. Oleh karena itu, muncul beberapa model berdasarkan model film stagnant Whitman.
perpindahan massa lain untuk memperbaiki model Berdasarkan penelitian Eldien dkk (2016),
perpindahan massa Whitman. Berikut tiga model yang enhancement factor (EAo) bergantung pada parameter
paling sering digunakan dalam mendiskripsikan enhamencement factor maksimum (EA∞) dan
perpindahan massa antara fasa gas dan cair: konsentrasi dari pelarut.
1. Whitman (model film stagnan) Walaupun muncul beberapa model, masih belum
2. Higbie (model penetrasi) ditemukan kriteria model yang memuaskan dalam
3. Danckwerts (surface renewal model) menggambarkan fenomena perpindahan massa antara
Model yang sering digunakan dalam solusi fasa gas dan cair. Hal ini dikarenakan keterbatasan
numerik adalah model film stagnan, dimana numerik dalam menyelesaikan neraca massa yang
perpindahan massa dimodelkan melalui difusi kompleks. Akan tetapi, dengan kemajuan teknologi
molekuler pada film stagnan dengan ketebalan δ. komputasi saat ini, menyelesaikan model numerik
Model penetrasi Higbie memperkenalkan waktu yang kompleks tidak lagi menjadi suatu hal yang sulit.
tinggal (t) yang identik untuk semua elemen fluida Hal ini yang menjadi motivasi dalam melakukan
sebagai parameter karakteristik. Surface renewal penelitian ini, yaitu membuat solusi numerik untuk
model memperkenalkan probabilitas waktu tinggal absorpsi gas yang disertai reaksi kimia orde dua.
Danckwerts sebagai parameter karakteristik (van Validasi model kemudian dilakukan dengan
Swaaij dan Versteeg, 1992). membandingkan hasil solusi numerik dengan hasil
Dilihat dari segi model, model stagnant film solusi teoritis.
Whitman paling banyak digunakan karena Model penetrasi Higbie adalah model perpindahan
kesederhanaannya. Namun, pendekatan ini tidak massa dengan parameter karateristik waktu tinggal
dapat digunakan dalam sistem dinamik. Untuk sistem (t). Model ini telah banyak diaplikasikan pada
dinamik, model penetrasi Higbie dan surface renewal perpindahan massa gelembung, tetesan, dan film
model banyak dipilih karena lebih realistis. Walau cairan yang bergerak.
kenyataannya kedua model tersebut masih belum bisa
menggambarkan kondisi dinamik. Sayangnya, hingga
saat ini masih belum ada model yang benar – benar
dapat menggambarkan kondisi dinamik sistem gas
dan cair.
Sudah terdapat beberapa penelitian mengenai
komputasi untuk menyelesaikan perpindahan massa
antara fasa gas dan cair. Penelitian yang dilakukan
oleh van Elk dkk (2000) membuat rigorous dynamic
model yang berbasis pada teori model penetrasi
Higbie. Model yang dibuat oleh van Elk dkk (2000)
merupakan pengembangan dari konsep Hinterland
yang menggunakan model film stagnan Whitman. Van
Elk dkk (2000) berhasil mengaplikasikan solusi model
numerik pada sistem fasa gas dan cair yang disertai
reaksi kimia reversibel dan tak reversibel. Penelitian
yang dilakukan oleh Benbelkacem dan Debellefontaine
Gambar 1. Model Penetrasi Higbie (van Elk, 2007)
(2003) membuat model perpindahan massa antara
79
Jurnal Integrasi Proses Vol. 7, No. 2 (Desember 2018) 78 - 86
j 1
Pada model penetrasi Higbie, profil konsentrasi C i 3C i ,jm1 4C i ,jm C i ,jm1
terikat dengan waktu. Pemodelan yang dibuat (13)
t 2k
dimaksudkan untuk menyelesaikan N persamaan m
j 1
diferensial parsial tidak linear yang mengikuti bentuk C i C j 1 2C mj 1 C mj 11
umum sebagai berikut (Kuipers dan Deen, 2014): ( i ) i ( m 1 ) (14)
x x m x 2
C i Ci
i ( x, C ) ( i ( x, C ) )
t x x
(3)
( i ( x, C )C i ) ri ( x, C )
x
i 1,2,..., N
80
Jurnal Integrasi Proses Vol. 7, No. 2 (Desember 2018) 78 - 86
Seperti yang telah dijelaskan pada bab Data kondisi referensi ditunjukan pada Tabel 1.
sebelumnya, enhancement factor (EAo) Waktu kontak (tc) ditentukan oleh diameter rata - rata
mendeskripsikan pengaruh reaksi kimia terhadap laju gelembung udara (db = 0,1 – 10 mm) dan kecepatan
perpindahan massa. rata – rata cairan (vl = 0,01 – 0,3 m/s) (Westertep dkk,
1990). Kedalaman penetrasi (δ) didefinikan sebagai
J A, ada reaksi fungsi waktu tinggal (t).
E Ao (16) Konstanta laju reaksi (k) dan konsentrasi
J A, tidak ada reaksi komponen A di interface adalah parameter yang akan
divariasikan dalam penelitian ini. Variasi konstanta
laju reaksi (k) akan berpengaruh pada bilangan Hatta
Berdasarkan teori oleh van Krevelen dan Hoftijzer
(ϕ), sedangkan variasi konsentrasi komponen A di
(1948), enhancement factor (EAo) untuk perpindahan
interface (CA,int) akan berpengaruh pada enhancement
massa pada kondisi tunak (steady state) adalah fungsi
factor (EAo).
dari bilangan Hatta (ϕ). Enhancement factor
maksimum (EA∞) adalah enhancement factor paling
tinggi yang bisa didapat jika tidak ada resistan dalam db
tc (25)
perpindahan massa. vl
E Ao E A / E A 1 DA t c (26)
Tanh E Ao E A / E A 1
E Ao
(17)
C A,bulk Tabel 1. Data Kondisi Referensi / Studi Kasus
1
A, int Ao
C Cosh E E / E 1
A A
(Westerterp dkk,1990; van Elk dkk, 2007)
Diameter gelembung udara (m) db 5,05x10-3
Kecepatan rata-rata cairan (m/s) vl 0,155
Dimana:
Difusivitas komponen A dan B
Enhancement D B C B ,bulk DA,B 10-9
(m2/s)
Factor E A 1
(18) Konsentrasi B di cairan bulk
Maksimum D A C A,int CB,bulk 1
(mol/m3)
Enhancement JA Konsentrasi A di interface
E Ao
(19) (mol/m3)
CA,int 0,01
Factor D C
A A , int Konstanta laju reaksi (m3/(mol.s)) k 1000
Bilangan k C B ,bulk
(20) Berikut asumsi – asumsi yang digunakan dalam
Hatta
DA membangun model (van Elk dkk, 2007):
C A Perpindahan massa dalam fasa gas bukanlah
Fluks molar J A DA (21) faktor limitasi. Perpindahan massa yang dilihat
x x 0 hanya pada fasa cair.
Kedalaman penetrasi diasumsikan sama dengan
Dalam penelitian ini, profil konsentrasi ketebalan film (dpen = δ).
bergantung pada waktu sehingga membentuk sistem Perpindahan massa di fasa cair mengikuti model
persamaan differensial parsial parabola tak linear. penetrasi Higbie.
Perpindahan massa disertai reaksi kimia dapat Reaksi terjadi hanya pada fasa cair.
dimodelkan sesuai dengan persamaan (1) dan (2). Komponen B, C, dan D tidak mudah menguap dan
Penentuan Enhancement Factor dan bilangan Hatta tidak berdifusi ke fasa gas.
ditentukan dengan persamaan (17) – (21). Kondisi Tidak terjadi dispersi axial pada fasa cair.
awal dan kondisi batas didefinisikan sebagai berikut: Temperatur tidak mempengaruhi difusivitas,
absorpsi, dan reaksi.
Kondisi t=0 CA 0
(22)
Awal x=δ C B C B ,bulk
81
Jurnal Integrasi Proses Vol. 7, No. 2 (Desember 2018) 78 - 86
Gambar 4. Profil konsentrasi komponen A pada k = 1000 terhadap berbagai waktu kontak.
82
Jurnal Integrasi Proses Vol. 7, No. 2 (Desember 2018) 78 - 86
Gambar 5. Pengaruh bilangan Hatta (ϕ) terhadap profil konsentrasi komponen A pada t = tc.
83
Jurnal Integrasi Proses Vol. 7, No. 2 (Desember 2018) 78 - 86
Gambar 6. Pengaruh bilangan Hatta (EA0) terhadap profil konsentrasi komponen A pada k = 105.
Gambar 7. Perbandingan solusi numerik dan teoritis (garis: solusi teoritis dan dot: solusi numerik).
Gambar 8. Perbandingan solusi numerik dan teoritis pada kondisi transient (garis: solusi teoritis dan dot: solusi
numerik)
6. NOTASI
Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa solusi ϕ = Bilangan Hatta (-)
numerik pada kondisi transient memiliki perbedaan Φ = Spatial transformation (-)
yang cukup mencolok dengan kondisi tunak, terutama δ = Ketebalan film (μm)
pada saat nilai Enhancement factor maksimum (EA∞) EAo = Enhancement factor (-)
yang tinggi. Hasil menunjukkan bahwa waktu tinggal EA∞ = Enhancement factor maksimum (-)
sebesar 3,25 ms tidak cukup untuk mencapai kondisi CA = Konsentrasi komponen A (mol/m3)
tunak, hal ini ditunjukkan dengan nilai Enhancement = Konsentrasi komponen A di
CA,int
factor (EA0) yang lebih rendah dari perhitungan interface (mol/m3)
teoritis. Oleh karena itu, untuk meningkatkan = Konsentrasi komponen A bulk
CA,bulk
efektivitas, maka waktu tinggal antara fasa gas dan (mol/m3)
cairan perlu ditingkatkan. CB = Konsentrasi komponen B (mol/m3)
= Konsentrasi komponen B di
CB,int
4. KESIMPULAN interface (mol/m3)
Pemodelan dan validasi pemodelan absorpsi gas = Konsentrasi komponen B bulk
CB,bulk
pada reaksi orde dua telah berhasil dilakukan untuk (mol/m3)
kondisi tunak. Solusi numerik yang dibuat melalui db = Diameter gelembung udara (μm)
model ini memiliki hasil yang bersesuaian dengan dpen = Kedalaman penetrasi (μm)
hasil teoritis dari van Krevelen dan Hoftijzer (1948). DA = Difusivitas komponen A (m2/s)
Kondisi waktu tinggal yang dipilih (3,25 ms) ternyata DB = Difusivitas komponen B (m2/s)
belum mencapai kondisi tunak, dikarenakan solusi i = Komponen ke-n
numerik yang dihasilkan memiliki nilai Enhancement j = Reaksi ke-n
factor (EA0) yang lebih kecil dari solusi teoritis. Oleh JA = Flux molar (mol/m2.s)
karena itu, untuk meningkatkan efektivitas, maka k = Konstanta laju reaksi (m/s)
waktu tinggal antara fasa gas dan cairan perlu t = Waktu tinggal (s)
ditingkatkan. Validasi pemodelan sebaiknya dilakukan tc = Waktu kontak (s)
dengan membandingkan hasil solusi numerik dengan td = Waktu difusi (s)
data nyata hasil penelitian. tr = Waktu reaksi (s)
vl = Kecepatan rata-rata cairan (m/s)
5. ACKNOWLEDGMENT/UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Niels 7. DAFTAR PUSTAKA
Deen dan Hans Kuipers dari Technische Universiteit Banbelkacem, H., Debellefontaine, H., 2003,
Eindhoven yang telah memberikan kesempatan Modeling of a Gas Liquid Reactor in Batch
kepada penulis untuk melakukan analisis lebih lanjut Conditions, Chemical Engineering and
mengenai pemodelan absorpsi gas sebagai bagian dari
Processing, 42: 723 – 732.
tugas akhir Computational Fluid Dynamics. Penulis
juga berterima kasih kepada Andrea Nino, Eva Lacasa, Eldien, N.W., Mohammed, B.M., 2016, Enhancement
dan Dragana Stojanovic yang telah memberikan Factor Simulation of H2S Absorption by
masukan dalam pemodelan ini. Fe2(SO4)3 Aquaeous. International Journal of
Scientific and Research Publications, 6: 687-
693.
85
Jurnal Integrasi Proses Vol. 7, No. 2 (Desember 2018) 78 - 86
Kuipers, J.A.M., Deen, N.G., 2014, Computational van Krevelen, D.W., Hoftijzer,P.J., 1948, Kinetics of
Fluid Dynamic Courses in Process Industries, Gas Liquid Reactions, Recuiel, Volume 67,
Eindhoven University of Technology. Issue 7: 563-586.
van Elk,E.P., Borman, P.C., and Kuipers, J.A.M., 2000, van Swaaij,M.P.M., Versteeg, G.F., 1992, Mass
Modelling of Gas – Liquid Reactors – Transfer Accompanied with Complex
Implementation of The Penetration Model of Reversible Chemical Reactions in Gas Liquid
Gas – Liquid Process with The Presence of System: An Overview. Chemical Engineering
Liquid Bulk, Chemical Engineering Journal, 76: Science, Vol 47, No.13/14: 3181-3195.
223-237. Westerterp, K.R., van Swaaij, W.P.M, and
van Elk, E.P., Knaap, M.C., and Versteeg, G.F., 2007, Beenackers, A.A.C.M., 1990, Chemical Reactor
Application of The Penetration Theory for Gas Design and Operation. Wiley: New York, USA.
– Liquid Mass Transfer without Liquid Bulk,
Chemical Engineering Research and Design,
85(A4): 516–524.
86