You are on page 1of 10

TUGAS 2 BIMBINGAN DAN KONSELING

EKSISTENSI DAN KEDUDUKAN BK DI SEKOLAH

Oleh :

Muhamad Nabil ( 20063092 )

Dosen Pengampu :

Dra. Zikra,M.Pd, Kons

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
EKSISTENSI DAN KEDUDUKAN BK DI SEKOLAH

A. Eksistensi BK di Sekolah

Eksistensi dan Kedudukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah sudah sejak lama
diatur pemerintah dalam dunia pendidikan hal ini selaras dengan tujuan pendidikan nasional
termaktup dalam UU Pendidikan Nasional UU. No. 20 Tahuan 2003.

Eksistensi BK (Bimbingan dan Konseling) di Sekolah sangatlah berguna Bimbingan


dan konseling merupakan suatu bagian dari keseluruhan program di sekolah, mempunyai
tujuan tertentu sejalan dengan tujuan pendidikan di sekolah yang bersangkutan. Secara umum
bimbingan bertujuan untuk membantu individu dalam mencapai tujuan, tujuan tersebut yaitu:
(1) Kebahagiaan hidup pribadi, (2) Kebahagiaan yang efektif, (3) Kebahagiaan kesanggupan
hidup bersama dengan orang lain, (4) Keserasian antara cita-cita anak didik dengan
kemampuan yang dimilikinya.

Perlunya Eksistensi dan Kedudukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah bertujuan


memudahkan proses pembelajaran yang efektif. Menurut Winkel yang dikutip oleh Rifa
Hidayah ada beberapa tujuan Eksistensi dan Kedudukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
sebagai berikut : 1) Fungsi penyaluran, yaitu membantu siswa mendapatkan yang terbaik, dan
siswa dibantu untuk memilih antar alternatif yang tersedia (decision making), misalnya
memilih kegiatan ekstrakulikuler sesuai dan memilih program studi yang sesuai. 2) Fungsi
penyesuaian, yaitu membantu siswa menemukan cara menempatkan diri secara tepat dalam
berbagai keadaan dan situasi yang dihadapi (adjustment). 3) Fungsi pengadaptasian, yaitu
mengarahkan rangkaian kegiatan pendidikan dan pengajaran supaya sesuai dengan kebutuhan
siswa.

Uraian di atas dapat diketahui bahwa Eksistensi dan Kedudukan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah berguna untuk mengembangkan potensi pada diri individu sesuai dengan
kemampuannya agar bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan, baik lingkungan sekolah,
lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat. Hal inilah yang merupakan tujuan utama
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, terutama bagi siswa-siswi sebagai individu
yang diberi bantuan.
Eksistensi dan Kedudukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah berarti menentukan
pula keberhasilan dari tujuan pendidikan. Sedangkan berhasil tidaknya tujuan tersebut
bergantung pada pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri.
Kerjasama yang baik dari semua pihak seperti kepala sekolah, para guru pengajar sekaligus
guru pembimbing, orang tua juga masyarakat akan sangat menentukan. Dari uraian di atas
jelaslah yang hendak dicapai oleh program bimbingan dan konseling adalah tingkat
perkembangan yang optimal bagi setiap individu sesuai dengan kemampuan, agar dapat
mengenal diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan, baik lingkungan keluarga, sekolah
maupun masyarakat.

Pelayanan bimbingan dan konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik secara


individual, kelompok, atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat,
perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki (Hikmawati, 2016). Pelayanan ini
juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi oleh peserta
didik. Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi
individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif,
pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam
lingkungannya.

Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah bukan semata-


mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-undangan) atau
ketentuan dari atas, tetapi yang lebih penting adalah menyangkut mengenai upaya
memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan
potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi,
intelektual, sosial, dan moral-spiritual).

Konseling sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau
menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk
mencapai kematangan tersebut, konseli memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang
dalam memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga
pengalaman yang menentukan arah kehidupannya.
B. Kedudukan BK di Sekolah

1. Berdasarkan Landasan Yuridis Formal


Pendidikan merupakan usaha untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan
sebagai bekal hidup. Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang bertujuan
agar peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya meliputi kekuatan spiritual,
self-regulated, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia, serta keterampilan baik
untuk dirinya maupun lingkungan dan negaranya. Sedangkan menurut Tilaar (dalam
Taufiq, 2014) menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha untuk membentuk
peserta didik agar memasyarakat dan berbudaya yang memiliki dimensi lokal, nasional,
dan global.

Definisi pendidikan yang menarik dan sederhana diungkapkan oleh Sunaryo


(Taufiq, 2014), yang menyatakan bahwa pendidikan ditujukan untuk membawa
manusia yang apa adanya menjadi yang seharusnya. Memang manusia sudah dibekali
oleh potensi diri, tetapi dengan tidak melatih dan mempergunakan hal tersebut, potensi
tidak akan pernah muncul, manusia yang memiliki akal perlu dibekali juga dengan cara
menggunakan akal tersebut dan mengoptimalkan kemampuannya (Bhakti, 2015).

Di lapangan apabila ditanya apa itu pendidikan, maka jawaban yang sering
terdengar adalah proses dari tidak tahu menjadi tahu, tetapi pendidikan saat ini terutama
tidak dapat semudah itu. Banyak aspek yang perlu dikembangkan daripada hanya
sekadar mengubah suatu ketidaktahuan menjadi tahu. Sebab, manusia tidak hanya
diciptakan dari segi kognitifnya saja, dan kenyataan bahwa tidak semua baik dari segi
akademik. Banyak individu yang lebih unggul di suatu bidang selain akademik, semisal
menggunakan fisiknya, menggunakan motorik halusnya, atau kemampuan lainnya.
Sehingga pendidikan harus dilaksanakan secara komprehensif.

Di Indonesia pendidikan dibagi menjadi beberapa jenjang yang disusun


berdasarkan tingkat perkembangan, tujuan, dan kemampuan yang menjadi sasaran.
Jenjang pendidikan tersebut terdiri dari mulai pendidikan prasekolah sampai dengan
perguruan tinggi, baik formal, informal, maupun nonformal. Pendidikan formal
merupakan pendidikan yang terdiri dari pendidikan dasar, menengah, dan atas yang
disusun dan dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal
merupakan pendidikan yang terstruktur ataupun berjenjang, tetapi di luar pendidikan
formal. Sedangkan pendidikan informal dapat terjadi di lingkungan.

Menyoroti jenjang pendidikan Indonesia yang membagi menjadi beberapa


jenjang, yang disusun secara sistematis sesuai dengan tingkat perkembangan dan tujuan
yang ingin dicapai secara formal terbagi menjadi pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi sebagaimana diatur dalam UU No. 20 tahun 2003
pasal 14. Oleh karena setiap individu berbeda dari segi kecerdasan, keterampilan,
watak, minat, dan bakatnya, maka pendidikan yang menuntut tercapainya tujuan
mencerdaskan semua anak bukan hanya membutuhkan pengajaran yang bersifat
akademik saja, tetapi perlu pemahaman akan diri dan lingkungan serta bagaimana cara
mengaktualisasikan dirinya sehingga dapat hidup secara mandiri. Hal tersebut
didukung oleh pernyataan Amini dkk., (2014), yang menyatakan bahwa yang perlu
diperhatikan adalah tidak ada anak yang perkembangannya sama persis meskipun anak
kembar sekalipun.

Salah satu komponen pendidikan yang penting dalam pelaksanaan pendidikan


adalah bimbingan dan konseling dalam setiap satuan pendidikan, baik dasar maupun
menengah, tidak terkecuali di Sekolah Dasar. Sebagaimana dalam PERMENDIKBUD
RI No. 111 tahun 2014 tentang bimbingan dan konseling pada pendidikan dasar dan
menengah, bahwa penyelenggaraan bimbingan dan konseling dilaksanakan pada setiap
satuan pendidikan.

Bimbingan dan konseling sudah tidak asing lagi didengar di sekolah, karena
bimbingan dan konseling sendiri seperti sudah dikaji memiliki peranan penting dalam
pendidikan. Bimbingan dan konseling terdiri dari kata yang masing-masing memiliki
pengertian. Pertama bimbingan, bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang
diberikan oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor kepada seorang konseli
yang bertujuan agar konseli mampu mengembangkan kemampuan dirinya dengan
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sehingga menjadi pribadi yang mandiri.
Sedangkan konseling yang dalam bukunya Prayitno dan Amti (2015) menggantikan
istilah sebelumnya, yaitu penyuluhan, serta memberikan definisi bahwa konseling
merupakan upaya pemberian bantuan berupa wawancara secara langsung yang
diberikan oleh seorang yang kompeten yang disebut konselor kepada konseli yang
sedang mengalami suatu permasalahan dengan tujuan agar individu tersebut dapat
mengatasi permasalahannya tersebut (Hanum, 2015).

2. Berdasarkan Landasan Yuridis Informal


a) Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan salah satu bagian yang terpenting untuk
dibahas dalam bimbingan konseling, hal ini didasari bahwa peserta didik atau klien
sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan, memiliki
interaksi dan dinamika dalam lingkungan serta senantiasa mengalami berbagai
perubahan dalam sikap dan tingkah lakunya. Proses perkembangan seseorang tidak
selamanya berlangsung secara linear (sesuai dengan apa yang diharapkan), tetapi
terkadang bersifat stagnasi atau bahkan diskontinuitas perkembangan.(Lubis, 2012)

Dalam proses pendidikan, peserta didik tidak jarang mengalami masalah


stagnasi perkembangan, sehingga menimbulkan masalah-masalah psikologis,
seperti lahirnya perilaku menyimpang (delinquency), frustrasi, depresi, agresi atau
bersifat kekanak-kanakan.

Agar perkembangan pribadi peserta didik atau klien dapat tumbuh dan
berkembang secara seimbang serta terhindar dari masalah-masalah psikologis,
maka setiap peserta didik atau klien perlu diberikan bantuan yang bersifat pribadi
(pendekatan inilah pada akhirnya menjadi konseling individu), yaitu bantuan yang
dapat memfasilitasi perkembangan peserta didik atau klien melalui pendekatan
psikologis. Pada sisi lain, setiap konselor maupun guru pembimbing harus
memahami aspek-aspek psikologis pribadi pelajar atau klien, sehingga dengan
modal itu pulalah para konselor dapat memberikan bimbingan dan arahan yang
tepat, sehingga pelajar atau klien memiliki pencerahan diri dan mampu memperoleh
kehidupan yang bermakna, yaitu suatu kehidupan yang bukan hanya berarti buat
diri pribadinya saja, tetapi juga bermanfaat bagi orang yang ada di sekitarnya.
Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi
yang perlu dikuasai oleh konselor, yaitu (a) motif dan motivasi, (b) pembawaan dan
lingkungan, (c) perkembangan individu, (d) belajar, dan (e) kepribadian. (Yusuf,
2006).

b) Landasan Sosial-Budaya
Landasan sosial-budaya juga perlu diketahui secara lengkap oleh konselor
atau guru Bimbingan dan Konseling (BK), karena landasan ini dapat memberikan
pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan kebudayaan sebagai
faktor yang memengaruhi perilaku individu. Setiap individu pada dasarnya
merupakan produk dari lingkungan sosial-budaya tempat mereka tinggal. Sejak
lahirnya, individu tersebut sudah diajarkan untuk mengembangkan pola-pola
perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya. Kegagalan
dalam memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat mengakibatkan tersingkir dari
lingkungannya.

Lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi dan melingkupi individu


yang berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan dalam proses pembentukan
perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan. Apabila perbedaan dalam
sosial-budaya ini tidak “dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul konflik
internal maupun eksternal, yang pada akhirnya dapat menghambat terhadap proses
perkembangan pribadi dan perilaku individu yang bersangkutan dalam kehidupan
pribadi maupun sosialnya.

Budaya dan pandangan hidup seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor


internal dan eksternal. Faktor internal terkait dengan sikap dan perlakuan orang tua
atau peranan keluarga terhadap seseorang, sedangkan faktor eksternal dipengaruhi
oleh lingkungan di mana seseorang itu dilahirkan dan dibesarkan serta pergaulan
dan pengalaman yang ditempuh oleh seseorang tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan
kearifan dan keluasan pandangan dari setiap konselor, yang mana konselor harus
mampu memberikan layanan dan perhatian yang sama terhadap peserta didik atau
klien yang memerlukan bantuan, tidak terkecuali kepada mereka yang berbeda
budaya, pandangan hidup, dan agama, karena memberikan layanan terhadap orang
yang membutuhkan atau memerlukan merupakan tuntutan dari tugas
profesionalismenya sebagai seorang konselor.

c) Landasan Ilmu Pengetahuan-Teknologi dan Globalisasi


Suatu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa ilmu pengetahuan-teknologi dan
globalisasi memiliki multifungsi terhadap berbagai aspek dalam kehidupan
manusia, artinya berbagai disiplin ilmu seperti psikologi, ilmu pendidikan, filsafat,
antropologi, sosiologi, komunikasi, ekonomi, dan agama sangat berfungsi dalam
bimbingan konseling. Sumbangan berbagai disiplin ilmu lain kepada bimbingan
dan konseling tidak hanya terbatas kepada pembentukan dan pengembangan teori-
teori bimbingan konseling, melainkan juga kepada praktik pelayanannya.

Dengan adanya landasan ilmiah dan teknologi ini, maka peran konselor di
dalamnya mencakup sebagai ilmuwan. Sebagai ilmuwan, konselor harus mampu
mengembangkan pengetahuan dan teori mengenai bimbingan dan konseling, baik
berdasarkan hasil pemikiran kritisnya maupun melalui berbagai bentuk kegiatan
penelitian, sehingga proses dan layanan bimbingan konseling semakin hari semakin
baik.

Dalam perjalanan sejarahnya, bimbingan dan konseling bersifat dinamis dan


berkembang, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan budaya manusia
itu sendiri. Mengingat perlunya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka setiap konselor atau guru BK dituntut untuk mengadakan penelitian dan
eksperimen, sehingga layanan yang diberikan terhadap klien akan semakin baik dan
sempurna.
REFERENSI

• https://www.languafie.com/2021/12/eksistensi-dan-kedudukan-bk.html

• https://analisnews.co.id/2020/09/eksistensi-dan-kedudukan-bimbingan-konseling-di-
sekolah-oleh-nursaiti-mahasiswa-jurusan-ilmu-sosial-politik-fakultas-ilmu-sosial-
universitas-negeri-padang.html
Bimbingan dan Bimbingan
Konseling dan
Konseling

Muhammad Nabil
20063092
A. Eksistensi BK di
Prodi Pendidikan Teknik Elektro
Sekolah Pengertian

B. Kedudukan BK di
Sekolah

2. Berdasarkan Landasan Yuridis


1. Berdasarkan Informal
Landasan Yuridis a. Landasan Psikologis
Formal

b. Landasan Sosial-Budaya
c. Landasan Ilmu Pengetahuan-
Teknologi dan Globalisasi

You might also like