You are on page 1of 10

Jurnal Sosialisasi

Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian, dan Pengembangan


Keilmuan Sosiologi Pendidikan
Vol. 7, Nomor 1, Maret 2020

PERUBAHAN GAYA HIDUP MAHASISWA JURUSAN SOSIOLOGI UNIVERSITAS NEGERI


MALANG DENGAN HADIRNYA BUDAYA POPULER JEPANG

Muhammad Rizal Hifandi Jusuf (210751609674)


Sosiologi 21’ Universitas Negeri Malang
Blitar, Jawa Timur
E-mail: hifandi79@gmail.com

Devina Agustya Ulin Nikma


(210751609696)
Sosiologi 21’ Universitas Negeri Malang
Kediri, Jawa Timur
E-mail: devinaagustya3@gmail.com

Salsabilla Hana Surya


(210751609607)
Sosiologi 21’ Universitas Negeri Malang
Mojokerto, Jawa Timur
E-mail: salsabilahanas17@gmail.com

Nurlita Eka Paluvy


(210751609620)
Sosiologi 21’ Universitas Negeri Malang
Tulungagung, Jawa Timur
E-mail: nurlitapaluvy@gmail.com

Imarotul Mahbubah
(210751609668)
Sosiologi 21’ Universitas Negeri Malang
Malang, Jawa Timur
E-mail: imarotul.mahbubah@gmail.com

Abstract: This article was created with the aim of analyzing the students of the Department of Sociology
Education, State University of Malang who are fond of Japanese popular culture, namely watching anime.
This Japanese popular culture is indeed very popular among teenagers. The process of entry is so fast
among the younger generation, making this trend very popular. Not only in Indonesia, this anime is popular,
but in various parts of the world you may be familiar with the term "anime", even not only among children
who like this anime, but teenagers and adults also love anime. this. Anime has brought many changes in
student lifestyle, including changes in clothing, haircuts and even hair color, as well as the way of language.
In addition to these three things, the frequency of a student watching anime with violent elements can trigger
students to do things like what they have witnessed. In this study, researchers used a qualitative research
method by conducting in-depth observations and interviews with several students majoring in Sociology from
the State University of Malang in order to obtain relevant data. Based on the research we have done, the
inclusion of anime among students of the Department of Sociology Education, State University of Malang
can have positive and negative impacts depending on each individual.

Keywords: anime; popular culture; student

LATAR BELAKANG
Berkembang pesatnya sumber informasi dan teknologi mengakibatkan banyaknya jumlah
pertukaran budaya yang terjadi di seluruh negara dunia ini. Di Indonesia sendiri banyak budaya populer

Devina Agustya Ulin Nikma, Imarotul Mahbubah, Muhammad Rizal Hifandi Jusuf3,Nurlita Eka 5
Paluvy, Salsabilla Hana Surya| 4
Jurnal Sosialisasi
Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian, dan Pengembangan
Keilmuan Sosiologi Pendidikan
Vol. 7, Nomor 1, Maret 2020

asing yang masuk, salah satunya adalah anime yang merupakan budaya populer dari Jepang. Masuknya
anime mengincar segmentasi anak muda, tak terkecuali mahasiswa jurusan Sosiologi dari Universitas
Negeri Malang. Anime telah membawa banyak perubahan gaya hidup mahasiswa, diantaranya adalah
perubahan dalam berpakaian, potongan bahkan warna rambut, makanan yang dikonsumsi, minat belajar
serta cara berbahasa. Selain beberapa hal tersebut, seringnya seorang mahasiswa menonton anime yang
berunsur kekerasan dapat memunculkan sifat anarkis pada diri mahasiswa. Dari beberapa bentuk perubahan
gaya hidup yang dialami mahasiswa jurusan Sosiologi dari Universitas Negeri Malang, peneliti dapat
merumuskan bagaimana perubahan gaya hidup Mahasiswa Jurusan Sosiologi dari Universitas Negeri
Malang setelah menonton anime.
Penelitian ini dilaksanakan dengan harapan mampu menganalisis bentuk perubahan gaya hidup
mahasiswa setelah menonton anime serta mampu meningkatkan kesadaran akan membentengi diri dari
budaya asing yang kurang sesuai dengan budaya Indonesia. Penelitian ini bukan merupakan penelitian satu-
satunya yang pernah dilakukan, sebelumnya ada beberapa penelitian serupa yang mengkaji tentang budaya
populer Jepang yang masuk dan membawa perubahan pada gaya hidup seseorang. Peneliti mengutip
sepuluh penelitian terdahulu yang relevan. Pertama adalah skripsi dari Aisyah I yang berjudul Anime dan
gaya hidup mahasiswa tahun 2019. Pada skripsi ini membahas mengenai anime yang telah merasuk ke
berbagai segi kehidupan mahasiswa, misalnya saja seperti gaya berpakaian, gaya rambut, hingga gaya
berbicaranya. Kedua, jurnal dari Wahidati Lufi berjudul Pengaruh Konsumsi Anime Dan Manga Terhadap
Pembelajaran Budaya Dan Bahasa Jepang tahun 2018 yang berisi tentang banyaknya mahasiswa yang
memiliki kemampuan bahasa karena terpengaruh oleh konsumsi budaya populer Jepang. Ketiga, karya dari
M Arrum, Arroisi berjudul Persepsi Remaja Usia 12-15 Tahun Terhadap Kekerasan Dalam Anime Naruto
Di Smp 47 Dan Smp Diponegoro Jakarta berisi tentang adegan kekerasan oleh mahasiswa karena
menganggap adegan kekerasan pada anime itu indah dan menirunya. Keempat adalah skripsi dari
Muhammad Chasan Afiuddin yang berjudul Fenomena Gaya Hidup Remaja Wibu Pada Budaya Populer
Jepang Melalui Anime Dan Fashion berisikan tentang masuknya berbagai budaya wibu dan fashion yang
dikenakannya.
Kelima merupakan karya dari Clara Novera berjudul Pengaruh Budaya Populer Manga Dan Anime
Jepang Terhadap Apresiasi Masyarakat Muda Indonesia berisikan peran manga dan anime sebagai budaya
populer Jepang untuk mengembangkan sektor pariwisata Jepang dan apresiasinya oleh pemuda Indonesia.
Keeanam adalah jurnal Venny Zanitri, Hairunnisa dan Sarwo Eddy Wibowo berjudul Pengaruh Menonton
Anime Jepang Di Internet Terhadap Perilaku Imitasi Di Kalangan Komunitas Japan Club East Borneo Kota
Samarinda tahun 2018 berisikan perilaku penggemar anime yang seringkali berfantasi serta meniru apa yang
ia dapatkan dari anime yang telah ditonton, kemudian memunculkan apa yang disebut dengan perilaku
imitasi. Ketujuh merupakan penelitian dari Septi Purfitasari berjudul Gaya Hidup Penggemar manga dan
anime (studi tentang mahasiswa penggemar manga dan anime di Universitas Sebelas Maret Surakarta) tahun
2009 berisikan penggemar anime dan manga yang berpengetahuan mengenai keduanya dapat dapat menjadi
modal budaya yang akan mempengaruhi gaya hidupnya. Kedelapan adalah karya dari Caterina Al Imami
dan Vanda berjudul Pengaruh Tayangan Naruto Di Global Tv Terhadap Perilaku Siswa-Siswi Sdn Panjang
Jiwo 1 Surabaya tahun 2017 berisikan tingkah laku siswa-siswi yang melihat kekerasan dan unsur politik
sehingga menganggapnya keren. Kesembilan, karya dari Putri Dhitari berjudul Peran Anime “Slice Of Life”
Dalam Perubahan Gaya Hidup Mahasiswa Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara tahun 2020 berisikan
perubahan penampilan gaya rambut dan bahasa yang mereka gunakan dalam sehari – hari karena melihat
anime. Dan yang terakhir adalah jurnal dari Haekal D. M berjudul Pengaruh Perkembangan Budaya Anime
Jepang Terhadap Perubahan Perilaku Kaum Remaja Di Kota Bandung tahun 2018 berisikan anime yan
menimbulkan beberapa dampak positif serta negatif bagi perilaku remaja di Bandung.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kuliatatif (studi kasus) dengan
melakukan wawancara secara mendalam pada beberapa mahasiswa jurusan Sosiologi dari Universitas
Negeri Malang. Kami juga menekan perubahan sosial budaya yang terjadi, pada Teori Postmodern yang
dikemukakan oleh Jean Baudrilliard yang memusatkan perhatiannya pada culture yang hippereality.
Maksudnya, pada budaya dengan teknologi yang berkembang pesat ini seseorang, khusunya mahasiswa
tidak mampu membedakan kenyataan dan fantasi sehingga membawa perubahan pada gaya hidup seorang
mahasiswa.

METODE PENELITIAN  for Original Research Articles

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan mewawancarai

Devina Agustya Ulin Nikma, Imarotul Mahbubah, Muhammad Rizal Hifandi Jusuf3,Nurlita Eka 5
Paluvy, Salsabilla Hana Surya| 5
Jurnal Sosialisasi
Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian, dan Pengembangan
Keilmuan Sosiologi Pendidikan
Vol. 7, Nomor 1, Maret 2020

beberapa mahasiswa jurusan Sosiologi. Sesuai dengan salah satu cara dalam mendapatkan informasi pada
penelitian kualitatif yaitu dengan mewawancarai narasumber secara mendalam guna mendapatkan informasi
sejelas dan sedetail mungkin supaya menguatkan hasil penelitian (Gunawan, Iwan. 2013. Metode Penelitian
Kualitatif). Kemudian hasil dari wawancara kami olah secara terperinci dan seksama sehingga dalam
mendeskirpsikan hasil penelitian benar-benar sesuai dengan data yang diperoleh.
Penelitian difokuskan pada teori Postmodern yang dikemukakan Jean Baudrilliard tentang
perubahan budaya dalam diri seseorang hingga hilangnya jati diri orang tersebut. Perubahan tersebut terjadi
dalam skala bidang yang luas dari hal yang nampak sampai tidak nampak, seperti remaja meniru gaya tokoh
anime yang dikagumi atau remaja yang merasa bahwa ada kekuatan dari suatu anime didalam tubuhnya.
Hal-hal seperti ini jelas mengkhawatirkan bagi remaja itu sendiri sebab bisa saja ia mengalami gejala
gangguan jiwa atau sebagainya. Penelitian ini ingin mengungkapkan seberapa parah perubahan yang terjadi
pada mahasiswa jurusan Sosiologi.
Dalam penelitian ini kami mengambil beberapa informan yang merupakan mahasiswa dari jurusan
Sosiologi Universitas Negeri Malang angkatan 2021. Sebagai narasumber utama, kami mewawancarai
Edowardo Reyhan Rohmaddani yang awal mulanya mengenal anime dari tv yang pada saat itu
menayangkan anime Naruto, alasan yang paling mendasar untuk menyukai anime adalah alur cerita yang
menarik. Latar belakang menonton anime adalah karena bosan melihat live action, grafis yang menurutnya
unik, serta alur cerita yang seru. Sehari ia bisa menghabiskan kurang lebih 3 jam untuk melihat anime,
namun tidak setiap hari. Salah satu tokoh anime yang sangat di sukai ialah Kirito Sword art. Menurut
Edowardo menonton anime tidak begitu mempengaruhi karena saat melihat anime, Edowardo benar-benar
senggang dan tidak ada tanggungan sehinga menurut Edowardo tidak berdampak negatif terhadap
kegiatannya sehari hari dan juga tidak mempengaruhi semangat belajar karena saat menonton anime ketika
sudah belajar. Sedangkan terdapat perbedaan pendapat dari Nathifa Azzarandra Kartika Putri yakni latar
belakang menyukai anime karena menonton anime terdapat serial animasi, konsep serial anime tidak
membosankan dan banyak genre didalamnya. Selain sebagai hiburan dan pelepas penat, menonton anime
juga sebagai sarana untuk belajar bahasa Inggris maupun bahasa Jepang secara otodidak, tak hanya itu
dengan menonton anime juga dapat memperoleh wawasan pengetahuan mengenai bidang ilmu pengetahuan.
Informasi tentang pengaruh menonton anime tehadap penggunaan kosa kata bahasa jepang yang dijelaskan
oleh Rizma Amanda yakni terkadang menggunakan kosa kata jepang dalam kegiatan sehari-hari dan itu
sangat menarik menurutnya. Dengan menonton anime membuat sedikit banyak memahami kosa kata
jepang. Adistya Eka Sis Ardiansyah merupakan salah satu informan yang juga sangat menyukai anime yang
menjelaskan bahwa menonton anime dapat membawa dampak negatif yaitu membuang-buang waktu hanya
dengan menonton anime saja dan menjadi ketagihan, namun tak hanyak dampak negatif saja ternyata
terdapat dampak positif yaitu dengan menonton anime dapat dijadikan wadah refreshing dari kejenuhan
kegiatan sehari-hari. Selain penggunaan bahasa jepang dan dampak menonton anime Raditya Aulia Akbar
juga menjelaskan tentang keikutsertaannya pada event jepang cosplay anime yang diselengarakan di
kotanya karena ajakan dari teman, tetapi tidak memiliki rasa ingin menjadi salah satu tokoh anime yang
ditontonnya. Miles & Huberman (1992:17) mengatakan bahwa data yang sudah direduksi maka langkah
selanjutnya adalah memaparkan data. Pemaparan data sebagai sekumpulan informasi tersusun, dan memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan Penyajian data digunakan untuk
lebih meningkatkan pemahaman kasus dan sebagai acuan mengambil tindakan berdasarkan pemahaman dan
analisis sajian data (Lisa, Ridvia. Maschandra. Iskandar, Rusman. 2010. Analisis Data Kualitatif Model
Milles dan Huberman. Univesitas Negeri Padang)

HASIL DAN PEMBAHASAN


HASIL
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik
wawancara untuk mengumpulkan datanya. Berdasarkan hasil wawancara dari lima informan yang
merupakan mahasiswa jurusan Sosiologi Universitas Negeri Malang. Semua data dari hasil wawancara
tersebut dapat dipaparkan berdasarkan fokus pertanyaan wawancara sebagai berikut:
1. Latar belakang menonton anime.
Informan Edowardo Megatakan bahwa:
“Latar belakang menonton anime adalah karena saya bosan melihat live action, grafis yang
menurut saya unik, alur cerita yang seru.”(wawancara 19 Oktober 2021)
Berbeda dengan informan Adistya, ia mengatakan latar belakang menonton animenya adalah
sebagai berikut:

Devina Agustya Ulin Nikma, Imarotul Mahbubah, Muhammad Rizal Hifandi Jusuf3,Nurlita Eka 5
Paluvy, Salsabilla Hana Surya| 6
Jurnal Sosialisasi
Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian, dan Pengembangan
Keilmuan Sosiologi Pendidikan
Vol. 7, Nomor 1, Maret 2020

“Pertama saya suka dengan visual-visual tiap karakternya yang cool, keren. Saya suka
menonton dan ingin coba selain tokoh manusia nyata. Musik dan backsoundnya juga gak kalah
seru dan asik didengar. Karena banyak teman saya yg nonton jadi saya ikut-ikutan.”
(wawancara 19 Oktober 2021)
Informan Nathifa mengatakan:
“Karena saya suka menonton serial animasi, konsep serial anime tidak membosankan dan banyak
genre didalamnya.” (wawancara 19 Oktober 2021)
Selain itu, informan Rizma juga mengatakan:
“Tokohnya menarik dan bervariasi” (wawancara 19 Oktober 2021)

Informan Raditya mengatakan, bahwa:


“Karena suka dengan style art jepang dan cerita yang dibawakan oleh anime tersebut.”
(wawancara 19 Oktober 2021)

Dari data hasil wawancara yang telah dipaparkan, dapat diambil kesimpulan bahwa setiap
informan memiliki latar belakang yang berbeda untuk menonton anime hingga sampai pada
mengidolakan tokoh-tokoh anime tersebut.

2. Awal mula mengenal Anime dan alasan menyukainya.


Informan Edowardo mengatakan bahwa:
“Awal mula kenal anime dari tv yang pada saat itu menayangkan anime Naruto, alasan yang
paling mendasar untuk menyukai anime adalah alur cerita yang menarik.”(wawancara 19
Oktober 2021)

Sependapat dengan Edowardo, informan Adistya mengatakan bahwa:


“Awal kenal saat tayang di TV waktu masih kecil, alasan menyukai sampai sekarang karena
anime itu tontonan yang keren, ilustrasi tiap karakter juga bagus, animasinya bagus, anime
adalah cerita yang alurnya bisa beragam dan bisa menggunakan imajinasi kita meski Nampak
mustahil. Segi visualnya sih yang menarik.”(wawancara 19 Oktober 2021)

Informan Nathifa juga mengatakan bahwa:


“Dimulai saat saya tidak sengaja menonton channel yang bernama animax asia, mayoritas
tayangan disana adalah anime”(wawancara 19 Oktober 2021)
Sedangkan informan Rizma mengatakan bahwa:
“Saya kenal anime dari teman saya sejak SMP, alasan saya menyukai anime yaitu gambarnya
menarik dan mengasah imajinasi.”(wawancara 19 Oktober 2021)
Informan Raditya juga mengatakan hal serupa seperti yang dinyatakan oleh informan Rizma jika
mengenal anime berawal dari orang terdekatnya. ia mengatakan:
“Dari ajakan kakak saat masih kecil.”(wawancara 19 Oktober 2021)

Bedasarkan dari hasil wawancara dapat diambil kesimpulan bahwa anime sudah hampir lama
dikenal oleh mahasiswa Jurusan Sosiologi meskipun dimulai dari waktu yang berbeda dan
menyukai anime dengan alasan anime dari segi visual dan alur ceritanya menarik.

3. Waktu yang dihabiskan untuk menonton anime dalam sehari


Rizma mengatakan bahwa:
“Saya menonton anime 2 jam dalam sehari.”(wawancara 19 Oktober 2021) Adistya
mengatakan bahwa: “Terkadang bisa sampai 3 jam lebih, rata-rata sih 1 jam an.” (wawancara
19 Oktober 2021)

Edowardo mengatakan bahwa:


“Sehari saya bisa menghabiskan kurang lebih 3 jam untuk melihat anime, namun tidak
setiap hari.”(wawancara 19 Oktober 2021)

Nathifa mengatakan bahwa:


“Tidak banyak waktu yang saya habiskan saat menonton anime, saya hanya menonton

Devina Agustya Ulin Nikma, Imarotul Mahbubah, Muhammad Rizal Hifandi Jusuf3,Nurlita Eka 5
Paluvy, Salsabilla Hana Surya| 7
Jurnal Sosialisasi
Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian, dan Pengembangan
Keilmuan Sosiologi Pendidikan
Vol. 7, Nomor 1, Maret 2020

anime jika saat mempunyai waktu luang dan saat saya sedang ingin menonton
saja.”(wawancara 19 Oktober 2021)

Berbeda dengan Raditya, ia mengatakan bahwa:


“Tergantung anime yang saya tonton”(wawancara 19 Oktober 2021)

Berdasarkan penjelasan dari informan, dapat disimpulkan bahwa waktu yang dihabiskan untuk
menonton anime berbeda-beda dalam sehari, ada yang menonton anime ketika memiliki waktu luang
saja serta waktu menonton juga bisa tergantung anime yang ditonton.

4. Tokoh anime yang diidolakan.


Edowardo mengatakan bahwa:
“Kirito Sword art online” (wawancara 19 Oktober 2021)

Adistya mengatakan bahwa:


“Naruto ( Naruto Shippuden ) & Asta ( Black Clover )” (wawancara 19 Oktober 2021)

Nathifa mengatakan:
“Oikawa Tooru” (wawancara 19 Oktober 2021)

Rizma mengatakan:
“Tokoh anime yg saya suka adalah Ichigo Kurosaki” (wawancara 19 Oktober 2021)
Berbeda dengan Radit, yang mengatakan bahwa: “Saya tidak mengidolakan tokoh anime
tapi saya cuma suka styleart sama sifat yang dimiliki tokoh donquixote doflamingo”
(wawancara 19 Oktober 2021)

Dari jawaban yang telah didapatkan dari informan, dapat disimpulkan bahwa setiap
informan memiliki tokoh anime yang digemarinya masing-masing meskipun terdapat informan
yang hanya menyukai dari segi styleart dan sifat yang dimiliki oleh tokoh.

5. Positif negatif menonton anime terhadap kegiatan sehari-hari .


Edowardo mengatakan, bahwa:
“Untuk mempengaruhi kegiatan sehari hari menurut saya tidak begitu mempengaruhi
karena saya melihat anime ketika saya benar benar senggang dan tidak ada tanggungan
sehinga menurut saya tidak berdampak negatif terhadap kegiatan saya sehari hari.”
(wawancara 19 Oktober 2021)
Adistya mengatakan bahwa:
“Saya rasa bisa membawa pengaruh negatif karena bisa membuang waktu saya hanya
dgn menonton anime saja dan malah ketagihan. Pengaruh positifnya mungkin menjadi
salah satu tempat refreshing dri kejenuhan kegiatan sehari-hari.” (wawancara 19 Oktober
2021)
Nathifa mengatakan bahwa:
“Selain sebagai hiburan dan pelepas penat, saya menonton anime juga sebagai sarana
untuk belajar bahasa Inggris maupun bahasa Jepang secara otodidak, saya biasa menonton
anime menggunakan subtitle bahasa Inggris, saat menonton anime saya juga memperoleh
wawasan pengetahuan mengenai bidang pengetahuan biologi, sains, sejarah, kedokteran,
bidang keolahragaan, dsb.” (wawancara 19 Oktober 2021)
Berbeda dengan Rizma yang mengatakan bahwa anime memberikan dampak negatif, ia
mengatakan bahwa:
“Pengaruh menonton anime bagi saya yaitu membawa dampak negatif karena
saya menjadi jomblo ngenes dan saya jadi sering berhalusinasi.” (wawancara 19 Oktober
2021)
Radit mengatakan bahwa:
“Menurut saya ada beberapa pengaruh positif seperti teman yang suka membahas
anime.” (wawancara 19 Oktober 2021)
Dapat disimpulkan bahwa anime memberi dampak kepada para informan dalam kehidupan

Devina Agustya Ulin Nikma, Imarotul Mahbubah, Muhammad Rizal Hifandi Jusuf3,Nurlita Eka 5
Paluvy, Salsabilla Hana Surya| 8
Jurnal Sosialisasi
Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian, dan Pengembangan
Keilmuan Sosiologi Pendidikan
Vol. 7, Nomor 1, Maret 2020

sehari-harinya. Dampak positif yang diberikan antara lain seperti sebagai sarana untuk belajar
bahasa Inggris maupun bahasa Jepang dan pengetahuan lainnya, sebagai sarana untuk
refreshing dari kejenuhan kegiatan sehari-hari, serta dapat menjadi topik pembahasan ketika
sedang bersama teman. Selain itu, anime juga membawa dampak negatif antara lain seperti
dapat membuang waktu serta berdampak menjadikan seseorang sering berhalusinasi.
6. Penggunaan kosa kata bahasa Jepang dalam kehidupan sehari-hari.
Edowardo mengatakan:
“Tidak” (wawancara 19 Oktober 2021) Sedangkan Adistya mengatakan bahwa: “Iya
terkadang saya gunakan iseng-iseng ngobrol dengan teman saja.”(wawancara 19 Oktober
2021)
Hampir memiliki kesamaan dengan yang diungkapkan oleh Adistya, Nathifa juga
mengatakan :
“Hanya sesekali saat saya sedang bertemu dengan teman saya yang kebetulan memiliki
hobi yang sama.” (wawancara 19 Oktober 2021)
Sedangkan Rizma mengatakan bahwa:
“Iya, kadang saya menggunakan kosakata jepang dalam kegiatan sehari hari dan itu sangat
menarik.” (wawancara 19 Oktober 2021)
Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Edowardo, Raditya mengatakan bahwa:
“saya tidak pernah menggunakan kosa kota bahasa jepang saat sehari hari.” (wawancara 19
Oktober 2021)
Dari jawaban para informan, dapat disimpulkan bahwa sebagian informan terkadang
menggunakan kosa kata bahasa Jepang dalam kehidupan sehari-harinya seperti ketika sedang
bersama dengan teman yang menyukai anime dan dengan alasan karena itu menarik. Selain
itu, terdapat juga informan yang tidak menggunakan kosa kata bahasa Jepang dalam kehidupan
sehari-harinya.
7. Penggunaan pakaian yang berbau/mengikuti gaya anime.
Edowardo Mengatakan:
“Tentu tidak” (wawancara 19 Oktober 2021)
Sejalan dengan jawaban informan Edowardo, informan Nathifa, Rizma, dan Adistya juga
mengatakan hal yang senada, bahwa tidak mengikuti gaya berpenampilan seperti tokoh anime
yang diidolakannya.
Sedangkan informan Raditya mengatakan bahwa:
“Ya saya cuma punya beberapa saja.” (wawancara 19 Oktober 2021)
Dari jawaban para informan, hampir semua informan tidak mengenakan pakaian yang
berbau/mengikuti gaya anime dalam kesehariannya dengan alasan seperti karena tidak
memilikinya dan terlalu ribet. Akan tetapi, terdapat juga 1 informan yang mengenakan dan
memiliki beberapa pakaian yang berbau anime.
8. Perubahan penampilan seperti gaya rambut karena mengikuti anime.
Edowardo mengatakan bahwa:
“Tidak ada karena saya menikmati anime hanya dari alur cerita saja dan grafis yang unik
menurut saya.” (wawancara 19 Oktober 2021)
Adistya mengatakan:
“Iyaa sempett sihh kepikiran tertarik kaya gaya rambut, trus style bajunya mungkin kek ada
baju gambar animenya aku dulu pernah ada si.. biar keliatan penggemarnya gitu.” (wawancara
19 Oktober 2021)
Nathifa juga mengatakan:
“Tidak ada” (wawancara 19 Oktober 2021)
Informan Rizma dan Raditya juga mengatakan hal yang senada dengan informan Nathifa yang
tidak menerapkan perubahan pada gaya rambut seperti yang ada dalam tokoh anime.
Dari jawaban semua informan dapat disimpulkan bahwa para informan tidak mengikuti gaya
anime dalam gaya berpenampilannya, dengan alasan menyukai anime hanya dari alur cerita
dan grafisnya yang unik saja, walaupun sempat terbesit keingininan untuk menirukan gaya
berpenampilan seperti anime tersebut.
9. Mengonsumsi makanan khas yang terdapat dalam anime yang ditonton.
Edowardo mengatakan bahwa:
“Ya saya memang kebetulan suka dengan masakan jepang seperti sushi, ramen, dsb.”

Devina Agustya Ulin Nikma, Imarotul Mahbubah, Muhammad Rizal Hifandi Jusuf3,Nurlita Eka 5
Paluvy, Salsabilla Hana Surya| 9
Jurnal Sosialisasi
Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian, dan Pengembangan
Keilmuan Sosiologi Pendidikan
Vol. 7, Nomor 1, Maret 2020

(wawancara 19 Oktober 2021)


Sedangkan Adistya mengatakan:
“Tidak sih cuman pengen aja kalau sempat mah, tapi setidaknya tahu beberapa makanan-
makanan jepang, seperti ramen itu.” (wawancara 19 Oktober 2021)
Sejalan dengan yang dikatakan oleh Edowardo, informan Nathifa mengatakan bahwa: “Ya,
saya terkadang membeli ramen, sushi, yakisoba, dsb.” (wawancara 19 Oktober 2021)
Sejalan dengan informan Edowardo dan Nathifa, informan Rizma mengatakan:
“Ya, saya suka ramen karena rasanya enak.” (wawancara 19 Oktober 2021)
Raditya mengatakan:
“Saya cuma pernah mencoba nasi kepal ala Jepang.” (wawancara 19 Oktober 2021)
Dapat disimpulkan bahwa hampir semua informan menyukai makanan Jepang atau yang
terdapat dalam anime yang ditonton dengan alasan rasa makanan tersebut enak.
10. Anime dan semangat belajar.
Edowardo mengatakan, bahwa:
“Untuk semangat belajar saya tidak terpengaruh dari menonton anime karena saya menonton
anime ketika sudah belajar hehe.” (wawancara 19 Oktober 2021)
Adistya mengungkapkan:
“Dapat meningkatkan belajar saya tapi tidak terlalu banyak sih efeknya.” (wawancara 19
Oktober 2021)
Nathifa juga sependapat dengan Adistya, ia mengatakan bahwa:
“Terkadang menonton anime membuat saya semangat belajar, seperti saat saya menemukan
anime tentang mata pelajaran yang sedang saya pelajari, seperti anime hataraku saibou tentang
mapel biologi, yang isinya mengenai sel yang ada pada manusia.” (wawancara 19 Oktober
2021)
Sependapat dengan Adistya dan Nathifa, Rizma mengatakan bahwa:
“Dengan menonton anime semangat saya menjadi meningkat karena anime sudah seperti
support system saya.” (wawancara 19 Oktober 2021)
Berbeda dengan pendapat Raditya, ia mengungkapkan bahwa: “Menurut saya menonton anime
malah membuat semangat belajar saya semakin menurun karena sudah merasa terlalu asik
dengan anime.” (wawancara 19 Oktober 2021)
Dari jawaban para informan, dapat disimpulkan bahwa anime memiliki dampak terhadap
semangat belajar pada mahasiswa tersebut, adanya pengaruh positif dan negatif yang
dihasilkan. Pengaruh positifnya antara lain, dengn menonton anime membuat semangat belajar
bertambah, sedangkan terdapat informan yang mengalami penurunan belajar karena terlalu
asik menonton anime.
11. Keikutsertaan mengikuti event cosplay yang diselenggarakan yang di kota masingmasing
informan.
Edowardo Mengatakan bahwa:
“Untuk mengikuti event saya tidak pernah, namun sayaa beberapa kali bertemu dengan
komunitas di kota saya yaitu komunitas motor wibu.” (wawancara 19 Oktober 2021)
Adistya mengatakan:
“Tidak” (wawancara 19 Oktober 2021)
Berbeda dari informan sebelumnya, informan Nathifa pernah mengikuti event Jepang tersebut,
ia mengatakan bahwa:
“Pernah, alasan saya mengikuti karena saya ingin tahu seperti apa event Jepang”
Informan Rizma sependapat dengan informan Edowardo dan Adistya, ia mengatakan bahwa:
“Sejauh ini saya belum pernah mengikuti cosplay” (wawancara 19 Oktober 2021) Sedangkan
informan Radit mengatakan bahwa:
“saya pernah beberapa kali mengikuti event karena ajakan teman saya.” (wawancara 19
Oktober 2021)
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian informan pernah mengikuti event
cosplay dengan tujuan antara lain karena ingin tahu seperti apa event Jepang dan karena ajakan
dari teman informan tersebut. akan tetapi, sebagian informan yang lainnya mengatakan tidak
pernah mengikuti event anime.

PEMBAHASAN

Devina Agustya Ulin Nikma, Imarotul Mahbubah, Muhammad Rizal Hifandi Jusuf3,Nurlita Eka 6
Paluvy, Salsabilla Hana Surya| 0
Jurnal Sosialisasi
Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian, dan Pengembangan
Keilmuan Sosiologi Pendidikan
Vol. 7, Nomor 1, Maret 2020

Pada penelitian kali ini kami menggunakan metode penelitian kualitatif dengan mewawancarai
beberapa mahasiswa jurusan Sosiologi. Masuknya anime mengincar kelompok generasi muda, dikarenakan
generasi muda rentan terpengaruh oleh hal-hal yang unik dan menarik. Tak terkecuali Mahasiswa Jurusan
Sosiologi dari Universitas Negeri Malang. Anime telah membawa banyak perubahan gaya hidup
mahasiswa, diantaranya adalah perubahan dalam berpakaian, potongan bahkan warna rambut, serta cara
berbahasa. Selain ketiga hal tersebut seringnya seorang mahasiswa menonton anime berunsur kekerasan
dapat memicu mahasiswa melakukan hal ditontonnya. Dari hasil penelitian yang telah kami pahami dengan
saksama, sudah diperoleh gambaran bahwa mahasiswa yang gemar dengan budaya jepang tidak sepenuhnya
terbawa oleh kebudayaan Jepang. Mereka gemar dengan budaya populer jepang rata-rata untuk dijadikan
sarana hiburan serta penyemangat disaat bosan datang. Tak jarang juga, Para Informan kami memperoleh
pengetahuan yang sangat menarik seperti kebudayaan yang berada di jepang, makanan khas jepang, cara
hidup orang jepang, dan masih banyak lagi pengetahuan menarik dari tontonan animenya tersebut, beberapa
hal positif mereka dapatkan dari menonton anime, berupa bertambahnya pengetahuan tentang pelajaran,
meningkatkan skill bahasa, serta bertambah luasnya pandangan yang didapatkan dari menonton anime.
Disamping hal positif, tak kalah juga hal negatifnya pun menyertai, yaitu dapat menyebabkan ketagihan
sehingga menjadikan para mahasiswa lupa waktu akan kegiatannya, menjadi sering berhalusinasi karena
anime yan ditontonnya, serta terlalu asyik dengan dunia animenya. Sedangkan perubahan penampilan yang
terjadi dari menonton anime terlihat sangat minim sekali, bahkan mereka memilih berpenampilan sesuai
kepribadian diri masing-masing tanpa harus ribet meniru tokoh yang diidolakan dari anime tersebut.
Berpenampilan sesuai diri sendiri memang terlihat lebih baik. Dapat disimpulkan bahwa mereka menikmati
tontonan anime karena kesan grafis visualnya yang menarik dan alur cerita yang unik menjadikan mereka
betah menontonnya disaat bosan. Selain itu, makanan khas Jepang pun membuat mereka terpana sehingga
ingin ikut mencobanya juga, kalau soal makanan memang susah untuk ditahan, dan mereka memilih untuk
mencicipinya hingga merasa seperti ala-ala orang Jepang saat memakannya. Dari beberapa bentuk
perubahan gaya hidup yang dialami Mahasiswa Jurusan Sosiologi dari Universitas Negeri Malang, para
peneliti dapat merumuskan bagaimana perubahan sebelum para mahasiswa menonton anime dan sesudah
menonton anime terhadap perubahan gaya hidup mahasiswa Jurusan Sosiologi dari Universitas Negeri
Malang. Penelitian ini dilaksanakan dengan harapan mampu menganalisis pengaruh dalam menonton anime
terhadap perubahan gaya hidup mahasiswa serta mampu meningkatkan kesadaran akan membentengi diri
dan harus dapat memilah mana yang baik serta yang tidak baik dari masuknya budaya populer Jepang yang
berkembang pesat di zaman millennial ini. Sampai sini kita dapat menyimpulkan bahwa anime tidak
sepenuhnya memberikan hal negatif kepada para penggemarnya, tetapi juga ada banyak hal positif yang
mereka dapatkan dari menonton anime tersebut.
Hasil analisis data yang telah dilakukan tersebut didalamnya terdapat permasalahan yang dibahas
dari tiap individu yang tentunya berbeda satu sama lain. Teori yang sesuai untuk mengkaji permasalahan
diatas adalah teori postmodern yang dikemukakan Jean Baudrilliard tentang perubahan budaya dalam diri
seseorang hingga hilangnya jati diri orang tersebut, teori postmodernism didasarkan pada gaya yang
personal atau pribadi. Dari sinilah Nampak jelas bahwa para Tokoh postmodernisme menganggap bahwa
segala sesuatu itu relatif dan tidak boleh absolut, karena harus mempertimbangkan situasi dan kondisi yang
ada. Dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan bagi postmodernisme bersifat relatif, tidak ada ilmu
pengetahuan yang kebenarannya absolut. Dan melihat suatu peristiwa tertentu juga ketika ingin menilainya
harus dilihat dari segala sisi, tidak hanya terfokus pada satu sisi tertentu saja. Menurut Jean Baudrillard,
perkembangan media elektronik menjadi faktor pendorong terbesar postmodernisme. Media, dalam
penilaiannya, telah mengubah hubungan manusia dengan sejarah dan menciptakan tatanan baru. Memang
benar, rata-rata para remaja mengenal dan mengakses anime dari media elektronik yang canggih dan media
elektronik mempunyai peran yang besar dalam pendorong teori postmodernisme ini. Dalam teori
postmodernisme Perubahan terjadi dalam skala bidang yang luas dari hal yang nampak sampai tidak
nampak, seperti remaja meniru gaya tokoh anime yang dikagumi atau remaja yang merasa bahwa ada jiwa-
jiwa dari suatu anime didalam dirinya, tak jarang juga remaja mengikuti aktivitas dari tokoh anime yang
diidolakannya.

KESIMPULAN
Budaya asing yang masuk di Indonesia sangatlah beragam, mulai dari budaya barat, budaya dari
Jepang, serta budaya dari timur tengah. Budaya tersebut juga memberikan dampak yang cukup signifikan
dalam pola kehidupan remaja terlebih dari budaya Jepang. Budaya jepang sendiri masuk lewat dunia
animasi yang sering ditonton kalangan remaja. Kebudayaan yang dibawa pun beragam mulai dari pola gaya

Devina Agustya Ulin Nikma, Imarotul Mahbubah, Muhammad Rizal Hifandi Jusuf3,Nurlita Eka 6
Paluvy, Salsabilla Hana Surya| 1
Jurnal Sosialisasi
Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian, dan Pengembangan
Keilmuan Sosiologi Pendidikan
Vol. 7, Nomor 1, Maret 2020

hidup, pakaian, makanan, dan beragam lainnya.


Dampak positif dan negatif pun juga pasti ikut ada pada perubahan budaya sebab masuknya budaya
Jepang ini. Bisa dilihat dari perubahan yang ada pada diri mahasiswa Sosiologi Universtas Negeri Malang
yang mana mereka juga terdampak oleh masuknya budaya dari negeri matahari terbit tersebut. Kebanyakaan
dari mereka memiliki perbedaan dalam mengambil sisi positif dan negatif seperti misalnya Nathifa yang
memiliki semangat belajar setelah menonton anime sedangkan Raditya cenderung malas belajar setelah
melihat anime. Hal ini tentu saja bisa dikatakan bahwa perubahan positif ataupun negatif tergantung pada
diri masing-masing.
Jadi pada akhirnya Perubahan dari budaya populer Jepang yang masuk berbeda dari tiap-tiap
individu di jurusan Sosiologi Universitas Negeri Malang. Pengaruh positif yang diambil terkadang muncul
akibat kesadaraan masing-masing mahasiswa untuk tetap bisa membedakan mana hiburan dan mana
kewajiban. Dampak-dampak yang terjadi itu haruslah dikaji lebih dalam lagi supaya mendapatkan cara
untuk mengurangi dampak negatif dari masuknya budaya populer Jepang.

DAFTAR PUSTAKA

Afiuddin, M. C. (2019). Fenomena Gaya Hidup Remaja Wibu Pada Budaya Populer Jepang Melalui Anime
Dan Fashion (Studi Di Daerah Daan Mogot Cengkareng Jakarta Barat). Ilmu Sosial Dan Politik, 5(2),
40–51.
Aisyah, I. (2019). ( Studi pada Mahasiswa yang Tergabung dalam Komunitas Japan Freak UIN Jakarta )
Skripsi Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Gelar Sarjana Pendidikan ( S . Pd ).
Amalina, A. (2015). Budaya Populer Jepang Sebagai Instrumen Diplomasi Jepang dan Pengaruhnya
Terhadap Komunitas-Komunitas di Indonesia. Andalas Journal of International Studies (AJIS), 1(2).
https://doi.org/10.25077/ajis.1.2.108-122.2012
Atus, S. (2011). Kelompok Penggemar Manga Online ( Online Manga Fandom ).
Budianto, F. (2015). Tinjauan Buku Anime, Cool Japan, Dan Globalisasi Budaya Populer Jepang. Jurnal
Kajian Wilayah, 6 No.2.
Erwindo, C. W. (2018). Efektifitas Diplomasi Budaya Dalam Penyebaran Anime Dan Manga Sebagai Nation
Branding Jepang. Jurnal Analisis Hubungan Internasional, 7(2).
gunawan I. (2019). Kuantitatif Imam Gunawan. 29.

HAEKAL, D. M. (2018). PENGARUH PERKEMBANGAN BUDAYA ANIME JEPANG TERHADAP


PERUBAHAN PERILAKU KAUM REMAJA DI KOTA BANDUNG (Doctoral dissertation,
PERPUSTAKAAN).

Hoeran, Adzni. 2017. “ِPengaruh Budaya Populer Manga Dan Anime Jepang Terhadap Apresiasi Masyarakat
Muda Indonesia”.” Penerapan Embellishment Sebagai Unsur Dekoratif Pada Busana Modestwear
d(2017).
Imami, V. C. Al. (2017). Pengaruh Tayangan Naruto Di Global Tv Terhadap Perilaku Siswa-Siswi Sdn
Panjang Jiwo 1 Surabaya. https://eprints.stikosa-aws.ac.id/107/

M Arrum, Arroisi. (2016). PERSEPSI REMAJA USIA 12-15 TAHUN TERHADAP KEKERASAN
DALAM ANIME NARUTO DI SMP 47 DAN SMP DIPONEGORO JAKARTA. PhD Thesis.
Universitas Darma Persada

Novera, Clara. 2017. “Manga Dan Anime Sebagai Budaya Populer Jepang.” Thesis (April 2017).

Nugroho, Prista Ardi, and Grendi Hendrarastomo. 2017. “Anime Sebagai Budaya Populer (Studi Pada
Komunitas Anime Di Yogyakarta).” Jurnal Pendidikan Sosiologi 6(3).
Prasetyo, Kuncoro Adhi, Fakultas Ilmu, Pengetahuan Dan, and Program Studi Jepang. 2014. “Pengaruh
Devina Agustya Ulin Nikma, Imarotul Mahbubah, Muhammad Rizal Hifandi Jusuf3,Nurlita Eka 6
Paluvy, Salsabilla Hana Surya| 2
Jurnal Sosialisasi
Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian, dan Pengembangan
Keilmuan Sosiologi Pendidikan
Vol. 7, Nomor 1, Maret 2020

Anime, Kuncoro Adhi Prasetyo, FIB UI, 2014.” Makalah non-seminar.


Puspitasari, G., & Khasanah, U. (2019). PERSEPSI TERHADAP TOKOH WANITA DALAM ANIME 2D
MENURUT PARA PECINTA ANIME DI INDONESIA. Mezurashii, 1(2).
https://doi.org/10.30996/mezurashii.v1i2.3238
Sokalia Anjani, P., & Puri Astiti, D. (2020). Hubungan kontrol diri dan konformitas terhadap perilaku
konsumtif remaja penggemar animasi Jepang (anime) di Denpasar. Jurnal Psikologi Udayana, 1, 144–
155. https://ojs.unud.ac.id/index.php/psikologi/article/view/57813
Sukarman, M. M. H. (2021). Fanatisme otaku terhadap anime one piece (studi kasus pada komunitas nakama
istimewa Yogyakarta). Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Dan Ilmu Sosial Budaya Universitas
Islam Indonesia.
Wahidati, Lufi, and Mery Kharismawati. 2018. “PENGARUH KONSUMSI ANIME DAN MANGA
TERHADAP PEMBELAJARAN BUDAYA DAN BAHASA JEPANG.” IZUMI 7(1).

Wulansuci, Y. (2010). Budaya Populer Manga Dan Anime Sebagai Soft Power Jepang. Universitas
Indonesia.
Zanitri, Venny, Hairunnisa, and Sarwo Eddy Wibowo. 2018. “Pengaruh Menonton Anime Jepang Di Internet
Komunitas Japan Club East Borneo.” eJournal Ilmu Komunikasi 6(2).

Devina Agustya Ulin Nikma, Imarotul Mahbubah, Muhammad Rizal Hifandi Jusuf3,Nurlita Eka 6
Paluvy, Salsabilla Hana Surya| 3

You might also like