You are on page 1of 31

1

MAKALAH KEPERAWATAN DASAR


KONSEP PEMERIKSAAN FISIK

Disusun Oleh :
Kelompok 1

1. Adela (21003)
2. Abidah Ardelia (21002)
3. Adelia Ariestya Putri (21004)
4. Abdan syakur bidzikri (21001)

Akademi Keperawatan Hermina Manggala Husada


Program Studi D-III Keperawatan
Februari 2022
2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan hidayahnya, sehingga makalah yang berjudul "Pemeriksaan fisik " ini
dapat terselesaikan dengan tepat pada waktunya. Tujuan dibuatnya makalah
tersebut
adalah menambah pengetahuan kami lebih dalam tentang " pemeriksaan fisik "
dan untuk para pembaca agar menambah pengetahuan. Kami menyadari bahwa
penyusunan makalah ini tidak dapat kami selesaikan tanpa adanya bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak.

Kami ucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Ns.Musripah, M, Kep,Selaku Direktur Akademi Keperawatan Hermina.


2.Ria Anugrahwati, Ners,M.kep selaku Koordinator dan pengajar mata kuliah
Keperawatan Dasar.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada seluruh anggota ini yang telah
berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini. Kami harapkan adanya kritik dan
saran dari para pembaca untuk penyempurnaan makalah kami selanjutnya.

Jakarta, 22 Februari 2022

Kelompok 1
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…......................................................................................2

DAFTAR ISI..........................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................5

BAB 11 LANDASAN TEORI

2.1 Mendefinisikan Konsep Teori...........................................................................6


2.2 Menjelaskan Prinsip Pemeriksaan Fisik.............................................................7
2.3 Tujuan Pemeriksaan Fisik.................................................................................7
2.4 Manfaat Pemeriksaan fisik.................................................................................7
2.5 Teknik Pengkajian Fisik....................................................................................8
2.6 Pemeriksaan Umum...........................................................................................9
2.7 Pemeriksaan Fisik Integumen............................................................................9
2.8 Pemeriksaan Fisik Dan Leher..........................................................................12
2.9 Pemeriksaan Fisik Sistem Limfatik.................................................................26

BAB 111 PENUTUP

1. Kesimpulan........................................................................................................30
2. Saran...................................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA….......................................................................................31
4

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang
ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil
pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan
fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan
pasien.

Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian


kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama
diperiksa dengan inspeksi,palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus
mungkin diperlukan seperti test
neurologi. Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik,
ahli medis dapat menyusun sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar
penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut.

Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli
medis dapat menyusun sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab
yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk
meyakinkan penyebab tersebut.

Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien
secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital
atau pemeriksaan suhu,denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.
5

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan konsep teori?


2. Apa saja prinsip pemeriksaan fisik?
3. Sebutkan tujuan pemeriksaan fisik?
4. Apa saja manfaat pemeriksaan fisik?
5. Apa saja teknik pengkajian fisik?
6. Apa saja pemeriksaan fisik umum?
7. Apa saja pemeriksaan fisik sistem integumen?
8. Apa saja pemeriksaan kepala dan leher?
9. Apa saja pemeriksaan sistem limfatik?

1.3 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui maksud dari konsep teori.


2. Untuk mengetahui dari prinsip pemeriksaan fisik.
3. Untuk mengetahui dari tujuan pemeriksaan fisik.
4. Untuk mengetahui dari manfaat pemeriksaan fisik.
5. Untuk mengetahui dari pengkajian fisik.
6. Untuk mengetahui dari pemeriksaan fisik umum.
7. Untuk mengetahui dari pemeriksaan fisik umum integumen.
8. Untuk mengetahui dari kepala dan leher.
9. Untuk mengetahui dari sistem limfatik.
6

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Mendefinisikan Konsep Teori

1. Pengertian Konsep Teori


Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki
pada setiap sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan
memungkinkan perawat untuk membuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan
fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penentuan respon
terhadap terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005)
Pemeriksaan fisik dalam pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau
hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang
sistematis dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa,
menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi
klien. ( Dewi Sartika, 2010).

konsep sebagai adalah suatu gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna,
suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang berasal dari cara
seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui
pengalamannya (setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda).Pada tingkat
konkrit, konsep merupakan suatu gambaran mental dari beberapa objek atau
kejadian yang sesungguhnya. Pada tingkat abstrak dan komplek, konsep
merupakan sintesis sejumlah kesimpulan yang telah ditarik dari pengalaman
dengan objek atau kejadian tertentu.

Teori ini berasal dari bahasa latin yaitu “Theoria” yang merupakan kata
benda yang secara harfiah memiliki arti perenungan, spekulasi atau visi.Secara
umum, teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang mengindikasikan adanya
hubungan di antara konsep-konsep tersebut yang membantu kita memahami
sebuah fenomena. Sehingga bisa dikatakan bahwa suatu teori adalah suatu
kerangka kerja konseptual untuk mengatur pengetahuan dan menyediakan suatu
cetak biru untuk melakukan beberapa tindakan selanjutnya.Teori adalah prinsip
umum yang kredibel secara ilmiah yang menjelaskan suatu fenomena. Ini dapat
didefinisikan sebagai “anggapan atau sistem ide yang dimaksudkan untuk
menjelaskan sesuatu, terutama yang didasarkan pada prinsip-prinsip umum yang
independen dari hal yang harus dijelaskan” (kamus Oxford)
7

2.2 Menjelaskan Prinsip Pemeriksaan Fisik

2. Prinsip Pemeriksaan fisik


Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang
ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil
pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan
fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan
pasien. Prinsip umum dari pemeriksaan fisik adalah dilakukan secara
komprehensif. Hal-hal yang harus dipertimbangkan yaitu:

● Penjagaan kesopananan
● Cara mengadakan hubungan dengan pasien
● Pencahayaan dan lingkungan yang memadai
● Tahap pertumbuhan/perkembangan pasien
● Pencatatan data
● Pengambilan tindakan yang sesuai dgn masalah klien
● Pasien dalam posisi duduk/sesuai jenis pemeriksaan

2.3. Menyebutkan Tujuan Pemeriksaan Fisik

3.Tujuan dari pemeriksaan fisik sebagai

berikut:
1. Mengumpulkan data dasar kesehatan klien.
2. Data tentang riwayat keperawatan.
3. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
4. Membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaan.
5. Mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.
6. Tujuannya melihat bagian tubuh dan menentukan apakah
seseorang mengalami kondisi tubuh normal atau abnormal.
7. Mengetahui adanya penyakit tertentu sehingga bisa ditangani lebih awal
Mengidentifikasi masalah kesehatan yang mungkin dapat berkembang
menjadi penyakit kronis di masa mendatang Memperbarui status imunisasi
Pasien.
8. Memastikan Pasien menjalani pola hidup sehat.

2.4 Manfaat dari pemeriksaan fisik pada pasien adapun beberapa:

1. Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnosa


keperawatan.
2. Mengetahui masalah kesehatan yang dialami klien.
3. Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat.
4. Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.
8

2.5 Teknik Pengkajian Fisik

1. Teknik Inspeksi ( periksa pandang / observasi )


Pemeriksaan secara Inspeksi Merupakan observasi visual dan sistemik
untuk menentukan status kesehatan klien yang didapat dari pengamatan penampilan
klein.
Langkah-langkah dalam inspeksi :
● Atur pencahayaan yang cukup
● Atur suhu dan suasana ruangan
● Beritahu pasien tentang apa yang akan dikerjakan
● Buka bagian yang akan diinspeksi (jangan tertutup)
● Perhatikan kesan pertama klien (perilaku, ekspresi, postur tubuh, gerakan
dan lain-lain)
● Lakukan inspeksi

2. Teknik Palpasi (periksa raba )


perabaan telapak / punggung tangan untuk mengetahui ukuran, tekstur dan
mobilitas,massa, kualitas pulsasi, kondisi tulang dan sendi, temperatur kulit dan
kelembaban, akumulasi cairan dan edema serta vibrasi dinding dada.
Langkah-langkah dalam palpasi :
a. Daerah yang akan dipalpasi tidak tertutup
b. Cuci tangan dan bersihkan
c. Beritahu pasien hal yang akan dikerjakan
d. Perhatikan dengan seksama muka pasien saat palpasi
3. Teknik perkusi (pemeriksaan dengar)
Metode gerakan mengetuk area tubuh secara ringan tapi tajam untuk menentukan
posisi/ukuran dan densitas struktur yang berada di bawahnya, mendeteksi
cairan/udara di dalam rongga. Gerakan mengetuk menghasilkan gelombang suara
yang menjalar 5-7 cm di area yang diperiksa. membedakan karakteristik area yang
diperiksa.

3. Teknik aktualisasi ( periksa ketuk )


● Teknik pemeriksaan fisik : alat stetoskop untuk mendeteksi suara
yang dihasilkan oleh
kerja organ tubuh seperti paru, jantung, pembuluh darah, organ abdomen.
Intensitas suara mengacu pada kebisingan suara. Durasi mengacu pada berapa
lama suara terakhir terdengar. Kualitas suara dapat digambarkan dengan
suara gemerincing,kasar, halus, berangin.
● Langkah-langkah
a. Daerah yang akan diauskultasi tidak tertutup
b. Lakukan pemeriksaan dalam ruangan yang tenang
c. Pastikan stetoskop benar-benar terpasang dan tidak menimbulkan rasa
sakit. d.Suara auskultasi meliputi tinggi, intensitas, durasi, dan kualitas suara
yang dihasilkan. Tinggi suara ditentukan oleh frekuensi vibrasi suara dan
dapat diklasifikasikan menjadi tinggi atau rendah.
9

2.6 Pemeriksaan Fisik Umum

Biasanya, pemeriksaan ini memberikan penilaian terperinci tentang status


vaskular jantung. Pemeriksaan kesehatan ini juga memberikan penilaian
komprehensif tentang status kesehatan individu dan disarankan terutama bagi
mereka yang berusia lebih dari 40 tahun.Terdapat empat cara yang dilakukan
pada tiap pemeriksaan fisik yang dilakukan, yaitu:

1) Inspeksi. Tahapan yang bertujuan melihat bagian tubuh dan


menentukan apakah seseorang mengalami kondisi tubuh normal atau
abnormal. Inspeksi
dilakukan secara langsung (seperti penglihatan, pendengaran, dan penciuman)
dan tidak langsung (dengan alat bantu).

2) Palpasi. Pemeriksaan fisik lanjutan dengan menyentuh tubuh dan dilakukan


bersamaan dengan inspeksi. Palpasi dilakukan menggunakan telapak tangan,
jari, dan ujung jari. Tujuannya untuk mengecek kelembutan, kekakuan, massa,
suhu, posisi, ukuran, kecepatan, dan kualitas nadi perifer pada tubuh.

3) Auskultasi. Proses mendengarkan suara yang dihasilkan tubuh untuk


membedakan suara normal dan abnormal menggunakan alat bantu stetoskop.
Suara yang didengarkan berasal dari sistem kardiovaskuler, respirasi, dan
gastrointestinal.

4) Perkusi. Tahapan ini bertujuan mengetahui bentuk, lokasi, dan struktur


di bawa kulit. Perkusi bisa dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

2.7 Pemeriksaan Fisik Sistem Integumen


a. pengertian pemeriksaan fisik sistem integumen
berfungsi untuk melindungi jaringan di bawahnya, sebagai persepsi
sensori, pengatur suhu tubuh dan tekanan darah, sintesis vitamin, serta
sebagai tempat pengeluaran/sekresi keringat.

b. Tujuan pemeriksaan fisik sistem integumen


Tujuan pemeriksaan fisik disini adalah mengetahui kondisi kulit,
rambut, dan kuku. Sebagai contoh, warna kulit dapat berubah menjadi
kuning
(ikterus) pada beberapa gangguan hati. Penderita diabetes mellitus yang
tidak dapat terkontrol dapat mengalami gangguan kulit berupa kematian
sel-sel kulit (gangren). Pemeriksaan fisik disini meliputi inspeksi dan
palpasi.
1

SOP PEMERIKSAAN FISIK INTEGUMEN


PENGERTIAN Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk menilai kemampuan
mahasiswa dalam teknik pengkajian penting untuk mengevaluasi
integumen yang mencangkup teknik inspeksi dan palpasi.
TUJUAN 1. Melakukan pemeriksaan kulit.
2. Melakukan pemeriksaan kuku.
3. Melakukan pemeriksaan rambut.
4. Mengidentifikasi kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan
integumen.
INDIKASI

NO KOMPONEN PENILAIAN YA TIDAK

PERSIAPAN ALAT
1. 1. Sarung tangan/handscoon
2. Penggaris
3. Bullpen
4. Lembar dokumentasi

PERSIAPAN DIRI

FASE ORIENTASI
2. Salam terupetik
3. Evaluasi Validasi
4. Tujuan
5. Kontrak
6. FASE KERJA
1. Cuci Tangan
2. Gunakan Sarung Tangan / Handscoon

PEMERIKSAAN KULIT
7. Amati warna kulit
8. Kaji adanya lesi dan edema
9. Palpasi suhu kulit, bandingkan suhu kedua kaki dan kedua tangan
dengan menggunakan punggung jari.
1

10. Tarik/cubit kulit untuk mengetahui turgor kulit (normalnya


kembali cepat)

PEMERIKSAAN RAMBUT
11. Inspeksi pola penyebaran rambut. Normalnya penyebaran rambut
merata, tidak ada lesi/pitak.
12. Inspeksi warna rambut, perhatikan kesesuaian antara warna dan usia.
Dan inspeksi adanya warna rambut coklat kemerahan yang mungkin
terjadi pada malnutrisi.
13. Inspeksi kebersihan kulit kepala dari kutu dan ketombe.
14. Lakukan palpasi area rambut dan kepala dengan pola
sirkuler. Perhatikan ada/ tidaknya massa atau nyeri tekan.
15. Perhatian konsistensi rambut : halus atau kasar, pecah-pecah,
atau mudah rontok saat di pegang.

PEMERIKSAAN KUKU
16. Amati bentuk kuku jari untuk menentukan lengkungan dan sudut kuku
(abnormal bila sudut > 600)
17. Amati warna dan tekstur kuku jari tangan dan kaki
18. Lakukan pemeriksaan CRT dgn mencubit pada ujung kuku (normal
< 3 dtk)
19. Dokumentasikan hasil pemeriksaan.

FASE TERMINASI
20. Evaluasi Respon Pasien
21. Rencana Tidak Lanjut
22. Kontrak Yang Akan Datang
23. Dokumentasi
1

2.8 Pemeriksaan Fisik Kepala Dan Leher

1. Pemeriksaan kepala
a. Pengertian pemeriksaan fisik kepala
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya masalah pada
kepala.
b.Tujuan pemeriksaan fisik kepala
1. Mendapatkan data objektif dari riwayat kesehatan pasien.
2.Mengetahui kemampuan fungsional klien.
3.Menentukan status kesehatan klien.
4.Mengidentifikasi masalah klien.
5.Mengambil data dasar untuk melakukan proses keperawatan berikutnya.
c. Manfaat pemeriksaan fisik kepala
Mengetahui adanya penyakit tertentu sehingga bisa ditangani lebih awal.
Mengidentifikasi masalah kesehatan yang mungkin dapat berkembang
Menjadi penyakit kronis di masa mendatang.
d.indikasi pemeriksaan fisik kepala
Perhatikan bentuk kepala, adanya adanya pembengkakan atau penonjolan,
tekstur rambut,kebersihan rambut.
f.teknik pemeriksaan fisik kepala
Hindari benturan-benturan yang membahayakan organ-organ bagian kepala

SOP PEMERIKSAAN FISIK KEPALA

PENGERTIAN Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya


masalah pada kepala.
1.Mendapatkan data objektif dari riwayat kesehatan pasien.
TUJUAN
2.Mengetahui kemampuan fungsional klien.
3.Menentukan status kesehatan klien.
4.Mengidentifikasi masalah klien.
5.Mengambil data dasar untuk melakukan proses keperawatan
berikutnya
Perhatikan bentuk kepala , adanya pembengkakan atau penonjolan,
INDIKASI
tekstur rambut,kebersihan rambut.

NO KOMPONEN PENILAIAN
PERSIAPAN ALAT YA TIDAK
1. 1. Sarung Tangan
2. Masker
PERSIAPAN DIRI
FASE ORIENTASI
1

2. Salam terapeutik
3. Evaluasi validasi
4. Tujuan
5. Kontrak
FASE KERJA
6. 1. Mengkaji Rambut

7. 1. Tanyakan apakah pasien memiliki riwayat


penggunaan cat rambut,obat pengeriting /pengelurus
,riwayat kemoterapi ( jika memakai rambut
palsu,lepaskan terlebih dahulu ).
8. 2. inspeksi warna rambut dan apakah pertumbuhan
rambut pada kulit kepala merata.
9. 3. inspeksi dan palpasi ketebalan dan ketipisan rambut .
4. Palpasi tekstur dan kelembaban
10. rambut,kutu,ketombe.
5. Perhatikan adanya infeksi dengan memisahkan
11. rambut menjadi beberapa bagian,periksa bagian
telinga dan di sepanjang garis batas rambut di leher.
2. Mengkaji Kepala Dan Wajah

12. 1. Amati ukuran,dan kesimetrisan kepala.


2. Inspeksi bentuk wajah,melihat adanya
13. edema/cekungan ,daerah bibir sianosis /tidak.
14. 3. Palpasi kepala ,lakukan gerakan memutar yang
lembut dengan memutar yang lambat dengan
15. menggunakan ujung jari mulai dari bagian belakang
damn palpasi kearah depan sampai mid
clavicula,palpasi setiap sisi kepala .
4. Periksa kesimetrisan : minta klien untuk menaikan
kedua alis,mengerutkan dahi,menurunkan kedua alis
16. ,menutup mata rapat-rapat ,menggembungkan pipi
dan tersenyum memperlihatkan gigi.
5. Dokumentasikan hasil pemeriksaan .

17.

FASE TERMINASI
18 Evaluasi respon pasien
19 Rencana tindak lanjut
20 Kontrak yang akan datang
21 Dokumentasi
1

2. Pemeriksaan Mata

1. Pengertian pemeriksaan fisik mata

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya masalah pada


mata.

2. Tujuan pemeriksaan fisik mata

1. Mendapatkan data objektif dari riwayat kesehatan pasien.

2.Mengetahui kemampuan fungsional klien.

3. Menentukan status kesehatan klien.

3 . Indikasi pemeriksaan fisik mata

Perhatikan bentuk bola mata, kesimetrisan kedua bola mata, keadaan

bulu mata, warna konjungtiva dan sklera.

4. Kontraindikasi Pemeriksaan fisik Hidung

Hindari masuknya benda-benda asing pada mata, kurangi pemakaian obat

tetes mata, tidak memberikan perlakuan khusus yang berlebihan pada mata.

SOP PEMERIKSAAN MATA

PENGERTIAN Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya masalah pada
mata.

TUJUAN 1.Mendapatkan data objektif dari riwayat kesehatan pasien.


2.Mengetahui kemampuan fungsional klien.
3.Menentukan status kesehatan klien.
4.Mengidentifikasi masalah klien.
5.Mengambil data dasar untuk melakukan proses keperawatan berikutnya.

INDIKASI Perhatikan bentuk bola mata, kesimetrisan kedua bola mata, keadaan bulu
mata, warna konjungiva dan sklera.
1

NO KOMPONEN PENILAIAN YA TIDAK

PERSIAPAN ALAT

1. 1. Sarung Tangan
2. Lidi Kapas
3. Penlight
4. Bengkok

PERSIAPAN DIRI

FASE ORIENTASI

2. Salam Teraupetik

3. Evaluasi Validasi

4. Tujuan

5. Kontrak

FASE KERJA

1. Inspeksi alis mata untuk melihat distribusi rambut,


kesejajaran,kebersihan kulit dan pergerakan (minta klien untuk
menaikkan dan menurunkan alis mata), menilai distribusi rambut dan
arah lengkungan bulu mata.
2. Inspeksi kelopak mata untuk menilai karakteristik permukaan, posisi
kelopak mata dari kornea, kemampuan dan frekuensi berkedip.
3. Amati konjungtiva untuk menilai warna, tekstur dan adanya
lesi.Regangkan kelopak mata dengan ibu jari dan jari telunjuk, tekan
tulang orbital bagian atas dan bawah, minta klien untuk melihat
keatas,kebawah.

4. Inspeksi kejernihan dan tekstur kornea, minta klein menatap lurus


kedepan, pegang penlight pada sudut oblik (menyerong/oblik)
terhadap mata dan gerakkan penlight secara perlahan melintasi
permukaan kornea.
1

5. Inspeksi ruang anterior untuk menilai transparansi dan


kedalaman,gunakan pencahayaan menyerong seperti yang dilakukan
pada pemeriksaan kornea.
6. Inspeksi pupil untuk menilai warna, bentuk (miosis/midriasis) dan
kesimetrisan serta reaksi terhadap cahaya (isokor/anisokor),
ukuran(normal 3-5 mm)
7. Pemeriksaan visus (ketajaman penglihatan)a. Gantungkan snellen
chart pada jarak 6 meter dari pasien. b. Minta pasien berdiri pada jarak
6 meter dari snellen chart. Lakukan pemeriksaan pada mata kanan dgn
cara minta pasien menutup mata kirinya, kemudian minta pasien
menyebutkan huruf pada snellen chart yang anda tunjuk. Selanjutnya
lakukan pemeriksaan yang sama pada mata kiri. Jika pasien buta huruf,
maka ganti huruf pada snellen chart dengan gerakan jari.d. Penulisan
hasil pemeriksaan mis : mata kiri 6/6, artinya pasien dapat melihat
pada jarak 6 meter, dimana orang normal juga dapat melihat pada jarak
6 meter.
8. Pemeriksaan Lapang Pandang.
a. Pasien duduk atau berdiri kurang lebih jarak 1 meter berhadapan
dengan pemeriksa.
b. Lakukan pemeriksaan pada mata kanan pasien dgn cara : pasien
menutup mata kiri, sedangkan pemeriksa menutup mata
kanannya.Kemudian pasien disuruh melihat terus pada mata kiri
pemeriksa dan pemeriksa harus selalu melihat ke mata kanan
pasien.
c. c. Pemeriksa menggerakkan jarinya dari arah luar ke dalam. Jika
pasien mulai melihat gerakan jari – jari pemeriksa , ia harus
memberitahu,dan hal ini dibandingkan dengan pemeriksa, apakah
ia pun telah melihatnya. Bila ada gangguan kampus penglihatan
(visual field)maka pemeriksa akan lebih dahulu melihat gerakan
tersebut .
d. Lakukan hal yang sama pada mata kiri.
9. Dokumentasikan hasil pemeriksaan.

FASE TERMINASI

18. Evaluasi Respon Pasien

19. Rencana Tidak Lanjut

20. Kontrak Yang Akan Datang

21. Dokumentasi
1

3. Pemeriksaan Hidung

1. Pengertian Pemeriksaan Fisik Hidung

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya masalah


pada hidung.

2. Tujuan Pemeriksaan Fisik Hidung

1. Mendapatkan data objektif dari riwayat kesehatan pasien.

2.Mengetahui kemampuan fungsional klien.

3.Menentukan status kesehatan klien.

4.Mengidentifikasi masalah klien.

5.Mengambil data dasar untuk melakukan proses keperawatan berikutnya.

3. Indikasi pemeriksaan Fisik Hidung

Perhatikan bentuk, ukuran, warna dan kesimetrisan,lesi, secret, sumbatan


dan pendarahan serta tanda-tanda infeksi pada hidung bagian luar maupun
dalam.

4. Kontraindikasi Pemeriksaan Fisik Hidung

Hindari menggunakan obat semprot hidung yang di jual bebas secara


berlebihan, hindari membersihkan hidung dengan mencungkil terlalu
dalam ke rongga hidung.
1

SOP PEMERIKSAAN HIDUNG

PENGERTIAN Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya


masalah pada hidung.

TUJUAN 1.Mendapatkan data objektif dari riwayat kesehatan pasien.


2.Mengetahui kemampuan fungsional klien.
3.Menentukan status kesehatan klien.
4.Mengidentifikasi masalah klien.
5.Mengambil data dasar untuk melakukan proses keperawatan
berikutnya.

INDIKASI Perhatikan bentuk, ukuran, warna dan kesimetrisan,lesi, secret,


sumbatan dan pendarahan serta tanda-tanda infeksi pada hidung
bagian luar maupun dalam.

NO KOMPONEN PENILAIAN YA TIDAK

PERSIAPAN ALAT

1. 1. Sarung tangan
2. Masker
3. Penlight
4. Bengkok

PERSIAPAN DIRI

FASE ORIENTASI

2. Salam Teraupetik

3. Evaluasi Validasi

4. Tujuan

5. Kontrak

FASE KERJA

1. Mengkaji Hidung.

1. Inspeksi hidung bagian luar untuk melihat adanya


kelainan bentuk, ukuran atau warna, septum nasi.
2. Inspeksi rongga hidung dengan penlight atau
1

speculum nasal, catat adanya kemerahan,


pembengkakan dan cairan yang keluar dari hidung .
3. Palpasi hidung bagian luar dengan lembut untuk
menentukan area yang mengalami nyeri tekan,
terdapat massa dan mengalami pergeseran
tulang kartilago, deviasi septum nasi.
4. Tentukan kepatenan rongga hidung, minta klien
menutup mulut,mengeluarkan tekanan pada salah
satu lubang hidung dan bernafas padalubang hidung
yang lain (ulangi prosedur untuk lubang hidung yang
berbeda).
5. Palpasi semua sinus paranasalis untuk mengetahui
adanya nyeri tekan .
6. Dokumentasikan hasil pemeriksaan.

FASE TERMINASI

Evaluasi Respon Pasien

Rencana Tidak Lanjut

Kontrak Yang Akan Datang

Dokumentasi

4. Pemeriksaan fisik telinga

a . pengertian pemeriksaan fisik telinga

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya masalah pada


telinga .

b. Tujuan pemeriksaan fisik telinga

1.Mendapatkan data objektif dari riwayat kesehatan pasien.

2.Mengetahui kemampuan fungsional klien.

3.Menentukan status kesehatan klien.

4.Mengidentifikasi masalah klien.

5.Mengambil data dasar untuk melakukan proses keperawatan berikutnya.


2

c. Indikasi pemeriksaan fisik telinga

Perhatikan kesimetrisan kedua telinga bagian kiri dan kanan, amati telinga
luar dan periksa keadaan pinna terhadap ukuran, bentuk, warna, lesi dan
adanya massa.

d.Kontraindikasi pemeriksaan fisik telinga

Hindari memasukkan benda berujung runcing kedalam kanal telinga dan


mencongkel telinga terlalu dalam .

SOP PEMERIKSAAN FISIK TELINGA

PENGERTIAN Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya


masalah pada telinga.
TUJUAN 1.Mendapatkan data objektif dari riwayat kesehatan pasien.
2.Mengetahui kemampuan fungsional klien.
3.Menentukan status kesehatan klien.
4.Mengidentifikasi masalah klien.
5.Mengambil data dasar untuk melakukan proses keperawatan
berikutnya.

INDIKASI Perhatikan kesimetrisan kedua telinga bagian kiri dan kanan, amati
telinga luar dan periksa keadaan pinna terhadap ukuran, bentuk,
warna, lesi dan adanya massa.

NO KOMPONEN PENILAIAN YA TIDAK

PERSIAPAN ALAT

1. 1. Sarung Tangan
2. Penlight
3. Otoskop
4. Garputala
5. Jam tangan (yang ada detiknya)
6. Bengkok

PERSIAPAN DIRI

FASE ORIENTASI
2

2. Salam Traupetik

3. Evaluasi Validasi

4. Tujuan

5. Kontrak
FASE KERJA
6. 1. Mengkaji Telinga

7.
8.
1. Inspeksi warna, kesimetrisan dan posisi telinga.
2. Perhatikan ketinggian bagian superior yang menempel
pada kepala terhadap posisi mata .
9. 3. Lipat pinna kedepan (pinna seharusnya kembali ke
keadaan semula)
4. Tekan tragus kedepan, tekan processus mastoideus.
10.
11. 5. Inspeksi saluran telinga luar untuk melihat adanya
serumen, lesi kulit, pusdan darah dengan menggunakan
otoskop.
a.Pada orang dewasa, pegang daun telinga/ heliks dan
perlahan-lahan tarik daun telinga ke atas dan ke
belakang sehingga lurus dan menjadi mudah diamati.
b.Pada anak-anak, tarik daun telinga ke bawah.
12. 6. Inspeksi warna pada membran timpani.
13. 7. Lakukan pemeriksaan pendengaran.
a. Pemeriksaan sederhana dengan menggunakan jam
tangan.
1) Ciptakan suasana ruangan yang tenang.
2) Pegang sebuah arloji di samping telinga pasien
3) Suruh pasien mengatakan apakah mendengar detak
arloji.
4) Pindah posisi arloji menjauh, detakkan terdengar
normalnya sampai 30 cm dari telinga.
5) Bandingkan telinga kanan dan kiri
b. Pemeriksaan sederhana dengan cara tes bisik
1) Atur posisi klien membelakangi pemeriksa pada jarak
4-6 m.
2) Instruksikan klien untuk menutup salah satu
telinga yang tidak diperiksa
3) Bisikkan suatu bilangan, misal ”tujuh enam”
4) Minta klien untuk mengurangi bilangan yang didengar
5) Periksa telinga lainnya dengan cara yang sama
6) Bandingkan kemampuan mendengar telinga kanan dan
kiri klein.
c. Pemeriksaan Rinne (tujuan : untuk membandingkan
2

14. antara konduksi udara dengan konduksi tulang.


Normalnya konduksi udara > baik dari tulang)
1) Vibrasikan/getaran garputala
2) Meletakkan garpu tala pada prosessus mastoideus
klein
3) Anjurkan pasien untuk memberitahukan sewaktu
tidak
mendengarkan getaran lagi.
4) Angkat garpu tala dan pegang di depan lubang telinga
klien berjarak kurang lebih 1-2 cm5) Anjurkan pasien
untuk memberitahukan masih mendengarkan
suara/tidak. Normalnya masih mendengarkan
6) Lakukan hal yang sama pada kedua telinga
d. Pemeriksaan Weber
1) Vibrasikan/getaran garputala
2) Letakkan garputala di tengah puncak kepala pasien
3) Tanyakan kepada klien apakah bunyi terdengar
jelas pada kedua telinga atau lebih jelas pada salah
satu telinga saja.
15. e. Pemeriksaan Swabach
1) Vibrasikan/getaran garputala
2) Letakkan garpu tala pada prosessus mastoideus
klein.
3) Anjurkan orang yang diperiksa mengangkat tangan
bila sudah tidak mendengar atau tidak merasakan
getaran .
4) Bila orang yang diperiksa sudah tidak mendengar
atau tidak merasakan getaran maka pindah ke
prosesus mastoideus pemeriksa
5) Bila pemeriksa masih MENDENGAR maka hasilnya
schwabach MEMENDEK
6) Bila pemeriksa tidak mendengar maka tes harus
diulangi dengan alur yang berkebalikan -> getarkan
garputala kemudian letakkan di prosesus mastoideus
pemeriksa, setelah tidak mendengar dengan cepat
garputala dipindahkan ke prosesus mastoideus orang
yang diperiksa ->Bila orang yang diperiksa masih
mendengar hasilnya swabach MEMANJANG
7) Bila orang yang diperiksa tidak mendengar ->
Normal .
16.
8) Pada orang dengan tuli konduksi terjadi swabach
MEMANJANG
9) Pada tuli persepsi terjadi swabach MEMENDEK.

17. FASE TERMINASI


2

18. Evaluasi Respon Pasien


19. Rencana Tidak Lanjut
20. Kontrak Yang Akan Datang
21. Dokumentasi

5. Pemeriksaan fisik mulut

a. Pengertian pemeriksaan fisik mulut

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya masalah pada


mulut.

b. Tujuan pemeriksaan fisik mulut

1. Mendapatkan data objektif dari riwayat kesehatan pasien.

2.Mengetahui kemampuan fungsional klien.

3.Menentukan status kesehatan klien.

4.Mengidentifikasi masalah klien.

5. Mengambil data dasar untuk melakukan proses keperawatan berikutnya.

c. Indikasi pemeriksaan fisik mulut Perhatikan bentuk bibir, gigi, gusi,


lidah, selaput lender, pipi bagian dalam, lantai dasar mulut dan
palatum mulut atau langit-langit mulut dan faring.
d. Kontraindikasi Pemeriksaan fisik mulut

Hindari memasukkan benda-benda asing yang membahayakan.

SOP PEMERIKSAAN MULUT

PENGERTIAN Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya


masalah pada mulut.
2

TUJUAN 1.Mendapatkan data objektif dari riwayat kesehatan pasien.


2.Mengetahui kemampuan fungsional klien.
3.Menentukan status kesehatan klien.
4.Mengidentifikasi masalah klien.
5.Mengambil data dasar untuk melakukan proses keperawatan
berikutnya.

INDIKASI Perhatikan bentuk bibir, gigi, gusi, lidah, selaput lender,


pipi bagian dalam, lantai dasar mulut dan palatum mulut
atau langit-langit mulut dan faring

NO KOMPONEN PENILAIAN YA TIDAK

PERSIAPAN ALAT

1. 1. Sarung tangan
2. Penlight
3. Tongue spatel
4. Kasa
5. Bengkok

PERSIAPAN DIRI

FASE ORIENTASI

2. Salam Teraupetik

3. Evaluasi Validasi

4. Tujuan

5. Kontrak

FASE KERJA

6. 1.Mengkaji Mulut

7. 1. Inspeksi bibir luar untuk mengkaji kesimetrisan


kontur, warna, tekstur.Minta klien mengerucutkan
bibirnya seolah akan bersiul.
8. 2. Inspeksi dan palpasi lapisan bibir terdalam dan
mukosa bukal terhadap warna, kelembaban, tekstur
dan adanya lesi.
9. 3. Inspeksi palatum, uvula, dan tonsila palatina (tekan
lidah dengan tong spatel, gunakan penlight untuk
mempermudah pengamatan)
2

10. 4. Amati gigi dan gusi saat memeriksa bibir bagian


dalam. Bila klien memakai gigi palsu, lepas
terlebih dahulu.
11. 5. Minta klien menjulurkan lidah, amati permukaan
lidah (posisi, warna,tekstur).
12. 6. Amati pergerakan lidah.
13. 7. Minta klien menempelkan ujung lidahnya di
langit-langit mulut, amati pangkal lidah, dasar
mulut, amati juga duktus saliva untuk mengetahui
adanya pembengkakan.
14. 8. Palpasi lidah dan dasar mulut untuk mengetahui
adanya nodul/tonjolan,kondisi duktus saliva
(gunakan kasa untuk memegang ujung lidah, jari
telunjuk tangan yang lain palpasi area belakang,
pinggir dan pangkal lidah).
15. 9. Dokumentasikan hasil pemeriksaan .

16. FASE TERMINASI

17. Evaluasi Respon Pasien

18. Rencana Tidak Lanjut

19. Kontrak Yang Akan Datang

20. Dokumentasi
2

6. Pemeriksaan fisik Leher

a.pengertian pemeriksaan fisik Leher

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya masalah pada leher.

b.Tujuan pemeriksaan fisik Leher

1.Mendapatkan data objektif dari riwayat kesehatan pasien.

2.Mengetahui kemampuan fungsional klien.

3.Menentukan status kesehatan klien.

4.Mengidentifikasi masalah klien.

5.Mengambil data dasar untuk melakukan proses keperawatan berikutnya.

c.Indikasi pemeriksaan fisik Leher

Memperhatikan warna kulit, integritas, pembesaran kelenjar gondok, konsistensi


dan nyeri.

d.Kontraindikasi pemeriksaan fisik Leher

Hindari posisi tidur yang salah dan menyebabkan saraf leher menjadi terganggu.

2.9 Pemeriksaan fisik sistem limfatik

a. Pengertian Pemeriksaan Sistem limfatik


2

SOP PEMERIKSAAN LEHER

PENGERTIAN Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya


masalah pada leher.

TUJUAN 1.Mendapatkan data objektif dari riwayat kesehatan pasien.


2.Mengetahui kemampuan fungsional klien.
3.Menentukan status kesehatan klien.
4.Mengidentifikasi masalah klien.
5. Mengambil data dasar untuk melakukan proses keperawatan
berikutnya.

INDIKASI Memperhatikan warna kulit, integritas, pembesaran kelenjar


gondok, konsistensi dan nyeri.

NO KOMPONEN PENILAIAN YA TIDAK

PERSIAPAN ALAT

1. 1. Sarung tangan
2. Masker
3. Bengkok

PERSIAPAN DIRI

FASE ORIENTASI

2. Salam Teraupeutik

3. Evaluasi Validasi

4. Tujuan

5. Kontrak

FASE KERJA

6. 1. Mengkaji Leher

7. 1. Minta klien menegakkan kepala, inspeksi otot


leher (sternokleidomastoideus dan trapezius)
2

untuk melihat adanya pembengkakan atau massa


abnormal .
8. 2. Gerakkan dagu ke dada (menentukan fungsi otot
sternokleidomastoideus)
9. 3. Tengadahkan kepala hingga dagu mengarah
ke atas (menentukan fungsi otot trapezius)
10. 4. Gerakkan kepala sehingga telinga bergerak ke
arah bahu kanan dan kiri(menentukan fungsi otot
sternokleidomastoideus)
11. 5. Hadapkan kepala ke kanan dan kiri (menentukan
fungsi otot sternokleidomastoideus)
12. 6. Minta klien menghadapkan kepala ke salah satu
sisi melawan tahanan tangan Anda, ulangi pada
sisi yang lain (menentukan fungsi otot
sternokleidomastoideus)
13. 7. Minta klien mengangkat bahu melawan tahanan
tangan Anda (menentukan fungsi otot trapezius)
14. 8. Palpasi seluruh bagian leher untuk menemukan
adanya pembesaran nodus limfe
15. 9. Palpasi trakea untuk mengetahui adanya deviasi
lateral. Letakkan ujung jari atau ibu jari pada
trakea di incisura supraesternal, gerakkan jari ke
sisi kiri dan kanan yang dibatasi oleh klavikula,
bagian anterior otot sterno kleido mastoideus dan
trakea.
16. 10. Palpasi adanya bendungan vena jugularis (JVD)
dengan cara kepala ditinggikan 450 miring kiri,
letakkan penggaris tegak lurus sternal
angle,letakkan penggaris ke 2 secara horizontal
dari sternokleidomastoideus(normalnya <4-5 cm)
17. 11. Inspeksi dan palpasi kelenjar tiroid Pendekatan
posterior :
1. Letakkan kedua tangan di sekeliling leher klien,
posisikan ujung jari pada bagian bawah leher di
atas trakea.
2. Minta klein menelan (jika perlu, berikan air
minum), rasakan adanya pembesaran saat ismus
tiroid bergerak naik (ismus terletak di seberang
trakea, dibawah kartilago krikoid)
3. Pada pemeriksaan lobus tiroid kanan, minta
klein sedikit menunduk dan menengokkan
kepalanya sedikit ke kanan (kesisi yang sedang
diperiksa)dengan jari kiri geser trakea secara
perlahan kekanan, dengan jari kanan palpasi
lobus tiroid, minta klein menelan saat
melakukan
2

palpasi (ulangi langkah untuk lobus kiri tiroid)

Pendekatan Anterior
1. Letakkan ujung jari telunjuk dan jari tengah
di atas trakea dan palpasi ismus tiroid saat
klein menelan
2. Ulangi langkah 2-3 seperti pendekatan
posterior
3. Apabila diduga terdapat pembesaran
kelenjar auskultasi area tiroid untuk
mengetahui adanya “bruit” (bunyi desir
halus yang ditimbulkan oleh
turbulensi aliran darah). Gunakan bagian
stetoskop yang berbentuk bel.
18. 12. Rapikan pasien, alat dan dokumentasikan.

FASE TERMINASI

19. Evaluasi Respon Pasien

20. Rencana Tidak Lanjut

21. Kontrak Yang Akan Datang

22. Dokumentasi
3

BAB 111

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

pemeriksaan fisik dalam pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya
bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematis dan
komprehensif, memastikan-membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah
dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien.Pemeriksaan fisik
mutlak dilakukan pada setiap klien, pertama pada klien yang baru masuk ke
tempat pelayanan kesehatan untuk dirawat, secara rutin pada klien yang sedang
dirawat, sewaktu waktu sesuai kebutuhan klien. jadi pemeriksaan fisik ini sangat
penting dan harus dilakukan pada kondisi tersebut, baik klein dalam keadaan
sadar maupun tidak sadar .Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena
sangat bermanfaat, baik untuk untuk menegakkan diagnosa keperawatan .memilih
intervensi yang tepat untuk proses keperawatan,maupun untuk mengevaluasi hasil
dari asuhan keperawatan.

3.2 Saran

Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka perawat harus
memahami ilmu pemeriksaan fisik dengan sempurna dan pemeriksaan fisik ini
harus dilakukan secara berurutan ,sistematis ,dan dilakukan dengan prosedur yang
benar.
3

DAFTAR PUSTAKA

http://stikeswh.ac.id/psik/files/PEMERIKSAAN%20FISIK.pptx.

https://www.academia.edu/41455293/KONSEP_DAN_TEORI.

https://id.scribd.com/document/362274879/Kelompok-4-Pemeriksaan-Kepala-Da
n-Leher-docx .

https://ibmm.fkg.ugm.ac.id/2017/11/09/pemeriksaan-ekstraoral-limfonodi/.

https://id.scribd.com/document/267492420/Pemeriksaan-Fisik-Sistem-Integumen.

https://id.scribd.com/document/369261874/SOP-Pemeriksaan-Fisik-HEAD-to-TO
E.

You might also like