You are on page 1of 12

Nama : Safietry Epriliani Arie

NIM/Kelas : 11190510000065/KPI 6H

Mata Kuliah : Retorika Public Speaking

Dosen Pengampu : Drs. Wahidin Saputra, M.Ag.

UAS RETORIKA PS

1. Jelaskan definisi Retorika dan sejarah lainnya, sebutkan tokoh-tokoh awal


Retorika!

Retorika berasal dari bahasa inggris, yaitu rethoric artinya “ilmu berbicara”. Dalam
perkembangannya retorika berarti seni berbicara di hadapan umum atau ucapan untuk
menciptakan kesan yang diinginkan. Tujuan utama retorika adalah tercapainya tujuan
pembicaraan atau terjadinya komunikasi yang efektif. Retorika adalah ilmu yang mempelajari
bagaimana berbicara di depan publik dengan sistematis dan logis untuk memberi pemahaman
dan meyakinkan orang lain.

 Retor  bertutur kata/berbicara


 Orator  orang yang pandai berbicara
 Orasi  proses untuk menyampaikan pembicaraan di depan umum
 Retorika  ilmu yang mempelajari bagaimana bertutur kata dengan baik dan
sistematis

Sejarah singkat lahirnya retorika pada abad 7-5 SM, sebelum Nabi Isa lahir. Retorika sendiri
berasal dari Yunani. Retorika sama dengan perkembangan Filsafat yang merupakan ilmu paling
tua dan kesamaannya adalah tokoh-tokoh di antara dua ilmu itu hampir sama seperti, Aristoteles,
Plato, dan Sokrates. Retorika lahir sebagai seni yang dipelajari dimulai dari abad 5 SM ketika
kaum sophis Yunani mengembara dari satu tempat ke tempat lain untuk mengajarkan
pengetahuan tentang politik dengan penekanan utama pada kemampuan berpidato. Pada waktu
itu, retorika memiliki beberapa fungsi, yaitu untuk mencapai kebenaran atau kemenangan bagi
suatu pihak, untuk meraih kekuasaan, dan sebagai alat persuasi yang digunakan untuk
mempengaruhi orang lain hingga akhirnya ilmu Retorika ini melahirkan beberapa tokoh awal,
sebagai berikut :
1) Corax Sirakuse

Corax Sirakuse merupakan tokoh retorika pertama kali. Pada awalnya kota Sirakus dijajah
yang kemudian tanah-tanah di kota itu diambil oleh penjajah. Melihat hal itu, rakyat protes
kepada pemerintah untuk menindaklanjuti apa yang dilakukan oleh penjajah dan ingin menarik
kembali tanah yang telah diambil, lalu pemerintah mengizinkan rakyat untuk mengambil kembali
tanah dengan syarat “bisa berpidato”. Rakyat banyak yang tidak bisa berbicara di depan umum.
Kemudian, Corax mengatasi hal tersebut dengan memberikan catatan dan masukan kepada
rakyat. Catatan yang ditulis oleh Corax adalah “TECHNOLOGON” (teknik berbicara).
Berikut catatan Corex Sirakuse :

a. Pendahuluan : salam dan penghormatan dengan tujuan untuk mengambil simpati


b. Uraian
c. Argument
d. Penjelas tambahan
e. Penutup

2) Aristoteles

Sesuai dengan tangga kehidupan Aristoteles merupakan murid Plato, dan Plato adalah murid
Sokrates. Menurut Aristoteles, tujuan retorika adalah membuktikan maksud pembicaraan atau
menampakkan pembuktian. Ia menulis 3 jilid buku berjudul “De Arte Rhetorica”, yang
diantaranya berisi 5 tahap penyusunan pidato. Tahapan tersebut terkenal dengan sebutan 5
hukum retorika yang meliputi :

a) Inventio (Penemuan) : pembicara menggali topik dan meneliti khalayak untuk


mengetahui metode persuasi yang paling tepat.
b) Dispositio (Penyusunan) : pembicara menyusun pidato atau mengorganisasikan pesan.
Pesan dibagi ke dalam beberapa bagian yang berkaitan secara logis.
c) Elocutio (Gaya) : dapat ditempuh dengan cara menggunakan bahasa yang tepat, memilih
kata-kata yang jelas dan langsung, memakai kalimat yang indah, dan menyesuaikan
bahasa dengan pesan, khalayak, dan pembicara.
d) Memoria (Memori) : pembicara harus mengingat apa yang ingin disampaikannya.
e) Pronuntiatio (Penyampaian) : pembicara harus memperhatikan suara dan gerakannya
saat menyampaikan pesan.

3) Sokrates

Sokrates menyatakan bahwa retorika adalah demi kebenaran. Metode Sokrates dalam
beretorika adalah :

a) Memisahkan pemikiran salah dari yang tepat, yaitu dengan jalan berpikir mendalam dan
memperhatikan suatu persoalan dengan sungguh-sungguh agar dapat menemukan suatu
“nilai universal” yang ada dalam masyarakat.
b) Bertanya/dialog dan menyelidiki argumentasi yang diberikan kepadanya.

4) Georgias (Dari Kaum Sosialis)

Georgias adalah seorang guru retorika yang pertama. Ia membuka sekolah retorika yang
mengajarkan dimensi bahasa yang puitis dan teknik berbicara impromptu (berbicara tanpa
persiapan).

5) Plato

Menurut Plato, retorika penting sebagai model pendidikan, sarana mencapai kedudukan
dalam pemerintahan, dan mempengaruhi rakyat. Beberapa karangannya yang terkenal :

a) Nomoi, yaitu tulisan berupa jawaban atas bukunya ‘Politikos’ yang mengupas tentang
undang-undang.
b) Dialogues, berbicara tentang pembuatan kerangka retorika yang dianggap benar yaitu
berkaitan dengan kebenaran dan moral.

6) Protagoras

Protagoras adalah seseorang yang menyatakan bahwa kemahiran berbicara bukan untuk

kemenangan melainkan demi keindahan bahasa.


7) Marcus Tulius Cicero

Cicero menyarankan bahwa seorang orator harus mencari bahan-bahan yang akan dibahas,
menyusun dengan sistematis bahan-bahan tersebut, mencoba menghafal isinya, dan
mengemukakan persoalan dengan baik.

2. Jelaskan sejarah perkembangan Retorika pada abad pertengahan hingga abad


modern dengan ditandai lahirnya tiga aliran Retorika!
a. Abad Pertengahan

Abad pertengahan sering disebut “The Dark Age” yaitu abad kegelapan. Ketika agama
Kristen berkuasa, retorika dianggap sebagai kesenian jahiliah karena dirumuskan oleh orang
Yunani dan Romawi yang mereka dianggap penyembah berhala. Untuk mencapai tujuan Kristen,
yakni mengungkapkan kebenaran, maka harus mempelajari teknik menyampaikan pesan.
Retorika pada masa ini selalu berkaitan dengan kenegarawanan. Para orator umumnya terlibat
dalam kegiatan politik. Ketika demokrasi Romawi mengalami kemunduran dan kaisar demi
kaisar memegang pemerintahan, “membicarakan” diganti dengan “menembak”. Retorika
tersingkir ke belakang. Para kaisar tidak senang mendengar orang pandai berbicara.

Satu abad kemudian, di Timur muncul peradaban baru. Seorang Nabi yaitu Nabi Muhammad
menyampaikan firman Tuhan, “Berilah mereka nasihat dan berbicaralah kepada mereka dengan
pembicaraan yang menyentuh jiwa mereka” (QS. An-Nisa : 63). Ia sendiri seorang pembicara
yang fasih dengan kata-kata singkat yang mengandung makna yang padat. Para sahabatnya
bercerita bahwa ucapannya sering menyebabkan pendengar berguncang hatinya dan berlinang air
mata. Ia sangat memperhatikan orang-orang yang dihadapinya dan menyesuaikan pesannya
dengan keadaan mereka. Salah seorang sahabatnya, Ali bin Abi Thalib, mewarisi ilmunya dalam
berbicara. Khotbah-khotbahnya dikumpulkan oleh para pengikutnya dan diberi judul Nahj al-
Balaghah (Jalan Balaghah). Balaghah menjadi disiplin ilmu yang menduduki status yang mulia
dalam peradaban Islam. Kaum Muslimin menggunakan balaghah sebagai pengganti retorika.
b. Abad Modern

Abad pertengahan berlangsung selama seribu tahun (400-1400). Di Eropa, selama periode
panjang itu, warisan peradaban Yunani diabaikan. Pertemuan orang Eropa dengan Islam yang
menyimpan dan mengembangkan khazanah Yunani dalam Perang Salib menimbulkan
Renaissance. Salah seorang pemikir Renaissance yang menarik kembali minat orang terhadap
retorika adalah Peter Ramus. Ia membagi retorika pada dua bagian. Inventio dan dispositio
dimasukannya sebagai bagian logika. Sedangkan retorika hanyalah berkenaan dengan elocuito
dan pronuntiatio saja. Taksonomi Ramus berlangsung selama beberapa generasi.

Renaissance mengantarkan kita pada retorika modern, sedangkan yang membangun jembatan
untuk menghubungkan renaissance dengan retorika modern adalah Roger Bacon. Ia tidak hanya
memperkenalkan metode eksperimental, tetapi juga memperkenalkan pentingnya pengetahuan
tentang proses psikologis dalam studi retorika. Ia menyatakan “kewajiban retorika adalah
menggunakan rasio dan imajinasi untuk menggerakan kemauan secara lebih baik.” Rasio
imajinasi, kemauan adalah fakultas-fakultas psikologis yang kelak menjadi kajian utama ahli
retorika modern.

Pada abad kedua puluh, retorika mengambil manfaat dari perkembangan ilmu pengetahuan
modern khususnya ilmu-ilmu perilaku seperti psikologi dan sosiologi. Istilah retorika pun mulai
digeser oleh speech, speech communication, atau oral communication atau public speaking.
Pada abad ini pula lahirnya 3 aliran retorika, yaitu :

a) Epistemologi membahas pengetahuan, asal-usul, sifat, metode, dan batas-batas


pengetahuan manusia. Para pemikir epistemologis berusaha mengkaji retorika klasik
sorotan perkembangan psikologi kognitif (membahas proses mental).
b) Gerakan belles lettres. Belles lettres merupakan bahasa Prancis yang berarti tulisan yang
indah. Retorika belletris sangat mengutamakan keindahan bahasa, segi-segi estetis pesan,
kadang-kadang dengan mengabaikan segi informatifnya.
c) Gerakan elokusionis yang justru menekankan teknik penyampaian pidato. Dalam
perkembangan, gerakan elokusionis dikritik karena perhatian dan kesetiaan yang
berlebihan kepada teknik. Ketika mengikuti kaum elokusionis, pembicara tidak lagi
berbicara dan bergerak secara spontan. Gerakannya menjadi artifisal.
Maka dapat disimpulkan retorika terdapat 5 zaman seiring dengan perkembangannya, yaitu :

a. Yunani : Awal kemunculan retorika.


b. Romawi : Perkembangan retorika menjadi pesat, mendapatkan penghargaan setinggi-
tingginya dari Kaisar (Yulis Kaisar), kemudian berhasil mengangkat jenderal retorika dan
dilanjutkan oleh muridnya (Quantilianus).
c. Abad Modern : Di Abad Pertengahan retorika mulai mengalami kemunduran karena
tekanan gereja yang sangat kuat dan hampir semua pengetahuan mengalaminya jika tidak
sesuai dengan paham Kristen. Eropa dikenal dengan “The Dark Age” karena ilmu
pengetahuan dibatasi.
d. Renaissance : Retorika dan pengetahuan lainya kembali eksis. Kemudian, munculnya
seorang Rasul yaitu Nabi Muhammad yang membawa risalah sehingga retorika mendapat
support dari agama Islam yang menjadikan retorika dan pengetahuan lain mulai
berkembang pesat.
e. Eropa dan Amerika : Retorika mendapat banyak sebutan (nama lain), seperti science of
communication, oral communication, dan public speaking.

3. Jelaskan jenis-jenis pidato dilihat dari segi persiapan, teknik penyampaian, dan isi
pidato, serta jelaskan sifat-sifat pidato!

1) Pidato Impromtu
Pidato impromtu adalah pidato yang dilakukan secara tiba-tiba, spontan, tanpa persiapan
sebelumnya. Apabila Anda menghadiri sebuah acara pertemuan, tiba-tiba Anda dipanggil untuk
menampaikan pidato, maka pidato yang Anda lakukan disebut impromtu.
Bagi juru pidato yang berpengalaman, impromtu memiliki beberapa keuntungan yaitu :

 Impromtu lebih dapat mengungkapkan perasaan pembicara yang sebenarnya, karena


pembicara tidak memikirkan lebih dulu pendapat yang disampaikannya.
 Gagasan dan pendapatnya datang secara spontan sehingga tampak segar dan hidup.
 Impromtu memungkinkan Anda terus berpikir.

Kemudian kerugiannya terutama bagi yang belum berpengalaman, yaitu :


 Impromtu dapat menimbulkan kesimpulan yang mentah, karena dasar pengetahuan yang
tidak memadai.
 Impromtu mengakibatkan penyampaian yang tersendat-sendat dan tidak lancer.
 Gagasan yang disampaikan bisa acak-acakan dan ngawur
 Karena tiadanya persiapan, kemungkinan demam panggung besar sekali. Jadi, bagi yang
belum berpengalaman, impromtu sebaiknya dihindari daripada Anda tampak bodoh di
hadapan orang lain.

2) Pidato Manuskrip
Pidato Manuskrip adalah pidato dengan naskah. Juru pidato membacakan naskah pidato dari
awal sampai akhir. Di sini lebih tepat jika kita menyebutnya membacakan pidato dan bukan
menyampaikan pidato. Pidato manuskrip perlu dilakukan jika isi yang disampaikan tidak boleh
ada kesalahan. Pidato manuskrip tentu saja bukan jenis pidato yang baik walaupun memiliki
keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
 Kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya sehingga dapat menyampaikan arti yang tepat dan
pernyataan yang gamblang.
 Pernyataan dapat dihemat, karena manuskrip dapat disusun kembali.
 Kefasihan bicara dapat dicapai karena kata-kata sudah disiapkan.
 Hal-hal yang ngawur atau menyimpang dapat dihindari.
 Manuskrip dapat diterbitkan atau diperbanyak.
Ditinjau dari proses komunikasi, pidato manuskrip kerugiannya cukup berat, seperti :
 Komunikasi pendengar akan akan berkurang karena pembicara tidak berbicara langsung
kepada mereka.
 Pembicara tidak dapat melihat pendengar dengan baik karena ia lebih berkonsentrasi pada
teks pidato, sehingga akan kehilangan gerak dan bersifat kaku.
 Umpan balik dari pendengar tidak dapat mengubah, memperpendek, atau memperpanjang
pesan.
 Pembuatannya lebih lama.

3) Pidato Memoriter
Pidato Memoriter adalah pidato yang ditulis dalam bentuk naskah kemudian dihapalkan kata
demi kata. Pada pidato jenis ini, yang penting Anda memiliki kemampuan menghapalkan teks
pidato dan mengingat kata-kata yang ada di dalamnya dengan baik. Keuntungannya (jika hapal),
pidato Anda akan lancar, tetapi kerugiannya Anda akan berpidato secara datar dan monoton,
sehingga tidak akan mampu menarik perhatian hadirin.

4) Pidato Ekstempore
Pidato Ekstempore adalah pidato yang paling baik dan paling sering digunakan oleh juru
pidato yang berpengalaman dan mahir. Dalam menyampaikan pidato jenis ini, juru pidato hanya
menyiapkan garis-garis besar (out-line) dan pokok-pokok bahasan penunjang (supporting points)
saja. Namun, pembicara tidak berusaha mengingat atau menghapalkannya kata demi kata. Out-
line hanya merupakan pedoman untuk mengatur gagasan yang ada dalam pikiran kita.
Keuntungan pidato ekstempore ialah komunikasi pendengar dan pembicara lebih baik karena
pembicara berbicara langsung kepada pendengar atau khalayaknya, pesan dapat fleksibel untuk
diubah sesuai dengan kebutuhan dan penyajiannya lebih spontan. Pidato jenis ini memerlukan
latihan yang intensif bagi pelakunya.

Sifat-Sifat Pidato
1) Pidato Persuasif
Pidato persuasif adalah pidato yang menghendaki reaksi penyimak (audiens) untuk
melakukan atau meninggalkan perilaku, sikap, atau keyakinan tertentu, sesuai dengan harapan
pembicara. Tujuan utama pidato persuasif adalah :
 Membentuk tanggapan, publik diharapkan memberikan tanggapan atas suatu topik yang
diketahui atau yang baru saja diketahuinya.
 Memperkuat tanggapan, publik diharapkan memelihara, menjaga, memperkuat, dan
meningkatkan perilaku yang sedang berjalan.
 Menggugah tanggapan, publik diharapkan mengubah tanggapannya atas perilaku yang
ada.

Pidato persuasif memiliki prinsip untuk memenuhi empat tujuan yang ingin diraih, yakni:
a. Mempengaruhi untuk konsistensi.
b. Mempengaruhi untuk perubahan (pendekatan) bertahap.
c. Mempengaruhi untuk keuntungan.
d. Mempengaruhi untuk pemenuhan kebutuhan.

2) Pidato Informatif

Pidato informatif adalah pidato yang bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada
publik agar publik menjadi tahu akan sesuatu. Suatu informasi dapat diyakini dengan fakta
sebagai alat konkritisasi dalam penyajiannya.
Pembicara berusaha menjelaskaan suatu masalah sejelas-jelasnya agar pendengar menjadi
tahu dan paham. Untuk itu, pembicara menyampaikan contoh, perbandingan, keterangan (grafik,
gambar, bagan skema, denah) yang semuanya itu sangat mendukung penjelasan agar tujuan
pidato tercapai, yaitu pendengar menjadi tahu dan memahami apa yang disampaikan. Dalam
pidato informatif, seorang pembicara harus menyajikan fakta-fakta yang berkaitan dengan
informasi yang disampaikan agar pendengar sungguh-sungguh memahami maksud dan tujuan
pembicara. Dalam pidato informatif terdapat beberapa jenis, diantaranya yakni :
 Kuliah
 Ceramah
 Referat atau makalah
 Pengajaran
 Wejangan informatif
 Pidato informatif dalam kesempatan khusus.

3) Pidato Rekreatif

Pidato rekreatif adalah pidato yang tujuan utamanya adalah menyenangkan atau menghibur
orang lain. “Tidak melulu melucu”. Anda berbicara tidak untuk menyampaikan informasi, tidak
pula untuk mempengaruhi. Tujuannya hanyalah menggembirakan, melepaskan ketegangan,
menggairahkan suasana, atau sekedar memberikan selingan yang ringan setelah rangkaian acara
yang melelahkan. Selama menyampaikan hal-hal yang menarik perhatian pendengar,
mengendurkas saraf mereka, dan membuat mereka santai, maka seseorang sedang
menyampaikan pidato rekreatif. Pidato rekreatif disampaikan dalam beberapa situasi :
 Perhelatan atau pesta.
 Pertemuan kelompok.
 Jamuan makan malam.
a) Gembirakan diri  Anda dahulu. Anda tidak dapat menghibur orang lain, apabila kabut
kesedihan menutupi wajah anda. Pidato rekreatif harus disampaikan oleh seseorang yang
berwajah santai, ceria, gembira, dan easy going. Apabila hati Anda tidak dapat diarahkan
kepada kegembiraan, maka jangan paksakan diri Anda untuk menghibur orang lain.
Jangan-jangan, lelucon Anda malah akan membuat pendengar menangis.
b) Hindari rangkaian gagasan yang sulit. Pilihlah topik yang enteng, sederhana, mudah
dicerna, dan susunlah topik-topik itu secara sederhana pula. Hindari gagasan-gagasan
abstrak, kalimat panjang, dan kata-kata yang ambigu.
c) Gunakan gaya bercerita (naratif). Masukkan berbagai cerita dan anekdot. Sebaiknya
Anda tidak menceritakan humor yang sudah diketahui atau terlalu sering dibicarakan.
Jika perbendaharaan humor anda sedikit, kemaslah humor lama dengan cara yang orisinal
dan kreatif.
d) Berbicaralah singkat. Pidato rekreatif tidak mengikuti urutan berpidato yang lengkap,
yakni, perhatian, kebutuhan, pemuasan, visualisasi, dan tindakan. Pidato rekreatif hanya
sampai pada tahap perhatian saja, dan sangat sulit untuk mencengkram perhatian
pendengar dalam jangka waktu yang lama

4. Jelaskan langkah-langkah mempersiapkan pidato dengan pendekatan teori


Aristoteles “The Five Cannons Of Rethoric”!

Marcus Cicero, filsuf, dan ahli pidato Romawi, mengembangkan ajaran Aristoteles menjadi
lima hukum atau ajaran Retorika (The Five Canons Of Rhetoric), yaitu: Inventio (penemuan),
Dispositio (penyusunan), Elocutio (gaya), Memoria (memori), dan Pronounciatio
(penyampaian).
1. Inventio (Penemuan)
Pada tahap ini pembicara menggali topik dan meneliti khalayak untuk mengetahui metode
persuasi yang paling tepat. Bagi Aristoteles, retorika tidak lain daripada “kemampuan untuk
menentukan, dalam kejadian tertentu dan situasi tertentu, metode persuasi yang ada”. Dalam
tahap ini juga, pembicara merumuskan tujuan dan mengumpulkan bahan (argumen) yang sesuai
dengan kebutuhan khalayak.
Aristoteles menyebut tiga cara untuk mempengaruhi manusia. Pertama, Anda harus sanggup
menunjukkan kepada khalayak bahwa Anda memiliki pengetahuan yang luas, kepribadian yang
terpercaya, dan status yang terhormat (ethos). Kedua, Anda harus menyentuh hati khalayak:
perasaan, emosi, harapan, kebencian dan kasih sayang mereka (pathos). Kelak, para ahli retorika
modern menyebutnya imbauan emosional (emotional appeals). Ketiga, Anda meyakinkan
khalayak dengan mengajukan bukti atau yang kelihatan sebagai bukti. Di sini Anda mendekati
khalayak melalui otaknya (logos).
2. Dispositio (Penyusunan)
Pada tahap ini pembicara menyusun pidato atau mengorganisasikan pesan. Aristoteles
menyebutnya taxis, yang berarti pembagian. Pesan harus dibagi ke dalam beberapa bagian yang
berkaitan secara logis. Susunan berikut ini mengikuti kebiasaan berpikir manusia : pengantar,
pernyataan, argumen, dan epilog. Menurut Aristoteles, pengantar bergungsi menarik perhatian,
menumbuhkan kredibilitas (ethos), dan menjelaskan tujuan.
3. Elocutio (Gaya)
Pada tahap ini, pembicara memilih kata-kata dan menggunakan bahasa yang tepat untuk
“mengemas” pesannya. Aristoteles memberikan nasihat, seperti gunakan bahasa yang tepat,
benar, dan dapat diterima, pilih kata-kata yang jelas dan langsung, sampaikan kalimat yang
indah, mulia, dan hidup, dan sesuaikan bahasa dengan pesan, khalayak, dan pembicara.
4. Memoria (Memori)
Pada tahap ini pembicara harus mengingat apa yang ingin disampaikannya, dengan mengatur
bahan-bahan pembicaraannya. Aristoteles menyarankan “jembatan keledai” untuk memudahkan
ingatan. Di antara semua peninggalan retorika klasik, memori adalah yang paling kurang
mendapat perhatian para ahli retorika modern.
5. Pronountiatio (Penyampaian)
Merupakan manajemen menyampaikan pesan, termasuk pengucapan maupun penekanan
intonasi. Termasuk disini seni peran, yaitu bagaimana seni olah vokal membawakan diri,
termasuk bahasa tubuh (non-verbal). Pada tahap ini pembicara menyampaikan pesannya secara
lisan, akting sangat berperan. Pembicara harus memperhatikan olah suara dan gerakan-gerakan
anggota badan.

You might also like