Professional Documents
Culture Documents
Modul Sip Dem
Modul Sip Dem
1
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat anguerah dan
Karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan “Modul Pengenalan Geographic
Information System Atribute” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Modul ini disusun guna memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Sistem
Informasi Perencanaan II Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Nasional Malang.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian laporan ini terutama kepada:
1. Bapak Widiyanto Hari Subagyo Widodo, ST., M. Sc dan Ibu Annisa
Hamidah Imaduddina, ST., MSc selaku Dosen Mata Kuliah Sistem
Informasi Perencanaan II pada Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Nasional
Malang yang telah memberikan banyak pengetahuan dan masukan selama
perkuliahan maupun bimbingan;
2. Rekan-rekan Kelompok SIP II atas kerja samanya;
Kami sangat menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan guna
laporan berikutnya dapat lebih baik. Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dalam menggunakan aplikasi ArcGis khususnya Mahasiswa ITN
Malang.
Tim Penyusun
2
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
DAFTAR ISI
BAB I .......................................................................................................................5
PEMBAHASAN ....................................................................................................16
3
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
PENUTUP ..............................................................................................................94
4
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
BAB I
DIGITAL ELEVATION MODEL (DEM)
5
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
Gambar 1. 1
B. TIN
TIN adalah rangkaian segitiga yang tidak tumpang tindih pada ruang tak
beraturan dengan koordinat x, y, dan nilai z yang menyajikan data elevasi. Model
TIN disimpan dalam topologi berhubungan antara segitiga dengan segitiga
didekatnya, tiap bidang segitiga digabungkan dengan tiga titik segitiga yang
dikenal sebagai facet. Titik tak teratur pada TIN biasanya merupakan hasil sampel
permukaan titik khusus, seperti lembah, igir, dan perubahan lereng (Mark 1975)
Gambar 1. 2
C. Kontur
Kontur dibuat dari digitasi garis kontur yang disimpan dalam format seperti
Digital Line Graphs koordinat (x, y) sepanjang tiap garis kontur yang
menunjukkan elevasi khusus. Kontur paling banyak digunakan untuk menyajikan
permukaan bumi dengan simbol garis.
6
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
Gambar 1. 3
1.3 Interpolasi
Interpolasi adalah proses penentuan dari nilai pendekatan dari variabel f(P)
pada titik antara P, bila f(P) merupakan variabel yang mungkin skalar atau vektor
yang dibentuk oleh harga f(P1) pada suatu titik P1 dalam ruang yang berdimensi
r (Tempfli, 1977).
Penentuan nilai suatu besaran berdasarkan besaran lain yang sudah diketahui
nilainya, dimana letak dari besaran yang akan ditentukan tersebut di antara
besaran yang sudah diketahui. Besaran yang sudah diketahui tersebut disebut
sebagai acuan, sedangkan besaran yang ditentukan disebut sebagi besaran antara
(intermediate value). Dalam interpolasi hubungan antara titik-titik acuan tersebut
didekati dengan menggunakan fungsi yang disebut fungsi interpolasi.
7
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
Gambar 1. 4
B. Tampilan 3D timbul dari atas
Drape permukaan membuat tampilan 3-Dimensi layer lain yang memiliki
koordinat yang sama dengan TIN. Drape mengenakan titik dan garis.
Gambar 1. 5
1.4.2 Kontur
Kontur (isoline) adalah garis yang menggambarkan satu elevasi konstan
pada suatu permukaan. Biasanya kontur digunakan untuk memvisualisasikan
elevasi pada peta 2-Dimensi.
8
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
Gambar 1. 6
1.4.3 Kelas Elevasi
Hampir sama dengan kontur, tetapi data yang digunakan berupa polygon
dengan tampilan gradasi warna untuk perbedaan tinggi.
Gambar 1. 7
1.4.3 Profil
Profil adalah irisan penampang 2-Dimensi dari suatu permukaan.
Berdasarkan profil dapat dipergunakaan untuk analisa morfologi permukaan
seperti : kecekungan permukaan, perubahan permukaan, kecembungan
permukaan, dan ketinggian maksimum permukaan lokal.
9
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
Gambar 1. 8
Gambar 1. 9
Gambar 1. 10
10
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
Gambar 1. 11
Gambar 1. 12
11
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
Gambar 1. 13
Gambar 1. 14
12
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
13
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
14
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
1.6.3 Visualisasi
Visualisasi yang baik untuk menggambaran medan dengan pandangan
perspektif dan blok diagram. Teknik dapat dengan mengkombinasikan data lain
(integrasi dan registrasi SIG). Contoh : visualisasi peta Penutup Lahan dengan
peta shadow, colordrape peta-peta tematik.
15
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
BAB II
PEMBAHASAN
1. Buka google pencarian anda kemudian ketik USGS. Setelah itu pilh
EarthExplorer.
2. Maka selanjutnya akan muncul tampilan seperti di bawah ini. Jika kita
sudah pernah Login langsung saja ketik Login.
16
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
17
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
6. Pada data setsnya kita pilih yang Digital Elevtion lalu kita klik tanda plus (+)
kemudian klik SRTM.
18
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
19
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
12. Untuk Data berikutnya lakukan cara yang sama.Tunggu sampai semua
proses downloadnya selesai.
20
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
2.2 Hillshade
Hillshade atau Shaded Relief merupakan sebuah metode yang digunakan untuk
mempresentasikan gambaran relief sebuah wilayah pada sebuah data raster yang
masih dalam format 2-D (2 Dimensi) dengan cara memberikan kesan 3-D (3
Dimensi) pada data raster tersebut. Pemberian kesan 3-D tersebut dapat dilakukan
dengan cara pemberian teknik pencahayaan dan bayangan yang tepat pada sebuah
data raster.
Saat ini pada umumnya pembuatan shaded relief sebuah wilayah digunakan data
Digital Elevation Model (DEM), dimana dengan pemberian teknik pencahayaan dan
bayangan yang tepat akan menghasilkan kesan tampilan 3-D dari data DEM tersebut.
21
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
2. Pada bahasan ini akan membuat hillshade dari wilayah Kota Malang, Jawa
Timur .Kemudian panggil Digital Elevation Model dari daerah tersebut, di
sini saya menggunakan DEM SRTM 1Arc-Second.
Dapat dilihat pada gambar di bawah ini, bahwa ukuran DEM terlalu besar
untuk dibuat hillshade dari data region Kota Malang. Untuk itu kita akan
potong DEM tersebut dengan menggunakan batas Region Kota Malang
22
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
4. Pastikan layer yang akan digunakan sebagai batas pemotong harus memiliki
sistem koordinat yang sama dengan raster DEM. Selanjutnya isi input
raster,input raster or feature mask data dan Output raster
• Input raster di isi dengan Digital Elevation Model yang akan di potong.
• Input raster or feature mask data di isi dengan layer region pemotong.
• Output raster isi dengan lokasi penyimpanan dan nama hasil pemotongan.
23
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
6. Sebelum di ok, pastikan terlebih dahulu layer pemotong sudah dalam kondisi
editing.
7. Setelah di potong maka DEM akan berbentuk seperti region layer pemotong
tadi. DEM yang pertama dan layer yang digunakan untuk memotong tadi bisa
di remove dari Tabel Of Contents.
24
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
8. Sekarang adalah tahap untuk membuat hillshade dari dem tersebut. Masuk
kembali ke ArcToolbox→3D Analyst Tools→Raster Surface→Hillshade.
25
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
Azimuth merupakan sudut putar sinar matahari dari arah barat hingga timur.
Altitude merupakan sudut ketinggian penyinaran sinar matahari terhadap
objek di bumi.
10. Setelah semua tahapan di ikuti, maka hasilnya akan seperti gambar di bawah
ini.
26
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
2.3 Slope
Slope atau Kemiringan Lereng adalah kenampakan permukan alam disebabkan
adanya perbedaan ketinggian antar dua tempat. Sudut yang membentuk 2 ketinggian
tersebut biasannya kita sebut sudut kemiringan /slope. Untuk daerah yang relatif flat
(datar) memiliki nilai slope yang kecil. Untuk daerah yang berupa dataran tinggi terjal
biasanya memiliki niai slope / kemiringan lereng yang tinggi.
2.3.1 Studi Kasus
Seorang Mahasiswa ITN Malang akan menganilis perbedaan ketinggian dengan
mengetahui sudut kemiringannya pada Kota Malang menggunakan batas administrasi
Kota Malang, karena ia hanya memiliki shp tersebut.
27
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
3. Kemudian ptong shp dengan data dem dengan cara buka arctoolbox > spatial
analysis tool > extraction > extract by mask
28
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
4. Pada tampilan input raster masukan data DEM nya, kemudia pada input
raster or feature mask data masukkan shpnya lalu pilih tempat peyimanan
lalu klik Ok.
29
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
5. Setelah selesai di potong, untuk data DEM yang awal (kota_mlg_dem) bisa
diremove atau di off kan. Lalu buka arctoolbox >3D Analysis tool > raster
surface > slope
6. Pada tampilan input raster masukan data DEM yang telah di potong tadi >
pilih penyimpanan > pada Output raster measurement (optional) pilih
Percent_Rise > Klik Ok
30
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
7. Setelah selesai, kemudian classify shp slope tadi sesuai dengan pedoman SK
Mentan Nomor 837/Kpts/Um/11/80 yaitu 0-8% (datar), 8-15% (landai), 15-
25% (agak curam), 25-40% (curam), dan > 40% (sangat curam).
31
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
32
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
33
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
34
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
2.4 Topology
Error Topology merupakan kesalahan yang tedapat di dalam suatu objek vektor
berupa line ataupun polygon yang diakibatkan oleh kesalahan dalam proses digitasi
atau error yang muncul setelah melakukan analisis terhadap objek tersebut. Untuk
mengatasi error topology, sebelumnya diperlukan cek terlebih dahulu terhadap objek
vektor untuk mengetahui letak error yang terjadi.
35
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
2. setelah membuat file geodatabase klik kanan pada file geodatabase pilih
NEW>Feature Database
3. Kemudian akan muncul kota New Feature Database, isi nama lalu Next
36
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
6. klik finish
37
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
7. klik kanan pada New Feature Dataset yang sudah pilih Import > Feature
class (single)
38
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
39
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
10. Setelah melakukan New feature Dataset maka akan muncul tampilan
seperti di bawah
11. Kemudian klik kanan pada feature Dataset yang telah di buat pilih NEW
> TOPOLOGY
40
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
12. Akan muncul kotak New topology seperti gambar di bawah kemudian
pilih Next
41
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
16. Pada Add Rule pilih must Not Overlap & Must Not Have Gabs seperti
gambar di bawah
42
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
43
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
44
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
20. Lakukan start editing untuk Memunculkan Error Inspector untuk melihat
digitasi yang error, lalu pilih “must not overlap” untuk memunculkan
digitasi yang tumpeng tindih
45
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
21. Klik kanan pada klolom -> Zoom to/ Klik tombol Z
46
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
22. Klik kanan pada pilihan -> Merge -> Klik polygon untuk memilih daerah
yang ingin dimerge
47
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
23. Pilih Must Not Gaps pada kolom untuk memunculkan digitasi yang
berlubang/kurang sesuia lalu klik search now
48
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
25. lakukan validasi untuk memastikan tidak ada gaps yang berubah menjadi
overlap
26. Setelah tidak ada lagi digitasi yang error maka buat file Shp baru -> Drag
topology ->Pergi ke layer -> Data -> Export
49
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
2. Klik Arctoolbox -> Spatial Analyst Tools -> Hydrology -> Fill (Fungsi Fill
adalah untuk menyempurnakan nilai pixel yang terlalu kecil ).
50
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
4. Klik Flow Direction (untuk mengetahui pola arah aliran tiap pixel secara
otomatis )
-> masukkan data yang dibutuhkan -> Ok.
51
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
52
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
6. Klik di search -> Raster Calculator -> pilih log10 -> Hasil Flow
Accumulation -> Ok
( Fungsi log10 adalah untuk menghilangkan pixel 0 )
7. Klik di search -> Raster Calculator -> pilih con -> Hasil Flow Accumulation
log10 -> pilih (>=) -> Tekan tombol 3 (pixel) -> Hasil Flow Accumulation
log10 -> Ok
( Fungsi dari hasil flow accumulation log 10 > 3 maka akan menjadi hasil
akhir , missal DEMNAS memiliki resolusi spasial 8M -> 8 X 3 = 24 M²
maka sungai luas kurang dari 24 M² tidak akan dimunculkan. )
53
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
9. Pergi ke properties untuk membedakan warna pada layer -> Symbology ->
Strected -> Warna pekat akan menunjukan orde akhir dan sebaliknya.
54
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
2.6 Watershed
Watershed atau Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat diartikan sebagai sebuah
wilayah pada daratan yang secara alami dibatasi oleh pembatas topografi
(punggungan bukit dan gunung serta morfologi lainnya), berfungsi untuk menerima,
menampung, dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya melalui sebuah sungai
utama menuju ke laut atau ke danau secara alami. Suatu DAS disusun oleh kesatuan
sungai dan anak-anak sungai. DAS terdiri dari beberapa Sub-DAS yang merupakan
bagian dari DAS yang menerima air hujan dan kemudian mengalirkannya melalui
sungai-sungai kecil menuju ke sungai utama.
2.6.1 Studi Kasus
Mahasiswa ITN Malang sedang melakukan suevey di Kecamatan Wera,
Kabupaten Bima, khususnya di perkotaan Tawali. Ia ingin mengetahui DAS (Daerah
Aliran Sungai) di kawasan tersebut. Maka dari itu ia memerlukan analisis Flow
Direction kemudian dilanjut dengan Watershed.
55
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
2. Klik Arctoolbox -> Spatial Analyst Tools -> Hydrology -> Fill (Fungsi Fill
adalah untuk menyempurnakan nilai pixel yang terlalu kecil ).
56
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
4. Klik Flow Direction (untuk mengetahui pola arah aliran tiap pixel secara
otomatis )
-> masukkan data yang dibutuhkan -> Ok.
57
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
6. Klik Spatial Analyst Tools -> Conditional -> Con (untuk mengkondisikan
seberapa detail data yang kita inginkan) -> buat parameter nialinya (semakin
besar nilainya maka tingkat detailnya semakin rendah begitu juga sebaliknya)
-> menggunakan value > 1000 -> input data con dari file penyimpanan -> Ok.
7. Pilih tools Stream Link ( untuk membuat data aliran dalam bentuk raster -
>masukkan data Con -> masukkan data Flow Direction -> Ok.
58
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
8. Merubahnya ke bentuk vector ( shp ) -> masuk ke tools -> Stream to Feature -
> masukkan data Stream Link dan Flow Direction -> Ok.
9. Membuat DAS dalam bentuk raster -> Hydrology -> Watershed dan
masukkan parameternya -> masukkan file Flow Direction + Stream Link ->
Ok.
59
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
10. Merubah data raster DAS dari raster ke vector -> Covertion Tools -> From
Raster -> Raster to Polygon -> Ok.
60
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
presipitasi sangat menentukan proses yang akan terjadi dalam suatu kawasan
dalam kerangka satu sistem hidrologi dan mempengaruhi proses yang terjadi
didalamnya
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya presipitasi diantara lain berupa :
1. Adanya uap air di atmosphere
2. Faktor-faktor meteorologis
3. Lokasi daerah
4. Adanya rintangan misal adanya gunung.
Cara ini selain memperhatikan tebal hujan dan jumlah stasiun, juga
memperkirakan luas wilayah yang diwakili oleh masing-masing stasiun untuk
digunakan sebagai salah satu faktor dalam menghitung hujan rata-rata daerah yang
bersangkutan. Poligon dibuat dengan cara menghubungkan garis-garis berat
diagonal terpendek dari para stasiun hujan yang ada.
Nah metode ini dilakukan kalau penyebaran hujannya tidak merata dan
bervariasi, namun metode ini agak ribet. Tapi metode ini cukup akurat. beri step-
nya nih:
• Gambar Stasiun Hujan (A,B,C,D) di Peta DAS
• Hubungkan stasiun-stasiun tersebut dengan garis lurus. sampai didapatkan
segitiga-segitiga.
• Buat titik berat segitiga, lalu hubungkan ke titik tengah tiap sisi segitiga
sampai membentuk suatu poligon yang mengelilingi stasiun hujan.
• Hitung luas tiap poligon. Enaknya menghitung luas ini memakai software,
bisa memakai AutoCad, corel, dsb, (tapi jangan nyoba pake Winamp ya :p )
• Luas tiap poligon dikalikan dengan kedalaman hujan di tiap poligon. Hasil
jumlah
hitungan tersebut kemudian dibagi dengan total luas daerah yang ditinjau.
61
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
62
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
• Kemudian pada klik kanan pada Data curah hujan lalu klik Display XY
Data.
• Setelah itu pilih X pada X Field dan Y pada Y Field,kemudian klik edit
untuk koordinatnya.
63
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
• Untuk koordinat pilih WGS 1984 UUTM Zone 48S sebagai koordinat
lokasi.lalu klik ok.
• Kemudian klik kanan di Data curah hujankemudian pilih Data lalu klik
Export Data lalu klik oke.
64
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
• Untuk mengatur simbol kita dapat memilih simbol seperti gambar dibawah.
65
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
• Pada menu Search ketik Thiessen lalu pilih Create Thiessen Polygons.
66
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
• Pada input Features pilih atau masukan StasiunHujanbaru dan pada Output
kita pilih dan namakan file sesuai keinginan kemudian pada OutputField
pilih Only_Field dan tekan Ok.
• Tunggu setelah proses selesei sampai ada tanda centang hijau di pojok
bawah dan haasilnya akan terlihat seperti gambar di bawah ini.
67
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
• Setelah itu klik kanan lalu pilih Edit Features lalu Start Editing.
68
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
• Siap diedit. Dan pada titik hijau sudut kiri atas kita dapat klik lalu
ditarik keatas untuk memenuhi wilayah yang diluar cakupan stasiun
hujan.untuk lebih jelasnya perhatikan gambar setelah gambar ini.
• Tampilan dari ditariknya titik tadi adalah seperti gambar dibawah ini.
Kemudian klik kanan di garis merah (Polygon) lalu klik Insert ( Insert
Vertex bertujuan untuk menarik garis tanpa menggangu letak sudut
atau titik hijau),lalu tarik garis untuk memenuhi ruang atau wilayah
69
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
70
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
• Untuk hasil editingnya bisa seperti gambar di bawah atau pun dalam
model yang berbeda (Lihat Catatan Diatas).
• Untuk Nama StasiunHujan yang kita potong tadi diRename saja
menjadi Polygon Thessein atau lainnya agar tidak
membingungkan.
71
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
72
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
73
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
• Kemudian klik kanan pada crop lalu pilih Joins and Relates
kemudian klik Join.
74
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
75
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
• Kemudian pada menu Search kita cari IDW lalu pilih IDW (
Spatial Analyst)(Tool). Setelah itu pada Input Point kita masukan
Data StasiunHujanbaru dan pada Z Value kita pilih curah
hujan,Outputnya lalu untuk namanya kita beri nama Interpolasi
klik Ok.
76
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
77
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
• Pada Interpolasic atau data yang baru saja kita potokng klik kanan
lalu Properties > Symbology > Stretch lalu warna yang sesuai
kemudian klik Ok.
• Maka akan terlihat seperti gambar di bawah ini,untuk itu kita coba
hilangkan centang di data yang lain.
78
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
79
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
80
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
81
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
• Setelah itu dapat dilihat hasilnya. Untuk contonh ini hasil raster
tadi diberi nama Contour_interpo1.
82
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
83
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
84
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
4. Lalu, klik kanan pada layer kota Malang > symbol selector > fill color (
diganti no color) > outline color (diganti warna merah atau sesuai
keinginan) > ok
85
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
5. Pada Peta DEM Malang klik kanan > properties > display ( pilih bilinear
interpolation) > apply > ok
6. Layer shp kota malang > edit features > star editing ( lalu klik pada peta
Kota Malang untuk memastikan lokasinya )
86
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
7. Pada pojok kanan atas desksop ArcGis pilih windows > image analysis
87
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
8. Pada image analysis, kolom yang percent clip, diganti menjadi std-dev >
bilinear interpolation. Lalu, pada processing, pilih clip
88
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
10. Lalu pilih ArcToolbox > spatial analyst tools > surface > hillshade
11. Pada input raster, isi dengan peta hasil clip dan pada Z factornya, diisi
dengan 3 > ok
89
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
12. Hilangkan centang pada layer paling atas > klik kanan pada peta hasil clip
> properties > symbology > color ramp ( pilih warna yang sesuai ) > apply
> ok
13. ArcToolbox > spatial analyst tools > surface > contour
90
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
14. Padar input raster, isi kembali hasil clip peta DEM Malang. Pada contour
interval, isi 10,12 > ok
15. Lalu search > create tin > pilih create tin (3D Analyst) (tools)
91
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
16. Pada coordinate system, pilih titik kordinat yang sesuai, yaitu
WGS_1984_UTM_Zone_52S > input feature class, pilih contour_afr1 >
SF Type > Mass_Points > ok
17. Klik contour afr1 > symbol selector > contour topography (pilih warna
biru atau warna yang sesuai dengan keinginan) > ok
92
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
19. Editor > save edit > stop editing. Dan, jadilah model 3D dari data raster
shp kota Malang dan Peta DEM Malang.
93
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
94
MODUL SISTEM INFORMASI PERENCANAAAN
BAB III
PENUTUP
DEM digunakan dalam berbagai apllikasi baik secara langsung dalam bentuk
visualisasi model permukaan tanah maupun dengan diolah terlebih dahulu sehingga
menjadi produk lain. Informasi dasar yang diberikan DEM dan digunakan dalam
pengolahan adalah koordinat titik-titik pada permukaan tanah.
Informasi lain yang dapat diturunkan dari DEM adalah :
• Jarak pada relief atau bentuk permukaan tanah
• Luas permukaan suatu area
• Volume galian dan timbunan
• Slope dan Aspect
• Kontur
• Profil
Contoh aplikasi-aplikasi yang menggunakan DEM, yaitu :
• Rekayasa teknik sipil
• Pemetaan hidrograf
• Pemetaan topografi
• Pemetaan geologi dan geofisiska
• Rekayasa pertambangan
• Simulasi dan visualisasi permukaan tanah
• Rekayasa militer
95