You are on page 1of 12

KAJIAN MODEL KONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM

Oleh: Frestioni Anastasia Wewengkang


A. Pendahuluan
Kegiatan pendidikan dalam prosesnya, memerlukan sebuah panduan
penyelenggaraan pendidikan yang dijadikan sebagai pedoman agar proses
pendidikan itu berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Kurikulum merupakan
panduan pelaksanaan proses pendidikan. Dalam kurikulum tidak terbatas hanya
pada disiplin ilmu apa yang akan diajarkan kepada siswa, namun di dalamnya juga
termasuk penetapan tentang tujuan pendidikan serta bagaimana cara agar disiplin
ilmu itu bisa disampaikan kepada siswa secara efektif dan efisien. erdapat dua
istilah yang sering dibahas para ahli dalam definisi pengembangan kurikulum.
Yaitu tentang definisi “pengembangan” dan “pembinaan”. Burhan Nurgiyantoro
(2008, hal. 11) menyebutkan bahwa, istilah pengembangan dan pembinaan harus
dibedakan, karena menunjuk pada kegiatan yang berbeda. Pengembangan
kurikulum menunjuk pada kegiatan menghasilkan kurikulum. Kegiatan
pengembangan, terdiri dari kegiatan penyusunan, pelaksanaan, penilaian, dan
penyempurnaan (David Pratt dalam Winarno Surahmad, dikutip oleh Burhan
Nurgiyantoro, 2008). Selanjutnya Burhan Nurgiyantoro (2008, hal. 17)
berpendapat, bahwa pengembangan adalah kegiatan untuk menghasilkan sesuatu.
Istilah “pembinaan” diartikan sebagai kegiatan mempertahankan dan
menyempurnakan. Kaitannya dengan istilah pengembangan, pembinaan dilakukan
setelah pengembangan. Dalam sejarahnya, istilah kurikulum bukan istilah yang
murni digunakan dalam dunia pendidikan. kemunculannya istilah kurikulum
digunakan dalam dunia olahraga pada zaman Yunani kuno. Akar kata dari
kurikulum yaitu berasal dari kata “curir” dan “curere”, yang diartikan sebagai
jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai finish (Wina
Sanjaya, 2009, hal. 3). Namun kemudian, istilah kurikulum mulai digunakan oleh
bangsa-bangsa Barat dalam dunia pendidikan. Dapat dipahami bahwa kurikulum
dunia pendidikan, dapat dikatakan sebagai suatu proses yang membutuhkan waktu
untuk mengantarkan siswa ke dalam dimensi maksimal sesuai dengan minat dan
bakat yang dimilikinya.
B. Pembahasan
1. Bagaimana Kurikulum Sebagai Subjek akademik.
Wina Sanjaya (2009, hal. 4) menyebutkan, bahwa setidaknya ada tiga
dimensi dalam pengertian tentang kurikulum. Pertama, kurikulum diartikan
sebagai mata pelajaran; kedua, kurikulum diartikan sebagai pengalaman belajar;
dan ketiga, kurikulum diartikan sebagai perencanaan program pembelajaran.
Kurikulum subjek akademik merupakan kurikulum model yang tertua dalam
dunia pendidikan, model ini diambil dari pendidikan klasik yaitu perenialisme dan
esensialisme yang berorientasi pada masa lalu, semua pengetahuan dan nilai-nilai
telah ditemukan oleh para pemikir masa lalu. Perenialisme merupakan sutau aliran

1
dalam pendidikan yang lahir pada abad ke-20. Perenialisme lahir dari suatu reaksi
terhadap pendidikan progresif. Perenialisme menentang pandangan progresivisme
yang menekan perubahan dan suatu yang baru. Perenialisme memandang situasi
dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, terutama dalam kehidupan
moral, intelektual, dan sosikultural. Esensialisme adalah suatu paham yang
menyatakan bahwa suatu entitas memiliki karakteristik yang inheren dan melekat
sehingga tidak dapat dipisahkan dengan entitas tersebut dan sekaligus
mendefinisikannya. Ini mencakup keyakinan akan esensi, yaitu apa yang membuat
sesuatu adalah sesuatu tersebut, berlawanan dengan kontingensi, yaitu sesuatu
yang hanya kebetulan, yang ketiadaannya tidak akan meniadakan sesuatu tersebut.
Sehingga definisi esensialisme dalam dunia pendidikan adalah mengembalikan
esensi manusia kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak peradaban
manusia.
Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Isi pendidikan diambil
dari setiap disiplin ilmu. Guru sebagai penyampai bahan ajar mempunyai peranan
penting, yaitu menguasai semua pengetahuan yang ada dalam kurikulum dan
menjadi ahli dalam bidang-bidang studi yang diajarkan. Selain itu juga harus
mampu menjadi model bagi para siswanya. Pendekatan subjek akademis dalam
menyusun kurikulum atau program pendidikan didasarkan pada sistematisasi
disiplin ilmu masing-masing. Setiap ilmu pengetahuan memiliki sistematisasi
tertentu yang berbeda dengan sistematisasi ilmu lainnya. Pengembangan
kurikulum subjek akademis dilakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu mata
pelajaran atau mata kuliah apa yang harus dipelajari peserta didik, yang
diperlukan untuk persiapan pengembangan disiplin ilmu.
Contoh aplikasi pendekatan kurikulum subjek akademik adalah pelajaran
Bahasa Arab yang mempunyai empat aspek kajian utama yaitu mendengarkan,
berbicara, membaca dan menulis. Keempatnya sangat berkaitan dalam
pemerolehan dan pengembangan bahasa seseorang, kemudian di dukung dengan
pembelajaran kaidah-kaidah bahasa. Dalam mata pelajaran yang lain seperti
pendidikan agama Islam terdiri dari berbagai aspek yaitu fiqih, aqidah, akhlak,
sejarah kebudayaan islam dan Al-Qur’an Hadits. Maka dari itu Pendekatan-
pendekatan kurikulum subjek akademik adalah sebagai berikut:
1. Yang melanjutkan pendekatan struktur disiplin dengan menonjolkan
proses penelitian ilmiah. Proses ini juga dikenakan pada masalah
sosial,nilai-nilai, kebijaksanaan tokoh-tokoh pemerintahan.
2. Pelajaran terpadu, untuk memahami masalah kompleks diperlukan bantuan
berbagai disiplin ilmu. Satu disiplin saja tidak akan memadai.
3. Pendidikan fundamental, aliran ini juga mementingkan isi atau materi di
samping cara-cara atau proses berfikir. Untuk mempelajari sesuatu secara
fundamental, siswa harus dihadapkan dengan tokoh-tokoh besar dalam
bidang ilmu itu, yaitu mereka yang meletakkan dasar-dasarnya.
Ahli pendidikan menyebutkan beberapa pola organisasi kurikulum dengan subjek
akademis:

2
1. Correlated Curriculum: pola organisasi materi atau konsep yang dipelajari
dalam suatu pelajaran dikorelasikan dengan pelajaran lainnya.
2. Unified atau Concentrated Curriculum: pola organisasi bahan pelajaran
tersusun dalam tema-tema pelajaran tertentu, yang mencakup materi dari
berbagai disiplin ilmu.
3. Integrated Curriculum,: tidak adanya warna disiplin ilmu.
4. Problem Solving curriculum; pola organisasi isi yang berisi topik
pemecahan masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan dengan
menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dari berbagai
mata pelajaran atau disiplin ilmu.
Kelebihan kurikulum subjek akademik
 Kelebihan dari kurikulum ini adalah pengedepanan intelektual siswa,
karena Pendidikan berfungsi untuk memelihara, mengawetkan dan
meneruskan budaya tersebut kepada generasi berikutnya.
 Pemilihan aspek-aspek dalam satu mata pelajaran yang mampu membantu
tersistemnya sebuah pemahaman.
 Mempersiapkan manusia dari dunia intelektualisme kepada dunia aktual
yaitu masyarakat.
Kelemahan kurikulum subjek akademik
 Para pengembang kurikulum subjek akademis lebih mengutamakan
penyusunan bahan secara logis dan sistematis daripada menyelaraskan
urutan bahan dengan kemampuan berpikir anak. Umumnya kurang
memperhatikan bagaimana siswa belajar melainkan lebih mementingkan
susunan isi atau apa yang akan dipelajari. Para ahli kurikulum subjek
akademis juga memandang materi yang akan diajarkan bersifat universal
dan mengabaikan karakteristik siswa dan kebutuhan masyarakat setempat.
2. Bagaimana Kurikulum yang Humanistik
Kurikulum Humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan
humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi
(personalized education) yaitu John Dewey (progressive education) dan J.J
Rousseau (Romantic education). Aliran ini lebih memberikan tempat utama
kepada siswa. Mereka bertolak dari asumsi bahwa anak atau siswa adalah yang
utama dan pertama dalam pendidikan. Mereka percaya bahwa siswa mempunyai
potensi, punya kemampuan dan kekuatan untuk berkembang. Para pendidik
humanis juga berpegang pada konsep Gestalt, bahwa individu atau anak
merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pandangan mereka berkembang
sebagai reaksi terhadap pendidikan yang lebih menekankan segi intelektual
dengan peran utama di pegang oleh guru. Pendidikan humanistik menekankan
peranan siswa. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk menciptakan situasi
yang permisif, rileks dan akrab. Berkat situasi tersebut anak mengembangkan
segala potensi yang dimilikinya. Tugas guru adalah menciptakan situasi yang

3
permisif dan mendorong siswa untuk mencari dan mengembangkan pemecahan
sendiri.  Pendidikan mereka lebih menekankan bagaimana mengajar siswa
(mendorong siswa) dan bagaimana merasakan atau bersikap terhadap sesuatu.
Tujuan pengajaran adalah memperluas kesadaran diri sendiri dan mengurangi
kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan. Ada beberapa aliran yang
termasuk dalam pendidikan humanistik yaitu pendidikan konfluen, kritikisme
radikal dan mistikisme modern.
Kurikulum humanistik mempunyai beberapa karakteristik, berkenaan
dengan tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi. Menurut para humanis,
kurikulum berfungsi menyediakan pengalaman (pengetahuan-red) berharga untuk
membeantu memperlancar perkembangan pribadi murid. bagi mereka tujuan
pendidikanadalah proses perkembangan pribadi yang dinamis yang di arahkan
pada pertumbuhan, integritas, dan otonomi kepribadian, sikap yang sehat terhadap
diri sendiri, orang lain, dan belajar semua itu merupakan bagian dari cita-cita
perkembangan manusia yang teraktualisasi (self actualizing person) seorang yang
telah mampu mengaktualisasikan diri adalah orang yang telah mencapai
keseimbangan (harmoni) perkembangan seluruh aspek pribadinya baik aspek
kognitif, estetika, maupun moral, seorang dapat bekerja dengan baik bila memiliki
karakter yang baik pula (Sukmadinata, 1997 : 90). Tujuan pendidikan menurut
kurikulum humanistik adalah membentuk proses kepribadian yang berkaitan
dengan kondisi ideal pertumbuhan kepribadian, integritas, dan otonomi. Diri
haruslah dibuka, dibentuk dan diajari. Kurikulum humanistik banyak dipengaruhi
oleh Psikologi angkatan ketiga yang banyak mendorong adanya aktualisasi diri, di
mana pembelajar dibiarkan berekspresi, bertindak, bereksperimen, bahkan
membuat kesalahan, dilihat dan mendapatkan umpan balik, serta menemukan
siapa diri mereka. Kita akan belajar mengenali diri kita sendiri melalui respon
terhadap pengalaman puncak. Melalui meditasi dan disiplin spiritual, seseorang
bisa mengendalikan kesadarannya. Pada akhirnya melalui kurikulum humanistik
ini, pembelajar akan belajar untuk mengenali tantangan, mengubah nasib menjadi
tugas-tugas yang bisa diatur, dan mempercayai kemampuannya. Siswa diharapkan
memahami hubungan sebab akibat di mana emosi dan imajinasi dilatih untuk
merespon akibat-akibat dari sebuah aksi, pembelajar akan tumbuh dalam
kesadaran atas kompleksitas dan mampu bertahan di masa datang. Fungsi guru
yang terpenting bagi siswa adalah: (1) mendengarkan secara keseluruhan
pandangan siswa mengenai realita; (2) menghargai siswa; dan (3) berbuatlah yang
wajar dan apa adanya, tidak dibuat-buat.
Kurikulum humanistic memiliki beberapa karakteristik yang tidak lepas dari
karakteristik pendidikan humanis, diantaranya adalah :
1. Tujuan
Ahli humanis mempercayai fungsi kurikulum memberikan pengalaman
secara interinsik tercapainya perkembangan dan kemerdekaan peribadi.
Bagi mereka yaitu memandang tujuan pendidikan sebagai peroses

4
dinamika peribadi yang berhubungan dengan integrasi dan otonomi
peribadi yang ideal.
2. Metode
Kurikulum humanistik menuntut hubungan emosional antara guru dan
anak didik melalui suasana belajar yang menyenangkan. Guru mendorong
para siswa untuk saling mempercayai dalam peroses belajar mengerjakan
sesuatu yang mereka tidak ingin melakukan.
3. Organisasi
Organisasi kurikulum humanistik terletak dalam integrasi. Bertujuan untuk
mengatasi kurikulum teradisonal yang berorientasi pada materi yang gagal
dalam menghubungkan psikologi anak. Karena itu kurikulum humanistik
tidak selalu menekankan aspek sekuensial dalam organisasi materinya.
4. Evaluasi
Kurikulum humanistik lebih mengutamakan peroses dari pada hasil artinya
apakah aktivitas belajar yang dapat membantu anak didik menjadi manusia
yang lain terbuka dan mandiri. Dalam evalusi kurikulum humanistik
berbeda dengan yang biasa kegiatan belajar yang baik adalah yang
memberikan pengalaman yang akan membantu para sisiwa memperluas
kesadaran akan dirinya dan orang lain dan dapat mengembangkan potensi-
potensi yang dimilikinya (Nasution,2008: 67).
Contoh dari penerapan kurikulum Humanistik ini adalah Guru dapat memberikan
reward kepada peserta didik yang telah berhasil melakukan suatu hal, agar peserta
didik tersebut semakin semangat dalam pembelajaran.
3. Bagaimana Kurikulum Sebagai Rekonstruksi Sosial
Kurikulum rekonstruksi sosial berbeda dengan model-model kurikulum
lainnya. Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problem-problema yang
dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan
interaksional. Kurikulum rekonstruksionis sosial merupakan sebuah gagasan
untuk menggunakan sekolah sebagai institusi perubahan dan pengajaran positif
seperti membangun masyarakat yang lebih baik. Paulo Freire menerapkan
rekonstruksi sosial dengan konsep “Cultural Action for conscientization”.
Conscientization merupakan proses dimana seseorang bukan sebagai penerima
tetapi sebagai pembelajar aktif, Keberhasilan di sekolah berhubungan erat dengan
khayalak masyarakat, orang tua, perhatian masyarakat, organisasi, pembelajar,
dan kelompok lainnya harus terlibat dalam pembelajaran. Hilda Taba menyatakan
bahwa John Dewey memandang bahwa fungsi sekolah sebagai psikologis dan
sosial. Berdasarkan pendapat di atas para Reconstructionism mengikuti langkah-
langkah yang mengarahkan mereka pada tujuan penggunaan sekolah untuk
mencapai perkembangan di masyarakat. Sedangkan George S. dalam bukunya
“Dare The School Build a New Socil Order” (Dalam Oliva) mengemukakan
pendapatnya bahwa “Recontructionism seharusnya bukanlah penghubung warisan
budaya yang sederhana atau masalah-masalah studi yang sederhana tetapi yang
seharusnya menjadi agen untuk menyelesaikan masalah-masalah politik dan sosial

5
yang meliputi masalah-masalah yang tidak terpecahkan dan kontroversial”.
Kurikulum rekonstruksi sosial tentunya berbeda atau memiliki perbedaan dengan
kurikulum-kurikulum yang lainnya. Hal ini dikemukakan oleh Nana Syaodih
Sukmadinata (2000 : 91) ia mengemukakan bahwa; “Kurikulum ini lebih
memusatkan perhatian pada problema-problema yang sedang dihadapi oleh
masyarakat”. Menurut pandangan ahli-ahli rekonstruksi sosial bahwa pendidikan
bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi, kerja sama. Dalam
kerja sama atau dalam interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dengan guru,
tetapi juga antara siswa dengan siswa, siswa dengan orang-orang di
lingkungannya, dan dengan sumber belajar lainnya. Melalui interaksi dan kerja
sama ini siswa berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya
dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik. Para
rekonstruksionis sosial tidak mau terlalu menekankan kebebasan individu. Mereka
ingin meyakinkan murid-murid bagaimana masyarakat membuat warganya seperti
yang ada sekarang dan bagaimana masyarakat memenuhi kebutuhan pribadi
warganya melalui konsensus sosial.
Ada beberapa ciri yang khusus dimiliki dalam desain kurikulum
rekonstruksi sosial, yaitu sebagai berikut :
 Asumsi : Tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosial adalah
menghadapkan para siswa pada tantangan, ancama, hambatan-hambatan
atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia. Tantangan-tantangan
tersebut merupakan bidang garapan studi 10 sosial, yang perlu didekati
dari bidang-bidang lain seperti ekonomi, sosiologi, psikologi, estetika,
bahkan pengetahuan alam, dan matematika. Masalah-masalah masyarakat
bersifat universal dan hal ini dapat dikaji dalam kurikulum.
 Masalah-masalah sosial yang mendesak : Kegiatan belajar dipusatkan pada
masalah-masalah sosial yang mendesak. Masalah-masalah tersebut
dirumuskan dalam pertanyaan, seperti: Dapatkah kehidupan seperti
ekarang ini memberikan kekuatan untuk menghadapi ancaman-ancaman
yang akan mengganggu integritas kemanusiaan ? Dapatkah tata ekonomi
dan politik yang ada dibangun kembali agar setiap orang dapat
memanfaatkan sumber-sumber daya alam dan sumber daya manusia seadil
mungkin. Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengundang pengungkapan
lebih mendalam, bukan saja dari buku-buku dan kegiatan laboratorium
tetapi juga dari kehidupan nyata dalam masyarakat.
 Pola-pola organisasi : Pada tingkat sekolah menengah, pola organisasi
kurikulum disusun seperti sebuah roda. Di tengah-tengahnya sebagai poros
dipilih suatu masalah yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno.
Dari tema utama dijabarkan sejumlah topik yang dibahas dalam diskusi-
diskusi kelompok, latihan-latihan, kunjungan dan lain-lain. Topik-topik
dengan berbagai kegiatan kelompok ini merupakan jari-jari. Semua
kegiatan jari-jari tersebut dirangkum menjadi satu kesatuan sebagai
bingkai.

6
Dalam pengajaran rekonstruksi sosial para pengembang kurikulum berusaha
mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan siswa.
Contohnya Guru-guru berusaha membantu para siswa menemukan minat dan
kebutuhannya. Sesuai dengan minat masing-masing siswa, baik dalam kegitan
pleno maupun kelompok-kelompok berusaha memecahkan masalah sosial yang
dihadapinya. Kerja sama baik antara individu dalam kegiatan kelompok, maupun
antar kelompok dalam kegiatan pleno sangat mewarnai metode rekonstrusi sosial.
Kerja sama ini juga terjadi antara para siswa dengan manusia sumber dari
masyarakat. Bagi rekonstruksi sosial, belajar merupakan kegiatan bersama, ada
ketergantungan antara seorang dengan yang lainnya.
4. Bagaimana Kurikulum Sebagai Teknologis/Kompetensi
Model kurikulum teknologis dikembangkan berdasarkan pemikiran
teknologi pendidikan. Model ini sangat mengutamakan pembentukan dan
penguasaan kompetensi, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya dan ilmu
seperti pada pendidikan klasik. Kurikulumnya berisi rencana-rencana penggunaan
berbagai alat dan media, juga model – model pengajaran yang banyak melibatkan
penggunaan alat, misalnya pengajaran dengan bantuan komputer. Model desain
kurikulum teknologi difokuskan kepada efektifitas program, metode dan bahan –
bahan yang dianggap dapat mencapai tujuan. Perspektif teknologi telah banyak
dimanfaatkan pada berbagai konteks, misalnya pada program pelatihan dilapangan
industri dan militer. Model kurikulum teknolgi berorientasi pada masa sekarang
dan yang akan datang. Sukmadinata (2005:97) menyatakan bahwa ciri-ciri
kurikulum teknologis dapat ditemukan pada empat bagian yaitu pada tujuan,
metode, organisasi bahan, dan evaluasi. Pengaruh perkembangan ilmu
pengetahuan berdampak positif dengan semakin terbuka dan tersebarnya
informasi dan pengetahuan dari dan ke seluruh dunia menembus batas ruang dan
waktu (Syamsuar & Reflianto, 2018). Sementara, perkembangan ilmu
pengetahuan juga dapat berdampak negatif yaitu terjadi perubahan nilai, norma,
aturan atau moral kehidupan yang bertentangan. Sedemikian itu, maka peran
pendidikan sangat penting untuk mengembangkan dampak positif dan
memperbaiki dampak negatifnya. Pendidikan tidak antipati atau alergi dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, namun sebaliknya menjadi
subyek atau pelopor dalam pengembangannya. Kemungkinan pembelajaran
yang menggunakan teknologi lebih efektif dibandingkan pembelajaran
konvensional. Faktanya, manfaat teknologi dalam pembelajaran telah
menyediakan wawasan baru bagaimana orang belajar dengan cara yang
disesuaikan dengan zaman. Sedemikian itu, pendidikan mengalami perkembangan
yang sangat pesat dengan adanya pembelajaran digital (digital learning).
Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi, pendidikan dapat
menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Pendapat lain disampaikan Purdy dan Wright (1992) bahwa terdapat
pergeseran dan perbedaan paradigma pola pembelajaran antara pembelajaran
yang melibatkan teknologi dengan pembelajaran konvensional, dan antara

7
konsep pembelajaran di kelas (classroom setting) dengan pembelajaran terbuka
atau pembelajaran digital yang tidak harus selalu di kelas. Sistem pembelajaran
digital menuntut keberadaan infrastruktur dan teknologi yang mendukung
(technology support). Keterlibatan teknologi tersebut tidak bisa digunakan secara
spontanitas namun diperlukan sebuah desain pembelajaran yang memadukan
teknologi tersebut secara efektif (Roy, 2018).
Potensial keberhasilan pembelajaran berbasis teknologi sebenarnya
masih sangat diperdebatkan. Beberapa studi bahkan masih mendiskusikan apakah
kurikulum pembelajaran berbasis teknologi bisa efektif untuk digunakan. Adapun
yang perlu digaris bawahi adalah apakah ada efeknya ke lingkungan sosial dan
pemahaman bagaimana cara mengembangkannya dan mengintegrasikannya agar
bisa lebih baik dari sebelumnya. Karena berhasil atau tidaknya pengintegrasian
teknologi dengan ilmu tergantung bagaimana penggunaan dan
pengembangannya, bagaimana kegunaannya terhadap proses pembelajaran,
apakah menghilangkan nilai-nilai pendidikan atau mempertahankan bahkan
dapat meningkatkan nilai akademis (Uerz et al., 2018). Konsep
mengintegrasi teknologi ke kurikulum bertujuan melekatkan teknologi ke
pedagogik untuk mendukung proses pembelajaran. Ini berarti bahwa
teknologi menjadi bagian integral dari pengalaman pembelajaran dan sebuah
pertimbangan yang penting untuk pengajar, dari persiapan pengalaman
belajar melalui mengajar dan belajar dengan peserta didik. Peran penting
teknologi di pendidikan memberi pengajar sebuah kesempatan merancang
pengalaman belajar yang melekatkan teknologi (Ghavifekr & Rosdy, 2015).
Teknologi mempengaruhi kurikulum dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi
penerapan hasil – hasil teknologi dan penerapan teknologi sebagai suatu sistem.
Sisi pertama yang berhubungan dengan penerapan teknologi adalah perencanaan
yang sistematis dengan menggunakan media atau alat dalam kegiatan
pembelajaran. Penggunaan dan memanfaatkan alat tersebut semata – mata untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Contoh penerapan hasil
teknologi itu diantaranya adalah pembelajaran dengan bantuan komputer.
Teknologi sebagai suatu sistem menekankan kepada penyusun program
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem yang ditandai dengan
perumusan tujuan khusus sebagai tujuan tingkah laku yang harus dicapai. Jadi
penerapan teknologi sebagai suatu sistem itu tidak ditentukan oleh penerapan
hasil-hasil teknologi akan tetapi bagaimana merancang implementasi kurikulum
dengan pendekatan sistem. Seperti yang kita pelajari sistem adalah satu kesatuan
komponen yang satu sama lain saling berkaitan secara fungsional untuk mencapai
suatu tujuan.
Ciri Kurikulum Teknologis
 Tujuan
Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi yang dirumuskan dalam
bentuk perilaku. Tujuan-tujuan yang bersifat umum yaitu kompetensi

8
dirinci menjadi tujuan-tujuan khusus yang disebut objektif atau tujuan
intruksional. Objektif ini mengambarkan perilaku, perbuatan atau
kecakapan ketrampilan yang dapat diamati dan diukur.
 Metode
Pengajaran bersifat individual tiap siswa menghadapi serentetan tugas
yang harus dikerjakannya. Pada saat tertentu ada tugas-tugas yang harus
dikerjakan secara kelompok.
 Organisasi bahan ajar
Bahan ajar atau isi kurikulum banyak diambil dari disiplin ilmu tetapi
telah diramu sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan suatu
kompetensi. Bahan ajar atau kompetensi yang luas/besar dirinci menjadi
bagian-bagian atau sub kompetensi yang lebih kecil.
 Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilakukan pada setiap saat pada akhir suatu pelajaran.
Fungsi evaluasi ini bermacam macam, sebagai umpan balik bagi siswa
dalam penyempurnaan penguasaan suatu satuan pelajaran (evaluasi
formatif), umpan balik bagi siswa pada akhir suatu program atau semester
(evaluasi sumatif).
Kelebihan Kurikulum Teknologis
a) Program pengajaran teknologis sangat menekankan efisiensi dan
efektifitas.
b) Dengan pengajaran model ini tingkat penguasaan siswa dalam
standar konvesional jauh lebih tinggi dibandingkan dengan model-
model lain. Apalagi kalau digunakan program yang lebih
terstruktur sepertii pengajaran dengan bantuan video yang
dilengkapi dengan sistem umpan balik dan bimbingan yang teratur
dari dapat mempercepat dan meningkatkan penguasaan siswa.
Kelemahan Kurikulum Teknologis
c) Model ini terbatas kemampuannya untuk mengajarkan bahan ajar
yang kompleks atau membutuhkan penguasaan tingkat tinggi
(analisis dan evaluasi).
d) Pengajaran teknologis sukar untuk dapat melayani bakat – bakat
siswa belajar dengan metode - metode khusus.
e) Sulit mengembangkan domain afektif siswa.
C. Kesimpulan Dan Saran
Dari pembahasan di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kurikulum sebagai subjek akademik adalah Kurikulum yang lebih
mengutamakan isi pendidikan. Isi pendidikan diambil dari setiap disiplin ilmu.
Guru sebagai penyampai bahan ajar mempunyai peranan penting, yaitu menguasai
semua pengetahuan yang ada dalam kurikulum dan menjadi ahli dalam bidang-
bidang studi yang diajarkan.

9
2. Kurikulum yang humanistik lebih menekankan peranan siswa. Kurikulum
humanistik mempunyai beberapa karakteristik, berkenaan dengan tujuan, metode,
organisasi isi, dan evaluasi.
3. Kurikulum sebagai rekonstruksi sosial adalah Kurikulum yang lebih
memusatkan perhatian pada problem-problema yang dihadapinya dalam
masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional.
Kurikulum rekonstruksionis sosial merupakan sebuah gagasan untuk
menggunakan sekolah sebagai institusi perubahan dan pengajaran positif seperti
membangun masyarakat yang lebih baik.
4. Kurikulum sebagai Teknologis/Kompetensi adalah Model kurikulum yang
sangat mengutamakan pembentukan dan penguasaan kompetensi, bukan
pengawetan dan pemeliharaan budaya dan ilmu seperti pada pendidikan klasik.
Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan esaay ini akan


tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

10
DAFTAR PUSTAKA
Rudi Ruswandi. 2012. Definisi Pengembangan Kurikulum.
http://yudiruswandi.blogspot.com/2012/12/definisi-pengembangan-
kurikulum.html. Diakses tanggal 13 Desember 2021.
Irma. 2013. Kurikulum Subjek Akademik. http://myworld-mala.
blogspot.com/2011/12/sejarah-pendidikan-di-indonesia.html . Diakses tanggal 13
Desember 2021.
Silvia Virda Susanti. 2017 Model Kurikulum Subjek Akademik.
http://silviavird.blogspot.com/2017/11/model-kurikulum-subjek-akademik.html.
Diakses tanggal 14 Desember 2021.
Paiasmtr3. 2015. KURIKULUM HUMANISTIK.
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:oZONpDgM_p0J:tugasptugaspengembangankur.blogspot.com/2015/12/
kurikulum-humanistik-makalah-ini-d.html+&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id.
Diakses tanggal 14 Desember 2021.
Syahrul Mubaroq. 2018. KONSEP KURIKULUM REKONSTRUKSI SOSIAL
DALAM MENGHADAPI PEMBELAJARAN DI ERA MODERN.
http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/BB/article/view/1112#:~:text=Kurikul
Ku%20rekonstruksionis%20sosial%20merupakansebuah
%20gagasan,membangum%20masyarakat%20yang%20lebih
%20baik.&text=Shane%20menggunakan%20perencanaan%20masa
%20yang,Futurologist)%20sebagai%20dasar%20penyusunap%20kurikulum.
Diakses tanggal 14 Desember 2021.
Rini Raihan. 2012. KURIKULUM REKONSTRUKSI SOSIAL.
https://riniraihan.wordpress.com/2012/01/02/rekontruksi-sosial/. Diakses tanggal
14 Desember 2021.
Muhammad Syamsudding. 2016. MODEL KURIKULUM AKTIVITAS,
TEKNOLOGIS DAN REKONSTRUKSI SOSIAL.

11
https://tunailmu.blogspot.com/2016/10/model-kurikulum-aktivitas-
teknologis.html. Diakses tanggal 14 desember 2021.

12

You might also like