You are on page 1of 11

PELATIHAN PEMBINAAN KELOMPOK TANI

HUTAN RESPONSIF GENDER

Mata Pelatihan
‘Kelola Usaha Kelompok Tani Hutan’

Oleh:
Muhammad Ganda Syahputra, S.Hut., M.Sc.

BALAI DIKLAT LINGKUNGAN HIDUP DAN


KEHUTANAN PEMATANGSIANTAR
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesehatan sehingga
penyusunan bahan ajar ‘ Kelola Usaha Kelompok Tani Hutan’ tahun 2021 ini dapat
diselesaikan. Materi/pokok bahasan yang disajikan dalam bahan ajar ini disesuaikan
dengan kurikulum dan silabus Pelatihan Pembinaan Kelompok Tani Hutan Responsif
Gender yang diterbitkan oleh Pusat Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Bahan ajar ini disusun sebagai bahan referensi bagi peserta dan pengajar sendiri
untuk memudahkan proses belajar mengajar dalam rangka meningkatkan motivasi dan
semangat belajar peserta. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan demi tercapainya tujuan dari penyusunan bahan ajar ini.

Kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan bahan ajar ini
diucapkan terima kasih. Semoga bahan ajar ini dapat bermanfaat serta menambah
pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca, khususnya peserta Pelatihan Pembinaan
Kelompok Tani Hutan Responsif Gender.

Pematangsiantar, September 2021


Penyusun,

Kelola Usaha Kelompok Tani Hutan i


DAFTAR ISI

Kelola Usaha Kelompok Tani Hutan ii


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelompok Tani Hutan (KTH) adalah kumpulan petani atau perorangan warga negara
Indonesia beserta keluarganya yang mengelola usaha di bidang kehutanan di dalam dan diluar
kawasan hutan yang meliputi usaha hasil hutan kayu, hasil hutan bukan kayu dan jasa
lingkungan, baik di hulu maupun di hilir. KTH dibentuk berdasarkan tujuan bersama
meningkatkan taraf hidup dan perekonomian melalui usaha dibidang kehutanan.

KTH memiliki fungsi sebagai media pembelajaran masyarakat maupun sebagai media
peningkatan kapasitas anggotanya. Selain itu, KTH merupakan media untuk memecahkan
permasalahan-permasalahan di bidang kehutanan yang dihadapi oleh petani. KTH juga
dituntut untuk dapat menjadi motor utama dalam memfasilitasi kaum tani untuk mengelola
usaha taninya, dengan bekerjasama dan bergotong royong dalam pengembangan usaha yang
produktif, serta memasarkan hasil hutannya.

Untuk mencapai hal tersebut, KTH memerlukan pendampingan dan pembinaan. Adanya
pendampingan diharapkan dapat membantu menggali potensi, memecahkan masalah usaha
tani anggotanya secara lebih efektif, dan memudahkan dalam mengakses informasi, pasar,
teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya. Sedangkan pembinaan KTH bertujuan untuk
mewujudkan KTH yang produktif, mandiri, sejahtera, dan berkelanjutan. Salah satu aspek
pembinaan KTH menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.89/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018 tentang Pedoman Kelompok Tani
Hutan adalah aspek kelola usaha.

Untuk itu, maka mata pelatihan ini akan membahas pokok bahasan yang dapat
memberikan pengetahuan terkait lingkup kelola usaha KTH, sehingga dapat mendorong
tercapainya tujuan dari pembinaan KTH.

Kelola Usaha Kelompok Tani Hutan 1


B. Deskripsi Singkat
Ruang lingkup pembahasan mata pelatihan ini meliputi identifikasi potensi komoditas di
bidang kehutanan, klasifikasi komoditas usaha bidang kehutanan, penentuan prioritas
komoditas KTH dan rencana pengolahan produk dengan pengolahan limbah ramah
lingkungan (minim limbah), prosedur perijinan usaha bidang kehutanan, penyusunan rencana
pengembangan usaha kelompok tani hutan, penyusunan rencana kemitraan kelompok tani
hutan, serta penyusunan rencana pengembangan jejaring kerja kelompok tani hutan.

C. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti mata Pelatihan ini, peserta mampu :
1. Mengidentifikasi potensi komoditas di bidang kehutanan
2. Mengklasifikasi komoditas usaha di bidang kehutanan
3. Menentukan prioritas komoditas yang ada di wilayah KTH dan rencana pengolahan
produk dengan pengolahan limbah ramah lingkungan (minim limbah)
4. Menjelaskan prosedur perijinan usaha bidang kehutanan
5. Menyusun rencana pengembangan usaha kelompok tani hutan
6. Menyusun rencana kemitraan kelompok tani hutan
7. Menyusun rencana pengembangan jejaring kerja kelompok tani hutan

D. Pokok Bahasan
1. Identifikasi potensi komoditas di bidang kehutanan
2. Klasifikasi komoditas usaha bidang kehutanan
3. Penentuan prioritas komoditas KTH dan rencana pengolahan produk dengan
pengolahan limbah ramah lingkungan (minim limbah)
4. Prosedur perijinan usaha bidang kehutanan
5. Penyusunan Rencana Pengembangan Usaha Kelompok Tani Hutan
6. Penyusunan Rencana Kemitraan Kelompok Tani Hutan
7. Penyusunan Rencana Pengembangan jejaring kerja Kelompok Tani Hutan

Kelola Usaha Kelompok Tani Hutan 2


II. IDENTIFIKASI POTENSI KOMODITAS DI BIDANG KEHUTANAN

A. Potensi Komoditas Di Bidang Kehutanan


Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan
lainnya tidak dapat dipisahkan. Sehingga, hasil hutan adalah seluruh produk-produk yang
dihasilkan dari hutan, meliputi produk-produk dari pohon, tumbuhan, hewan dan organisme
penyusun ekosistem hutan lainnya.
Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan, memanfaatkan
jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu, memungut hasil hutan kayu
dan bukan kayu serta mengolah dan memasarkan hasil hutan secara optimal dan adil untuk
kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya. Dengan demikian secara garis
besar, pengelompokan usaha dibidang kehutanan terbagi berdasarkan kegiatan pemanfaatan
hutan. Adapun pengertian dari pemanfaatan hutan tersebut adalah:
a) Pemanfaatan kawasan hutan merupakan kegiatan untuk memanfaatkan ruang tumbuh
sehingga diperoleh manfaat lingkungan, manfaat sosial, dan manfaat ekonomi secara
optimal dengan tidak mengurangi fungsi utamanya.
b) Pemanfaatan jasa lingkungan adalah kegiatan untuk memanfaatkan potensi jasa
lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan mengurangi fungsi utamanya.
Kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan ini dapat berupa usaha pemanfaatan air,
wisata/rekreasi alam, perburuan satwa liar, olah raga tantangan, usaha dalam rangka
pembinaan fisik dan mental, carbon trade dan usaha penelitian. Kelompok masyarakat
yang dapat melakukan usaha pemanfaatan jasa lingkungan adalah perorangan, koperasi,
badan usaha milik negara/daerah dan swasta.
c) Pemanfaatan hasil hutan kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan dan mengusahakan
hasil hutan berupa kayu dengan tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi
pokoknya.
d) Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan dan
mengusahakan hasil Hutan berupa bukan kayu dengan tidak merusak lingkungan dan
tidak mengurangi fungsi pokoknya.
e) Pemungutan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu adalah kegiatan untuk mengambil

Kelola Usaha Kelompok Tani Hutan 3


hasil Hutan baik berupa kayu dan/atau bukan kayu.
Hasil hutan kayu adalah benda-benda hayati yang berupa hasil hutan kayu yang berasal dari
hutan berupa hasil hutan kayu yang tumbuh alami (hutan alam) dan/atau hasil hutan kayu hasil
budidaya tanaman (hutan tanaman) pada hutan produksi.
Hasil hutan bukan kayu yang selanjutnya disingkat HHBK adalah hasil Hutan hayati selain
kayu baik nabati maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya yang berasal dari
Hutan Negara.

Kelola Usaha Kelompok Tani Hutan 4


Kelola Usaha Kelompok Tani Hutan 5
HHBK Non Komersil
Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu non komersil umumnya diambil dan dimanfaatkan secara
langsung, antara lain:

buah sukunWikimedia Commons


1. Buah-buahan
Hutan menghasilkan beragam buah-buahan, baik yang selalu berbuah sepanjang tahun
maupun buah musiman. Bagi masyarakat sekitar hutan, buah merupakan sumber makanan
penting, seperti buah cempedak, durian, duku, pisang, salak, sukun dan sebagainya.

2. Umbi-umbian
Bagi suku-suku yang hidup di pedalaman, umbi-umbian menjadi makanan pokok dan
banyak ditanam di kawasan hutan. Misalnya di kawasan hutan yang dihuni oleh Orang Rimba,
ditempat ini banyak ditanam jenis umbi-umbian sebagai berikut:

Ubi rambat atau ubi jalar dalam bahasa Orang Rimba disebut dengan bubi pilo umumnya
ditanam ladang dan tidak ditemukan tumbuh liar di hutan.
Gadung merupakan makanan bagi Orang Rimba ketika paceklik. Gadung menjadi pilihan
terakhir karena mengandung racun sehingga memerlukan tahap pengolahan yang hati-hati.
Keladi meliputi keladi santai, abang pinggang, kambau, rumpun pisang, mangkuk dan
keladi kuning yang dapat dimakan mentah)
dan berbagai jenis umbi-umbian lainnya.
lebah madu Pixabay
3. Madu
Madu merupakan hasil hutan non kayu yang mempunyai banyak khasiat dan telah lama
dimanfaatkan oleh manusia. Misalnya madu sumbawa yang memiliki keistimewaan berupa
hasil dari lebah endemik dan nektar yang berasal dari pohon gaharu hutan.

baca juga: 28++ Puisi Kehidupan - Belajar Memaknai Anugerah Hidup & Penjelasan
Selain itu, di hutan Jambi tempat Orang Rimba tinggal juga terdapat madu istimewa
bernama madu sialang. Orang rimba umumnya meminum madu dengan mencampur madu
dengan sedikit air pada wadah yang terbuat dari bambu.

Kelola Usaha Kelompok Tani Hutan 6


Madu dapat dikategorikan sebagai hasil hutan non kayu non komersil dan komersil apabila
diperjualbelikan.

4. Tanaman Obat
Hutan menyimpan berbagai jenis tumbuhan yang bermanfaat dalam bidang medis dan
kesehatan. Misalnya, tumbuhan purwaceng yang mempunyai khasiat untuk kebugaran dan
daya tahan pria, serta sambiloto yang merupakan tanaman herba pahit kaya manfaat.

Sama halnya dengan madu, tanaman obat dapat masuk sebagai hasil hutan bukan kayu non
komersil atau komersil jika diperjualbelikan.

5. Hewan
Bagi suku yang tinggal di hutan, aneka jenis hewan buruan memberikan kecukupan
makanan sebagai lauk pauk. Ikan, burung, babi, dan sebagainya merupakan binatang yang
menjadi sasaran buruan masyarakat sekitar hutan.

HHBK Komersil
Hasil hutan non kayu komersil adalah hasil hutan selain kayu yang memiliki nilai ekonomis
dan dapat diperjualbelikan, antara lain:

batang rotan WWF


1. Rotan
Rotan adalah tanaman yang tumbuh merambat dari keluarga Palmae. Sebagai hasil hutan
bukan kayu, rotan Indonesia mencapai puncak kejayaan ketika mencukupi 85% kebutuhan
bahan baku di dunia. Komoditas Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) ini dihasilkan oleh
daerah-daerah di Kalimantan, Sulawesi, Sumatera dan Papua.

baca juga: Badan Karantina Pertanian - Tujuan dan Program


Saat ini, penggunaan rotan alami sebagai bahan baku industri kerajinan mulai digantikan
oleh rotan sintetik dari bahan High Density Polythylene (HDPE) yang memiliki keunggulan,
seperti lebih tahan lama, dapat didaur ulang, serta tersedia dalam berbagai warna.

Kelola Usaha Kelompok Tani Hutan 7


penyadapan damar duniaindra.com
2. Damar
Damar terdiri dari beberapa jenis seperti damar tulang, damar tanah, damar sarang dan
damar cengal yang memiliki harga paling mahal. Per kilogram, damar diharga antara Rp 1.000
hingga Rp 2.000,-

Damar dihasilkan dari pohon Agathis dammara (Lamb.) Rich yang merupakan flora asli
Indonesia. Pohon ini tersebar di daerah Jawa, Maluku, Sulawesi, hingga Palalawan dan Samar
di Filipina. Tumbuhan ini banyak dibudidayakan untuk diambil getahnya kemudian diolah
menjadi kopal.

Kopal adalah hasil olahan getah atau resin yang disadap dari batang pohon damar. Dalam
dunia industri, kopal digunakan untuk bahan dasar pelapis kertas agar tinta pena tidak
menyebar, penambal gigi dan plester, serta campuran lak dan vernis.

3. Enfleurasi
Enfleurasi adalah metode ekstraksi dengan lemak dingin untuk produksi minyak yang
dihasilkan dari bunga, seperti bunga melati dan bunga sedap malam. Enfleurasi menggunakan
lemak karena lemak mempunyai daya absorbsi yang tinggi terhadap minyak yang dihasilkan
bunga.

Contoh produk hasil enfleurasi adalah pomade, yakni lemak beraroma khas dari bahan yang
telah terenfleurasi. Untuk mendapatkan minyak murni, pomade yang telah terbentuk akan
kembali diekstrasi dengan alkohol dan hasilnya disebut ekstrait.

Minyak murni atau atsiri ini digunakan untuk pewangi (fragrance), penyedap (flavour),
maupun bahan industri obat-obatan (pharmacy).

Kelola Usaha Kelompok Tani Hutan 8

You might also like