You are on page 1of 5

Nama : Dyan Febita Sari

NIM : 190221100027

Kelas : Akuntansi dan Perencanaan Pajak (A)

PERSEDIAAN

A. AKUNTANSI
1. Definisi Persediaan
Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009:52), persediaan adalah asset untuk
dijual dalam kegiatan usaha normal; dalam proses produksi untuk kemudian dijual;
atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi
atau pembelian kerja.
Persediaan merupakan asset yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan usaha
normal dalam perusahaan dagang maupun dalam perusahaan manufaktur yang
membutuhkan proses produksi.
Pendapatan dari barang dagang yang telah dijual dilaporkan sebagai penjualan
(sales). Sedangkan beban dari membeli barang dagang tersebut dilaporkan sebagai
Harga Pokok Penjualan – HPP (Cost of Good Sold – COGS). HPP dikurangkan dari
penjualan untuk memperoleh laba bruto (gross profit).
Menurut Wild dan Kwok (2011:157-158), biaya angkut dibagi 2 (dua) yaitu
sebagai berikut :
1. FOB Destination, dimana biaya angkut dibayar oleh penjual dan kepemilikian
barang dagang berpindah pada saat barang telah sampai di gudang pembeli.
2. FOB Shipping Point; dimana biaya angkut dibayar oleh pembeli dan kepemilikan
barang dagang berpindah pada saat barang sampai di pelabuhan atau barang
sampai di perusahaan pengangkut (carrier).

Biaya angkut yang dibayar oleh pembeli akan menambah HPP yang dibeli.
Sedangkan, biaya angkut yang dibayar oleh penjual akan dicatat dalam “beban
operasional” pada Laporan Laba Rugi.
- Purchase Return, : Transaksi persediaan akan dicatat dalam retur pembelian
apabila pembeli merasa tidak puas dengan keadaan barang dagangan yang
dibelinya karena barang tersebut rusak atau cacat atau tidak sesuai dengan
pesanan sehingga pembeli mengembalikan barang tersebut
- Sales Return : Transaksi persediaan akan dicatat dalam retur penjualan ketika
pembeli mengembalikan barang dagang yang dibelinya kepada pihak penjual
- Purchase Discount : adalah akun transaksi pembelian yang dilakukan secara
kredit dimana pembeli melakukan pembayaran dalam jangka waktu tertentu
sehingga pembeli mendapatkan potongan harga dan penjual dapat dengan segera
mengonversi piutang usaha menjadi kas ataupun bank.
- Sales Discount : Akun diskon penjualan dicatat apabila potongan penjualan yang
diberikan pihak penjual untuk pembayaran yang segera dilakukan oleh pembeli,
sebesar nilai jual yang tertera dalam faktur setelah dikurangi dengan retur.
2. Jenis Persediaan
a. Bahan Baku dan Bahan Pelengkap
Biaya perolehan bahan baku (raw material) terdiri dari : harga pembelian, ongkos
angkut, biaya gudang, dan biaya lain-lain yang berhubungan dengan penyimpanan
sampai bahan tersebut dipakai dalam proses produksi.
1) Bahan Baku
o Bahan baku langsung
o Bahan pembantu
2) Bahan Pelengkap
Merupakan bahan yang tidak dapat diidentifikasi dalam produk, seperti
minyak pelumas dan kertas amplas.
b. Barang dalam pengolahan
Adalah barang yang masih dalam tahap penyelesaian.
c. Barang jadi
Adalah produk yang telah selesai diolah dan siap untuk dijual
d. Barang dalam perjalanan
Adalah barang yang dikirimkan atas dasar FOB Shipping Point yang masih
berada dalam perjalanan pada akhir periode akan menjadi milik pembeli dan
harus diperhitungkan pada catatan pembeli.
e. Barang konsinyasi
Adalah barang yang telah diserahkan kepada consignee tetapi merupakan
kepemilikan dari consignor dan dimasukkan dalam persediaan consignor sebesar
harga beli atau biaya produksi.
3. Sistem Pencatatan Persediaan
a. Sistem Periodik
o Dalam system periodic, setiap pembelian dicatat dalam akun “pembelian”
dan penjualan dicatat dalam akun “Penjualan”. Perusahaan menentukan
HPP hanya pada saat akhir periode akuntansi dengan rumus :
Persediaan Awal + Pembelian (neto) – Persediaan Akhir = Harga Pokok
Penjualan
o Persediaan dihitung dengan melakukan perhitungan fisik pada setiap akhir
periode. Dengan system periodic ini, perhitungan persediaan dapat
dilkukan dengan akurat dan benar.
o Kelemahan dari system periodic ini yaitu apabila jumlah dan jenis
persediaan banyak sekali, cara ini sangat mahal. Sistem ini cocok
diterapkan pada perusahaan yang jenis dan jumlah persediaannya tidak
banyak. Sistem ini tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan karena
penilaian persediaan dalam system ini berdasarkan perhitungan yang
benar.
b. Sistem Perpetual
o Setiap pencatatan dilakukan secara terus – menerus dimana setiap
pembelian dan penjualan barang dagang dicatat dalam akun “Persediaan”.
Perusahaan mencatat secara detail harga pokok dari setiap persediaan
barang dagang yang dijual dan dibeli. Perusahaan menentukan HPP setiap
kali transaksi penjualan terjadi.
o Sistem ini dapat menyajikan keterangan mengenai persediaan dan HPP
secara terus-menerus karena setiap transaksi yang berhubungan dengan
persediaan selalu dicatat.
4. Sistem Penilaian Persediaan
Penilaian persediaan barang dagang dibagi menjadi :
a. Specific Identification Method
b. Cost Flow Method => First in First Out (FIFO) dan Average Cost
c. Estimasi Persediaan => Gross Profit Method dan Retail Inventory Method

a. Specific Identification Method


Metode ini digunakan dengan cara mengidentifikasikan setiap barang yang dijual
dalam akun persediaan. Biaya barang-barang yang telah terjual dimasukkan dalam
HPP, sementara biaya barang yang masih ada dimasukkan pada persediaan.
b. Gross Profit Method

Akuntan, auditor dan manajer sering menggunakan metode ini untuk menguji
kewajaran nilai persediaan akhir. Selain itu juga dapat untuk mendeteksi
kesalahan yang besar dalam menilai persediaan akhir. Tetapi, metode ini tidak
seharusnya digunakan untuk menyiapkan laporan keuangan pada akhir tahun.

c. Estimasi Persediaan

Metode ini sering dipakai oleh peritel, seperti swalayan dan toserba untuk
menaksir nilai persediaan guna penyusunan laporan perhitungan laba rugi atau
untuk menentukan apakah terjadi kekurangan persediaan. Anggapan yang dipakai
dalam metode ini ialah bahwa perbandingan (rasio) biaya terhadap harga ritel
barang yang tersedia diual selama satu periode. Syarat yang perlu diambil agar
metode ini dapat dipakai adalah adanya catatan harga jual dan ritel setiap barang
yang dibeli.

PERPAJAKAN
Dalam UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 sistem pencatatan persediaan tidak diatur secara jelas.
Selama system pencatatan tersebut dapat menunjukkan kebenaran pencatatan, konsisten, dan taat
asas maka ketentuan perpajakan dapat menerimanya.

Sistem perpetual tidak menggunakan cara penaksiran dalam menghitung nilai persediaan, bahkan
pemeriksaan masih digunakan sebagai pelengkap. Dengan demikian, system ini tidak
bertentangan dengan ketentuan perpajakan.

Apabila contoh penilaian pemakaian persediaan yang diuraikan pada penjelasan UU PPh Nomor
36 Tahun 2008 Pasal 10 ayat 6 diperhatikan, maka system pencatatan yang diperkenalkan adalah
system pencatatan perpetual.

Penilaian pemakaian persediaan untuk penghitungan HPP hanya boleh dilakukan du acara
menurut ketentuan perpajakan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 10 ayat 6 yaitu : Metode
rata-rata (average) atau metode FIFO (First In First Out).

Metode rata-rata mudah diterapkan, objektif dan tidak dapat dimanfaatkan untuk memanipulasi
laba. Dalam metode FIFO, perusahaan juga tidak dapat memanipulasi laba, dan mendekatkan
nilai persediaan akhir dengan biaya berjalan. Tetapi kelemahannya yaitu berjalan tidak dapat
ditandingkan dengan pendapatan berjalan pada laporan laba rugi.

Ketentuan perpajakan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 dalam menghitung Penghasilan Kena
Pajak (PhKP) harus berdasarkan data yang benar dan bukan berdasarkan penaksiran. Penilaian
persediaan akhir tidak boleh dihitung dengan asumsi seperti penggunaan metode Gross Profit
Method dan Retail Inventory Method, melainkan sesuai dengan penilaian persediaan dengan
dasar harga perolehan melalui metode Average atau metode FIFO.

You might also like