Professional Documents
Culture Documents
Makalah Perpajakan Kelompok 1
Makalah Perpajakan Kelompok 1
Oleh :
Kelompok 1
SEMESTER VI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga pada akhirnya kami bisa
menyelesaikan makalah Perpajakan dengan judul Sejarah Perpajakan Di Indonesia,
Pengertian, Struktur, Tinjuan & Pendekan Pajak, Peran Dan Fungsi, Perbedaan Pajak Dengan
Pungutan Lainnya ini tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan terima kasih yang sebesarnya, karena
dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari tuntunan berbagai pihak, terutama kepada
dosen pengampu mata kuliah Perpajakan Bapak Dr. Dominicus Djoko Budi susilo, SE.,MM.
Semoga makalah Perpajakan yang telah kami susun ini bisa menambah pengetahuan dan
pengalaman para pembaca.
Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Kami
juga menyadari bahwa makalah Perpajakanini juga masih memiliki banyak kekurangan.
Maka dari itu kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca sekalian demi
penyusunan makalah Perpajakandengan tema serupa yang lebih baik lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pegantar .................................................................................................................. i
Daftar Isi ......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
1.3. Tujuan Makalah .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
2.1 Sejarah Perpajakan di Indonesia……………………………………… 3
2.2 Definisi Pajak……………………………………….……………………….. 5
2.3 Struktur Perpajakan di Indonesia………………………………………….… 6
2.4 Tinjauan dan Pendekatan Pajak……………………………………………... 9
2.5 Peran dan Fungsi Pajak di Indonesia………………………………………... 10
2.6 Perbedaan Pajak Dengan Pungutan Lainnya………………………………… 11
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 13
LAMPIRAN..................................................................................................................... 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3. Tujuan Makalah
1. Mengetahui sejarah perpajakan di Indonesia
2. Mengetahui apa itu pajak
3. Mengetahui struktur perpajakan di Indonesia
4. Mengetahui tinjauan dan pendekatan pajak
5. Mengetahui peran dan fungsi pajak di Indonesia
6. Mengetahui perbedaan pajak dengan pungutan lainnya
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perpajakan
Bangsa Indonesia telah mengenal pungutan sejenis pajak bahkan sebelum
dijajah oleh Bangsa Eropa dan Jepang. Masyarakat telah mengenal upeti yaitu
pungutan sejenis pajak yang bersifat memaksa. Perbedaannya adalah upeti diberikan
kepada raja sebagai persembahan. Karena pada masa itu raja dianggap sebagai wakil
tuhan dan apa yang terjadi di masyarakat dianggap dipengaruhi oleh raja.Meskipun
kemudian masyarakat mendapat imbalannya berupa jaminan keamanan dan ketertiban
dari raja. Perlu dicatat bahkan pada masa itu beberapa kerajaan seperti Majapahit,
Demak, Pajang, dan Mataram mengenal sistem pembebasan pajak. Terutama pajak
atas kepemilikan tanah yang biasa disebut tanah perdikan. Biasanya pembebasan
tersebut diatur dalam beleid yang dituangkan baik dalam prasasti ataupun dicatat
dalam kitab kesusastraan. Ketika masuk era kolonialisasi oleh Belanda dan bangsa
Eropa pajak mulai dikenakan.
Dalam catatan sejarah badan otonomi Belanda yaitu VOC memungut pajak
diantaranya Pajak Rumah, Pajak Usaha dan Pajak Kepala kepada pedagang Tionghoa
dan pedagang asing lainnya. Namun, VOC tidak memungut pajak di wilayah
kekuasaanya seperti Batavia, Maluku dan lainnya. Kemudian pada masa Gubernur
Jenderal Daendels juga ada pemungutan pajak yaitu memungut pajak dari pintu
gerbang (baik orang dan barang) dan pajak penjualan barang di pasar (bazarregten),
termasuk pula pungutan pajak terhadap rumah.Masuk ke era pendudukan Inggris,
Gubernur Jenderal Raffles juga dikenal sistem pemungutan pajak yang dikenal
dengan landrent stesel yang mana meniru sistem pengenaan pajak di Bengali, India
yaitu pengenaan pajak atas sewa tanah masyarakat kepada pemerintah kolonial. Inilah
yang menjadi cikal bakal pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Pengenaan
pajak landrent stesel ini berdasarkan System Rayatwari yaitu pengenaan pajak secara
langsung kepada para petani. Dalam hal ini tarif pajak adalah pendapatan rata-rata
petani dalam setahun. Kenapa dikenakan kepada petani? Raffles beranggapan bahwa
3
tanah yang dikelola oleh petani merupakan tanah para raja (sovereign) sedangkan para
raja dianggap menyewa tanah tersebut kepada pemerintah kolonial. Dalam hal ini
Inggris.Kemudian terdapat juga aturan mengenai pajak penghasilan pada era kolonial.
Aturan pajak atas penghasilan dikenakan kepada pribumi maupun orang non-pribumi
yang mendapat penghasilan di Hindia Belanda, sebutan Indonesia kala itu. Aturan ini
yang menerapkan adalah pemerintah kolonial Belanda pada awal abad ke-19. Pajak
pendapatan untuk pribumi dikenakan atas kegiatan usahanya seperti perdagangan
sehingga dikenal dengan business tax sedangkan untuk orang non-pribumi dikenakan
atas paten usaha bidang industri, pertanian, kerajinan tangan, manufaktur dan
sejenisnya sehingga disebut tax patent duty. Contoh aturan pengenaanya adalah
Ordonantie op de Inkomstenbelasting 1908 dengan tarif pengenaan pajak pendapatan
adalah 2% dari pendapatan.
Pada zaman penjajahan Jepang lebih banyak tidak banyak diketahui.
Mengingat pada masa itu pemerintah Jepang lebih memfokuskan semua sumber daya
untuk biaya perang. Maka, sulit memisahkan mana yang merupakan pajak dengan
rampasan pemerintah itu sendiri kepada rakyat. Namun, di masa itu rakyat selain
dibebani dengan kewajiban Romusha juga rakyat dibebani dengan membayar
pungutan yang dianggap sebagai pajak. Hal ini sangat memberatkan rakyat Indonesia
pada waktu itu meskipun hanya berlangsung selama kurang lebih 3,5 tahun.Begitu
lekatnya masyarakat Indonesia dengan pajak sampai dengan sekarang ini. Namun, ada
dampak negatif akibat dari pengenaan pajak di era kolonial dan era sebelumnya. Yaitu
menjadikan sebagian masyarakat menganggap pajak itu hanya bentuk superioritas
penguasa kepada rakyatnya. Karena bukan hanya ada, bahkan hampir semua sektor
pemungutan pajak pada masa itu dilakukan dengan cara manual dan tanpa
pengawasan. Hal ini menjadi penyebab rawannya penyelewengan pemungutan pajak
pada masa itu yang menimbulkan banyak dilema dan meninggalkan kesan negatif
hingga saat ini.Di era selanjutnya ketika Indonesia sudah merdeka pengenaan pajak
sudah lebih konservatif dan berkeadilan yang dituangkan dalam berbagai aturan yang
sah diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.
4
2.2 Definisi Pajak
Pajak didefinisikan oleh para ahli pajak sebagai berikut :
1. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H (dalam Mardiasmo, 2011) :
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang
(yang sifatnya dapat dipaksakan) serta tidak mendapat jasa timbal yang langsung
dapat ditunjukan dan yang digunakan un tuk membayar pengeluaran umum.”
2. Menurut Dr. N. J. Feldman (dalam Halim dkk, 2014) :
“Pajak sebagai prestasi yang dipaksakan secara sepihak dan terhutang
kepada penguasa berdasarkan norma-norma yang ditetapkan secara umum, tanpa
adanya kontrapretasi (timbal balik), dan semata-mata hanya digunakan untuk
menutup pengeluaran-pengeluaran umum.”
3. Menurut Prof. Dr. P. J. A. Andriani (dalam Halim dkk, 2014) :
“Pajak sebagai iuran masyarakat pada Negara (yang sifatnya dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan umum (Undang-undang) dengan tidak mendapat pretasi kembali yang
dapat ditunjukan secara langsung dan yang digunakan untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas-tugas Negara untuk
menyelaenggarakan pemerintahan.”
4. Menurut S. I. Djajadiningrat (dalam Resmi, 2014) :
“Pajak sebagai suatu kewajiban untuk menyerahkan sebagian dari
kekayaan kepada kas Negara karena suatau keadaan, kejadian, dan perbuatan yang
memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut
peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada
jasa timbal balik yang diberikan oleh Negara secara langsung, untuk memelihara
Negara secara umum.”
5. Menurut UU Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan :
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terhutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan
5
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
- ciri yang melekat pada definisi pajak :
Berdasarkan beberapa definisi dan pengertian pajak yang telah diuraikan
diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa :
1. Pajak dipungut berdasarkan pada kekuatan Undang-undang dan aturan
pelaksanaan yang telah diatur.
2. Dalam hal membayar pajak, tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah.
3. Pajak dipungut oleh Negara, baik itu oleh pemerintah daerah maupun oleh
pemerintah pusat.
4. Penggunaan pungutan pajak adalah untuk pengeluaran-pengeluara umum
pemerintah. Dan bila masih terdapat surplus, maka akan digunakan untuk public
investment.
6
1. Pajak Pusat; yaitu pajak yang pemungutan, dan administrasi perpajakannya menjadi
wewenang Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan melalui Direktorat
Jenderal Pajak. Contoh dari pajak ini adalah PPh, PPN&PPnBM, Cukai, Bea Masuk,
Bea Materai.
a. Pajak Penghasilan (PPh)
PPh adalah jenis pajak yang harus dibayar oleh individu atau badan atas
penghasilan yang diperoleh selama suatu tahun pajak. Setiap penghasilan yang
diterima Wajib Pajak, baik dari dalam maupun luar negeri, disebut juga dengan
objek PPh. Penghasilan yang dimaksud dapat berupa gaji, keuntungan usaha,
honorarium, dan semacamnya. Beberapa contoh jenis PPh yang berlaku di
Indonesia adalah PPh Pasal 15, PPh Pasal 19, PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, dan
PPh Pasal 25.
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
PPN adalah pajak yang dikenakan atas perdagangan jual beli barang dan
jasa yang dilakukan Wajib Pajak (individu maupun badan) yang telah dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Termasuk salah satu macam-macam pajak
di Indonesia yang bersifat tidak langsung, PPN dilakukan antara produsen ke
konsumen. Maksudnya, pihak yang berkewajiban memungut, menyetor, dan
melaporkan PPN adalah produsen. Namun, yang wajib membayar PPN adalah
konsumen akhir.
c. Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM)
Sesuai namanya, PPnBM merupakan pajak penjualan yang dikenakan atas
transaksi barang mewah yang didapatkan dari dalam maupun luar negeri. Dalam
PPnBM, objek yang termasuk barang mewah adalah:
- Barang yang bukan kebutuhan pokok
- Barang yang dikonsumsi masyarakat tertentu
- Barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan status
- Barang yang pada umumnya dikonsumsi masyarakat dengan penghasilan
tinggi
7
d. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak atas kepemilikan, pemanfaatan, dan/atau penguasaan atas tanah
dan/atau bangunan disebut dengan PBB. Di Indonesia, PBB terbagi atas dua
sektor, yaitu PBB Sektor P2 (Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
yang diadministrasikan pemerintah kabupaten/kota) serta PBB Sektor P3 (Pajak
Bumi dan Bangunan Perhutanan, Pertambangan, dan Perkebunan yang
diadministrasikan langsung oleh pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal
Pajak).
e. Bea Materai (BM)
BM termasuk macam-macam pajak di Indonesia yang dibebankan atas
pemanfaatan dokumen, contohnya akta notaris, surat perjanjian, kwitansi
pembayaran, hingga surat berharga yang memuat nominal uang di atas jumlah dan
ketentuan tertentu. Nilai dari BM juga terbagi menjadi dua, yakni Rp3.000 dan
Rp6.000, yang dapat digunakan sesuai kebutuhan.
2. Pajak Daerah
Pajak Daerah; yaitu pajak yang pemungutan dan administrasi perpajakannya menjadi
wewenang Pemerintah Daerah, dalam hal ini Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah. Pengelolaan Pajak Daerah dibagi menjadi dua, yaitu
Pajak Daerah yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi dan Pajak yang dikelola oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota.
1. Pajak Provinsi
2. Pajak Kabupaten/Kota
3. Pajak Kendaraan Bermotor
4. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
5. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
6. Pajak Rokok
7. Pajak Air Permukaan
8. Pajak Air Tanah
8
9. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
10. Pajak Restoran
11. Pajak Hotel
12. Pajak Hiburan
13. Pajak Parkir
14. Pajak Penerangan Jalan
15. Pajak Reklame
16. Pajak Sarang Burung Walet
17. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
18. Pajak Bumi dan Bangunan Sektor dan Perkotaan
19. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan (BPHTB)
9
2.5 Peran & Fungsi Pajak
Ada 4 fungsi pajak :
a. Fungsi Budgeter
Adalah fungsi yang letaknya disektor publik yaitu fungsi untuk
mengumpulkan uang pajak sebanyak-banyaknya sesuai dengan Undang-
undang yang berlaku yang pada waktunya akan digunakan untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran negara, yaitu pengeluaran rutin & pengeluaran
pembangunan, bila ada sisa (surplus) akan digunakan sebagai tabungan
pemerintah untuk investasi pemerintah. Sebagai sumber pendapatan negara,
pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk
menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan, negara
membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa
ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja
barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan,
uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri
dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun
harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin
meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.
b. Fungsi Regulerend
Adalah suatu fungsi bahwa pajak-pajak tersebut akan digunakan
sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan yang letaknya diluar bidang
keuangan. Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui
kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai
alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman
modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam
fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri,
pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.
c. Fungsi Stabilitas
10
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan
kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat
dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur
peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang
efektif dan efisien.
d. Fungsi Redistribusi Pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai
semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan
sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat.
1.6 Perbedaan Pajak Dengan Pungutan Lainnya
12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara terbesar yang diperoleh
dari kontribusi rakyat yang bersifat memaksa berdasarkan undangundang, dengan tidak
mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk kemakmuran negara. Wajib
pajak mempunyai kewajiban melaporkan dan membayar pajak terhutang sesuai undang-
undang perpajakan termasuk pajak penghasilan pasal 21 yang dikenakan atas
penghasilan, berupa gaji, honorarium, upah, tunjangan, dan pembayaran lain yang
diterima atau diperoleh pegawai sehubungan dengan pekerjaan atau jasa, jabatan dan
kegiatan. wajib pajak dapat dikatakan patuh jika tidak pernah menunggak pajak,
membayar dan melaporkan pajak tepat waktu serta taat peraturan perundang-undangan
perpajakan.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://wijayanomicstax.wordpress.com/2015/03/18/dasar-dasar-dan-pengertian-umum-
perpajakan-indonesia/amp/
https://www.google.co.id/amp/s/ayopajak.com/macam-macam-pajak-di-indonesia/amp/
https://www.pajak.go.id/id/fungsi-pajak
https://www.pajak.go.id/artikel/menengok-sejarah-perpajakan-di-indonesia-bagian-
pertama
14
LAMPIRAN
15