You are on page 1of 17

MAKALAH PSIKOLOGI

" Operant Conditioning"

DISUSUN OLEH:

1. Dena Fitria Hairunisa (2110035019)

2. Astrid Juani Patricia ( 2110035022 )

3. Riko ( 2110035041 )

4. Ana maria rusdiana mude (2110035037)

5. Shalsa Amalia Basir (2110035020)

6. Dita Ranissa 2110035021

7. Odhylia Jessyca Mangampa 2110035027

Program Studi D3 Keperawatan Fakultas Kedokteran

Universitas Mulawarman

Tahun Ajaran 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah Psikologi yang berjudul "Operant Conditioning" dengan
tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Psikologi. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang Operant Psikologi bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ns. Ida Ayu Kade SW, S.Kep., M.Kep, Sp.Kep
An selaku Dosen Mata Kuliah Psikologi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua
anggota kelompok yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Samarinda, November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

BAB I

1.1. Latar Belakang


1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan

BAB II

2.1. Pengertian belajar menurut Teori Operant Conditioning


2.2. Kegiatan belajar dan ciri-ciri kegiatan belajar menurut Teori Operant Conditioning
2.3. Teori belajar konsepsi spekulatif menurut Teori Operant Conditioning
2.4. Faktor yang mempengaruhi belajar menurut Teori Operant Conditioning
2.5. Prinsip belajar menurut teori Operant Conditioning
2.6. Hukum belajar menurut Teori Operant Conditioning
2.7. Contoh penerapan belajar menurut Teori Operant Conditioning

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang diharapkan mampu


mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas. Untuk mencapai tujuan tersebut,
maka sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang harus diselenggarakan secara
berencana, terarah dan sistematis.

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 pasal 4 ayat 2 disebutkan bahwa: “Pendidikan


diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dengan
multimakna.’’ Dalam Undang-Undang yang dicantumkan ini memiliki makna bahwa proses
penyelenggaraan pendidikan itu merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terpisah atau relevan
yang bersifat terbuka dan memiliki banyak makna yang terkandung didalamnya sehingga semua
orang bebas memberikan penafsiran akan proses penyelenggaraan Pendidikan, baik Pendidikan
secara formal maupun Pendidikan secara non formal.

Sebagai komponen pengajaran, metode memegang peranan yang tidak kalah pentingnya dari
komponen lainnya dalam kegiatan mengajar. Tidak ada satupun kegiatan mengajar yang tidak
menggunakan metode. Oleh karena itu, menggunakan metode sebagai pengajaran berarti guru
memahami benar kedudukan metode sebagai alat motivasi yang ekstrinsik dalam kegiatan proses
belajar mengajar. Agar proses pembelajaran berjalan dengan baik, maka diperlukan
keterampilan seorang guru dalam mengelola pembelajaran, baik itu berupa teori, strategi, model,
ataupun metode pembelajaran.

Salah satu teori pembelajaran yang terkenal adalah teori pembelajaran Operant Conditioning
yang di kemukakan oleh Burrhus Frederick Skinner. B.F. Skinner berpendapat bahwa dalam
proses pembelajaran perlu adanya reward and punishment, dengan kata lain Teori ini dilandasi
oleh adanya penguatan (reinforcement). Teori belajar Operant Conditioning yang dikemukakan
oleh B.F. Skinner ini memandang perilaku dalam melakukan proses pembelajaran perlu adanya
reward bagi siswa yang memiliki perilaku positif dan Punishment bagi siswa yang memiliki
sikap negatif. Misalnya, karena seorang anak belajar dengan giat maka dia mampu menjawab
banyak atau semua pertanyaan dalam ulangan atau ujian. Guru kemudian memberikan
penghargaan (sebagai penguatan terhadap respon) kepada anak tersebut dengan nilai tinggi,
pujian, atau hadiah. Berkat pemberian penghargaan ini maka anak itu akan belajar lebih rajin
lagi. Teori belajar Operant Conditioning ini cocok untuk di terapkan dalam salah satu mata
pelajaran yang diajarkan di Madrasah Aliyah Negeri adalah akidah akhlak. Akidah akhlak
memiliki banyak kompetensi yang harus dicapai dalam proses pembelajarannya.

Banyak teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai
sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi banyak
sumb²angan terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku (behaviorisme) yang
awal mulanya dikembangkanolehpsikolog Rusia Ivan Pavlav (tahun 1900 -
an) dengan teorina yang dikenal dengan istilah pengkondisian klasik (classical conditioning)
dan kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi yang lain
seperti Edward Thorndike, B.F Skinner dan Gestalt.

Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.
Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.
Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku
yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang
sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau Penilaian didasari atas perilaku yang
tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak me mberikan ceramah, tetapi instruksi singkat
yang diikuti contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.

Salah satu teori dari aliran behaviorisme adalah teori operant conditioning. Ini merupakan
teori belajar yang berusia paling muda dan masih berpengaruh dikalangan para ahli
psikologi belajar masa kini. Pencipta teori ini bernama Burrhus Frederic Skinner (1904), seo rang
penganut behaviorism yang dianggap kontroversal. Tema pokok yang mewarnai
karyakaryanya adalah bahwa tingkah laku itu terbentuk oleh konsekuensikonsekuensi yang
ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri.

1.2. Rumusan Masalah

Dari Latar belakang diatas dapat kita peroleh rumusan masalah antara lain:

1. Pengertian belajar menurut Teori Operant Conditioning

2. Kegiatan belajar dan ciri-ciri kegiatan belajar menurut Teori Operant Conditioning

3. Teori belajar konsepsi spekulatif menurut Teori Operant Conditioning

4. Faktor yang mempengaruhi belajar menurut Teori Operant Conditioning

5. Prinsip belajar menurut teori Operant Conditioning

6. Hukum belajar menurut Teori Operant Conditioning

7. Contoh penerapan belajar menurut Teori Operant Conditioning

1.3. Tujuan

Dari rumusan masalah diatas, dapat kita peroleh tujuan antara lain:

1. Untuk mengetahui pengertian belajar menurut teori Operant Conditioning


2. Untuk mengetahui kegiatan belajar dan ciri-ciri kegiatan belajar menurut teori Operant
Conditioning

3. Untuk mengetahui teori belajar konsepsi spekulatif menurut teori Operant Conditioning

4. Untuk mengetahui Faktor yang mempengaruhi belajar menurut Teori Operant


Conditioning

5. Untuk mengetahui Prinsip belajar menurut teori Operant Conditioning

6. Untuk mengetahui Hukum belajar menurut teori Operant Conditioning

7. Untuk mengetahui conto penerapan belajar menurut teori Operant Conditioning

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Belajar menurut Teori Conditioning

Operant Conditioning (B.F. Skinner)


Teori Operant Conditioning diciptakan oleh Burhus Frederch Skinner lahir pada tahun 1904,
seorang penganut behaviorisme yang dianggap controversial. Tahun 1974 Skinner menerbitkan
karya tulis yang dianggap baru yaitu ‘’behaviorisme’’ dimana tema pokok dari karya tersebut
adalah bahwa tingkah laku dibentuk oleh konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh
tingkah laku itu sendiri.

Pengertian
Operant Conditioning atau pengkondisian operan adalah suatu proses penguatan perilaku operan
(penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang
kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan. Skinner berpendapat setiap suatu tindakan
yang telah dibuat ada konsekuensinya, penghargaan untuk tindakan yang benar, hukuman untuk
yang salah. Tindakan yang ingin mendapat penghargaan akan menjadi suatu kebiasaan, dan
secara tidak disadari kebiasaan lama akan hilang.

Latar Belakang Teori Operant Conditioning B.F Skinner


Skinner mengemukakan pendapatnya dengan memasukkan unsur penguatan kedalam hukum
akibat, yakni perilaku yang dapat menguatkan cenderung di ulangi kemunculannya, sedangkan
perilaku yang tidak dapat menguatkan cenderung untuk menghilang atau terhapus.Oleh karena
itu Skinner dianggap sebagai bapak operant conditioning.

Konsep Teori Operant Conditioning


Sistem pembentukan prilaku yang ditawarkan oleh Skinner didasarkan pada ”cara kerja yang
menentukan (operant conditioning)”. Dimana Skinner mengemukakan bahwa:

• Perilaku yang diikuti oleh stimulan-stimulan penggugah memperbesar kemungkinan


dilakukannya lagi prilaku tersebut dimasa-masa selanjutnya.

• Perilaku yang tidak lagi diikuti oleh stimulant-stimulan penggugah memperkecil


kemungkinan dilakukannya prilaku tersebut dimasa-masa selanjutnya.

2.2. Kegiatan belajar (ciri-ciri kegiatan belajar) menurut teori Operant Conditioning

Kegiatan belajar Skinner terhadap pembelajaran.

Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit yang terkecil.
b. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika
benar diperkuat.
c. Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
d. Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran
agar tidak menghukum.
e. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
f. Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
g. Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai
tujuan.
h. Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan pembentukan (shaping).
i. Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.

2.3. Teori belajar konsepsi spekulatif menurut Teori Operant Conditioning

Dasar teori Belajar Operant Conditioning B.F. Skinner

Skinner menganggap reward dan reinforcement sebagai faktor terpenting dalam proses belajar.
Skinner berpendapat bahwa tujuan Psikologi adalah meramal dan mengontrol tingkah laku.
Skinner sama seperti Thorndike berkesimpulan bahwa pengaruh dari reinforcement dan hukuman
tidak simetris. Reinforcement dapat merubah kemungkinan munculnya respon, sedangkan
hukuman tidak.

Skinner membagi dua jenis respon dalam proses belajar yakni:

1. Respondent yakni respon yang terjadi karena stimulus khusus, misalnya Pavlov.
2. Operants yakni respon yang terjadi karena situasi random.

Namun dalam kenyataannya, responden respon sangat terbatas adanya pada manusia, dan karena
adanya hubungan yang pasti antara stimulus dan respon, kemungkinan untuk memodifikasinya
adalah kecil. Sebaliknya operant response merupakan begian terbesar daripada tingkah laku
manusia dan kemungkinan untuk memodifikasinya, boleh dikatakan tak terbatas. Berdasrkan
dengan kedua tingkah laku di atas, skinner membagi dua macam conditioning dalam belajar
yaitu:

1. Respondent conditioning atau tipe-S


Disebut juga dengan conditioning tipe-S karena menitik beratkan pada stimulus untuk
mendapatkan atau memunculkan respon yang diinginkan. Conditioning tipe S ini sama dengan
conditioning klasik dari Pavlov.

2. Operant conditioning atau tipe-R

Disebut juga dengan conditioning tipe-R karena menitik beratkan pada pentingnya respon tanpa
adanya stimulus yang menarik. Tingkah laku (respon) dikontrol oleh efeknya atau
pengaruhpengaruhnya terhadap lingkungan.

Eksperimen dari Teori Belajar Operant Conditioning F. Skinner

Skinner terkenal dengan alat eksperimennya yaitu sebuah kotak kecil yang memiliki sebuah
pedal yang dapat digerakkan yang dikenal dengan nama Skinner Box, terdiri dari ruangan yang
didalamnya terdapat tombol, tempat makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya, dan lantai yang
terdiri dari jeruji besi, yang dapat dialiri listrik. Tempat makanan dan minuman diatur, bila
tombol tertekan, makanan dapat jatuh ditempat makanan.Tikus lapar dimasukkan ke dalam
box.Tikus tersebut beroperasi, melakukan gerakan-gerakan. Diamati dalam waktu tertentu
beberapa kali tikus itu menyentuh tombol. Dan ini dijadikan sebagai dasar atau patokan, sebagai
garis dasar atau level operant. Pada saat itu belum jatuh makanan. Setelah diperoleh base line
atau level, operant eksperiment dimulai. Dan pada saat tikus jatuh dari makanan, alat
difungsikan.

2.4. Faktor yang mempengaruhi belajar menurut Teori Operant Conditioning

Faktor Pendukung dan Penghambat Motivasi Belajar Siswa


Nikmah (2018: 58-68) menjelaskan beberapa faktor pendukung dan penghambat motivasi belajar
siswa, yaitu :

a. Faktor Pendukung Motivasi Belajar Siswa


Faktor pendukung motivasi belajar siswa mencakup beberapa hal berikut : 1)
Faktor Internal

a. Kecakapan Tinggi
Kecakapan yang dimaksud adalah kecakapan untuk menghadapi dan
menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, kecakapan
dalam mengetahui konsep-konsep abstrak secara efektif, dan kecakapan
mengetahui relasi sertamempelajarinya dengan cepat. Siswa yang memiliki
kecakapan tinggi memiliki peluang meraih prestasi belajar yang lebih optimal.

b. Bakat yang Mumpuni


Bakat harus diasah secara terus-menerus dengan belajar atau berlatih untuk
mencapai prestasi belajar. Bakat yang dimiliki oleh siswa sangat mempengaruhi
motivasi dalam belajar. Siswa yang menguasai materi pembelajaran sesuai bakat
yang dimiliki, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

c. Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri mampu memotivasi siswa untuk belajar lebih rajin, meskipun
awalnya siswa tersebut bukanlah siswa yang berprestas. Siswa akan mampu
membuat perubahan dalam dirinya untuk meraih kesuksesan dengan semangat
tinggi.

2) Faktor Eksternal

a. Faktor Guru
Peran guru sangat besar dalam mendorong minat dan memotivasi semangat belajar
siswa. guru perlu menyadari bahwa siswa harus dilibatkan secara aktif dalam
proses pembelajaran. Siswa diajak untuk terlibat aktif dalam membangun
pengetahuannya berdasarkan pengalaman belajar. Dorongan dan semangat yang
diberikan oleh guru kepada siswa dapat direspon baik oleh siswa jika guru mampu
memperlakukan siswa sesuai dengan kemampuannya.

b. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan
lingkungan masyarakat. Lingkungan sekolah yang menjadi faktor pendukung
motivasi belajar siswa adalah penciptaan kondisi kelas dan kedisiplinan sekolah.
Pengaruh keluarga seperti pola asuh orangtua, keharmonisan antar anggota
keluarga, dan kondisi ekonomi keluarga berperan penting dalam motivasi belajar.
Keluarga yang penuh kedisiplinan merupakan modal untuk menumbuhkan
kesadaran siswa untuk tekun belajar. Kondisi ekonomi berhubungan dengan
pemenuhan fasilitas belajar siswa. Lingkungan masyarakat yang dimaksud adalah
teman sebaya. Pergaulan di lingkungan masyarakat terkadang berlawanan dengan
aturan yang sudah ada.

b. Faktor Penghambat Motivasi Belajar Siswa


Faktor pendukung motivasi belajar siswa mencakup beberapa hal berikut :
1. Faktor Internal

a) Rendahnya Tingkat Intelegensi


Intelegensi yang dimiliki siswa sangat berpengaruh dalam memotivasi siswa
untuk belajar. Jika siswa memiliki intelegensi tinggi, maka minat terhadap proses
belajar akan meningkat. Jika intelegensi yang dimiliki siswa rendah, maka
motivasi siswa untuk belajar akan menurun.
b) Bakat Tidak Sesuai
Siswa yang memiliki bakat mumpuni akan mudah untuk menyerap informasi,
pengetahuan dan keterampilan yang disampaikan oleh guru, sehingga motivasi
belajar akan semakin tinggi karena kecintaannya pada pelajaran yang
disampaikan. Jika materi pelajaran yang dipelajari oleh siswa tidak sesuai dengan
bakat yang dimilikinya, maka siswa akan mengalami kesulitan dan berdampak
pada minat belajar siswa.
c) Minder
Rasa kurang percaya diri siswa sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar
siswa. Siswa yang aktif bertanya, berani maju ke depan, dan rajin berpendapat
saat diskusi tentu akan memiliki motivasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan
siswa yang pasif dan hanya menimak penjelasan dari guru.

2. Faktor Eksternal

a) Faktor Guru
Guru yang kurang interaktif dan monoton dalam penyampaian materi
pembelajaran akan membuat siswa cenderung bosan dan tidak konsentrasi dalam
menyerap materi yang disampaikan. Jika guru tidak menguasai materi pelajaran,
kurang melibatkan siswa, kurang mampu mengelola kelas, kurang memahami
siswa, dan kurang mampu melaksanakan evaluasi akan membuat motivasi belajar
siswa menurun karena rasa bosan.

b) Faktor Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud disini adalah lingkungan sekolah, lingkungan
keluarga, dan lingkungan masyarakat. Lingkungan sekolah yang menjadi faktor
penghambat motivasi belajar siswa adalah kurangnya perhatian guru kepada
siswa karean jumlah siswa yang terlampaui jumlah ideal, sehingga siswa akan
cenderung pasif. Pengaruh keluarga seperti pola asuh orangtua, kedisiplinan dan
kondisi ekonomi keluarga berperan penting dalam motivasi belajar siswa.
Orangtua yang tidak peduli terhadap proses belajar anak cenderung akan
membuat anak
2.5. Prinsip belajar menurut teori Operant Conditioning

Skinner mengidentifikasi sejumlah prinsip mendasar dari operant conditioning yang menjelaskan
bagaimana seseorang belajar perilaku baru atau mengubah perilaku yang telah ada. Prinsipprinsip
utamanya adalah reinforcement (penguatan
kembali), punishment (hukuman), shaping (pembentukan), extinction (penghapusan), discriminat
ion (pembedaan), dan generalization (generalisasi).

1. Penguatan

Reinforcement (penguatan) berarti proses yang memperkuat perilaku yaitu, memperbesar


kesempatan supaya perilaku tersebut terjadi lagi. Ada dua kategori umum reinforcement, yaitu
positif dan negative. Reinforcement positif merupakan metode yang efektif dalam
mengendalikan perilaku baik hewan maupun manusia. Untuk manusia, penguat positif meliputi
item-item mendasar seperti makanan, minuman, seks, dan kenyamanan yang bersifat fisikal.
Penguat positif lain meliputi kepemilikan materi, uang, persahabatan, cinta, pujian, penghargaan,
perhatian, dan sukses karir seseorang. Reinforcement negatif merupakan suatu cara untuk
memperkuat suatu perilaku melalui cara menyertainya dengan menghilangkan atau meniadakan
stimulus yang tidak menyenangkan. Ada dua tipe reinforcement negatif: mengatasi dan
menghindari. Di dalam tipe pertama (mengatasi), seseorang melakukan perilaku khusus
mengarah pada menghilangkan stimulus yang tidak mengenakkan. Dalam tipe kedua
(menghindari), seseorang melakukan suatuperilaku menghindari akibat yang tidak
menyenangkan.

2. Hukuman

Apabila reinforcement memperkuat perilaku, hukuman memperlemah, mengurangi peluangnya


terjadi lagi di masa depan. Sama halnya dengan reinforcement, ada dua macam hukuman, positif
dan negatif. Hukuman yang positif meliputi mengurangi perilaku dengan memberikan stimulus
yang tidak menyenangkan jika perilaku itu terjadi. Hukuman negatif atau disebut juga peniadaan,
meliputi mengurangi perilaku dengan menghilangkan stimulus yang menyenangkan jika perilaku
terjadi.

3. Pembentukan

Pembentukan merupakan teknik penguatan yang digunakan untuk mengajar perilaku hewan atau
manusia yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Dalam cara ini, guru memulainya
dengan penguatan kembali suatu respons yang dapat dilakukan oleh pembelajar dengan mudah,
dan secara berangsur-angsur ditambah tingkat kesulitan respons yang dibutuhkan. Sebagai
contoh, mengajar seekor tikus menekan tuas yang terletak di atas kepalanya, pelatihnya dapat
pertama-tama memberikan hadiah pada gerakan kepala apapun ke arah atas, kemudian gerakan
ke arah atas 2,5 cm, dan seterusnya, sampai gerakan tersebut mampu menekan tuas. Pakar
psikologi telah menggunakan shaping (pembentukan) ini untuk mengajarkan kemampuan
berbicara pada anak-anak dengan keterbelakangan mental yang parah dengan pertama-tama
memberikan hadiah pada suara apa pun yang mereka keluarkan, dan kemudian secara berangsur
menuntut suara yang semakin menyerupai kata-kata dari gurunya.

4. Eliminasi Penguatan

Sebagaimana dalam classical conditioning, respons yang dipelajari di dalam operant conditioning
tidak selalu permanen. Di dalam operant conditioning, extinction (eliminasi kondisi) merupakan
eliminasi dari perilaku yang dipelajari dengan menghentikan penguat dari perilaku tersebut. Jika
seekor tikus telah belajar menekan tuas karena dengan melakukan ini hewan tersebut menerima
makanan, tingkat penekanannya pada tuas akan berkurang dan pada akhirnya berhenti sama sekali
jika makanan tidak lagi diberikan. Pada manusia, menarik kembali penguat akan menghilangkan
perilaku yang tidak diinginkan.

5. Generalisasi dan Diskriminasi

Generalisasi dan diskriminasi yang terjadi di dalam operant conditioning nyaris sama dengan
yang terjadi di dalam classical conditioning. Dalam generalisasi, seseorang suatu perilaku yang
telah dipelajari dalam suatu situasi dilakukan dalam kesempatan lain namun situasinya sama.

Diskriminasi merupakan proses belajar bahwa suatu perilaku akan diperkuat dalam suatu situasi
namun tidak dalam situasi lain. Seseorang akan belajar bahwa menceritakan leluconnya di dalam
gereja atau dalam situasi bisnis yang memerlukan keseriusan tidak akan membuat orang tertawa.
Stimuli diskriminatif memberikan peringatan bahwa suatu perilaku sepertinya diperkuat negatif.
Orang tersebut akan belajar menceritakan leluconnya hanya ketika ia berada pada situasi yang
riuh dan banyak orang (stimulus diskriminatif). Belajar ketika perilaku akan dan tidak akan
diperkuat merupakan bagian penting dari operant conditioning.

Cepat menyerah ketika mengalami kesulitan belajar. Keluarga yang tidak membiasakan anak
untuk disiplin dalam belajar akan berdampak pada menurunnya motivasi belajar siswa. Fasilitas
yang diberikan oleh orangtua di rumah dalam proses belajar juga berpengaruh pada kebuituhan
belajar anak di rumah. Lingkungan masyarakat yang dimaksud mencakup pergaulan anak. Jika
seorang anak berada di lingkungan yang mengesampingkan kegiatan belajar, maka kesadaran
untuk belajar pada diri anak akan berangsur hilang.
2.6. Hukum belajar menurut teori Operant Conditioning

Hukuman adalah Komponen pada operant conditioning pada konsep operant conditioning,
terdapat komponen kunci yang perlu dipahami, yaitu reinforcement (dukungan atau hadiah) dan
punishment (hukuman).

• Reinforcement

Reinforcement adalah segala hal yang terjadi yang dapat menguatkan suatu perilaku.
Reinforcement bisa bersifat positif maupun negatif.

1. Reinforcement positif

Reinforcement positif adalah hal yang menghasilkan atau menguatkan suatu perilaku positif.
Misalnya, setelah Anda bekerja dengan baik di kantor, perusahaan memberikan pujian dan bonus
gaji. Bonus gaji tersebut adalah reinforcement positif yang dapat meningkatkan performa Anda
selanjutnya di kantor. Sebab, Anda akan belajar bahwa dengan menjalani pekerjaan dengan baik,
akan ada konsekuensi positif yang akan didapatkan.

2. Reinforcement negatif

Reinforcement negatif adalah suatu hal yang dilakukan untuk menghentikan perilaku negatif
yang dihadapi. Misalnya, anak berteriak di tengah keramaian dan teriakan tersebut berhenti
setelah Anda memberinya snack. Hal ini akan membuat Anda berpikir bahwa dengan
memberikan snack, maka akan ada sebuah konsekuensi yaitu anak menjadi tenang. Namun,
perilaku ini bukanlah perilaku yang positif dan Anda akan terbiasa mengandalkan snack ketika Si
Kecil rewel.

• Punishment

Kebalikan dari reinforcement, punishment adalah segala hal yang dapat mengurangi terjadinya
suatu perilaku. Punishment juga dibagi menjadi dua, yaitu punishment positif dan punishment
negatif.

1. Punishment positif

Punishment positif atau punishment by application adalah suatu usaha yang dilakukan untuk
mengurangi terjadinya perilaku dengan melemahkan respons. Contohnya adalah menghukum
anak dengan memukul ringan tubuhnya karena ia berperilaku tidak baik di depan umum.

2. Punishment negatif
Punishment negatif juga dikenal sebagai punishment by removal. Artinya, tindakan ini dilakukan
dengan menyingkirkan benda atau apapun yang bisa memicu perilaku negatif. Contoh dari
langkah ini adalah dengan melarang anak bermain gadget dan menyimpan gadgetnya apabila ia
berperilaku buruk di depan umum.

2.7. Contoh Penerapan Belajar menurut teori Operant Conditioning.

Contoh Penarapan Belajar Operant:

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Pada dasarnya teori operant conditioning Skinner akan terjadibila respons terhadapsebuah
stimulus diperkuat. Teori operant conditioning Skinner merupakan sistemumpan balik
sederhana: bila reward atau penguatan mengikuti respons terhadap sebuahstimulus, maka
respon itu akan lebih sering atau mungkin muncul lagi dimasa yangakan datang. Karena
hadiah atau hukuman merupakan bagian penting dalampembahasan teori belajar ini.

2. Prinsip-prinsip teori belajar perilaku menurut Skinner ada tiga, yaitu prinsipkonsekuensi
yang terdiri dari reinforser dan hukuman, prinsipkesegeraan konsekuensi,dan prinsip
pembentukan atau shaping.

3. Aplikasi teori operat conditioning Skinner dalam pendidikan dapat disimpulkan


denganlangkah-langka diantaranya penentuan tujuan, menentukan batas kemampuan
siswa,mengadakan penilaian, memberikan reinforcement, memberikan remidi pada
siswayang dinilai membutuhkannya, dan guru konsisten sebagai arsitek pembentuk
perilakusiswa

3.2. Saran

Bahwa penerapan teori operant conditioning B.F Skinner mampu meningkatkan motivasi belajar
siswa, namun demikian dari analisis deskriptif menunjukan masih terdapat indikator yang
menunjukan siswa yang memiliki motivasi dalam kategori rendah dan cukup yaitu indikator
menunjukan minat untuk sukses dan mempunyai orientasi akan datang. Oleh sebab itu, guru
hendaknya berusaha meningkatkan kedua indikator tersebut dengan memberikan penjelasan
mengenai pentingnya belajar.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.sehatq.com/artikel/operant-conditioning-adalah-metode-belajar-efektif-ini-
konsepnya/amp

http://eprintslib.ummgl.ac.id/id/eprint/1622

http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jbti/article/download/4561/pdf

http://agussiswoyo.com/motivasi-guru/10-prinsip-dalam-proses-belajar-yang-efektif-dan-efisien/

http://lpmpsulteng.kemdikbud.go.id/index.php/2017/01/18/pengertian-belajar-dan-hakikat-
belajar/

http://blog.unnes.ac.id/eliyana99/2016/12/12/teori-belajar-operant-conditioning/

https://scholar.google.com/scholar?
q=operant+conditioning&hl=id&as_sdt=0,5&as_rr=1#d=gs_qabs&u=%23p
%3DmFneQxQM4PgJ

You might also like