You are on page 1of 7

TERBENTUKNYA NEGARA KESATUAN

REPUBLIK INDONESIA (NKRI)

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :
KELOMPOK 2

MAGFIRAH ISNAYA
NURAWALIYA RAMADHANY
NURFAJRIANI
Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Sebagai negara yang baru lahir, Indonesia belum memiliki undang-undang


dasar yang berfungsi untuk mengatur segala aspek kehidupan berbangsa dan
bernegara. Kepala negara dan kepala pemerintahan yang akan menj alankan
pemerintahan serta kelengkapannya juga belum ada. Para pemimpin bangsa segera
memanfaatkan dengan sebaik-baiknya lembaga yang ada pada waktu itu, yaitu Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dibentuk Jepang sejak tanggal 7
Agustus 1945

A. Pembentukan Kelengkapan Pemerintahan


Sehari sesudah prokiamasi kemerdekaan, pada tanggal 18 Agustus 1945
PPKJ mengadakan sidangnya yang pertama di Gedung Kesenian Jakarta. Sidang
dipimpin oleh Ir. Soekarno dengan Drs. Mohammad Hatta sebagai wakilnya.
Anggota sidang PPM sebanyak 27 orang.
Melalui pembahasan secara musyawarah, sidang mengambil keputusan
penting, antara lain sebagai berikut.
 Penetapan dan pengesahan konstitusi sebagai hasil kerja BPUPKI yang
sekarang dikenal dengan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi RI.
 Soekarno dipilih sebagai presiden RI dan Drs. Mohammad Hatta sebagai wakil
presiden Republik Indonesia.
 Pekerja Presiden RI untuk sementara waktu oleh sebuah Komite Nasional.
Pembukaan UUD 1945 yang disahkan oleh PPM hampir seluruh bahannya
diambil dan Rancangan Pembukaan UUD hasil kerja Panitia Perumus pada tanggal
22 Juni 1945 yang disebut Piagam Jakarta.
Bahan tersebut telah mengalami beberapa perubahan, yaitu sebagai berikut.
 Kata “mukadimah’’ diganti “pembukaan’’
 Kata “hukum dasar” diganti dengan “Undang-Undang
 Kata “menurut dasar” dalam kalimat “Berdasarkan kepada Ketuhanan menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab” dihapus.
 Kalimat … “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” dihapus.
Adapun isi batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945, bahannya diambil dan
rancangan konstitusi hasil penyusunan Panitia Perancangan pada tanggal 16 Juli
1945. Bahan itu juga mengalami beberapa perubahan, antara lain sebagai berikut.
 Pasal 6 Ayat 1, semula berbunyi “Presiden ialah orang Indonesia asli yang
beragama Islam”. Kata yang “beragama Islam” dihilangkan karena dinilai
menyinggung perasaan yang tidak beragama Islam.
 Pasal 29 Ayat 1, kalimat di belakang … “Ketuhanan” yang berbunyi dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dihilangkan.
Kalimat tersebut terdapat pada pembukaan UUD alinea ke-4.
Setelah melalui pembicaraan dan pembahasan yang matang, akhirnya
dengan suara bulat, konstitusi itu diterima dan disahkan oleh PPKI menjadi
Konstitusi Negara Republik Indonesia. Konstitusi itu disebut Undang-Undang Dasar
1945. Pengesahan itu kemudian dimuat dalam Berita Republik Indonesia Tahun ke-
2 no 7 Tahun 1946 halaman 45—48.
Pada tanggal 18 Agustus 1945 presiden dan wakil presiden RI untuk
pertama kali dipilih oleh PPM, karena MPR yang.berhak memilih dan melantiknya
belum terbentuk. Hal itu diatur dalam pasal III Aturan Peralihan UUD 1945. PPM
memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Mohammad Hatta sebagai wakil
presiden RI.
Untuk membantu pekerjaan presiden RI, PPM telah mengaturnya pada Pasal
IV Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbunyi, “Sebelum Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk
menurut Undang- Undang Dasar, segala kekuasaannya dijalankan oleh presiden
dengan bantuan sebuah Komite Nasional”.
PPKI kemudian melanjutkan pekerjaannya guna melengkapi berbagai hal
yang diperlukan bagi berdirinya negara dengan melaksanakan sidang pada tanggal
19 Agustus 1945.
Dalam sidang kedua PPM menghasilkan keputusan, antara lain:
 Menetapkan dua belas kementerian yang membantu tugas presiden dalam
pemerintah.
 Membagi wilayah Republik Indonesia menjadi delapan provinsi.

B. Pembentukan Komite Nasional Indonesia


PPKI kembali mengadakan sidang pada tanggal 22 Agustus 1945 yang
memiliki agenda pokok tentang rencana pembentukan Komite Nasional dan Badan
Keamanan Rakyat. Komite Nasional dibentuk di seluruh Indonesia dan berpusat di
Jakarta. Tujuannya sebagai penjelmaan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia
untuk menyelenggarakan kemerdekaan Indonesia yang berdasarkan kedaulatan
rakyat, KNIP diresmikan dan anggotanya dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945 di
Gedung Kesenian, Pasar Baru, Jakarta.
Pada saat itu terjadi perubahan politik, pada tanggal 11 November 1945,
Badan Pekerja KNIP mengeluarkan Pengumuman Nomor 5 tentang Peralihan
Pertanggungj awaban menteri-menteri dan Presiden kepada Badan Pekerja KNIP.
Itu berarti sistem kabinet presidensiil dalam UUD 1945 telah diamandemen menjadi
sistem kabinet parlementer. Hal ini terbukti setelah Badan Pekerja KNIP
mencalonkan Sutan Syahrir sebagai perdana menteri. Akhirnya, kabinet presidensiil
Soekarno-Hatta jatuh dan digantikan oleh kabinet parlementer dengan Sutan
Syahrir sebagai perdana menteri pertama.

C. Pembentukan Alat Kelengkapan Keamanan Negara


Pada akhir sidang PPKI tanggal 19 Agustus 1945 dibentuk panitia kecil yang
bertugas membahas pembentukan tentara kebangsaan. Sebagai tindak lanjut dan
usulan tersebut, presiden menugaskan Abdul Kadir, Kasman Singodimedjo, dan
Otto Iskandardinata untuk menyiapkan pembentukan tentara kebangsaan.
Hasil kerja panitia kecil itu dilaporkan dalam rapat Pleno PPKI pada tanggal
22 Agustus 1945. Kemudian rapat pleno memutuskan pembentukan Badan
Keamanan Rakyat (BKR). BKR ditetapkan sebagai bagian dan Badan Penolong
Keluarga Korban Perang (BPKKP) yang merupakan induk organisasi dengan tujuan
untuk memelihara keselamatan masyarakat, serta merawat para korban perang.
Sementara itu, situasi keamanan tampaknya akan makin buruk karena
dibayang-bayangi oleh datangnya tentara Sekutu dan Belanda di Indonesia.
Menghadapi situasi demikian para pemuda merasa terpanggil untuk berjuang
memanggul senjata. Untuk itu, berdirilah berbagai organisasi kelaskaran di
berbagai wilayah.
Melihat perkembangan situasi yang makin membahayakan negara, pimpinan
negara menyadari bahwa sulit untuk mempertahankan negara dan kemcrdekaan
tanpa angkatan perang. Dalam kondisi seperti itu, pemerintah memanggil
pensiunan Mayor KNIL Oerip Soemoharjo dan Jogjakarta ke Jakarta dan diberi
tugas membentuk tentara kebangsaan.
Dengan Makiumat Pemerintah pada tanggal 5 Oktober 1945, terbentuklah
organisasi ketentaraan yang bernama Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Semula
yang ditunjuk menjadi pimpinan tertinggi TKR adalah Supriyadi, pimpinan
perlawanan Peta di Blitar (Februari 1945), dan sebagai Menteri Keamanan Rakyat
ad interim diangkat Muhammad Surjoadikusumo, mantan Daidanco Peta.
Berdasarkan Makiumat Pemerintah itu pula, Oerip Soemoharjo membentuk Markas
Tinggi TKR di Jogjakarta. Di Pulau Jawa terbentuk 10 devisi dan di Sumatra 8
divisi.
Berkembangnya situasi yang makin tidak menentu menyebabkan TKR
membutuhkan figur pimpinan yang kuat dan berwibawa. Akan tetapi, Supriyadi
yang telah ditunjuk sebagai pimpman tertinggi TKR belum juga muncul sehingga di
kalangan TKR merasa perlu segera mengisi kekosongan tersebut. Dalam
konferensi TKR di Jogjakarta pada tanggal 12 Nopember 1945, Kolonel Soedirman,
Panglima Divisi V Banyumas terpilih menjadi pimpinan tertinggi TKR.
Pengangkatan Kolonel Soedirman dalam jabatan terlaksana setelah selesainya
pertempuran di Ambarawa.
Untuk menghilangkan kesimpangsiuran, Markas Besar TKR pada tanggal 6
Desember 1945 mengeluarkan sebuah makiumat. Isi makiumat itu menyatakan
bahwa selain tentara resmi (TKR) juga dibolehkan adanya laskar, sebab hak dan
kewajiban mempertahankan negara bukanlah monopoli tentara. Pada tanggal 18
Desember 1945 pemerintah mengangkat Kolonel Soedirman sebagai Panglima
Besar TKR dengan pangkat jenderal. Adapun sebagai Kepala Staf Umum TKR
dipegang oleh Mayor Oerip Soemoharjo.
Adapun perkembangan Tentara Keamanan Rakyat adalah sebagai berikut.
 Pada tanggal 7 Januari 1946, pemerintah mengubah nama Tentara Keamanan
Rakyat menjadi Tentara Keselamatan Rakyat. Kemudian Kementerian
Keamanan Rakyat menjadi Tentara Republik Indonesia.
 Tanggal 24 Januari 1945, Tentara Keselamatan Rakyat (TKR) berganti nama
menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). Pergantian nama itu dilatarbelakangi
oleh upaya mendirikan tentara kebangsaan yang percaya pada kekuatan
sendiri.
 Pada tanggal 5 Mei 1947, presiden mengeluarkan dekret guna membentuk suatu
panitia yang ia pinipin sendiri dengan nama Panitia Pembentukan Organisasi
Tentara Nasional Indonesia. Panitia tersebut beranggotakan 21 orang dan
berbagai pimpinan laskar yang paling berpengaruh. Pada tanggal 3 Juni 1947
keluar sebuah penetapan yang menyatakan bahwa TRI berganti nama menjadi
Tentara Nasional Indonesia (TNI). Pergantian nama itu dilatarbelakangi oleh
upaya mereorganisasi tentara kebangsaan yang benar-benar profesional.

D. Dukungan Daerah terhadap Pembentukan Negara Kesatuan Republik


Indonesia
Dukungan terhadap prokiamasi pembentukan negara dan pemerintah
Republik Indonesia, antara lain datang dan daerah berikut :
1. Keraton Kasultanan Jogjakarta
Pada tanggal 29 Agustus 1945 Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan
Jogjakarta mengirimkan telegram ke Jakarta yang isinya menyatakan bahwa
Kasultanan Jogjakarta sanggup berdiri di belakang pimpinan Soekarno-Hatta.
Pada tanggal 5 September 1945 dukungan itu dipertega dengan pengumuman
Amanat Pemyataan Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
2. Sumatra mendukung pemerintah Republik Indonesia
Gelora kemerdekaan Indonesia yang telah menyebar ke mana-mana
mendorong para pemuda, khususnya Sumatra Timur untuk bergerak.
Munculnya semangat kebangsaan yang tinggi menyebabkan para pemuda
bergerak dan Jalan Jakarta No. 6 Medan di bawah pimpinan A. Tahir, Abdul
Malik Munir, M.K. Yusni mendukung pemenntah Republik Indonesia yang telah
berdiri.
Melihat dukungan rakyat yang demikian besar dan tanpa kenal takut,
pada tanggal 3 Oktober 1945 Teuku Mohammad Hassan selaku gubernur
dengan resmi mengumumkan dimulainya pemerintahan Republik Indonesia di
Sumatra dengan Medan sebagai ibu kota provinsinya.
Penduduk Bukittinggi pun tidak ketinggalan mendukung Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. Tanggal 29 September 1945 bendera Merah Putih
telah berkibar di Bukittinggi. Sejak saat itulah bendera Merah Putih berkibar di
daerah-daerah di Sumatra.

3. Sulawesi Utara mendukung pemerintah Republik Indonesia


Pada tanggal 14 Februari 1945 para Pemuda Sulawesi Utara di bawah
pimpinan Ch. Taulu mengadakan pemberontakan untuk mendirikan RI di
Sulawesi Utara. Awalnya, pemberontakan itu muncul di Manado yang kemudian
menyebar ke Tondano, Bitung, dan Bolang MongondOW. Perlawanafl terhadap
Belanda ( NICA) mendapat dukungan dan rakyat, karena rakyat sudah anti
terhadap penjajah dan mendukung berdirinya negara Republik Indonesia.

Sumber :
https://essay.co.id/sejarah-proses-terbentuknya-nkri-negara-kesatuan-republik-
indonesia/

You might also like