You are on page 1of 9

MAKALAH

PEMIKIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM MENURUT IBNU


KHALDUN
Makalah Individu Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Islam Dan Filsafat
Pendidikan Islam

Disusun Oleh :
A.Andri Riyadi
Dosen Pengampu
Ahmad Budiyono,S.Pd.I,.M.Pd.

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


STIT AL URWATUL WUTSQO
JOMBANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses membimbing, membina, mengajarkan manusia agar manusia
dapat mengetahui berbagai hal, dan dapat mengetahui apa yang seharusnya dilakukan olehnya
sebagai mahluk yang disebut manusia, oleh karena itu pendidikan merupakan kebutuhan setiap
manusia, dengan adanya pendidikan manusia akan mampu melakukan apapun yang dia inginkan,
dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi dalam dirinya serta mengembangkan
akal pikirannya sehingga dalam melakukan segala sesuatu manusia tidak mengalami kesalahan
yang fatal. Pendidikan terhadap manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor yang diantaranya faktor
keluarga, dan lingkungan tempat manusia hidup dan bergaul. Pendidikan yang baik akan
menjadikan manusia tersebut baik pula dan sebaliknya pendidikan yang buruk akan
mengakibatkan buruk pula bagi manusia yang mengalaminya.
Mengenai pendidikan banyak sekali pemikiran-pemikiran para cendikiawan mengenai
pendidikan terhadap manusia baik cendikiawan islam ataupun cendikiawan non-islam. Pemikiran
para ahli mengenai pendidikan sangat beragam, namun banyak pula kesamaan pemikiran. Namun
dalam makalah ini penulis hanya akan menjelaskan satu pemikiran pendidikan yaitu pemikiran
seorang cendikiawan islam yang karyanya sangat terkenal yang berjudul Muqadimah yaitu Ibnu
Khaldun. Dalam makalah ini selain akan dijelaskan mengenai pemikiran Ibnu khaldun tentang
pendidikan akan dijelaskan pula mengenai riwayat hidup ibnu khaldun yang sangat mengesankan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pemikiran Filsafat Pendidikan Islam Menurut Ibnu Khaldun ?
2. Apa Tujuan Pendidikan Menurut Ibnu Khaldun ?
3. Bagaimana Metode Pendidikan Menurut Ibnu Khaldun ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Pemikiran Filsafat Pendidikan Islam Menurut Ibnu Khaldun
2. Mengetahui Tujuan Pendidikan Menurut Ibnu Khaldun
3. Mengetahui Metode Pendidikan Menurut Ibnu Khaldun
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemikiran Filsafat Pendidikan Islam Menurut Ibnu Khaldun
Pengertian pendidikan menurut Ibnu Khaldun adalah “Penerangan ilmu pengetahuan dan
keterampilan serta berbagai aspeknya pada karya nyata untuk memperoleh rizki menuju
kepada masyarakat lebih maju sesuai dengan kecenderungan individu”
Sebelum manusia tamyiz, dia sama sekali tidak memiliki pengetahuan dan dianggap
sebagian dari binatang.
Adapun yang dicapai sesudah itu adalah merupakan akibat dari persepsi sensual dan
kemampuan berpikir yang dianugerahkan Allah kepadanya. Pada kondisinya semula
sebelum mencapai tamyiz, manusia adalah materi seluruhnya karena ia tidak mengetahui
semua pengetahuan yang dicari melalui organ tubuhnya sendiri. Maka kemanusiaannya
pun mencapai kesempurnaan eksistensinya (Sulaiman, Jakarta:1987).
Ibnu khaldun juga berpendapat bahwa dari balik upayanya untuk mencapai ilmu itu,
manusia bertujuan dapat mengerti tentang berbagai aspek pengetahuan yang dia pandang
sebagai alat yang membantunya untuk bisa hidup dengan baik di dalam masyarakat maju
dan berbudaya.
Pandangan Ibnu Khaldun tentang Pendidikan Islam berpijak pada konsep dan pendekatan
filosofis-empiris. Menurutnya ada tiga tingkatan tujuan yang hendak dicapai dalam proses
pendidikan yaitu:
1. Pengembangan kemahiran (al-malakah atau skill) dalam bidang tertentu.
2. Penguasaan keterampilan professional sesuai dengan tuntutan zaman
3. Pembinaan pemikiran yang baik (Fuad Baali dan Ali Wardi,( Jakarta: 2003)
Seorang pendidik hendaknya memiliki pengetahuan yang memadai tentangperkembangan
psikologis peserta didik, Pengetahuan ini akan sangat membantunya untuk mengenal setiap
individu peserta didik dan mempermudah dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
Para pendidik hendaknya mengetahui kemampuan dan daya serap peserta didik.
Kemampuan ini akan bermanfaat bagi menetapkan materi pendidikan yang sesuai
dengan tingkat kemampuan peserta didik. Bila pendidik memaksakan materi di luar
kemampuan peserta didiknya, maka akan menyebabkan kelesuan mental dan bahkan
kebencian terhadap ilmu pengetahuan yang diajarkan. Bila ini terjadi, maka akan
menghambat proses pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan
keseimbangan antara materi pelajaran yang sulit dan mudah dalam cakupan
pendidikan.
Ibnu Kholdun menganjurkan agar para guru bersikap dan berperilaku penuh kasih
sayang kepada peserta didiknya, mengajar mereka dengan sikap lembut dan saling
pengertian, tidak menerapkan perilaku keras dan kasar, sebab sikap demikian dapat
membahayakan peserta didik, bahkan dapat merusak mental mereka, peserta didik bisa
menjadi berlaku bohong, malas dan bicara kotor, serta berpura-pura, karena didorong
rasa takut dimarahi guru atau takut dipukuli.
Dalam hal ini, keteladanan guru yang merupakan keniscayaan dalam pendidikan,
sebab para peserta didik menurut Ibnu Kholdun lebih mudah dipengaruhi dengan cara
peniruan dan peneladanan serta nilai-nilai luhur yang mereka saksikan, dari pada yang
dapat dipengaruhi oleh nasehat, pengajaran atau perintah-perintah.
Dalam melaksanakan tugasnya, seorang pendidik hendaknya mampu
menggunakan metode mengajar yang efektif dan efisien. Ibnu Khaldun
mengemukakan 6 (enam) prinsip utama yang perlu diperhatikan pendidik, yaitu:
a) Prinsip pembiasaan
b) Prinsip tadrij (berangsur-angsur)
c) Prinsip pengenalan umum (generalistik)
d) Prinsip kontinuitas
e) Memperhatikan bakat dan kemampuan peserta didik
f) Menghindari kekerasan dalam mengajar.
B. Tujuan Pendidikan Menurut Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun berpendapat bahwa tujuan pendidikan pertamatama adalah memberikan
kesempatan kepada pikiran untuk aktif dan bekerja, karena dia memandang aktivitas ini
sangat penting bagi terbukanya pikiran dan kematangan individu, kemudian kematangan
ini akan mendapat faedah bagi masyarakat, pikiran yang matang adalah alat kemajuan ilmu
dan industri dan sistem sosial. Karena ilmu dan industri lahir di dalam masyarakat
disebabkan oleh aktifitas pikiran insani ini,Sedangkan manifestasi terpenting dari aktifitas
pikiran ini adalah usaha mencapai ilmu pengetahuan.
Ibnu khaldun tidak memisahkan antara teori dan praktek, bahkan mengaitkan antara
keduanya secara bersama-sama untuk memperoleh keterampilan atau untuk menguasai
pengetahuan, dengan anggapan bahwa makhluk yang terbentuk dari perolehan
keterampilan atau penguasan pengetahuan, tidak lain merupakan suatu perbuatan yang
bersifat fikriah jasmaniah sehingga pengetahuan yang didapat melekat dengan kuat
(Sulaiman, :1987).
Menurut Ibnu Khaldun tujuan dunia akhirat harus dicapai, Dalam Kitab Muqaddimahnya
Ibnu Khaldun menjelaskan tujuan pendidikan Islam itu dapat dibagi kepada 2 bagian:
1. Tujuan pendidikan yang berorientasi kepada akhirat
Ibnu khaldun menjelaskan dalam Kitab Muqaddimahnya bahwa mengajarkan
anak-anak mendalami Alqur’an merupakan suatu simbol dan pekerti Islam, orang
Islam memiliki Alqur’an dan mempraktekkan ajarannya, dan menjadikan
pengajaran, ta’lim, di semua kota mereka. Hal ini akan mengilhami hati dengan
satu keimanan dan memperteguh keimanan, serta memperteguh keyakinan kepada
Alqur’an dan Hadis.
2. Tujuan pendidikan yang berorientasi kepada duniawi
Tujuan pendidikan yang berorientasi kepada duniawi, dalam Muqaddimahnya
juga Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa pendidikan sebagai salah satu industri yang
berkembang di dalam masyarakat. Ibnu khaldun berpendapat bahwa industri ini
berkembang di dalam masyarakat manapun karena sangat penting bagi kehidupan
inidividu didalamnya.
Tujuan pendidikan Islam menurut Ibnu Khaldun yang pertama itu merupakan
tujuan paling utama dan pertama yang ditanamkan kepada individu, karena sesuai
dengan Alqur’an yang merupakan ajaran bagi seluruh aspek kehidupan manusia di
alam raya ini sekaligus Alqur’an dijadikan kurikulum pendidikan Islam. Ibnu
Khaldun dalam konsep pendidikannya akan membentuk suatu masyarakat yang
siap menghadapi perubahan sosial yang terjadi, sebab Ibnu Khaldun tidak
mementingkan pengajaran teoritis saja melainkan benar-benar melakukan
pembentukan kecakapan real kepada masyarakat agar hidup lebih baik.
Ibnu Khaldun ingin menjadikan manusia hamba Allah yang berakhlak baik
sebagai khalifah di maka bumi, Ibnu Khaldun juga bermaksud menjadikan
pengabdi Allah menjadi paling bertakwa itu bukanlah orang yang ahli dalam
keagamaan saja, melainkan orang yang tahu dengan jelas dan lengkap seluruh isi
ajaran Allah dalam Alqur’an serta cakap melaksanakannya ke dalam praktek
kehidupan sehari-hari, baik selaku individu maupun selaku warga serta mayarakat
dan bangsa.
Dari tujuan pendidakan diatas itu dapat rinci sebagai berikut:
1. Mempersiapkan individu dari bidang keagamaan yaitu mengajarkan syiar agama
menurut Alqur’an dan Hadis, sebab dengan demikian potensi yang ada baik potensi
iman maupun yang lainnya diperkuat. Maka apabila telah diperkuat maka akan
menjadi mendarah daging dan seakanakan menjadi fitrah.
2. Menyiapkan individu agar menjadi anggota masyarakat yang baik serta mampu
menghadapi berbagai persoalan yang ada.
3. Menyiapkan individu dari segi vokasional, dikatakannya bahwa mencari dan
menegakkan hidupnya mencari pekerjaan sebagaimana ditegaskan bagaimana
pentingnya pekerjaan untuk kelangsungan hidup sepanjang hidup manusia,
sedangkan pendidikan dan pengajaran dianggapnya termasuk di antara
keterampilan itu
4. Menyiapkan individu menjadi berakhlak mulia
5. Menyiapkan individu dari segi pemikiran, sebab dengan demikian seseorang akan
dapat memegang berbagai pekerjaan dan pertukangan atau keterampilan dalam
bidang tertentu
6. Menyiapkan seseorang untuk menjadi seniman yang Islami. Itulah tujuan
pendidikan Islam menurut Ibnu Khaldun yang bersumberkan dari Alqur’an dan
Sunnah sebagai seorang pemikir terakhir dari zaman keemasan tamaddun Islami
yang banyak menulis mengenai pendidikan dan pengajaran.
C. Metode Pendidikan Islam Menurut Ibnu Khaldun
Metode pendidikan sama halnya dengan metode pembelajaran (pengajaran), yang mana
pemikiran Ibnu Khaldun tentang metode pendidikan terungkap lewat empat sikap
reaktifnya terhadap gaya para pendidik (guru) dimasanya :
1. kebiasaan mendidik dengan metode “indoktrinasi” terhadap anak-anak didik, para
pendidik memulai dengan masalah-masalah pokok yang ilmiah untuk diajarkan
kepada anak-anak didik tanpa mempertimbangkan kesiapan mereka untuk
menerima dan menguasainya. Maka Ibnu Khaldun lebih memilih metode secara
gradual sedikit demi sedikit, pertama-tama disampaikan permasalahan pokok tiap
bab, lalu dijelaskan secara global dengan mempertimbangkan tingkat kecerdasan
dan kesiapan anak didik, hingga selesai materi per-bab.
2. memilah-milah antara ilmu-ilmu yang mempunyai nilai instrinsik, semisal ilmu-
ilmu keagamaan, kealaman, dan ketuhanan, dengan ilmu-ilmu yang instrumental,
semisal ilmu-ilmu kebahasa-Araban, dan ilmu hitung yang dibutuhkan oleh ilmu
keagamaan, serta logika yang dibutuhkan oleh filsafat.
3. Ibnu Khaldun tidak menyukai metode pendidikan yang terkait dengan strategi
berinteraksi dengan anak yang “militeristik” dan keras, anak didik harus seperti
ini dan seperti itu, karena berdampak buruk bagi anak didik berupa munculnya
kelainan-kelainan psikologis dan perilaku nakal.
4. Ibnu Khaldun mengajarkan agar pendidik bersikap sopan dan halus pada
muridnya. Hal ini termasuk juga sikap orang tua terhadap anaknya, karena orang
tua adalah pendidik yang utama. Selanjutnya jika keadaan memaksa harus
memukul si anak, maka pemukulan tidak boleh lebih dari tiga kali. (Ibnu Khaldun
Juz III:1244)
Ibnu Khaldun memberikan sedikitnya ada dua bentuk pembelajaran yaitu:
1. Tahapan pembelajaran
Pembelajaran yang efektif dan efisien terhadap peserta dpembelajaran yang
efektif dan efisien terhadap peserta didik apabila dilakukan secara berangsur-
angsur, setapak-demi setapak dan seidik apabila dilakukan secara berangsur-
angsur, setapak-demi setapak dan sedikit demi sedikit. Untuk itu apabila satu
bahasan ingin dicapai dengan baik maka seorang guru harus mengulangnya dikit
demi sedikit. Untuk itu apabila satu bahasan ingin dicapai dengan baik maka
seorang guru harus mengajarnya dedikit demi sedikit dan mengulangnya sampai
dapat dikuasai dengan benar oleh pesesampai dapat dikuasai dengan benar oleh
peserta didik,selain itu seorang guru harus menjelaskannya terlebih dahulu tujuan
pembelajaran, hal ini dimaksudkan agar peserta didik tidak bingung terhadap alur
pembelajarannya.
Berkaitan dengan itu semua ibnu khaldun menganjurkan agar para guru dan
orang tua sebagai pendidik seharusnya berlaku sopan dan adil dalam
mengingatkan siswa, lain dari itu ibnu khaldun membolehkan memukul siswa
apabila dalam keadaan memaksa akan tetapi pukulan tersebut tidak lebih tiga kali.
Dalam literatur yang lainnya lagi dengan metode pengajaran ini ibnu khaldun
menjelaskan bahwa tiap-tiap pemikiran dan ilmu akan mengembangkan pada akal
yang cerdas, lebih lnjut beliau menjelaskan ilmu berhitung tidak sama dengan
metodeproblem-problem kemasyarakatan dan falsafah atau sejarah, dari sini
seorang pendidik harus mampu mengklasifikasi mata pelajaran dan metode
pengajaran
2. Concertie method (metode pemusatan)
Dalam kaitan ini komponin pendidikan sama-sama dituntut untuk lebih
fokus pada satu atau dua pilihan bidang pendidikan saja, baik guru, para orang tua
dan siswa. Dalam beberapa referensi yang ada sepertinya sosok ibnu khaldun
adalah seorang yang menjunjung tinggi metode itu (specialisasi pelajaran) dan
telaten.
Dari sini ibnu khaldun dikenal sebagai tokoh pendidikan yang menggunakan
metode pemusatan atau disebut concertie method.
Selain metode diatas Ibnu Khaldun juga menyebutkan keutamaan metode
diskusi, karena dengan metode ini anak didik telah terlibat dalam mendidik
dirinya sendiri dan mengasah otak, melatih untuk berbicara, disamping mereka
mempunyai kebebasan berfikir dan percaya diri. Atau dengan kata lain metode ini
dapat membuat anak didik berfikir reflektif dan inovatif. Lain halnya dengan
metode hafalan, yang menurutnya metode ini membuat anak didik kurang
mendapatkan pemahaman yang benar.
Disamping metode diskusi Ibnu Khaldun juga menganjurkan metode
peragaan, karena dengan metode ini proses pengajaran akan lebih efektif dan
materi pelajaran akan lebih cepat ditangkap anak didik. Satu hal yang
menunjukkan kematangan berfikir Ibnu Khaldun, adalah prinsipnya bahwa belajar
bukan penghafalan di luar kepala, melainkan pemahaman, pembahasan dan
kemampuan berdiskusi. Karena menurutnya belajar dengan berdiskusi akan
menghidupkan kreativitas pikir anak, dapat memecahkan masalah dan pandai
menghargai pendapat orang lain, disamping dengan berdiskusi anak akan benar-
benar mengerti dan paham terhadap apa yang dipelajarinya. (Ibnu Khaldun Juz
III:1255)

Daftar Pustaka

Fuad Baali dan Ali Wardi, Ibn Khaldun dan Pola Pemikiran Islam, Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2003
Maarif, Ahmad Syafii, Ibnu Khaldun dalam Pandangan Penulis Barat dan Timur,
Jakarta: Gema Insani Press, 1996.
Sulaiman, Fathiyah Hasan, Ibnu Khaldun tentang Ilmu dan Pendidikan, Bandung:
CV.Diponegoro, Cet.I, 1987.
Thyib, Ruswan, et.al, Pemikir Pendidikan Islam, Semarang: Pustaka Pelajar, 1999.

You might also like