Professional Documents
Culture Documents
Materi SKDN
Materi SKDN
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Pembaca mengerti mengenai SKDN
2. Memberitahu pembaca mengenai gambaran status gizi melalui balok SKDN
3. pembaca mengetahui sistem pencatatan dan pelaporan data SKDN
4. Menjelaskan pengolahan data SKDN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
KMS adalah suatu pencatatan lengkap tentang kesehatan seorang anak. KMS harus dibawa
ibu setiap kali ibu menimbang anaknya atau memeriksa kesehatan anak dengan demikian
pada tingkat keluarga KMS merupakan laporan lengkap bagi anak yang bersangkutan,
sedangkan pada lingkungan kelurahan bentuk pelaporan tersebut dikenal dengan SKDN.
SKDN adalah data untuk memantau pertumbuhan balita SKDN sendiri mempunyai
singkatan yaitu sebagai berikut:
S= adalah jumlah balita yang ada diwilayah posyandu,
K =jumlah balita yang terdaftar dan yang memiliki KMS,
D= jumlah balita yang datang ditimbang bulan ini,
N= jumlah balita yang naik berat badanya.
Pencatatan dan pelaporan data SKDN untuk melihat cakupan kegiatan penimbangan (K/S),
kesinambungan kegiatan penimbangan posyandu (D/K), tingkat partisipasi masyarakat dalam
kegiatan (D/S), kecenderungan status gizi (N/D), efektifitas kegiatan (N/S). (Suhardjo. 1996).
Definisi Operasional
Balita yang datang dan ditimbang (D) adalah semua balita yang datang dan ditimbang berat
badannya (D) di posyandu maupun di luar posyandu satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
Balita yang naik berat badannya (N/D)
Definisi Operasional Balita yang naik berat badannya (N) adalah balita yang ditimbang (D) di
posyandu maupun di luar posyandu yang berat badannya naik dan mengikuti garis
pertumbuhan pada KMS di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Rumusnya
Contoh Kasus :
Dari laporan kegiatan Gebyar Posyandu 27 pada tanggal 27 Desember 2008, didapat data,
seperti ; (DKI Jakarta) tercatat jumlah seluruh Balita yang ada sebesar 553.775 Balita, dan
sebanyak 425.946 diantaranya telah memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS), sementara itu,
sebanyak 279.371 balita ditimbang berat badannya, sedangkan balita yang naik berat
badannya adalah sebanyak 148.642 anak.
Cara Perhitungan:
Cakupan kegiatan program (output) yaitu:
Jumlah Kelompok masyarakat yang sudah diberikan pelayanan
kesehatan (Numerator)
Jumlah kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program
(Denominator)
Dengan konstanta yang digunakan adalah persentase (%)
Jumlah kelompok masyarakat dengan konstanta
Cakupan Kegiatan yang sudah diberikan pelayanan digunakan adalah
Program (Output) ˭ kesehatan (numerator) X persentase (%)
yaitu
Jumlah kelompok masyarakat
Yang menjadi sasaran program
denominator
Cakupan balita yang memiliki KMS (K) :
= 425.946/553.775 X 100% = 76,92%
Cakupan balita yang ditimbang (D) :
Dan sebesar tercatat, 21.300 atau 7,62% balita dengan status Kurang Gizi (KG) NDKS :
5,993 atau 2,14% balita dengan status Gizi Buruk (GB).
2.2 Pengolahan
Dalam pengolahan penghitungan N dan D harus benar. Misalnya seorang anak setelah
ditimbang mengalami kenaikan berat badan 0,1 kg,ketika data berat tersebut dipindahkan ke
KMS ternyata tidak naik mengikuti pita warna, pada contoh ini anak tidak dikelompokkan
sebagai balita yang mengalami kenaikan BB (lihat buku pemantau pertumbuhan). Data
SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya S,K,D,N atau dalam bentuk proporsi N/D,
D/S, K/S dan BMG/D untuk masing-masing posyandu. Biasanya setelah melakukan kegiatan
di Posyandu atau di pospenimbangan petugas kesehatan dan kader Posyandu (petugas
sukarela) melakukan analisis SKDN. Analisinya terdiri dari:
Tingkat partisipasi Masyarakat dalam Penimbangan Balita Yaitu jumlah balita yang
ditimbang dibagi dengan jumlah balita yangada di wilayah kerja Posyandu atau dengan
menggunakan rumus (D/Sx 100%), hasilnya minimal harus mencapai 80%, apabila dibawah
80% maka dikatakan partisipasi masyarakat untuk kegiatan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan berat badan sangatlah rendah. Hal ini akan berakibat pada balita tidak akan
terpantau oleh petugas kesehatan ataupun kader Posyandu akan memungkinkan balita ini
tidak diketahui pertumbuhan berat badannya atau pola pertumbuhan baerat badannya.
Tingkat Liputan Program Yaitu jumlah balita yang mempunyai KMS dibagi dengan jumlah
seluruh balita yang ada diwilayah Posyandu atau dengan menggunakan rumus (K/S x 100%).
Hasil yang didapat harus 100%. Alasannya balita–balita yang telah mempunyai KMS telah
mempunyai alat instrument untuk memantau berat badannya dan data pelayanan kesehatan
lainnya. Apabila tidak digunakan atau tidak dapat KMS makan pada dasarnya program
POSYANDU tersebut mempunyai liputan yang sangat rendah atau bisa juga dikatakan balita
tersebut. Khusus untuk Tingkat Kehilangan Kesempatan ini menggunakan rumus (S-K)/S x
100%), yaitu jumlah balita yang ada diwilayah Posyandu dikurangi Jumlah balita yang
mempunyai KMS, hasilnya dibagi dengan jumlah balita yang ada diwilayah Posyandu
tersebut. Semakin tinggi Presentasi Kehilangan kesempatan, maka semakin rendah kemauan
orang tua balita untuk dapat memanfaatkan KMS. Padahal KMS sangat baik untuk memantau
pertumbuhan berat badan balita atau juga pola pertumbuhan berat badan balita
Indikator lainnya2 adalah (N/D x 100%) yaitu jumlah balita yang naik berat badannya
dibandingkan dengan jumlah seluruh balita yang ditimbang. Sebaiknya semua balita yang
ditimbang harus mengalami peningkatan berat badan.
Indikator lainnya dalam SKDN adalah indicator Drop-Out, yaitu balita yang sudah
mempunyai KMS dan pernah datang menimbang berat badannya tetapi kemudian tidak
pernah datang lagi di Posyandu untuk selalu mendapatkan pelayanan kesehatan. Rumusnya
yaitu jumlah balita yang telah mendapatkan KMS dikurangi dengan jumlah balitayang
ditimbang, dan hasilnya dibagi dengan balita yang mempunyai KMS ((K-D)/K x 100%).
Indikator lainnya dalam SKDN adalah indikator perbandingan antara jumlah balita yang
status gizinya berada di Bawah Garis Merah (BGM) dibagi dengan banyaknya jumlah balita
yang ditimbang pada bulan penimbangan (D). Rumusnya adalah (BGM/D 100%)A.
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui apa itu SKDN
2. Mengetahui bagaimana cara kerja Posyandu
3. Mengetahui apa itu KMS
4. Mengetahui analisis SKDN
5. Mengetahui tentang Buku KIA
BAB II
PEMBAHASAN
A. SKDN
SKDN adalah status gizi balita yang digambarkan dalam suatu balok SKDN, dimana
balok tersebut memuat tentang sasaran balita di suatu wilayah (S), balita yang memiliki KMS
(K), balita yang ditimbang berat badannya (D), balita yang ditimbang dan naik berat
badannya (N), SKDN tersebut diperoleh dari hasil posyandu yang dimuat di KMS dan
digunakan untuk memantau pertumbuhan balita (Depkes RI, 2003).
SKDN merupakan hasil kegiatan penimbangan balita yang dilakukan setiap bulan
dalam bentuk histogram sederhana. Indikator pelayanan di Posyandu atau di Pos
Penimbangan Balita menggunakan indiktor-indikator SKDN. SKDN adalah singkatan dari
pengertian kata-katanya yaitu:
1. S adalah jumlah seluruh balita yang ada dalam wilayah kerja posyandu.
2. K adalah jumlah Balita yang ada di wilayah kerja posyandu yang mempunyai KMS
(Kartu Menujuh Sehat).
3. D adalah Jumlah Balita yang datang di posyandu atau dikunjungan rumah dan
menimbang berat badannya sesuai atau jumlah seluruh balita yang Ditimbang.
4. N adalah jumlah balita yang ditimbang bebrat badannya mengalami peningkatan
bebrat badan dibanding bulannya sebelumnya dengan garis pertumbuhan.
5. Dan O adalah jumlah anak yang tidak ditimbang bulan lalu.
Berdasarkan SKDN dari bulan ke bulan disimak untuk mengetahui kemajuan program
perbaikan gizi. Naik turunnya D atau S dapat diinterprestasikan sebagai tingkat partisipasi
masyarakat dalam kegiatan di posyandu, sedangkan naik turunnya N terhadap S dapat
diartikan sebagai keberhasilan atau kegagalan mencapai tujuan program dalam kegiatan
UPGK di posyandu (Suhardjo 2003).
Dari uraian SKDN dapat digabungkan satu sama lain sehingga dapat memberikan
informasi tentang perkembangan kegiatan pemantauan pertumbuhan anak di posyandu yaitu :
1. Tingkat partisipasi masyarakat dalam penimbangan balita yaitu jumlah balita yang ditimbang
dibagi dengan jumlah balita yang ada diwilayah kerja posyandu atau dengan menggunakan
rumus (D/S x 100%), hasilnya minimal harus capai 80 % apabila dibawah 80 % maka
dikatakan partisipasi mayarakat untuk kegiatan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
berat badan sangatlah rendah. Hal ini akan berakibat pada balita tidak akan terpantau oleh
petugas kesehatan ataupun kader posyandu dan memungkinkan balita ini tidak diketahui
pertumbuhan berat badannya atau pola pertumbuhan berat badannya.
2. Tingkat Liputan Program yaitu Jumlah balita yang mempunyai KMS dibagi dengan Jumlah
seluruh balita yang ada di wilayah Posyandu atau dengan menggunakan rumus (K/S x 100%),
hasil yang ducapai harus 100 %. Alasannya balita-balita yang telah mempunyai KMS (Kartu
Menujuh Sehat ) telah mempunyai alat instrumen untuk memantau berat badannya dan data
pelayanan kesehatan lainnya, Apabila tidak digunakan atau tidak dapat KMS maka pada
dasarnya program Posyandu tersebut mempunyai liputan yang sangat rendah atau biasa juga
dikatakan balita yang seharusnya mempunyai KMS karena memang mereka (Balita) masih
dalam fase pertumbuhan ini telah kehilangan kesempatan untuk mendapat pelayanan
sebagaimana yang terdapat dalam KMS tersebut. Khusus untuk Tingkat Kehilangan
Kesempatan ini menggunakan rumus {(S-K)/S x 100%) yaitu jumlah balita yang ada
diwilayah posyandu dikurangi jumlah balita yang mempunyai KMS, hasilnya dibagi dengan
jumlah balita yang ada, semakin tinggi presentase kehilangan kesempatan maka semakin
rendah kemauan orang tua balita untuk dapat memanfaatkan KMS. Padahal KSM sangat baik
untuk memantau pertumbuhan Berat Badan Balita atau juga Pola Pertumbuhan Berat Badan
Balita.
3. Indikator-indikator lainnya adalah (N/D x 100%) yaitu jumlah balita yang Naik Berat
Badannya di bandingkan dengan jumlah seluruh balita yang ditimbang. Sebaiknya semua
balita yang ditimbang harus memgalami peningkatan berat-badannya.
4. Indikator lainnya dalam SKDN adalah Indikator Drop Out yaitu balita yang sudah
mempunyai KMS dan pernah datang menimbang berat badannya tetapi kemudian tidak
pernah datang lagi di posyandu untuk selalu mendapatkan pelayanan kesehatan rumusnya
yaitu jumlah balita yang telah mendapat KMS dibagi dengan Jumlah Balita ditimbang
hasilnya dibagi dengan Balita yang punya KMS atau rumusnya adalah (K-D)/K x 100%.
Dari kesemua indikator tersebut diatas. Indikator yang paling sederhana di posyandu
adalah ANAK SEHAT BERTAMBAH UMUR BERTAMBAH BERAT BADAN. Dan ini
juga adalah yang menjadi ikon dari keberadaan posyandu (pos penimbangan), sekaligus juga
berlaku sebagai output untuk semua kegiatan di posyandu.
Menurut data yang diperoleh dari Puskesmas Meureubo yaitu data hasil rekapitulasi
baduta dan balita menunjukkan bahwa dari 34 desa yang termasuk dalam wilayah kerja
Puskesmas Meureubo, hanya empat desa yang memenuhi target SPM. Sementara 30 desa
lainnya di bawah target. Dengan target SPM D/S adalah 80 %.
Sementara jumlah balita yang memiliki KMS (K/S) dengan target adalah 100%
menunjukkan hanya mencapai 63 %. Hal ini masih jauh dari target yang ditentukan. Dimana
semua balita harus memiliki KMS.
Berikut dalah data cakupan PWS balita dan perbandingan cakupan SKDN (PWS)
anak balita laki – laki dan perempuan UPTD Puskesmas Meureubo Maret 2012.
Posyandu merupakan wadah peran serta masyarakat dalam pemenuhan dasar dan gizi
melalui peran serta masyarakat dan penyediaan pelayanan yang berkualitas. Posyandu
diselenggarakan dan dikelola oleh masyarakat desa dengan bimbingan berkala dari
Puskesmas. Kegiatan posyandu mendapat dukungan teknis dari Departemen kesehatan,
BKKBN, Pertanian, Agama dan bantuan financial dari pemerintah daerah setempat, swasta
maupun lembaga swadaya masyarakat (Idrus M, 2006:3).
(Idrus M, 2006 : 4)
Dalam rangka menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran,
dalam pelita IV telah dikembangkan pendekatan partisipasi masyarakat berupa Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu). Posyandu tersebut membina masyarakat untuk berusaha menolong
mereka sendiri dalam melaksanakan 5 program prioritas yang mempunyai dampak besar
dalam menurunkan angka kematian bayi bumil dan balita (Anonim, 1998 : 15).
Posyandu sebagai wujud peran serta masyarakat, yang bekerja sama dengan petugas
kesehatan, dilaksanakan setiap bulan dengan cara melaksanakan di posyandu yaitu dengan
menggunakan 5 meja, 4 meja di gunakan oleh kader posyandu, dan 1 meja digunakan oleh
petugas kesehatan.
Data yang tersedia di posyandu dapat dibagi menjadi dua kelompok sesuai dengan
fungsinya (Anonim, 2003 : 1) yaitu :
a. Kelompok data yang digunakan untuk penentuan pertumbuhan balita baik untuk :
1. penilaian keadaan pertumbuhan individu (N atau T dan BGM) dan
2. penilaian keadaan pertumbuhan balita di suatu wilayah (% N/D).
b. Kelompok data yang digunakan untuk tujuan pengelolaan program/kegiatan di posyandu (%
D/S dan % K/S).
Posyandu merupakan penyatuan/penyerasian dinamis kegiatan-kegiatan dari program
KIA, KB, Imunisasi, gizi serta penanggulangan Diare, untuk saling mendukung dalam
mencapai tujuan dan sasaran yang disepakati bersama. Posyandu adalah suatu tempat untuk
mengadakan suatu kegiatan pelayanan dan penimbangan balita.
Posyandu adalah forum komunikasi, ahli teknologi dan ahli kelola untuk upaya-upaya
kesehatan kepada keluarga dan masyarakat sekitarnya sebagai upaya-upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat agar hidup sehat. (Sciartino, 1999 dalam Hayati
2005).
KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah, yang
dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS
harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi
posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter.
KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk
memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau ketidakseimbangan
pemberian makan pada anak.
KMS juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk
menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk
mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatan- nya.
Tabel. 2
Di Bawah Garis Merah Anak kurang gizi tingkat · Perlu pemberian makanan
sedang dan berat tambahan atau PMT yang
diselenggarakan oleh
orang tua atau petugas
kesehatan
Pada daerah dua pita Anak kurang gizi ringan · Ibu dianjurkan untuk
warna kuning (di atas memberikan PMT pada
garis merah) anak balitanya di rumah
· Perlu penyuluhan gizi
seimbang
Pada dua pita warna hijau Anak dengan berat badan · Beri dukungan pada ibu
muda dan dua warna normal/baik untuk tetap
hijau tua di atas pita memperhatikan dan
kuning mempertahankan status
gizi anak
Tabel. 3
Berat badan naik atau Anak sehat, gizi cukup · Penyuluhan gizi seimbang
meningkat · Beri dukungan pada orang
tua untuk mempertahankan
kondisi anak
Titik berat badan dalam Kurang kesadaran untuk · Penyuluhan dan pendekatan
KMS terputus-putus berpartisipasi dalam untuk meningkatkan
pemantauan tumbuh kesadaran berpartisipasi
kembang anak akatif dalam pemantauan
tumbuh kembang anak
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
SKDN adalah status gizi balita yang digambarkan dalam suatu balok SKDN, dimana
balok tersebut memuat tentang sasaran balita di suatu wilayah (S), balita yang memiliki KMS
(K), balita yang ditimbang berat badannya (D), balita yang ditimbang dan naik berat
badannya (N), SKDN tersebut diperoleh dari hasil posyandu yang dimuat di KMS dan
digunakan untuk memantau pertumbuhan balita (Depkes RI, 2003).
Menurut data yang diperoleh dari Puskesmas Meureubo yaitu data hasil rekapitulasi
baduta dan balita menunjukkan bahwa dari 34 desa yang termasuk dalam wilayah kerja
Puskesmas Meureubo, hanya empat desa yang memenuhi target SPM. Sementara 30 desa
lainnya di bawah target. Dengan target SPM D/S adalah 80 %.
Sementara jumlah balita yang memiliki KMS (K/S) dengan target adalah 100%
menunjukkan hanya mencapai 63 %. Hal ini masih jauh dari target yang ditentukan. Dimana
semua balita harus memiliki KMS.
Berikut dalah data cakupan PWS balita dan perbandingan cakupan SKDN (PWS)
anak balita laki – laki dan perempuan UPTD Puskesmas Meureubo Maret 2012.
B. Saran
Melihat dari permasalahan yang ada, saran yang dapat kami berikan adalah
dengan meningkatkat persediaan KMS, meningkatkan peran petugas dan masyarakat dengan
penyuluhan agar pengetahuan masyarakat tentang KMS bertambah.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://arali2008.wordpress.com/2009/04/20/catatan-ringan-tentang-perkembangan-posyandu/
2. http://bugines.blogspot.com/
3. http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/09/deteksi-dini-tumbuh-kembang-anak-balita.html
4. http://bukukia.blogspot.com/
5. http://creasoft.wordpress.com/2008/05/01/status-gizi-versi-kms/
6. http://kuliahbidan.wordpress.com/2009/04/03/pertumbuhan-dan-perkembangan-bayi-balita/