You are on page 1of 6

BAB II

TINJAUN TEORITIS

A.    Model konseptual Keperawatan Jiwa

1.      Pengertian

Model adalah cara mengorganisasi pokok pengetahuan yang kompleks. Model


konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang menerangkan
tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi, atau
kejadian terhadap suatu ilmu dan perkembangannya (Brockopp, 1999).

Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan
kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan
memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar
mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu
saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan (Brockopp, 1999 : 73).

Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam situasi
lingkungan atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu berupa menciptakan
perubahan yang adaktif dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Model
konseptual keperawatan jiwa mencerminkan upaya menolong orang tersebut
mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping yang positif unutk mengatasi
stresor ini (Videbeck, 2008 : 54).

2.      Macam –macam  model konseptual keperawatan jiwa

Menurut Yosep (2009 : 12), konseptual model keperawatan, dapat dikelompokkan


menjadi beberapa model yaitu :

a.       Model psikoanalisa ( Freud, Erickson )

Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang apabila ego
(akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan
seseorang dalam menggunakan akalnya ( ego ) untuk mematuhi tata tertib, peraturan,
norma, agama (super ego/das uber ich), akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku
(defiation of behavioral).

Proses terapeutik Psikoanalisa memakai : Free association, analisa mimpi dan transfer
untuk membentuk kembali perilaku. Free association : mencurahkan seluruh pikiran dan
perasaan tanpa ada sensor. Terapist akan mencari pola kata-kata dan area yang secara tidak
sadar dihindari. Kemudian dibandingkan dengan ilmu terapist tentang pengetahuan tentang
jiwa dan konflik. konflik yang dihindari klien dianggap hambatan dan harus diselesaikan.
Analisa mimpi : menjadi gambaran konflik intra psikis yang menjadi hambatan klien dalam
berperilaku. Simbol-simbol mimpi dianalisa dan disimpulkan. Kedua proses ini dilengkapi
dengan transfer yaitu terapist menjadi sasaran perilaku atau perasaan klien.

b.      Model interpersonal

Teori ini dikemukakan oleh Harri Stack Sullivan. Dia menganggap perilaku itu merupakan
bentukan karena adanya interaksi dengan orang lain atau lingkungan sosial. Kecemasan
disebabkan perilakunya tidak sesuai atau tidak diterima orang lain sehingga akan ditolak
oleh lingkungan. Perilaku timbul karena adanya dorongan untuk kepuasan dan dorongan
untuk keamanan. Perilaku karena adanya dorongan untuk memuaskan diri disebabkan
karena adanya kelaparan, tidur, kenyamanan dan kesepian. Keamanan berhubungan
dengan penyesuaian diri terhadap nila-nilai budayaseperti nilai-nilai masyarakat dan suku.
Sulivan beranggapan bila kemampuan untuk memenuhi kebutuhan akan kepuasan dan
keamanan terganggu maka dia akan mengalami sakit mental. 

c.       Model sosial

Konsep ini dikemukan oleh Gerard Caplan, yang menyatakan bahwa perilaku
dipengaruhi lingkungan sosial dan budaya. Caplan percaya bahwa situasi sosial dan menjadi
faktor predisposisi klien mengalami gangguan mental, seperti kejadian kemiskinan, masalah
keluarga dan pendidikan yang rendah. Karena kondisi ini akhirnya individu mengalami
ketidakmampuan mengkoping stes, ditambah lagi dukungan dari lingkungan sangat sedikit.
Individu mengembangkan koping yang patologis. Krisis juga bisa menyebabkan klien
mengalami perubahan perilaku. Koping yang selama ini dipakai dan dukungan dari
lingkungan tidak dapat dipakai lagi sehingga klien mengalami penyimpangan perilaku.

d.      Model eksistensi

Menurut teori model eksistensi ganguan prilaku atau ganguan jiwa terjadi bila individu
gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggan akan
dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami ganguan dalam body image – nya.

d.      Model eksistensi

Menurut teori model eksistensi ganguan prilaku atau ganguan jiwa terjadi bila individu
gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggan akan
dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami ganguan dalam body image – nya.
e.       Model komunikasi

Konsep ini dikemukan oleh Eric Berne. Dia mengatakan bahwa setiap perilaku, baik
verbal maupun non verbal adalah bentuk komunikasi. Ketidak mampuan komunikasi
mengakibatkan kecemasan dan frustasi.

f.       Model behavioral

Konsep ini berdasarkan teori belajar, dan mengatakan bahawa semua perilaku itu
dipelajari. Perilaku seseorang karena dia belajar itu dari lingkungannya. Fokus konsep ini
terletak pada tindakan, bukan pada pikiran atau perasaan individu. Perubahan perilaku
membuat perubahan pada kognitif dan afektif.

g.      Model medical

Menurut konsep ini ganguan jiwa cendrung muncul akibat multi factor yang kompleks
meliputi aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor sosial. Sehingga focus
penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostic, terapi somatic,
farmakologi, dan teknik interpersonal.

h.      Model keperawatan

Konsep ini dikemukan oleh Dorethea, Orem, Joan Richi, Roy dan Martha Rogers. Konsep
ini berdasarkan teori sistem, teori perkembangan dan teori interaksi yang bersifat holistik :
bio-psiko-sosial spiritual. Perawat mengarah pada perubahan perilaku, menyediakan waktu
banyak, menciptakan hubungan yang terapeutik dan sebagai pembela klien.

Model konseptual Sosial

1.      Pengertian

Konsep ini dikemukan oleh Gerard Caplan, yang menyatakan bahwa perilaku
dipengaruhi lingkungan sosial dan budaya. Caplan percaya bahwa situasi sosial dan menjadi
faktor predisposisi klien mengalami gangguan mental, seperti kejadian kemiskinan, masalah
keluarga dan pendidikan yang rendah. Karena kondisi ini akhirnya individu mengalami
ketidak mampuan mengkoping stres, ditambah lagi dukungan dari lingkungan sangat sedikit.
Individu mengembangkan koping yang patologis. Seseorang akan mengalami gangguan jiwa
atau penyimpangan perilaku apabila banyaknya factor sosial dan factor lingkungan yang
akan memicu munculnya stress pada seseorang (social and environmental factor create
stress, which cause anxiety and symptom). Beberapa factor predisposisi stress yaitu :

a.       Pengaruh genetic

b.      Pengaruh masa lalu

c.       Pengaruh konflik lain

Pada lingkungan sosial yang mempengaruhi individu dan pengalaman hidupnya. kondisi
sosial bertanggung jawab terhadap penyimpangan perilaku. Prilaku yang dianggap normal
pada suatu daerah tertentu mungkin sebagai penyimpangan pada daerah yang lain. Individu
yang sudah dilabel atau dicap jika tidak dapat menyesuaikan diri dengan norma lingkungan,
maka perilaku tersebut memerlukan perawatan atau dirawat. Kaplan, meyakini bahwa
situasi sosial dapat mencetuskan gangguan jiwa. Oleh karena itu situasi yang dapat menjadi
pencetus:

a.       Kemiskinan, situasi keuangan tidak stabil, pendidikan tidak adekuat.

b.      Kurang mampu mengatasi stress.

c.       Kurang support system

2.      Faktor - faktor perubahan prilaku

Di dalam kehidupan sosial masyarakat, individu memiliki beberapa aspek factor


terjadinya ganguan prilaku sosial terhadap individu.

a.       Fisik

Kondisi fisik adalah salah satu kondisi tejadinya kehilangan organ tubuh akibat
bencana yang memerlukan pelayanan dalam rangka adaptasi terhadap kondisi fisiknya.
Tetapi disini lingkungan tidak dapat menerima dan memberikan adaptasi yang baik sesuai
dengan keadaan normal sebelumnya. Maka hal ini bisa menyebabkan sesorang tidak mau
bersosialisasi pada masyarakat sekitarnya. Ini merupakan salah satu factor pemicu
terjadinya HDR pada sesorang tersebut.

b.      Psikologi

         Berbagai masalah psikologi yang dialami masyarakat atau individu seperti ketakutan,
trauma, kecemasan maupun kondisi yang lebih berat di karenakan kondisi suatu peristiwa
atau insiden yang terjadi di lingkungan pada masa lalu.
c.       Sosial

         Dimana seseorang akan mengalami keadaan duka dan konflik berkepanjangan seperti
kehilangan keluarga yang di cintai, kehilangan pekerjaan, tempat tinggal dan harta benda
akibat musibah yang melanda. Akibat tidak adanya pelayanan dari berbagai sektor dapat
memicu ketidakpuasan dalam kehidupan sosial.

d.      Budaya

Semakin berkembangnya budaya idealism di dalam masyarakat kita menjadi lebih


mementingkan diri masing – masing, yang seharusnya budaya lebih mementingkan
kebersamaan untuk menciptakan masyarakat yang lebih nyaman. Hal ini lah yang dapat
membuat terjadinya kesenjangan di dalam masyarakat.

e.       spiritual

Nilai – nilai agama yang terlalu kuat di dalam masyarakat dapat menimbulkan
deskriminasi terhadap agama minoritas. Potensi inilah yang dapat berkembang di
masyarakat terjadinya konflik dan berbagai masalah yang tidak dapat terselesaikan.

3.      Model Terapi

Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah pasien harus
menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan teman
sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan terapis berupaya menggali system
sosial klien seperti suasana dirumah, di kantor, di sekolah, di masyarakat atau tempat kerja.

a.       peran klien :

1)       Bekerja samalah dengan terapis dengan menceritakan seluruh masalah  yang dialaminya


dan aktif terlibat dalam proses pemulihan. Disini tujuannya yaitu perawat mampu
menganalisa faktor utama yang menyebabkan klien mengalami gangguan jiwa, selain itu
klien juga dapat membina hubungan baik antara perawat  sehingga lebih mudah dalam
proses pemulihan.

2)       Menggunakan sistem pendukung sosial. yang dimaksud kan system pendukung sosial
disini adalah selain terapis dalam proses pemulihan juga diharapkan berperannya anggota
keluarga lain yang dapat membantu karena klien akan lebih mudah mengerti tujuan utama
yang diharapkan oleh terapis jika yang menyampaikan adalah orang terdekat klien. Selain
itu dalam proses sosialisasi juga dibutuhkan alat bantu pendukung seperti gambar, buku
cerita sehingga klien lebih mudah untuk mengerti.

3)      Mengubah perilaku sehingga menjadi sehat

Disini klien diharapkan secara bertahap mampu untuk memulihkan prilaku yang kurang baik
menjadi baik, juga klien dapat mengerjakan sesuatu dimulai dari hal yang terkecil seperti
mengurusi mandi sendiri pada setiap hari.

b.       peran terapis :

Terapi yang dianjurkan adalah terapi sosial dan pasien tidak dianjurkan untuk
dirawat di rumah sakit. Terapis dianjurkan untuk ke mengunjungi pasien di masyarakat. Dan
aktivitas yang dilakukan adalah penyuluhan terhadap kelompok masyarakat dan konseling

Ketentuan hubungan pasien dan terapis (perawat) adalah terapi akan dapat
menolong pasien hanya apabila pasien meminta pertolongan. Pasien datang ke terapis
untuk menjelaskan masalahnya dan meminta untuk dibantu menenyelesaikan masalahnya.
Pasien juga mempunyai hak menolak intervensi terapeutik yang diberikan. Terapi akan
sukses jika pasien puasa dengan perubahan yang terjadi dalam hidupnya. Terapis bersama-
sama dengan pasien meningkatkan perubahan. Perubahan tersebut menyangkut membuat
rekomendasi tentang arti yang mungkin dari apa elemen penyesuain diri yang efektif, tidak
termasuk beberapa elemen yang termasuk dalam paksaan terhadap tindakan di rumah sakit
jika pasien tidak setuju dengan rekomendasi yang dianjurkan oleh terapis. Ketentuan dari
terapi juga termasuk didalamnya perlindungan pasien dari tuntutan sosial terhadap prilaku
kekerasan di lingkungan sosial (Caplan dalam Stuart & Laraia, 2005).

You might also like