You are on page 1of 18

SEJARAH PERPAJAKAN DI INDONESIA, PENGERTIAN,

STRUKTUR, TINJUAN & PENDEKAN PAJAK, PERAN DAN FUNGSI,


PERBEDAAN PAJAK DENGAN PUNGUTAN LAINNYA

Oleh :

Kelompok 1

Nama Kelompok : NI KADEK SRI TIRTAWATI (1902612010536/13)

NI KADEK SATIA HANDAYANI (1902612010539/15)

NI PUTU PUJA WINANTI (1902612010540/16)

NI MADE YUNITA DEWI (1902612010552/28)

Kelas : D MANAJEMAN SUMBER DAYA MANUSIA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

SEMESTER VI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga pada akhirnya kami bisa
menyelesaikan makalah Perpajakan dengan judul Sejarah Perpajakan Di Indonesia,
Pengertian, Struktur, Tinjuan & Pendekan Pajak, Peran Dan Fungsi, Perbedaan Pajak Dengan
Pungutan Lainnya ini tepat pada waktunya.

Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan terima kasih yang sebesarnya, karena
dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari tuntunan berbagai pihak, terutama kepada
dosen pengampu mata kuliah Perpajakan Bapak Dr. Dominicus Djoko Budi susilo, SE.,MM.
Semoga makalah Perpajakan yang telah kami susun ini bisa menambah pengetahuan dan
pengalaman para pembaca.

Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Kami
juga menyadari bahwa makalah Perpajakanini juga masih memiliki banyak kekurangan.
Maka dari itu kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca sekalian demi
penyusunan makalah Perpajakandengan tema serupa yang lebih baik lagi.

Denpasar, 11 Pebruari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pegantar .................................................................................................................. i
Daftar Isi ......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
1.3. Tujuan Makalah .................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
2.1 Sejarah Perpajakan di Indonesia……………………………………… 3
2.2 Definisi Pajak……………………………………….……………………….. 5
2.3 Struktur Perpajakan di Indonesia………………………………………….… 6
2.4 Tinjauan dan Pendekatan Pajak……………………………………………... 9
2.5 Peran dan Fungsi Pajak di Indonesia………………………………………... 10
2.6 Perbedaan Pajak Dengan Pungutan Lainnya………………………………… 11

BAB III PENUTUP………………………………………………………………… 12


3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 13
LAMPIRAN..................................................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pajak merupakan sumber pembiayaan terbesar negara dalam menyelenggarakan
pemerintahan. Dari tahun ke tahun, penerimaan dari sektor pajak terus menunjukkan
peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan realisasi penerimaan pajak untuk
beberapa tahun terakhir yang cukup signifikan. Pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Mengingat pajak
merupakan pendapatan terbesar negara, tentu saja pemerintah berupaya untuk
meningkatkan jumlah pendapatan dari sektor yang sangat potensial ini.Pajak merupakan
salah satu sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk melaksanakan
pembangunan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pajak dipungut dari warga Negara
Indonesia dan menjadi salah satu kewajiban yang dapat dipaksakan penagihannya.
Pembangunan nasional Indonesia pada dasarnya dilakukan oleh masyarakat bersama-
sama pemerintah. Oleh karena itu peran masyarakat dalam pembiayaan pembangunan
harus terus ditumbuhkan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
kewajibannya membayar pajak.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah perpajakan di Indonesia?
2. Apa itu pajak?
3. Bagaimana struktur perpajakan di Indonesia?
4. Apa saja tinjauan dan pendekatan pajak?
5. Apa peran dan fungsi pajak di Indonesia?
6. Apa perbedaan pajak dengan pungutan lainnya?

1
1.3. Tujuan Makalah
1. Mengetahui sejarah perpajakan di Indonesia
2. Mengetahui apa itu pajak
3. Mengetahui struktur perpajakan di Indonesia
4. Mengetahui tinjauan dan pendekatan pajak
5. Mengetahui peran dan fungsi pajak di Indonesia
6. Mengetahui perbedaan pajak dengan pungutan lainnya

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perpajakan
Bangsa Indonesia telah mengenal pungutan sejenis pajak bahkan sebelum
dijajah oleh Bangsa Eropa dan Jepang. Masyarakat telah mengenal upeti yaitu
pungutan sejenis pajak yang bersifat memaksa. Perbedaannya adalah upeti diberikan
kepada raja sebagai persembahan. Karena pada masa itu raja dianggap sebagai wakil
tuhan dan apa yang terjadi di masyarakat dianggap dipengaruhi oleh raja.Meskipun
kemudian masyarakat mendapat imbalannya berupa jaminan keamanan dan ketertiban
dari raja. Perlu dicatat bahkan pada masa itu beberapa kerajaan seperti Majapahit,
Demak, Pajang, dan Mataram mengenal sistem pembebasan pajak. Terutama pajak
atas kepemilikan tanah yang biasa disebut tanah perdikan. Biasanya pembebasan
tersebut diatur dalam beleid yang dituangkan baik dalam prasasti ataupun dicatat
dalam kitab kesusastraan. Ketika masuk era kolonialisasi oleh Belanda dan bangsa
Eropa pajak mulai dikenakan.
Dalam catatan sejarah badan otonomi Belanda yaitu VOC memungut pajak
diantaranya Pajak Rumah, Pajak Usaha dan Pajak Kepala kepada pedagang Tionghoa
dan pedagang asing lainnya. Namun, VOC tidak memungut pajak di wilayah
kekuasaanya seperti Batavia, Maluku dan lainnya. Kemudian pada masa Gubernur
Jenderal Daendels juga ada pemungutan pajak yaitu memungut pajak dari pintu
gerbang (baik orang dan barang) dan pajak penjualan barang di pasar (bazarregten),
termasuk pula pungutan pajak terhadap rumah.Masuk ke era pendudukan Inggris,
Gubernur Jenderal Raffles juga dikenal sistem pemungutan pajak yang dikenal
dengan landrent stesel yang mana meniru sistem pengenaan pajak di Bengali, India
yaitu pengenaan pajak atas sewa tanah masyarakat kepada pemerintah kolonial. Inilah
yang menjadi cikal bakal pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Pengenaan
pajak landrent stesel ini berdasarkan System Rayatwari yaitu pengenaan pajak secara
langsung kepada para petani. Dalam hal ini tarif pajak adalah pendapatan rata-rata
petani dalam setahun. Kenapa dikenakan kepada petani? Raffles beranggapan bahwa
3
tanah yang dikelola oleh petani merupakan tanah para raja (sovereign) sedangkan para
raja dianggap menyewa tanah tersebut kepada pemerintah kolonial. Dalam hal ini
Inggris.Kemudian terdapat juga aturan mengenai pajak penghasilan pada era kolonial.
Aturan pajak atas penghasilan dikenakan kepada pribumi maupun orang non-pribumi
yang mendapat penghasilan di Hindia Belanda, sebutan Indonesia kala itu. Aturan ini
yang menerapkan adalah pemerintah kolonial Belanda pada awal abad ke-19. Pajak
pendapatan untuk pribumi dikenakan atas kegiatan usahanya seperti perdagangan
sehingga dikenal dengan business tax sedangkan untuk orang non-pribumi dikenakan
atas paten usaha bidang industri, pertanian, kerajinan tangan, manufaktur dan
sejenisnya sehingga disebut tax patent duty. Contoh aturan pengenaanya adalah
Ordonantie op de Inkomstenbelasting 1908 dengan tarif pengenaan pajak pendapatan
adalah 2% dari pendapatan.
Pada zaman penjajahan Jepang lebih banyak tidak banyak diketahui.
Mengingat pada masa itu pemerintah Jepang lebih memfokuskan semua sumber daya
untuk biaya perang. Maka, sulit memisahkan mana yang merupakan pajak dengan
rampasan pemerintah itu sendiri kepada rakyat. Namun, di masa itu rakyat selain
dibebani dengan kewajiban Romusha juga rakyat dibebani dengan membayar
pungutan yang dianggap sebagai pajak. Hal ini sangat memberatkan rakyat Indonesia
pada waktu itu meskipun hanya berlangsung selama kurang lebih 3,5 tahun.Begitu
lekatnya masyarakat Indonesia dengan pajak sampai dengan sekarang ini. Namun, ada
dampak negatif akibat dari pengenaan pajak di era kolonial dan era sebelumnya. Yaitu
menjadikan sebagian masyarakat menganggap pajak itu hanya bentuk superioritas
penguasa kepada rakyatnya. Karena bukan hanya ada, bahkan hampir semua sektor
pemungutan pajak pada masa itu dilakukan dengan cara manual dan tanpa
pengawasan. Hal ini menjadi penyebab rawannya penyelewengan pemungutan pajak
pada masa itu yang menimbulkan banyak dilema dan meninggalkan kesan negatif
hingga saat ini.Di era selanjutnya ketika Indonesia sudah merdeka pengenaan pajak
sudah lebih konservatif dan berkeadilan yang dituangkan dalam berbagai aturan yang
sah diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.

4
2.2 Definisi Pajak
Pajak didefinisikan oleh para ahli pajak sebagai berikut :
1. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H (dalam Mardiasmo, 2011) :
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang
(yang sifatnya dapat dipaksakan) serta tidak mendapat jasa timbal yang langsung
dapat ditunjukan dan yang digunakan un tuk membayar pengeluaran umum.”
2. Menurut Dr. N. J. Feldman (dalam Halim dkk, 2014) :
“Pajak sebagai prestasi yang dipaksakan secara sepihak dan terhutang
kepada penguasa berdasarkan norma-norma yang ditetapkan secara umum, tanpa
adanya kontrapretasi (timbal balik), dan semata-mata hanya digunakan untuk
menutup pengeluaran-pengeluaran umum.”
3. Menurut Prof. Dr. P. J. A. Andriani (dalam Halim dkk, 2014) :
“Pajak sebagai iuran masyarakat pada Negara (yang sifatnya dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan umum (Undang-undang) dengan tidak mendapat pretasi kembali yang
dapat ditunjukan secara langsung dan yang digunakan untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas-tugas Negara untuk
menyelaenggarakan pemerintahan.”
4. Menurut S. I. Djajadiningrat (dalam Resmi, 2014) :
“Pajak sebagai suatu kewajiban untuk menyerahkan sebagian dari
kekayaan kepada kas Negara karena suatau keadaan, kejadian, dan perbuatan yang
memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut
peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada
jasa timbal balik yang diberikan oleh Negara secara langsung, untuk memelihara
Negara secara umum.”
5. Menurut UU Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan :
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terhutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan

5
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
- ciri yang melekat pada definisi pajak :
Berdasarkan beberapa definisi dan pengertian pajak yang telah diuraikan
diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa :
1. Pajak dipungut berdasarkan pada kekuatan Undang-undang dan aturan
pelaksanaan yang telah diatur.
2. Dalam hal membayar pajak, tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah.
3. Pajak dipungut oleh Negara, baik itu oleh pemerintah daerah maupun oleh
pemerintah pusat.
4. Penggunaan pungutan pajak adalah untuk pengeluaran-pengeluara umum
pemerintah. Dan bila masih terdapat surplus, maka akan digunakan untuk public
investment.

2.3 Struktur perpajakan di Indonesia

6
1. Pajak Pusat; yaitu pajak yang pemungutan, dan administrasi perpajakannya menjadi
wewenang Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan melalui Direktorat
Jenderal Pajak. Contoh dari pajak ini adalah PPh, PPN&PPnBM, Cukai, Bea Masuk,
Bea Materai.
a. Pajak Penghasilan (PPh)
PPh adalah jenis pajak yang harus dibayar oleh individu atau badan atas
penghasilan yang diperoleh selama suatu tahun pajak. Setiap penghasilan yang
diterima Wajib Pajak, baik dari dalam maupun luar negeri, disebut juga dengan
objek PPh. Penghasilan yang dimaksud dapat berupa gaji, keuntungan usaha,
honorarium, dan semacamnya. Beberapa contoh jenis PPh yang berlaku di
Indonesia adalah PPh Pasal 15, PPh Pasal 19, PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, dan
PPh Pasal 25.
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
PPN adalah pajak yang dikenakan atas perdagangan jual beli barang dan
jasa yang dilakukan Wajib Pajak (individu maupun badan) yang telah dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Termasuk salah satu macam-macam pajak
di Indonesia yang bersifat tidak langsung, PPN dilakukan antara produsen ke
konsumen. Maksudnya, pihak yang berkewajiban memungut, menyetor, dan
melaporkan PPN adalah produsen. Namun, yang wajib membayar PPN adalah
konsumen akhir.
c. Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM)
Sesuai namanya, PPnBM merupakan pajak penjualan yang dikenakan atas
transaksi barang mewah yang didapatkan dari dalam maupun luar negeri. Dalam
PPnBM, objek yang termasuk barang mewah adalah:
- Barang yang bukan kebutuhan pokok
- Barang yang dikonsumsi masyarakat tertentu
- Barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan status
- Barang yang pada umumnya dikonsumsi masyarakat dengan penghasilan
tinggi

7
 
d. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak atas kepemilikan, pemanfaatan, dan/atau penguasaan atas tanah
dan/atau bangunan disebut dengan PBB. Di Indonesia, PBB terbagi atas dua
sektor, yaitu PBB Sektor P2 (Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
yang diadministrasikan pemerintah kabupaten/kota) serta PBB Sektor P3 (Pajak
Bumi dan Bangunan Perhutanan, Pertambangan, dan Perkebunan yang
diadministrasikan langsung oleh pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal
Pajak).
e. Bea Materai (BM)
BM termasuk macam-macam pajak di Indonesia yang dibebankan atas
pemanfaatan dokumen, contohnya akta notaris, surat perjanjian, kwitansi
pembayaran, hingga surat berharga yang memuat nominal uang di atas jumlah dan
ketentuan tertentu. Nilai dari BM juga terbagi menjadi dua, yakni Rp3.000 dan
Rp6.000, yang dapat digunakan sesuai kebutuhan.
  
2. Pajak Daerah
Pajak Daerah; yaitu pajak yang pemungutan dan administrasi perpajakannya menjadi
wewenang Pemerintah Daerah, dalam hal ini Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah. Pengelolaan Pajak Daerah dibagi menjadi dua, yaitu
Pajak Daerah yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi dan Pajak yang dikelola oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota.

1. Pajak Provinsi
2. Pajak Kabupaten/Kota
3. Pajak Kendaraan Bermotor
4. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
5. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
6. Pajak Rokok
7. Pajak Air Permukaan
8. Pajak Air Tanah
8
9. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
10. Pajak Restoran
11. Pajak Hotel
12. Pajak Hiburan
13. Pajak Parkir
14. Pajak Penerangan Jalan
15. Pajak Reklame
16. Pajak Sarang Burung Walet
17. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
18. Pajak Bumi dan Bangunan Sektor dan Perkotaan
19. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan (BPHTB)

2.4 Tinjauan & Pendekatan Pajak Dari Berbagai Aspek 


1. Aspek Ekonomi 
Pajak merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk mengarahkan
kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan masyarakat. Pajak sebagai sumber
motor penggerak kehidupan ekonomi masyarakat. 
2. Aspek Hukum 
Pajak merupakan masalah keuangan negara, adapun dasar yang digunakan
untuk mengatur masalah keuangan negara tersebut yaitu pasal 23 (2) UUD 1945,
dan untuk teknis pelaksanaan perpajakan yang mengatur masalah perpajakan
terdapat UU Perpajakan. 
3. Aspek Keuangan 
Pajak dipandang sebagai aspek penting dalam penerimaan negara yang
menjadikan pajak sebagai primadona penerimaan negara. 
4. Aspek Sosiologi 
Pajak sebagai sumber penerimaan negara untuk membiayai pengeluaran
rutin dan juga digunakan untuk membiayai pembangunan, bearti pembangunan ini
dibiayai oleh masyarakat. 

9
2.5 Peran & Fungsi Pajak 
Ada 4 fungsi pajak : 
a. Fungsi Budgeter 
Adalah fungsi yang letaknya disektor publik yaitu fungsi untuk
mengumpulkan uang pajak sebanyak-banyaknya sesuai dengan Undang-
undang yang berlaku yang pada waktunya akan digunakan untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran negara, yaitu pengeluaran rutin & pengeluaran
pembangunan, bila ada sisa (surplus) akan digunakan sebagai tabungan
pemerintah untuk investasi pemerintah. Sebagai sumber pendapatan negara,
pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk
menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan, negara
membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa
ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja
barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan,
uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri
dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun
harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin
meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.
b. Fungsi Regulerend 
Adalah suatu fungsi bahwa pajak-pajak tersebut akan digunakan
sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan yang letaknya diluar bidang
keuangan. Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui
kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai
alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman
modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam
fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri,
pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.
c. Fungsi Stabilitas

10
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan
kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat
dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur
peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang
efektif dan efisien.
d. Fungsi Redistribusi Pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai
semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan
sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat.
1.6 Perbedaan Pajak Dengan Pungutan Lainnya

Pembeda Pajak Pungutan Resmi Selain


Pajak
Dasar Pelaksanaan Dilakukan berdasarkan Dilakukan berdasarkan jasa
undang-undang untuk atau pelayanan dari
membiayai pengeluaran- pemerintah, baik secara
pengeluaran umum. langsung dan tidak langsung
Oleh karena itu, pajak yang diterima oleh Wajib
merupakan salah satu Pajak.
sumber penerimaan
negara.
Sifat iuran Iuran dengan imbalan Iuran dengan imbalan yang
yang tidak langsung dari langsung dari negara.
negara.
Unsur Paksaan  Dapat dipaksakan, baik Tidak ada unsur paksaan.
secara perorangan
maupun dalam bentuk
badan usaha.
Subjek Pengenaan Berlaku untuk seluruh Pengenaan terbatas pada
11
rakyat tanpa kecuali orang-orang tertentu.
Prestasi atau Imbalan Prestasi (imbalan) Prestasi (imbalan) diterima
diterima oleh seluruh oleh golongan tertentu. 
lapisan masyarakat.
Jenis Pajak pusat dan pajak Retribusi, sumbangan,
daerah. keuntungan dari Badan
Usaha Milik Negara
(BUMN), hasil dari undian
negara, bea masuk dan bea
keluar, serta cukai.

12
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara terbesar yang diperoleh
dari kontribusi rakyat yang bersifat memaksa berdasarkan undangundang, dengan tidak
mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk kemakmuran negara. Wajib
pajak mempunyai kewajiban melaporkan dan membayar pajak terhutang sesuai undang-
undang perpajakan termasuk pajak penghasilan pasal 21 yang dikenakan atas
penghasilan, berupa gaji, honorarium, upah, tunjangan, dan pembayaran lain yang
diterima atau diperoleh pegawai sehubungan dengan pekerjaan atau jasa, jabatan dan
kegiatan. wajib pajak dapat dikatakan patuh jika tidak pernah menunggak pajak,
membayar dan melaporkan pajak tepat waktu serta taat peraturan perundang-undangan
perpajakan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Juli Ratnawati, Retno Indah. 2016. Dasar-Dasar Perpajakan. Yogyakarta : Deepublish

https://wijayanomicstax.wordpress.com/2015/03/18/dasar-dasar-dan-pengertian-umum-
perpajakan-indonesia/amp/

https://www.google.co.id/amp/s/ayopajak.com/macam-macam-pajak-di-indonesia/amp/

https://www.pajak.go.id/id/fungsi-pajak

https://www.pajak.go.id/artikel/menengok-sejarah-perpajakan-di-indonesia-bagian-
pertama

14
LAMPIRAN

15

You might also like