Professional Documents
Culture Documents
Tumor Abdomen
Tumor Abdomen
M DENGAN
DIAGNOSA MEDIS TUMOR ABDOMEN DI RUANG SAKURA
RSUD dr.DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA
OLEH
ELINARIA
(NIM : 2021-01-14901-017)
Puji Syukur saya panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga saya mampu
menyelesaikan penyusunan Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Ny
S dengan Diagnosa Medis Tumor Abdomen di Ruang Sakura RSUD Dr Sylvanus
Palangkaraya, dan harapan penulis semoga laporan ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman,juga manfaat bagi para pembaca, untuk kedepannya
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi laporan ini agar menjadi lebih
baik lagi.
Adapun maksud dan tujuan pembuatan Medis Tumor Abdomen laporan ini
yaitu bertujuan untuk mengetahui tentang serta untuk memenuhi tugas kuliah.
Laporan ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan.
Penulis
DAFTAR ISI
Pada abdomen, terdapat empat kuadran yang dibagi dari bagian midlinedan
bagian transumbilical
1. Bagian kanan atas: Hepar dan kantongempedu
2. Bagian kiri atas: Gastric dan limfa
3. Bagian kanan bawah: Cecum, ascending colon dan ususkecil
4. Bagian kiri bawah: Descending colon, sigmoid colon, dan ususkecil
1.1.3 Etiologi
Penyebab terjadinya tumor menurut (Sjamsuhidajat, R dkk. 2013), karena
terjadinya pembelahan sel yang abnormal. Perbedaan sifat sel tumor tergantung
dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsi autonominya dalam
pertumbuhan, kemampuannya mengadakan infiltrasi dan menyebabkan
metastasis. Penyebab tumor atau neoplasma bersifat multifaktor.
Ada beberapa faktor yang dianggap sebagai penyebab tumor, antara lain:
1. Karsinogen,
2. Parasite,
3. Faktor genetik,
4. Faktor gaya hidup,
5. Faktor hormone,
6. Virus,
7. Radiasi yang berasal dari bahan kimia,
8. Hipersensitivitas terhadap obat-obatan.
1.1.4 Patofisiologi (Patway)
Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah
oleh mutasi ganetik dari DNA seluler. Kerusakan DNA yang menimbulkan
peningkatan aktivitas, onkogen, perubahan gen yang mengatur apoptosis, dan
inaktivasi gen supresor tumor sehingga sel terpacu untuk terus berpoliferasi,
kehilangan kendali terhadap poliferasi sel, kehilangan kemampuan menghentikan
siklus sel, dan kemampuan apoptosis. (Sjamsuhidajat, R dkk. 2013).
Sel-sel yang tadinya normal kemudian tidak berfungsi dan terus
berkembang atau membelah diri (bereplikasi) membentuk jutaan sel baru,
sehingga menimbulkan benjolan yang membentuk jaringan baru
(tumor/neoplasma). Sel-sel neoplasma mandapat energi terutama dari anaerob
karena kemampuan sel untuk oksidasi berkurang, meskipun mempunyai enzim
yang lengkap untuk oksidasi. Sel-sel yang abnormal kemudian menjadi parasit
dalam tubuh, yang terjadi adalah fagosit nutrisi oleh sel abnormal tersebut. Hal ini
menyebabkan sel normal mengalami kekurangan nutrisi. Asupan nutrisi ke organ
berkurang dan menyebabkan proses metabolisme dalam tubuh meningkat dan
asupan nutrisi menurun. Yang terjadi adalah lemah, lesu dan kelelahan.
Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur yang di
bungkusnya tetapi tidak menginvasinya dan menyebabkan pembengkakan yang
menekan saraf nyeri pada jaringan dan menyebabkan nyeri. Tumor yang semakin
membesar menyebabkan penekanan pada organ sekitar abdomen. (Sjamsuhidajat,
R dkk. 2013). Fungsi fisiologis dapat mengalami gangguan akibat obstruksi atau
penekanan. Tumor yang semakin membesar dapat menghentikan motilitas usus
sehingga mengakibatkan obstruksi usus. Tumor ini kemudian dapat menekan
uretra dan menyebabkan obstruksi uretra yang menyebabkan retensi urin. Gejala
lain yang dapat ditemukan antara lain: hematuria, dysuria, polakisuria, oliguria,
dan anuria.
Ketika tumor tumbuh di permukaan tubuh, tumor dapat mengikis melalui
permukaan, memecah pertahanan alami kulit yang utuh dan membrane mukosa
serta memberikan bagian untuk pintu masuk mikroorganisme. Sel neoplastik
mengalihkan nutrisi untuk digunakan sendiri sehingga menyebabkan perubahan
yang mengurangi napsu makan pasien. Pada tahap awal penyakit ini, perubahan
metabolisme glukosa menyebabkan peningkatan kadar glukosa serum, yang
menghasilkan umpan balik negative dan mengakibatkan anoreksia (kehilangan
nafsu makan). Selain itu, tumor menyekresikan zat yang menurunkan nafsu
makan dengan mengubah rasa dan bau sehingga menimbulkan rasa penuh lebih
dini. Pada banyak kasus, penurunan berat badan yang cepat dan tidak dijelaskan
merupakan menifestasi pertama. (LeMone, P dkk. 2015)
Ketika masa jaringan fibrosis menginvasi jaringan lain, sel yang abnormal
juga menginfiltrasi jaringan sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan
pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh darah tersebut sel-sel dapat terbawa
ke area lain dalam tubuh untuk membentuk metastase (penyebaran tumor) pada
bagian tubuh yang lain. Metastasis yang ditularkan melalui darah atau limfe
memungkinkan tumor baru untuk terbentuk dalam organ yang jauh. Kemampuan
tumor untuk bermetastasis dengan cara intravasasi sel maligna melalui dinding di
dalam darah atau limfe dan masuk kedalam sirkulasi darah. Salah satunya adalah
bermetastase ke sumsum tulang belakang yang menyebabkan gangguan
hematopoiesis, (LeMone, P dkk. 2015).
Pre op
Karsinogen,parasit, horon, genetik, infeksi, gaya hidup, hipersensivitas terhadap obat obatan,
Tumor abdomen
B1 B2 B3 B4 B6
B5
Tumor abdomen
POST OP
B3 B2 B3 B4 B5 B6
B3
Implus ke otak
Persepsi nyeri
11. Gangguan intregitas kulit / Pemulihan pasca bedah (L.14129) Perawatan Luka (I.14564)
jaringan (D.0129) Tujuan: Observasi:
berhubungan dengan insisi Setelah dilakukan tindakan Monitor karakteristik luka
bedah. keperawatan 3x24 jam diharapkan Monitor tanda-tanda infeksi
pemulihan pasca bedah meningkat Terapeutik:
Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
Kriteria Hasil: Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
Kenyamanan meningkat nontoksik
Waktu penyembuhan menurun Bersihkan jaringan nekrotik
Area luka operasi membaik Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
Pasang balutan sesuai jenis luka
Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan
luka
Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan
protein
Kolaborasi
Kolaborasi prosedur debridement
Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
12. Kesiapan Peningkatan Status nutrisi L.03030 Edukasi nutrisi (I.12395)
Nutrisi (D.0026) Tujuan: Observasi
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Periksa status gizi, status alergi, program diet,
perilaku upaya peningkatan keperawatan 3x24 jam diharapkan kebutuhan dan kemampuan pemenuhan kebutuhan gizi
kesehatan keadekuatan asupan nutrisi untuk Identifikasi kemampuan dan waktu yang tepat
memenuhi kebutuhan metabolisme menerima informasi
Terapeutik
Kriteria hasil : Persiapkan materi dan media seperti jenis-jenis nutrisi,
Serum albumin meningkat tabel makanan penukar, cara mengelola, cara menakar
Pengetahuan tentang pilihan makanan makanan
yang sehat meningkat Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Nyeri abdomen menurun Berikan kesempatan untuk bertanya
Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik Edukasi
Frekuensi makan membaik Jelaskan pada pasien dan keluarga alergi makanan,
Nafsu makan membaik makanan yang harus dihindari, kebutuhan jumlah
Bising usus membaik kalori, jenis makanan yang dibutuhkan
Ajakan melaksanakan diet diet sesuai program
(mis.makanan tinggi protein, rendah garam, rendah
kalori)
Jelaskan hal-hal yang dilakukan sebelum
memberikanmakanan (mis. Perawatan mulut,
penggunaan gigi palsu, obat-obat yang harus diberikan
sebelum makan)
Demostrasikan cara membersihkan mulut
Demostrasikan cara mengatur posisi saat makan
Ajarkan pasien/keluarga memonitor asupan kalori dan
makanan (mis.menggunakan buku harian)
Ajarkan pasien dan keluarga memantau kondisi
kekurangan nutrisi
Anjurkan mendemostrasikan cara memberi makan,
menghitung kalori, menyiapkan makanan sesuai
program diet.
13 Defisit perawatan diri Perawatan diri L.11103 Dukungan perawatan diri (I.11348)
(D.0109) berhubungan Tujuan: Observasi
.
dengan neuromuskuler Setelah dilakukan tindakan Identifikasi kebiasaaan aktivitas perawatan diri sesuai
keperawatan 3x24 jam diharapkan usia
kemampuan melakukan atau Monitor tingkat kemandirian
menyelesaikan aktivitas perawatan Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri,
diri. berpakaian, berhias, dan makan
Terapeutik
Kriteria hasil : Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis.suasana
Kemampuan mandi meningkat hangat, rileks, privasi)
Kemampuan mengenakan pakaian Siapkan keperluan pribadi (mis. Parfum,sikat gigi, dan
meningkat sabun mandi)
Kemampuan makan meningkat Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai
Kemampuan ke toilet (BAB/BAK) mandiri
Minat melakukan perawatan diri Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu
meningkat mempertahankan melakukan perawatan diri
kebersihan diri meningkat Jadwal rutinitas perawatan diri
Edukasi
Anjurkan melakukan peawaatan diri secara konsisten
sesuai kemampuan
1.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakanuntuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi di mulai setelah rencana tindakan
di susun dan di tujukan pada rencana strategi untuk membantu mencapai tujuan yang
di harapkan. Oleh sebab itu, rencana tindakan yang spesifik di laksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan. Tujuan dari
implementasi adalah membantu dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan, yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping (Harahap, 2019)
2.1 PENGKAJIAN
2.1.1 IDENTITAS PASIEN
Nama Ny. M, berusia 58 tahun, berjenis Kelamin perempuan, Suku/Bangsa
Dayak/ Indonesia, agama Kristen Protestan, pekerjaan petani pendidikan SMP, status
perkawinan sudah menikah, alamat Jl.Garuda 13, Masuk rumah sakit pada tanggal 3
Oktober 2021 dengan diagnosa medis tumor abdomen.
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Meninggal
: Klien
... : Tinggal Serumah
1. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk dada simetris kebiasaan merokok tidak ada, tidak ada batuk, sputum
berwarna putih bening, type pernafasan dada dan perut irama pernafasan
teratur, suara nafas tambahan vesikuler, tidak ada bunyi nafas tambahan
Masalah Keperawatan : Tidak ada
2. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
Tidak Ada nyeri, cappilary refill ≤2 detik, tidak ada edema ekstermitas bawah
dan atas, Ictus Cordis tidak terlihat, tidak ada peningkatan Vena Jugularis,
Bunyi Jantung S1 S2 Reguler, irama sinus rythm.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS E : 4 (dapat membuka mata secara spontan), V : 5 (Orientasi baik,
bpasien berbicara dengan jelas) M: 6 (Pasien dapat bergerak sesuai perintah)
dan total Nilai GCS : 15, kesadaran compos menthis, isokor, reflek cahaya kiri
kanan positif, nyeri P :Pasien mengatakan nyeri perut dibagian luka bekas
sayatan operasi Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk R: nyeri hanya terasa di bagian
bekas luka sayatan operasi S: skala nyeri 6 (sedang), T :nyeri dirasakan secara
terus menerus akan terasanya lebih nyeri ketika melakukan pergerakan.
Hasil uji syaraf kranial nervus I (olfaktorius) daya penciuman baik,
nervus kranial II (optikus) penglihatan baik dapat mengenali objek yang
dilihat, nervus kranial III (okulomotorius) pupil dapat berkontraksi saat
melihat cahaya, nervus kranial IV (troklearis) bola mata dapat mengikuti
perintah, nervus kranial V (trigeminus) dapat mengunyah, nervus kranial VI
(abdusen) dapat melotot atau melirik kesamping, nervus kranial VII (fasialis)
dapat tersenyum, nervus kranial VIII (vestibulokoklearis) dapat
mendengarkan perkataan, nervus kranial IX (gasofaringeal) dapat
membedakan rasa, nervus kranial X (vagus) dapat berbicara dengan jelas
nervus kranial XI (aksesorius) dapat menggerakan kepala, nervus kranial XII
(hipogosus) dapat mengendalikan pergerakan lidah
Hasil uji koordinasi ekstrimitas atas jari ke jari negatif, jari ke hidung
negatif ekstrimitas bawah tumit ke jempul kaki negatif uji kestabilan tubuh
negatif uji sensasi tidak ada respon
Pasien mengatakan nyeri perut dibagian luka bekas sayatan operasi, nyeri
seperti ditusuk-tusuk, nyeri hanya terasa di bagian bekas luka sayatan operasi,
skala nyeri 6 (sedang), nyeri dirasakan secara terus menerus akan terasanya
lebih nyeri ketika melakukan pergerakan
Masalah Keperawatan : Nyeri Akut
2. Kesiapan Peningkatan Tujuan: 1. Periksa status gizi, status alergi, program diet, kebutuhan
Nutrisi Setelah dilakukan tindakan dan kemampuan pemenuhan kebutuhan gizi
keperawatan 3x24 jam diharapkan
keadekuatan asupan nutrisi untuk 2. Identifikasi kemampuan dan waktu yang tepat
memenuhi kebutuhan metabolisme menerima informasi
3. Persiapkan materi dan media seperti jenis-jenis nutrisi,
Kriteria hasil : tabel makanan penukar, cara mengelola, cara menakar
Serum albumin meningkat makanan
Pengetahuan tentang pilihan makanan 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
yang sehat meningkat 5. Berikan kesempatan untuk bertanya
Nyeri abdomen menurun 6. Jelaskan pada pasien dan keluarga alergi makanan,
Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik makanan yang harus dihindari, kebutuhan jumlah kalori,
Frekuensi makan membaik jenis makanan yang dibutuhkan
Nafsu makan membaik 7. Ajakan melaksanakan diet diet sesuai program
Bising usus membaik (mis.makanan tinggi protein, rendah garam, rendah
kalori)
8. Demostrasikan cara mengatur posisi saat makan
9. Ajarkan pasien/keluarga memonitor asupan kalori dan
makanan (mis.menggunakan buku harian)
10. Ajarkan pasien dan keluarga memantau kondisi
kekurangan nutrisi
Dimu, Y.Y.M. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Ny.P.B.N Dengan Post Op Tumor
Abdomen Di Ruangan Asoka RSUD. PROF.DR.W.Z.Johannes Kupang. KTI.
Kupang: Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang
Lemone, P., & Burke, K. 2015. Medical-surgical nursing : critical thinking in client
care. (3rd ed). Upper Saddle River, NJ : Prentice Hall.
Moore KL, Dalley AF, Agur AMR. 2014. Moore clinically oriented anatomy. Edisi
ke-7. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins.
Oswari, E. 2000. Bedah Dan Perawatannya. Edisi 3. Jakarta : balai penerbit. FKUI.
Sjamsuhidajat, R. dkk. 2013. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PEAWATAN LUKA
Topik : Luka
Sub Topik : Cara Perawatan Luka
Sasaran : Pasien Dengan Luka
Hari/Tanggal : Selasa/ 20 Oktober 2021
Jam : 09.00 WIB
Waktu : 15 menit
Tempat : Ruang Sakura
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Materi
a. Pengertian
b. Hal-hal yang dapat membantu penyembuhan luka
c. Manfaat perawatan luka
d. Langkah-langkah perawatan luka
2. Media Penyuluhan
Media Penyuluhan yang digunakan:
Lembar Balik
Leafleat
3. Metode Penyuluhan
Strategi yang digunakan dalam penyampaian penyuluhan ini berupa:
a. Ceramah
b. Tanya jawab
4. Setting Tempat
Keterangan :
: Pasien : Penyuluh
D. Evaluasi
1. Metode Evaluasi
a. Metode Evaluasi : Tanya jawab
b. Jenis Evaluasi : Lisan
2. Pertanyaan Evaluasi
a. Apa yang dimaksud dengan pearwatan luka?
b. Apa saja hal-hal yang dapat mempercepat penyembuhan luka?
c. Apa manfaat dari pearwatan luka?
d. Bagaimana langkah-langkah pearawtan luka?
Lampiran
PERAWATAN LUKA
A. Pengertian
Luka adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan terhadap keutuhan kulit
akibat kecelakaan. Perawatan Luka adalah suatu tindakan merawat luka dengan
teknik septic dan anti septic (Potter, 2005).
B. Manfaat Perawatan Luka
1. Menjaga kebersihan dan mencegah infeksi
2. Memberikan rasa nyaman dan aman pada klien dan orang lain
3. Mempercepat proses penyembuhan luka
4. .Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan membran
mukosa
5. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan
6. Mempercepat penyembuhan
7. Membersihkan luka dari benda asing atau debris
8. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat
9. Mencegah perdarahan
10. Mencegah excoriasi kulit sekitar drain.
C. Cara Perawatan Luka
1. Alat-alat Perawatan Luka
a. Set steril yang terdiri atas :
1) Pembungkus
2) Kapas atau kasa untuk membersihkan luka
3) Tempat untuk larutan Larutan anti septic
4) 2 pasang pinset
5) Gaas untuk menutup luka.
6) Alat-alat yang diperlukan lainnya seperti : extra balutan dan zalf,
Gunting
7) Kantong tahan air untuk tempat balutan lama
8) Plester atau alat pengaman balutan
9) Selimut mandi jika perlu, untuk menutup pasien
2. Bahan untuk Membersihkan Luka :
a. Alkohol 70%
b. Natrium Cloride 0.9%
3. Bahan untuk Menutup Luka :
Verband dengan berbagai ukuran
4. Bahan untuk mempertahankan balutan :
Adhesive tapes
Bandages
5. Cara Merawat Luka
a) Sebelumya wadah/rantang direbus sampai mendidih kemudian di
keringkan bagian dalam jangan disentuh biarkan kering sendiri.
b) Masukkan kassa steril ke wadah yang di keringkan kemudian siram dengan
NaCl.
c) Simpan kassa di pinggir luka tapi jangan menyentuh luka.
d) Tekan pinggir luka untuk mengeluarkan PUS / nanah.
e) Bila ada PUS usap dengan sekali usapan saja dengan kassa yang telah di
beri cairan NaCl teruskan sampai bersih dari atas sampai bawah.
f) Setelah selesai keringkan luka dengan kassa kering.
g) Kompres luka dengan kassa yang telah di beri NaCl.
h) Bereskan alat-alat,cuci tangan dengan sabun sampai bersih.
Daftar Pustaka
0,9%
1. persiapan alat Keringkan luka dengan kassa
Cairan infus nacl0,9% steril
Kassa steril
Kompres luka dengan kassa
Plaster
Gunting yang dibasahi betadine
6) bereskan peralatan
7) cuci tangan
Terimakasih