1. Technopreneur adalah seseorang yang memanfaatkan teknologi sebagai kunci
utamanya sehingga menghasilkan usaha yang bersistem digital modern yang lebih efektif dan efisien dari segi waktu dan biaya dan menggantikan teknologi lama untuk mendapatkan inovasi dalam usahanya. Sociopreneur adalah seseorang yang usahanya tidak hanya berfokus pada keuntungan semata tetapi berfokus pada aspek sosial. Teacherpreneur adalah seorang guru yang unggul dalam proses belajar mengajar, tanpa mengenal lelah dan tanpa pamrih mendidik para siswanya untuk menjadi seorang yang kreatif dan kompetitif dalam era global. Ketiga konsep ini menjadi penting dalam edupreneurship karena antara yang satu dengan yang lain saling melengkapi. Edupreneurship dapat diartikan sebagai Pendidikan kewirausahaan, yakni proses pembelajaran yang berfokus pada kegiatan berwirausaha baik secara teori maupun praktik. Berbicara tentang kependidikan tentunya tak luput dari peran serta guru, sehingga peran teacherpreneur menjadi mutlak dalam edupreneurship. Kemudian, di era globalisasi tentunya teknologi memiliki peran penting disemua bidang, mau tidak mau Ketika kita ingin memulai suatu kegiatan kewirausahaan , maka harus menguasai teknologi. Selanjutnya, karena ini adalah edupreneurship tentunya juga harus mempertimbangkan aspek sosial, bagaimana Ketika peserta didik nantinya mampu melihat bagaimana masalah yang ada dimasyarakat, sehingga Ketika tau apa yang dibutuhkan masyarakat peserta didik dapat menentukan wirausaha dibidang yang tepat, serta mampu menyerap tenaga kerja. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam membentuk edupreneurship ketiga konsep tersebut menjadi penting. Teacherpreneur sebagai dasar mendidik muridnya menjadi pribadi yang kreatif, kemudian dilengkapi dengan pribadi yang mampu menguasai teknologi diera globalisasi dan peka terhadap lingkungan sekitar. 2. Konsep antara teaching factory dengan business center sebenarnya hampir mirip yaitu memberikan pengalaman kepada peserta didik sebagai modal agar kelak dapat digunakan setelah lulus sekolah. Yang membedakannya adalah teaching factory merupakan pembelajaran berbasis kompetensi/skill kerja yang bertujuan mengajarkan keterampilan (skill) kerja sesuai dengan prosedur dan standar kerja untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan tuntutan industri/pasar/konsumen. Business center adalah pusat kegiatan bisnis atau pusat kegiatan ekonomi yang bertujuan mencari keuntungan. Business center adalah nama lain dari unit produksi. Dapat disimpulkan bahwa teaching factory berfokus pada pembentukan tenaga kerja unggul, sedangkan business center berfokus pada pembentuk pribadi yang dapat menciptakan laparang pekerjaan atau minimal mampu membuat usaha mandiri. 3. Dalam melaksanakan edupreneurship teknologi dapat menjadi tantangan sekaligus potensi dalam lingkup Pendidikan. Tak dapat dipungkiri teknologi mengambil peran penting di era globalisasi. Dengan teknologi seorang dapat berhubungan dengan orang lain diluar wilayah atau bahkan pulau. Dengan terputusnya batas-batas antar wilayah ini orang dengan bebasnya dapat mendagangkan barangnya ke wilayah yang luas. Sebaliknya Ketika kita tidak dapat menguasai teknologi, maka kita akan kalah saing dengan orang, yang lebih buruknya adalah kita hanya berperan sebagai konsumen sedangkan orang lain mampu menghasilkan dari barang yang kita gunakan. Yang menjadi permasalahanya sekarang adalah belum semua orang atau peserta didik di Indonesia dapat merasakan koneksi internet. Okelah, misalnya mungkin sudah mayoritas mengenal internet, permasalahan lainnya muncul, tidak semua peserta didik bahkan orang tua teredukasi untuk menghasilkan melalui gawainya. Banyak dari peserta didik hanya menfaatkan internet hanya untuk media sosial saja dan orang tua pun belum menganggap sesuatu yang berbau internet itu dapat menghasilkan. 4. Contoh dari edupreneurship adalah penerapan teaching factory dan business center di SMK. Program ini dapat berguna dalam jangka Panjang karena berfokus pada pembinaan individu dan tentunya Ketika keluar atau lulus dari SMK peserta didik sudah memiliki pengalaman atau modal untuk bekerjad disuata perusahaan atau membuat usaha sendiri bahkan menciptakan lapangan pekerajaan. Menurut saya mungkin saja teaching factory dan business ini tidak hanya di SMK, namun juga di SMA melalui mata pelajaran kewiraushaan.