You are on page 1of 13

BAB 2

MEKANIKA TANAH

2.1 Dasar Teori


Mekanika tanah adalah bagian dari geologi teknik yang merupakan salah satu
cabang dari ilmu teknik sipil, dalam bahasa inggris mekanika tanah berarti soil
mechanics atau soil engineering dan bodenmechanik dalam bahasa jerman. Istilah
mekanika tanah diberikan oleh karl von terzaghi pada tahun 1925 melalui
bukunya “erdbaumechanik auf bodenphysikalicher grundlage” Mekanika tanah
berdasar pada sifat-sifat dasar fisik tanah, yang membahas prinsip-prinsip dasar
dari ilmu mekanika tanah modern, dan menjadi dasar studi-studi lanjutan ilmu ini,
sehingga Terzaghi disebut sebagai “Bapak Mekanika Tanah”.
Praktikum ini lebih khusus pada penyelidikan mengenai keadaan suatu tanah
yang akan digunakan sebagai tempat berdirinya suatu bangunan. Hasilnya berupa
data-data yang selanjutnya dianalisa sampai dapat ditentukan struktur bangunan,
tipe fondasi dan lain-lain sesuai dengan sifat-sifat yang dimiliki tanah tersebut.
Hal-hal tersebut di atas sangat penting untuk menunjang segi ekonomis, segi
keselamatan baik bangunan, pengguna maupun pekerja yang ada dan sebagainya.

2.2 Tujuan
Secara garis besar tujuan diadakannya praktikum mekanika tanah ini adalah
untuk mengetahui dan memahami segi teknis dari penyelidikan tanah baik di
laboratorium maupun di lapangan. Sedangkan tujuan mahasiswa dengan adanya
praktikum ini, dapat mempraktekkan teori-teori yang ada dalam mata kuliah
geologi teknik yang didapat pada saat kuliah secara langsung, sehingga
mahasiswa diharapkan dapat memahami lebih baik apa yang dipelajari dalam
mata kuliah geologi teknik.

2.2.1 Tujuan pengujian sifat fisik tanah


Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui sifat fisik tanah yang
berupa beberapa sifat fisik tanah adalah warna tanah, tekstur tanah, struktur

4
5

tanah, konsistensi tanah, bobot isi (bulk density) dan bobot jenis (partcle’s
density). Tekstur tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang
mempengaruhi kemampuan tanah menyerap air.

2.2.2 Tujuan pengujian sifat mekanik tanah


Tujuan pengujian sifat mekanik tanah yaitu untuk mengetahui segi teknis
dan karakteristik dari suatu tanah, kemudian untuk mengetahui bentuk dan
jenis dasar tanah yang dipakai dalam praktikum mekanika tanah dan
mengetahui proses kerja dalam penelitian yang dilakukan pada praktikum
mekanika tanah di lapangan.

2.3 Alat dan Bahan


Pada praktikum mekanika tanah dibutuhkan alat dan bahan dalam pengujian
di laboratorium berupa:
a. Ring berfungsi untuk mencetak tanah yang telah di mesh 40 dan dicampur
air.
b. Mangkuk berfungsi sebagai wadah untuk menghaluskan sampel tanah
sebelum di mesh dan membuat sampel tanah yang akan di masukan
kedalam cetakan.
c. Spatula pisau berfungsi untuk meratakan bagian permukaan cetakan
sampel tanah serta membersihkan cetakan sampel tanah.
d. Saringan mesh 40 berfungsi untuk menyaring sampel tanah hingga
berukuran seragam dengan ukuran mesh 40.
e. Palu berfungsi untuk menumbuk sampel tanah menjadi halus dan siap
untuk diayak pada mesh 40.
f. Picknometer berfungsi sebagai wadah sampel tanah yang telah di campur
dengan air dan akan dipanaskan di kompor elektrik.
g. Kompor elektrik berfungsi untuk memanaskan sampel tanah pada tabung
picknometer.
h. Neraca digital berfungsi untuk menimbang sampel tanah, picknometer, dan
ring.
6

i. Oven berfungsi untuk memanaskan dan mengeringkan sampel tanah.


j. Jangka sorong befungsi untuk mengukur panjang dan lebar sampel tanah
serta ring untuk perhitungan volume sampel tanah dan cetakan ring.
k. Termometer berfungsi untuk mengukur suhu pada saat pengujian berat
jenis sampel.
l. Aquades berfungsi untuk membuat sampel tanah mudah dicetak.
m. Kalkulator digunakan untuk mempermudah perhitungan data pengujian.
n. Penjepit batuan digunakan untuk membantu dalam mengeluarkan sampel
didalam oven.

2.4 Langkah Kerja


2.4.1 Langkah kerja pengujian sifat fisik tanah
2.4.1.1 Analisis saringan
a. Siapkan alat yang diperlukan lalu ambil sampel tanah kering
sebanyak 2 kg dan masukkan ke dalam plastik.

Gambar 2.1 Memasukan tanah kedalam plastic

b. Kemudian masukkan tanah yang sudah diambil ke dalam nampan


lalu bersihkan dari pengotornya seperti akar tanaman dan sampah.
7

Gambar 2.2 Memasukan tanah kedalam nampan

c. Setelah itu tumbuk tanah dengan palu kayu lalu ambil sampel
tanah sebanyak 1 kg dan timbang.

Gambar 2.3 Timbang sampel tanah

d. Bersihkan saringan dari sisa-sisa tanah yang menempel lalu


timbang berat masing-masing saringan dan catat data tersebut.
e. Susun saringan dari diameter yang paling besar berada di atas
hingga yang paling kecil dan panci.
8

Gambar 2.4 Susunan saringan

f. Masukkan tanah yang sudah ditimbang ke dalam saringan lalu


tutup dan getarkan selama kurang lebih 10 menit.
g. Timbang satu per satu saringan dengan tanah yang masih tertahan
dalam saringan.

Gambar 2.5 Timbang sampel tanah


9

h. Hitung dengan rumus


a) Presentase tanah yang tertahan = ( berat yang tertinggal / berat
total ) x 100 %
b) Presentase kumulatif tertahan adalah prosentase butir tanah yang
tertinggal pada saringan tersebut ditambah prosentase butir
tanah yang tertinggal pada saringan-saringan sebelumnya.

2.4.1.2 Pengujian bobot isi tanah, bobot isi kering dan kadar air
a. Siapkan alat yang akan digunakan lalu jika sampel tanah masih
memiliki butiran yang kasar, tumbuk sampel tanah hingga berbutir
halus seperti lanau atau lempung.

Gambar 2.6 Menumbuk sampel tanah

b. Hitung diameter dari wadah berbentuk tabung terbuka dan tinggi


dari cawan tersebut.
10

Gambar 2.7 Pengukuran diameter

c. Hitung berat kosong dari kedua wadah tersebut dengan neraca


sebagai w1 lalu tentukan cawan 1 dan 2.

Gambar 2.8 Pengukuran berat cawan

d. Tanah yang sudah dihaluskan dimasukkan ke dalam wadah sampai


rata dan beri sedikit air supaya tanah menjadi basah dan mudah
dibentuk.
11

Gambar 2.9 Sampel tanah ke cawan

e. Timbang kedua wadah tersebut sebagai W2 (berat wadah ditambah


berat tanah basah) lalu masukkan ke dalam oven untuk
dikeringkan dengan suhu 110° dan tunggu beberapa menit.

Gambar 2.10 Pengeringan sampel

f. Setelah kering, timbang wadah tersebut sebagai W3 (berat wadah +


tanah kering), tanah dikeringkan untuk mendapatkan nilai berat air
(Ww) dengan cara W2 - W3.
g. Lalu hitung dengan rumus :

W
γ (bobot isi tanah )=
V
Ws
γd (bobot isi kering)= x 100%
V
Ww
w (kadar air)= x 100 %
Ws
12

2.4.1.3 Pengujian berat jenis tanah


a. Hancurkan sampel tanah dengan cara ditumbuk kemudian saring dengan
saringan no. 40 dan keringkan di dalam oven.

Gambar 2.11 Sampel tanah dihaluskan

b. Cuci piknometer lalu keringkan dengan lap dan timbang dengan neraca
sebagai nilai W1. lakukan perhitungan W1 sebanyak 3x dengan cara
menimbang piknometer sebanyak 3x dengan neraca.
c. Beri tanda piknometer 1/3 bagian dan 2/3 bagian yang artinya
piknometer tersebut diberi tanda dengan cara dibagi 3 dari volume
piknometer.
d. Masukkan sampel tanah yang sudah lolos saringan hingga mencapai 1/3
piknometer dan timbang sebagai W2 (berat piknometer + sampel kering).
e. Piknometer yang berisi air dan sampel dipanaskan supaya udara yang
terjebak dalam piknometer keluar, setelah itu angkat dari oven.
13

Gambar 2.12 Piknometer kosong

f. Ukur suhu dari perendaman air menggunakan termometer lalu


piknometer yang sudah dipanaskan dimasukkan ke dalam rendaman air
lalu ukur suhunya.
g. Akibat pemanasan piknometer air yang terdapat pada piknometer
berkurang karena menguap saat dipanaskan. Tambahkan air hingga
mencapai 2/3 volume piknometer.
h. Timbang piknometer berisi sampel tanah dan air sebagai W3 dan
timbang piknometer berisi air dengan neraca dan catat sebagai W4 (berat
piknometer + aquades).
i. Hitung dengan rumus berat jenis.

W 2−W 1
Gs=
( W 4−W 1)−(W 3−W 2)

Keterangan :
Gs = berat jenis butir tanah (gr/cm3)
W1= berat piknometer kosong (gr)
W2= berat piknometer + sampel kering (gr)
W3= berat piknometer + sampel + aquades (gr)
W4= berat piknometer + aquades jenuh (gr).
14

2.4.1.4 Pengujian batas cair tanah


a. Timbang berat cawan lalu letakkan sampel kedalam cawan kemudian
tambahkan air ke dalam sampel dan aduk hingga rata.
b. Letakkan sampel ke dalam mangkuk, aduk dan ratakan dengan solet.
Setelah itu belah sampel pada cassagrande dengan solet hingga terpisah
menjadi 2 bagian.
c. Putar stang cassagrande sehingga terketuk sampai alur menutup kembali
sepanjang 1 cm. Setelah itu catat jumlah ketukan
d. Ambil tanah dari cassagrande dan timbang. Lakukan percobaan 4 kali
dan usahakan agar jumlah ketukan di bawah 25 kali sebanyak 2 kali dan
di atas 25 ketukan sebanyak 2 kali.
e. Masukkan sampel yang sudah ditimbang ke dalam oven lalu timbang
kembali.

2.4.1.5 Pengujian batas plastis tanah


a. Timbang cawan kosong lalu sampel tanah ditambahkan aquades
kemudian aduk hingga rata.
b. Letakkan sampel di atas kaca dan menggelintir hingga berdiameter 3 mm
dan mulai retak.
c. Jika sampai diameter 3 mm dan belum retak berarti tanah terlalu banyak
mengandung air, maka cari bagian tanah yang tidak terlalu banyak
airnya. Jika sampai diamter 3 mm dan mulai retak lalu timbang dengan
cawan kemudian panaskan dalam oven dengan suhu 110° selama 24 jam
setelah itu timbang kembali.

2.4.2 Langkah kerja pengujian sifat mekanik tanah


2.4.2.1 Uji kuat tekan bebas
a. Sampel tanah diambil dan dicetakan pada cetakan silinder. Kemudian
ukur diameter lingkaran (D), tinggi sampel awal (Ho) dan luas lingkaran
sampel silinder (Ao).
15

b. Lakukan pengujian sampel dengan mesin penekan dan amati perbacaan


mula-mula proving ring dial, arloji ukur regangan vertikal dan waktu.
c. Setelah itu beri tekanan vertikal pada benda uji, dilakukan pembacaan
poving dial setiap 2 mm.
d. Pemberian regangan vertikal ditingkatkan sampai terjadi kelongsoran
pada sampel uji dimana pembacaan proving ring dial setelah mencapai
nilai maksimum dan percobaan dihentikan setelah pembacaan proving
ring dial mulai turun beberapa kali.
e. Buatlah kurva tegangan dan regangan, tentukan kuat tekan qu dan
kondisi kekakuan tanah sesuai dengan klasifikasi kekuatan tanah.

2.4.2.2 Uji kuat geser langsung


a. Kotak geser dari alat direct shear apparatus dikeluarkan dari tempatmya
dan dasar perletakan tabung dibersihkan serta diberi oli agar diperoleh
dasar yang licin.
b. Sampel tanah dimasukkan ke tempatnya dari alat direct shear setelah
dilapisi dengan lempeng batu porus dan kertas pori.
c. Lakukan percobaan dengan meletakkan beban 0,8 kg lalu nivo beban di
lengan diatur.
d. Hidupkan mesin dan kotak geser diberi pergeseran dengan kecepatan
pergeseran 1% x diameter sampel tanah per menit (1% x 6 cm/menit)
e. Pada waktu-waktu tertentu dilakukan pembacaan dial horizontal, dial
pembebanan (sesuai dengan tabel).
f. Setelah dial horizontal menunjukkan angka mencapai harga shear stress
failure, maka mesin uji dimatikan kemudian kotak geser dikeluarkan dan
air dikeluarkan.

2.5 Kesimpulan
Dari praktikum mekanika tanah yang di lakukan di laboratorium didapat
beberapa pengujian sampel tanah yaitu dapat mengetahui sifat fisik dan mekanik
dari tanah. Sifat fisik tanah pada praktikum di laboratorium dapat mengetahui
16

kadar air yang terkandung dalam tanah. Sedangkan pengujian mekanika tanah
dapat mengetahui harga berat jenis tanah (specific grafity). Dalam mekanika tanah
hal yang diperhatikan berupa sifat fisik dan sifat mekanik tanah. Pada pengujian
sifat fisik tanah dapat diketahui beberapa nilai yaitu bobot isi tanah (58,80
gr/cm3 ), bobot isi kering (56,11 gram/cm3 ), kadar air (4,8 %), berat jenis sampel
tanah (1,26 gram/cm3 ). Pada pengujian sifat fisik tanah dapat diketahui nilai
batas atteberg berupa batas cair (liquit limit) yaitu 26,3 %, batas plastis (plastis
limit) yaitu 30 %. Didapat bahwa pengujian sifat fisik tanah didapat bahwa batas
plastisitas masuk kedalam jenis ML. ML berarti masuk kedalam jenis “lanau
dengan batas cair rendah (low)”. Pada pengujian sifat mekanik tanah didapatkan
hasil uji kuat tekan bebas tanah senilai 9,103 kg/cm3 dan uji kuat geser langsung
tanah pada sampel didapatkan nilai kohesif senilai 1,23.

You might also like