Professional Documents
Culture Documents
Laporan Pendahulauan DHF Silvia
Laporan Pendahulauan DHF Silvia
DISUSUN OLEH:
SILVIA FITRI 2021207209033
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Demam Dengue Fever (DHF ) atau DBD adalah pnyakit infeksi yng dsebabkan
oleh virus dengue manifestasi klinis demam, nyeri otot tau nyeri sendi yang
disertai leukpenia, ruam,limfadenopati, trombosit opnia dan diathesis hemoragic.
Pada DBD terjadi prembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi
(peningkatan hematocrit) atau penumpukan cairanan dirongga tubuh. Sindrom
renjatan dengue (dengue syoksyndrome) adalah demam berdarah yang ditandai
oleh renjatan/syokk(Sudowo et al, 2019).
DBD dalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus)
yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegepty (suriadi &
rita yuliani, 2010).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang ditandai
dengan empat gejala klnis utama yaitu demam tinggi, perdarahan,hepatomegali, dan
tanda kegagalan sirkulasi sampai timbul rejatan (sindrom 19 rejatan dengue)
sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan
kematian(Padila, 2013)
2. Etiologi
3. Patofisiologi
Menurut Huda dan Kusuma 2015Virus dengue maasuk ke dalaam tubuh manuusia
akan menyebabkn klien mengalami viremia. Beberpa tanda dan gejala yang muncul
seeperti demam, sakit kepla, mual nyeri 30 otot, pegal seluruh tubuh, timbuln ruam
dan kelainan yang mungkin terjadi pada sistem vaskuler. Pada penderita DBD,
terdapat kerusakan yng umum pada sistem vaskuler yang mengakibatkan terjadinya
penngkatan permeabilitas dinding pembuluh darah. Plasma dapat menembus dinding
vaskuler selama pross perjalanan penyakit, dari mulai demam hingga klieen
mengalami renjatan berat. Volume plasma dapat menurun hingga 30%. Hal ini lah
yang dapat mengakibatkan seseorang mengalami kegagalan sirkulasi. Adanya
kebocoran plasma ini jika tidak segera di tangani dapat menyebabkan hipoksia
jaringan, asidosis metabolik yang pada akhirnya dapat berakibat fatal yaitu
kematian. Virmiajga menimbulkan agresi trombosit dalam darah sehingga
menyebabkan trombositopeni yang berpengaruh pada proses pembekuan 15 darah.
Pubahan fungsioner pembuluh darah akibat kebocoran plasma yng berakhir pada
perdarahan, baik pada jaringan kulit maupun saluran cerna biasanya menimbulkn
tanda seprti munculnya perpura, ptekie, hematemesis, atapun melena
4. Manifestasi Klinis
Menurut Susilaningrum (2013) manifestasi klinis dari DHF adalah :
1. Demam.
Demam tinggi sampai 40 oC dan mendadak, Demam terjadi secara mendadak
berlangsung selama 2 –7 hari kemudian turun menuju suhu normal atau lebih
rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala –gejala klinik yang tidak
spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeritulang dan persediaan, nyeri
kepala dan rasa lemah dapat menyetainya.
2. Perdarahan.
Uji tourniquet positif h. Perdarahan, petekia, epitaksis, perdarahan massif.
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya
terjadi pada kulit dan dapat berupa uji torniguet yang positif mudah terjadi
perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia (bintik-bintik merahakibat
perdarahan intradermak / submukosa) purpura(perdarahan di kulit), epistaksis
(mimisan), perdarahan gusi, . Perdarahan ringanhingga sedang dapat terlihat
pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan haematemesis, dan melena
(tinja berwarna hitam karena adanya perdarahan. Perdarahan gastrointestinal
biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat.
3. Anoreksia
4. Mual muntah
5. Nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut
6. Nyeri kepala
7. Nyeri otot dan sendi
8. Trombositopenia (< 100.000/ mm3)9)
9. Hepatomegali.Pda permulaan dari demam biasaanya hati sudah teraba, meskipun
pada anak yang kurng gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari
hepatomgali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemuungkinan akan
tejadi renjtan pada penderita.
10. Renjatan (Syok).Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya
penderita, dimulai dengan tanda –tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab,
dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut.
Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yg
buruk
5. Komplikasi
Menuruut Widagdo (2012) komplikasi DBD adalah sebagai berikut:
1. Gagal ginjal.
2. Efusi pleura.
3. Hepatomegali.
4. Gagal jantung
6. Pemeriksaan penunjang
1. Darah
a. Trombosit menurun
b. Hb Meningkat lebih 20 %
c. Ht Meningkat Lebih 20 %
d. Leukosit menurun pada hari ke –2 dan ke –3
e. Protein darah rendah
f. Ureum PH bias meningkat
g. Na dan Cl rendah
2. Rontgen thoraxc
3. Uji tourniket (Positif
2. Medis
Pada dasarnya pengobatan pada DB bersifat simtomatis dan suportif
a. DHF tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien
dehidrasi danharus. Pada pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu 1,5
sampai 2 liter dalam 24jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susu, dan
bila mau lebih baik oralit. Cara memberikan minum sedikit demi
sedikit dan orang tua yang menunggu dilibatkandalam kegiatan ini. Jika
anak tidak mau minum sesuai yang dianjurkan tidakdibenarkan
pemasangan sondekarena merangsang resiko terjadi perdarahan.Keadaan
hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres dingin.
Jikaterjadi kejang diberi luminal atau anti konvulsan lainnya. Luminal
diberikan dengandosis : anak umur kurang 1 tahun 50 mg IM, anak lebih
1 tahun 75 mg. Jika 15 menitkejang belum berhenti luminal diberikan
lagi dengan dosis 3 mg/kg BB. Anak di atas1 tahun diberi 50 mg, dan
dibawah 1 tahun 30 mg, dengan memperhatikan adanyadepresi fungsi
vital.Infus diberikan pada pasien DHF tanparenjatan apabila :
1) Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum
sehinggamengancam terjadinya dehidrasi.
2) Hematokrit yang cenderung meningkat.Hemtokrit mencerminkan
kebocoran plasma dan biasanya mendahuluimunculnya secara klinik
perubahan fungsi vital (hipotensi, penurunan tekanan nadi),sedangkan
turunnya nilai trombosit biasanya mendahului naiknya hematokrit.
Olehkarena itu, pada pasien yang diduga menderita DHF harus
diperiksa hemoglobin,hematokrit dan trombosit setiap hari mlai hari
ke-3 sakit sampai demam telah turun 1sampai 2 hari. Nilai hematokrit
itulah yang menentukan apabila pasien perlu dipasang infus atau tidak.
b. DHF disertai renjatan (DSS)
Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera dipasang infus
sebagaipenganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan
yang diberikan bisanyaRinger Laktat. Jika pemberian cairan tidak ada
respon diberikan plasma atau plasmaekspander, banyaknya 20 sampai
30 ml/kgBB. Pada pasien dengan renjatan beratdiberikan infus harus
diguyur dengan cara membuka klem infus.Apabila renjatan telah
teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo nadi besar,tekanan sistolik
80 mmHg / lebih, kecepatan tetesan dikurangi 10
liter/kgBB/jam.Mengingat kebocoran plasma 24 sampai 48 jam, maka
pemberian infus dipertahankansampai 1 sampai 2 hari lagi walaupun
tanda-tanda vital telah baik.Pada pasien renjtan berat atau renjaan
berulang perlu dipasang Central VenousPressure(CVP) untuk mengukur
tekanan vena sentral melalui vena magna atau venajugularis, dan
biasanya pasien dirawat di ICU.Tranfusi darah diberikan pada pasien
dengan perdarahan gastrointestinal yangberat. Kadang-kadang
perdarahan gastrointestinal berat dapat diduga apabila nilaihemoglobin
dan hematokrit menurun sedangkan perdarahannya sedikit tidakkelihatan.
Dengan memperhatikan evaluasi klinik yang telah disebut, maka
dengankeadaan ini dianjurkan pemberian darah.
B. Proses Keperawatan
1. Pengkajian data dasar
a. Identitas Pasien
Nama, umur (jenis kelamin, alamat, pendidikan , pendidikan , dan pekerjaan.
b. Keluhan Utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit
adalah panas tinggi dan lemah.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat
demam kesadaran composmentis.Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 sampai
ke-7, dan pasien semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk,
pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri
otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mataterasa pegal, serta
adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau
hematesis.
d. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita pada DHF, anak bisa mengalami serangan
ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.
e. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit apa saja yang pernah di derita sama keluarga klien
f. Riwayat imunisasi
Apabila pasein mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindari
g. Riwayat gizi
Status gizi pada penderita DHF dapat bervariasi.Semua orang dengan status gizi
baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. yang
menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan
menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan
nutrisi yang mencukupi, maka pasien akan mengalami penurunan berat badan
sehingga status gizinya menjadi kurang.
h. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
bersih (seperti air yang mengenang dan gantungan baju di kamar).
i. Pola kebiasaan
1. Nutrisi dan metabolisme :
frekuensi, jenis, pentangan,nafsu makan berkurang, dan nafsu makan
menurun.
2. Eliminasi alvi (buang air besar).
Kadang-kadang pasien mengalami diare/konstipasi. Sementara DHF pada
Grade III-IV bisa terjadi melena.
3. Eliminasi urine (buang air kecil)
perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF
grade IV sering terjadi hematuria.
4. Tidur dan istirahat.
Pasien sering mrngalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeriotot dan
persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur maupun istirahat kurang.
5. Kebersihan
upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung
terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti.
6. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
j. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung
rambut sampai jung kaki. Pemeriksaan fisik secara umum:
1. Grade I : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital
dan nadi lemah.
2. Grade II : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan
tidak teratur.
3. Grade III :Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,
kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4. Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit.
1. Tanda-tanda vital (TTV)Tekanan nadi lemah dan kecil (gradeIII), nadi tidak teraba
(grade IV), tekanan darah menurun (sistolik menurun sampai 80mmHg atau kurang),
suhu tinggi (diatas 37,5oC)
2. Kepala : kepala bersih, ada pembengkakan atau tidak,Kepala terasa nyeri, muka
tampak kemerahan karena demam.
3. Mata Konjungtiva anemis
4. Hidung : Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada gradeII,III, IV.
5. Telinga tidak ada perdarahan pada telinga, simetris, bersih tidak ada serumen, tidak
ada gangguan pendengaran.
6. Mulut Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering,terjadi perdarahan gusi,
dan nyeri telan. Sementaratenggorokkan hyperemia pharing.
7. Leher : Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami pembesaran
8. Dada / thorakI : Bentuk simetris, kadang-kadangtampak sesak.Pal : Biasanya
fremitus kiri dan kanan tidak samaPer : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan
yang tertimbun pada paruA : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade
III, dan IV.
9. AbdomenI : Abdomen tampak simetris dan adanya asites.Pal:Mengalami nyeri tekan,
pembesaran hati (hepatomegali) Per: TerdengarredupA: Adanya penurunan bising
usus
k. Sistem integument Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan
ujitourniquet. Turgor kuit menurun, dan muncul keringat dingin,dan lembab.
Pemeriksaan uji tourniket dilakukan denganterlebih dahulu menetapkan tekanan
darah pasien . Selanjutnya diberikan 24 tekanan antara sistolik dan diastolic pada
alatukur yang dipasang pada tangan. Setelah dilakukan tekananselama 5 menit,
perhatikan timbulnya petekie di bagianvolarlenga bawah (Soedarmo,2018).
l. Genitalia Biasanya tidak ada masalah
m. Ekstremitas Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada kuku
sianosis/tida
n. Pemeriksaan Laboratorium Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
1. Hb dan PCV meningkat (> dari 20 %).
2. Trobositopenia (< dari 100.000/ml).
3. Leucopenia (mungkin normal atau lekositosis).
4. Ig. D. dengue positif.
5. Hasil pemeriksaan kimia darahmenunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia,
dan hiponatremia.
6. Urium dan pH darah mungkin meningkat.
7. Asidosis metabolik : pCO2< 35 –40 mmHg dan HCO3 rendah.
8. SGOT / SGPT mungkin meningkat
2. Diagnosa Keperawatan
8. Daftar pustaka
Fadhillah Harif, 2018. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia). Jakarta
Nursalam, DR., susilaningrum, R., utami S. (2018). Asuhan Keperawatan Bayi Dan
Anak Untuk Perawat Dan Bidan : Salemba Medika
Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Suriadi, Yuliani Rita. (2010). Buku Pegangan Praktis Klinik Asuhan Keperawatan pada
Anak. Edisi 2, Penerjemah Haryanto, EGC, Jakarta, hal 122.
Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever. Jakarta: Sagung
Seto
Nurarif. A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Kepearawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Fadhillah Harif, 2018. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia). Jakarta
LEMBAR KONSULTASI