You are on page 1of 11

TUGAS PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

DOSEN PENGAJAR :

DR. DESNA AROMATICA, S.AP., M.AP.

OLEH :

KELOMPOK 4:

1. NADIYAH SYAFIQAH 1810111026


2. FARHANDA FIKRI 1810111132
3. M.FAHRUL HISBI 1810112090
4. HANIF DWI YANTO ALZA 1810112201
5. VIVI PUTRI RAFELY 1810113014
6. MERA ANGGUNA 2010751011
7. RIDHO TRI ANANDA 2011112033

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2020
A. MAKNA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Filsafat Negara kita adalah Pancasila, yang diakui dan diterima oleh Bangsa Indonesia
sebagai pandangan hidup. Dengan demikian, Pancasila harus dijadikan pedoman dalam
kelakuan dan pergaulan sehari-hari. Sebagai pandangan hidup bangsa, maka sewajarnyalah
asas-asas pancasila disampaikan kepada generasi baru melaluai pengajaran dan pendidikan.
Pancasila menunjukan terjadinya proses ilmu pengetahuan. Validitas, dan hakikat ilmu
pengetahuan (teori ilmu pengetahuan).

Makna Pancasila sebagai sistem filsafat negara Indonesia pada umumnya nilai nilai yang
terkandung dalam butir butir Pancasila dilakukan dan diterapkan dalam kehidupan
berwarganegara. tindakan Pancasila sebagai sistem filsafat juga harus diterapkan oleh suatu
pemerintahan agar amanahnya yang diberikan pada suatu lembaga negara dapat dilihat
keberhasilannya untuk mensejahterakan masyarakat. Nilai Pancasila yang dikatakan sebagai
filsafat negara juga harus diterapkan dalam suatu perkembangan zaman, agar ideologi dan
identitas suatu bangsa tak dapat dialihkan oleh suatu perubahan yang berdampak negatif.

Pancasila merupakan lima dasar yang dijadikan pedoman untuk berperilaku sesuai dengan
akidah bangsa.

Pancasila sebagai sistem filsafat mengandung makna bahwasanya pancasila merupakan satu
kesatuan yang utuh yang dijadikan sebagai tujuan negara yang artinya mutlak.

Faktor timbulnya keinginan manusia untuk berfilsafat adalah :

 Adanya rasa keheranan.


 Rasa nasionalisme masyarakat
 Kesadaran akan keterbatasan

Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga
negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa yang
telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah berjuang
untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda maupun tua tetap
meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya keraguan guna memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.
B. MANFAAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Menurut Ir. Soekarno, Pancasila adalah isi jiwa Bangsa Indonesia yang secara turun temurun
terpendam oleh kebudayaan Barat. Maka, menurut beliau, Pancasila tidak hanya bertindak
sebagai filsafat negara, melainkan juga merupakan filsafat Bangsa Indonesia. Sementara itu,
menurut Muhammad Yamin, Pancasila adalah lima dasar yang mengandung pedoman atau
aturan mengenai tingkah laku yang baik dan penting. Terlepas dari semua pengertian
Pancasila di atas, kita bisa memahami bahwa Pancasila memiliki kedudukan yang penting
bagi Bangsa Indonesia. Pancasila menjadi lambang persatuan dan kesatuan bangsa dan
negara Indonesia. Selain itu, filsafat Pancasila juga memiliki fungsi dan tujuan bagi negara
kita. Manfaat pancasila sebagai sistem filsafat negara Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia


Setiap bangsa di dunia memiliki jiwa masing-masing. Hal ini disebut dengan istilah
Volkgeish yang berarti ‘jiwa bangsa’ atau ‘jiwa rakyat’. Bagi Bangsa Indonesia, Pancasila
merupakan jiwa yang memiliki peranan penting untuk kehidupan Indonesia dalam jiwa
Pancasila sejak kelahirannya pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia.

2. Sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia


Filsafat Pancasila juga berfungsi sebagai kepribadian Bangsa Indonesia, yaitu pemberi
corak khas bagi Bangsa Indonesia dan menjadi pembeda bangsa kita ditengah banyaknya
bangsa lain di dunia. Dengan demikian, Pancasila sebagai kepribadian bangsa juga berperan
sebagai identitas nasional yang diwujudkan dengan tingkah laku dan sikap mental sehingga
muncullah ciri khas bangsa berupa kepribadian Bangsa Indonesia.

3. Sebagai Sumber Dari Segala Sumber Hukum


Indonesia adalah negara hukum yang menerapkan hukum secara adil berdasarkan
peraturan yang berlaku. Dalam hal ini, fungsi filsafat Pancasila adalah sebagai sumber dari
segala sumber hukum di Indonesia. Artinya, sifat norma hukum di negara Indonesia harus
sesuai dan bersumber pada Pancasila. Tidak hanya itu, semua warga negara Indonesia harus
patuh terhadapnya. Tidak boleh ada hukum dan peraturan yang bertentang dengan Pancasila.
Setiap sila yang terkandung dalam Pancasila berperan sebagai nilai dasar, sementara hukum
yang dibuat adalah nilai instrumental atau penjabaran dari sila-sila Pancasila tersebut. Hal ini
selaras dengan apa yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-
4, dimana dalam susunan tersebut ditunjukkan bahwa kedudukan Pancasila bagi Bangsa
Indonesia adalah sebagai dasar, kerangka dan pedoman bagi Indonesia dan tertib hukum di
Indonesia yang pada dasarnya terkandung dalam asas kerohanian Pancasila.

Maka, Pancasila berperan sebagai asas yang mutlak bagi ketertiban hukum yang mutlak
di Indonesia, yang pada akhirnya direalisasikan dalam setiap aspek penyelenggaraan
pemerintahan Indonesia. Oleh karena itulah Pancasila memiliki kedudukan sebagai sumber
dari segala sumber hukum. Pancasila adalah sebagaimana nilai-nilainya yang bersifat
fundamental sebagai sumber hukum, berfungsi sebagai wadah yang fleksibel bagi beragam
paham positif untuk berkembang dan menjadi dasar ketentuan yang menolak paham yang
tidak sesuai dengan Pancasila, seperti ateisme, kolonialisme, diktatorisme, dan lain
sebagainya.

4. Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia


Tidak hanya itu, filsafat Pancasila juga berfungsi sebagai pandangan hidup Bangsa
Indonesia. Artinya, Pancasila menjadi pedoman dan petunjuk dalam kehidupan sehari-hari.
Bisa diartikan bahwa Pancasila menjadi pedoman dalam berperilaku dan menetapkan norma-
norma yang berlaku di masyarakat. Segala bentuk cita-cita dan moral Bangsa Indonesia serta
kebudayaannya harus bersumber pada Pancasila. Hal ini bisa dilihat dari beragam contoh
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dalam kehidupan sehari-hari.

5. Sebagai Cita-cita Dan Tujuan Bangsa Indonesia


Telah disebutkan secara singkat sebelumnya, bahwa cita-cita bangsa harus bersumber
pada Pancasila. Hal ini bisa kita ketahui dari pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang
secara jelas memuat tentang Pancasila yang menjadi tujuan dan cita-cita Bangsa Indonesia,
yaitu untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur.

6. Menjadi Falsafah Hidup Bangsa


Artinya, filsafat Pancasila memiliki fungsi sebagai pemersatu bangsa. Hal ini bisa
dikarenakan pandangan bahwa Pancasila mengandung nilai-nilai kepribadian yang paling
benar dan sesuai dengan Bangsa Indonesia. Tidak hanya itu, Pancasila juga dipercaya sebagai
nilai-nilai yang paling bijaksana, adil dan cocok untuk menyatukan seluruh rakyat Indonesia.

7. Sebagai Dasar Negara


Jika sebelumnya telah disebutkan bahwa fungsi filsafat Pancasila salah satunya adalah
sebagai sumber dari segala sumber hukum, maka Pancasila juga berfungsi sebagai dasar
untuk mengatur pemerintahan atau penyelenggaraan negara. Segala hal yang ada di dalam
kehidupan Bangsa Indonesia, baik rakyat, pemerintah, wilayah, dan aspek kenegaraan lainnya
harus didasarkan pada Pancasila. Pancasila dirumuskan oleh para pendiri bangsa dan lahir
dari cara hidup bangsa Indonesia. Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara melalui
penelitian dan penyelidikan kesepakatan terjadi pada sidang BPUPKI. Dalam pidato Ir.
Soekarno pada 1 Juni 1945, disebutkan betapa pentingnya keberadaan sebuah alat pemersatu
bangsa. Selain itu, terdapat masukan pula dari pendiri bangsa yang lain, seperti Moh. Yamin,
Ki Hadi Bagoes Koesoema, dan lain-lain yang juga berkeinginan untuk mengadakan sebuah
filsafat dasar negara, yang pada akhirnya diputuskan filsafat dasar Bangsa dan Negara
Indonesia adalah Pancasila.

8. Sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia


Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada 17 Agustus 1945, Indonesia masih
belum memiliki undang-undang dasar secara tertulis. Oleh karena itu, Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengesahkan pembukaan dan batang tubuh Undang-Undang
Dasar 1945 pada 18 Agustus 1945 yang didasarkan pada Pancasila. Oleh karena itu, dapat
terlihat bahwa Pancasila merupakan hasil perjanjian antara PPKI, yang merupakan wakil
rakyat, dengan rakyat untuk senantiasa membela Pancasila.

9. Memberi Hakikat Kehidupan Bernegara


Filsafat Pancasila juga memberi jawaban atas beragam pertanyaan yang sifatnya
fundamental atau sangat mendasar, misalnya tentang hakikat kehidupan bernegara. Dengan
filsafat Pancasila, kita bisa mengetahui bahwa hakikat kehidupan bernegara adalah segala
aspek yang memiliki kaitan yang sangat erat dengan kehidupan masyarakat dan kelangsungan
hidup negara. Sebagai contohnya adalah susunan politik, bentuk negara, susunan
perekonomian negara, dan lain sebagainya.

10. Memberi Substansi Tentang Hakikat Negara, Ide Negara Dan Tujuan Bernegara
Dengan filsafat Pancasila, kita juga bisa mencari kebenaran yang sifatnya substansial
tentang hakikat negara, ide negara dan tujuan kita bernegara. Hal ini dikarenakan dengan
substansi itulah yang memiliki kebenaran yang bersifat universal bagi bangsa Indonesia di
sepanjang zaman, baik dahulu, sekarang, maupun di masa yang akan datang. Pengertian dari
substansi itu juga memiliki manfaat untuk menjadi faktor penentu untuk titik tolak yang
bersifat deduktif dan induktif. Atau bisa diartikan juga dengan substansi itu dapat diuji
apakah keadaan yang berlangsung bersifat konkrit dalam masyarakat bertentangan dengan
nilai-nilai Pancasila atau tidak.
11. Menjadi Perangkat Ilmu Kenegaraan
Fungsi filsafat Pancasila berikutnya adalah untuk menjadi perangkat dari berbagai ilmu
pengetahuan, terutama ilmu yang berkaitan dengan kehidupan bernegara. Hal ini bisa
tercermin dari beragam contoh Pancasila sebagai pengetahuan ilmiah yang kita temukan
sehari-hari. Fungsi Pancasila sebagai perangkat dari ilmu pengetahuan ini akan semakin jelas
terlihat jika pemerintahan negara telah dijalankan secara teratur sebagaimana kehidupan
bernegara seharusnya. Filsafat Pancasila, selain memiliki fungsi seperti yang telah disebutkan
di atas, juga memiliki tujuan bagi bangsa dan negara Indonesia. Tujuan filsafat Pancasila bagi
Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Untuk menciptakan bangsa yang religius dan taat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Menjadi bangsa yang menjunjung keadilan, baik secara sosial maupun ekonomi.
c. Menjadi bangsa yang menghargai hak asasi manusia (HAM), seperti yang bisa
terrangkum dalam hubungan HAM dengan Pancasila sebagai dasar negara kita.
d. Untuk menciptakan bangsa yang menjunjung tinggi demokrasi.
e. Menjadi bangsa yang nasionalis dan mencintai tanah airnya, yaitu tanah air Indonesia.

C. ALASAN DIPERLUKANNYA KAJIAN PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

1. Filsafat Pancasila sebagai Genetivus Objectivus dan Genetivus Subjectivus

Pancasila sebagai genetivus-objektivus, artinya nilai-nilai Pancasila dijadikan sebagai objek


yang dicari landasan filosofisnya berdasarkan sistem-sistem dan cabang-cabang filsafat yang
berkembang di Barat.Pancasila sebagai genetivus-subjectivus, artinya nilai-nilai Pancasila
dipergunakan untuk mengkritisi berbagai aliran filsafat yang berkembang, baik untuk
menemukan hal-hal yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila maupun untuk melihat nilai-nilai
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Selain itu, nilai-nilai Pancasila tidak hanya
dipakai dasar bagi pembuatan peraturan perundang-undangan, tetapi juga nilai-nilai Pancasila
harus mampu menjadi orientasi pelaksanaan sistem politik dan dasar bagi pembangunan
nasional. Misalnya, Sastrapratedja (2001: 2) mengatakan bahwa Pancasila adalah dasar
politik, yaitu prinsip-prinsip dasar dalam kehidupan bernegara, berbangsa, dan
bermasyarakat. Adapun Soerjanto (1991:57-58) mengatakan bahwa fungsi Pancasila untuk
memberikan orientasi ke depan mengharuskan bangsa Indonesia selalu menyadari situasi
kehidupan yang sedang dihadapinya.
2. Landasan Ontologis Filsafat Pancasila

Landasan ontologis Pancasila artinya sebuah pemikiran filosofis atas hakikat dan raison
d’etre sila-sila Pancasila sebagai dasar filosofis negara Indonesia. Oleh karena itu,
pemahaman atas hakikat sila-sila Pancasila itu diperlukan sebagai bentuk pengakuan atas
modus eksistensi bangsa Indonesia. Sastrapratedja (2010: 147--154) menjabarkan prinsip-
prinsip dalam Pancasila sebagai berikut:

1) Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan pengakuan atas kebebasan


beragama, saling menghormati dan bersifat toleran, serta menciptakan kondisi agar
hak kebebasan beragama itu dapat dilaksanakan oleh masing-masing pemeluk agama.

2) Prinsip Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab mengakui bahwa setiap orang
memiliki martabat yang sama, setiap orang harus diperlakukan adil sebagai manusia
yang menjadi dasar bagi pelaksanaan Hak Asasi Manusia.

3) Prinsip Persatuan mengandung konsep nasionalisme politik yang menyatakan


bahwa perbedaan budaya, etnis, bahasa, dan agama tidak menghambat atau
mengurangi partsipasi perwujudannya sebagai warga negara kebangsaan. Wacana
tentang bangsa dan kebangsaan dengan berbagai cara pada akhirnya bertujuan
menciptakan identitas diri bangsa Indonesia.

4) Prinsip Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/ Perwakilan mengandung makna bahwa sistem demokrasi
diusahakan ditempuh melalui proses musyawarah demi tercapainya mufakat untuk
menghindari dikotomi mayoritas dan minoritas.

5) Prinsip Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia sebagaimana yang


dikemukakan Soekarno, yaitu didasarkan pada prinsip tidak adanya kemiskinan dalam
negara Indonesia merdeka, hidup dalam kesejahteraan (welfare state).

3. Landasan Epistemologis Filsafat Pancasila


Landasan epistemologis Pancasila artinya nilai-nilai Pancasila digali dari pengalaman
(empiris) bangsa Indonesia, kemudian disintesiskan menjadi sebuah pandangan yang
komprehensif tentang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Penjabaran sila-
sila Pancasila secara epistemologis dapat diuraikan sebagai berikut.

1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa digali dari pengalaman kehidupan beragama
bangsa Indonesia sejak dahulu sampai sekarang.

2) Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab digali dari pengalaman atas kesadaran
masyarakat yang ditindas oleh penjajahan selama berabad-abad. Oleh karena itu,
dalam alinea pertama Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 menyatakan bahwa penjajahan itu tidak sesuai dengan perikemanusiaan
dan perikeadilan.

3) Sila Persatuan Indonesia digali dari pengalaman atas kesadaran bahwa


keterpecahbelahan yang dilakukan penjajah kolonialisme Belanda melalui politik
Devide et Impera menimbulkan konflik antarmasyarakat Indonesia.

4) Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan digali dari budaya bangsa Indonesia yang sudah
mengenal secara turun temurun pengambilan keputusan berdasarkan semangat
musyawarah untuk mufakat.

5) Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia digali dari prinsip-prinsip yang
berkembang dalam masyarakat Indonesia yang tercermin dalam sikap gotong royong.

4. Landasan Aksilogis Pancasila


Landasan aksiologis Pancasila artinya nilai atau kualitas yang terkandung dalam sila-sila
Pancasila. Sila pertama mengandung kualitas monoteis, spiritual, kekudusan, dan sakral. Sila
kemanusiaan mengandung nilai martabat, harga diri, kebebasan, dan tanggung jawab. Sila
persatuan mengandung nilai solidaritas dan kesetiakawanan. Sila keempat mengandung nilai
demokrasi, musyawarah, mufakat, dan berjiwa besar. Sila keadilan mengandung nilai
kepedulian dan gotong royong.

D. DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT


Dinamika Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Pada era pemerintahan Soekarno, Pancasila sebagai sistem filsafat dikenal dengan istilah
“Philosofische Grondslag”. Soekarno memikirkan perihal kemerdekaan bangsa Indonesia. Ide
tersebut disambut baik oleh berbagai kalangan, terutama dalam sidang BPUPKI pertama 1
Juni 1945. Akan tetapi, ide tentang Philosofische Grondslag belum diuraikan secara rinci atau
masih bersifat teoritis. Pada masa itu, Soekarno lebih menekankan bahwa Pancasila
merupakan filsafat asli Indonesia yang diangkat dari akulturasi budaya bangsa Indonesia.

Pada pemerintahan Soeharto, kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat berkembang ke


arah yang lebih praktis melalui istilah weltanschauung. Artinya, filsafat Pancasila tidak hanya
bertujuan mencari kebenaran dan kebijaksanaan, tetapi juga digunakan sebagai pedoman
hidup sehari-hari. Atas dasar inilah, Soeharto mengembangkan sistem filsafat Pancasila
menjadi penataran P-4.

Pada era reformasi, Pancasila sebagai sistem filsafat bergema dalam wacana akademik,
termasuk kritik dan renungan yang dilontarkan oleh Habibie dalam pidato 1 Juni 2011.
Habibie menyatakan bahwa:

“Pancasila seolah-olah tenggelam dalam pusaran sejarah masa lalu yang tidak lagi relevan
untuk disertakan dalam dialektika reformasi. Pancasila seolah hilang dari memori kolektif
bangsa Indonesia. Pancasila semakin jarang diucapkan, dikutip, dan dibahas baik dalam
konteks kehidupan ketatanegaraan, kebangsaan maupun kemasyarakatan. Pancasila seperti
tersandar di sebuah lorong sunyi justru di tengah denyut kehidupan bangsa Indonesia yang
semakin hiruk-pikuk dengan demokrasi dan kebebasan berpolitik”.

Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Ada dua tantangan Pancasila sebagai sistem filsafat, yakni kapitalisme dan komunisme.
Pertama, kapitalisme menekankan kebebasan pemiliki modal untuk mengembangkan
usahanya dalam rangka meraih keuntungan sebesar-besarnya, sehingga menimbulkan
berbagai dampak negatif , seperti monopoli, gaya hidup konsumerisme, dan lain-lain. Kedua,
komunisme yang sangat menekankan dominasi negara sebagai pemilik modal, sehingga
menghilangkan peran rakyat dalam kehidupan bernegara.
E. ESENSI DAN URGENSI PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Esensi dan urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat adalah sebagai berikut.

Sebagai sistem filsafat, esensi Pancasila terletak pada kandungan nilainya yang dapat
membantu kita dalam memahami bangsa Indonesia.

Sebagai sistem filsafat, urgensi Pancasila adalah sebagai alat terbaik saat ini dan di masa
mendatang dalam memahami bangsa Indonesia.

Penjelasan:

Filsafat sendiri dapat diartikan sebagai cara kita dalam memahami diri kita sebagai manusia.
Filsafat tidak hanya mencari tahu tentang identitas kita, tetapi juga jati diri kita sebagai
manusia. Dalam hal ini, Pancasila memberikan sumbangsih penting dengan kandungan nilai
luhurnya.

1) Esensi Pancasila sebagai filsafat prinsip Pancasila sebagai berikut. pertama, prinsip
Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan pengakuan atas kebebasan beragama, saling
menghormati dan bersifat toleran, serta menciptakan kondisi agar hak kebebasan beragama
itu dapat dilaksanakan oleh masing-masing pemeluk agama. Kedua, prinsip Kemanusiaan
Yang Adil dan Beradab mengakui bahwa setiap orang memiliki martabat yang sama, setiap
orang harus diperlakukan adil sebagai manusia yang menjadi dasar bagi pelaksanaan Hak
Asasi Manusia. Ketiga, prinsip Persatuan Indonesia mengandung konsep nasionalisme politik
yang menyatakan bahwa perbedaan budaya, etnis, bahasa, dan agama tidak menghambat atau
mengurangi partsipasi perwujudannya sebagai warga negara kebangsaan. Wacana tentang
bangsa dan kebangsaan dengan berbagai cara pada akhirnya bertujuan menciptakan identitas
diri bangsa Indonesia. Keempat, prinsip Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan mengandung makna bahwa sistem
demokrasi diusahakan ditempuh melalui proses musyawarah demi tercapainya mufakat untuk
menghindari dikotomi mayoritas dan minoritas. Kelima, prinsip Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia sebagaimana yang dikemukakan Soekarno, yaitu didasarkan pada prinsip
tidak adanya kemiskinan dalam Negara Indonesia merdeka, hidup dalam kesejahteraan
(welfare state).

2) Urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat atau filsafat Pancasila, artinya refleksi filosofis
mengenai Pancasila sebagai dasar negara. Sastrapratedja menjelaskan makna filsafat
Pancasila sebagai berikut. Pertama, agar dapat diberikan pertanggungjawaban rasional dan
mendasar mengenai sila-sila dalam Pancasila sebagai prinsip-prinsip politik. Kedua, agar
dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga menjadi operasional dalam bidang-bidang yang
menyangkut hidup bernegara. Ketiga, agar dapat membuka dialog dengan berbagai perspektif
baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keempat, agar dapat menjadi kerangka
evaluasi terhadap segala kegiatan yang bersangkut paut dengan kehidupan bernegara,
berbangsa, dan bermasyarakat, serta memberikan perspektif pemecahan terhadap
permasalahan nasional.

You might also like