You are on page 1of 18
KORELASI SPASIAL ANTARA TINGKAT PERKEMBANGAN TANAH DENGAN TINGKAT KERAWANAN GERAKAN MASSA DI DAS KAYANGAN KABUPATEN KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Spatial Corrdation of Soil Genesis and Mass Movement at Kayangan Watershed, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta Oleh Junun Sartohadi dan Rina Purwaningsih Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Bulaksumur, Telp (0274) 902337, Fax (0274) 589595 ABSTRACT The objectives of this research were: (1) to study the ckeree of soil development, and (2) to study the spatial correlation between the degree of soil development and the degree of mass movement susceptibility in the research area. The sampling method applied in this research was stratified sampling. Soil mapping units were applied as strata, The sample within straia was dtermined according the degret of mass movement susceptibility. The degree of soil development was dejermined using quantitative method of color indices and profile index. The color indices were Buntley-Westin (B-W), Harden (H1), and Hurst. The profile index was determined using solum, tescure, structure, and soil consistency. The degree of mass movement susceptibility map was taken from PSBA UGM (2001). Spatial correlation between the soil development map and the mass movement susceptibility map was analyzed using “error matrix” The result of this research indicated that the degree of soil development in the research area could be classified into three classes, i.e: class 1 (weakly developed soil), class 2 (moderately developed soil) class 3 (strongly developed soi). The degree of mass movement susceptibility was classified into three lasses, ie: class 1 (low susceptibility), class 2 (moderate susceptibility), and class 3 (bigh suscopsibilty). The result of error matris: calwlation between mass movement susceptibility and soil development were 9,56%; 21,69%; 30,21% for BW’+Ha, Hurst, and Profile indices respectively. There values showed that there were low spatial correlations between the degree of soil development and mass movement susceptibility in the study area. Keywords: Spatial Correlation, The Degree of Soil Development, and The Degree of Mast Movement Susceptibility 14 Forum Geografi, Vol. 18, No. 1, 2004: 14-31 PENDAHULUAN Latar Belakang Degradasi lahan merupakan ‘ssesalah lingkungan fisik yang cenderung senyebabkan turunnya permukaan Semi. Menurat Thornbury (1958) tiga esis proses degradasi adalah pelapukan smeatbering) gerakan massa (mass-movement), dan cxosi (erorion). Penyebab terjadinya gerakan massa adalah adanya gaya wervitasi bumi yang bekerja pada suata material batuan dan atau tanah sebagai smassanya. Gaya gravitasi tersebut meng- akibatkan terjadinya ketidakstabilan Seseng Suatu lereng akan menjadi tidak ssubd apabila keseimbangan gaya gesek semez imiterial gerakan massa dengan Giang gelincinya terganggu. Ketidak- seabiien pada suatu lereng biasanya dipicu see adanya curah hujan yang tinggi dan gemezn/gempa. Tingkat kerawanan gerakan esse pada daerah dengan kondisi tanah gem belum berkembang dengan tanah qume telah mengalami perkembangan Mise berbeda. Meskipun sama-sama “emi kemiringan lereng yang terjal, (Seta pang telah berkembang mungkin ‘Siem lebth berisiko mengalami gerakan seer Hal tersebut disebabkan karena Sees rang telah berkembang tingkat ‘Spee sola tcbal, sclain itu tanah yang (eetbembang cenderung bertckstur ee pads tanh lapisan bawah. Air ‘ke tanah akan terhenti di atas tanah yang didominasi oleh Seeeme Lepisan tanah tersebut bersifat celatif impermeabel (kedap ait) dan akan menjadi bidang gelincir jika ada air hujan yang masuk. Sementara itu pada tanah Jempungan yang bertumpu di atas batuan kedap air dan terletak pada lereng miring, infiltrast air hujan akan terhenti di atas batuan dasar yang kedap air schingga tanah di bagian bawah menjadijenuh. Hal tersebur menyebabkan bidang kontak antara lapisan tanah dengan batuan dasar menjadi licin schingga lnpisan tanah di atas batuan dasar lebih mudah meng- alami longsor. Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan merupakan salah satu Sub DAS Progo. DAS Kayangan ini tercakup dalam tiga kecamatan di Kabupaten Kulon Progo, yaitu Kecamatan Giri- mulyo, Kecamatan Nanggulan, dan Kecamatan Samigaluh serta sebagian kecil Kecamatan Kaligesing di Kabupaten Purworejo (lihat Gambar Peta Situasi). Dari keempat kecamatan tersebut mempunyai bentuklahan yang bervariasi yaitu bentuklahan asal struktural, bentuk- Iahan asal proses denudasional, dan bentuklahan asal proses fluvial. Ketiga satuan bentuklahan tersebut diduga mempunyai tingkat kerawanan gerakan massa yang berbeda-beda. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dari penclitian ini adalah: 1. Mengksji perkembangan tanah di daerah penelitian yang dicirikan oleh indeks warna dan indeks profil. Sirs Spesial antara Tingkat . (Junun S. & Rina Purwaningsih) 2. Mengkaji bagaimana hubungan secara spasial antara tingkat perkembangan tanah dengan tingkat kerawanan gerakan massa di daerah penelitian. Tinjauan Pustaka Gcomorfolog! adalah ilmu yang mengkaji bentuklzhan, proses, genesis, dan lingkungan permukaan bumi (Verstappen, 1983). Dalam geomor- fologi itu sendiri bentuklahan disajikan sebagai hasil dari hubungan antara beberapa faktor yaitu topografi/morfo- logi, proses geomorfologi, material Gitologi), struktur geologi, dan waktu. Faktor waktu berperan selama terjadinya proses geomorfologi seperti tingkat perkembangan bentuklahan yang tercermin pada konditi relief yang tidak teratur termasuk proses erosi, pelapukan dan proses gerakan massa (Dibyosaputro, 2001), Karakteristik bentuklahan akan berpengaruh terhadap kondisi tanahaya. Tanah merupakan suatu sistem dinamik yang teratur. Proses pembentukan tanah ‘merupakan akibat keayataan bahwa dari luar tanah menerima energi-energi tertentu yang di dalam jangke wakeu tertentu berubah dengen teratur (Darmawijaya, 1990). Faktor pembentuk tanah merupakan faktor yang menen- tukan jenis-jenis tanah, Secara gatis besar faktor pembentuk tanah terdiri dari bahan induk dan faktor lingkungan yang mempengaruhi berubahnya bahan induk menjadi tanah (Hardjowigeno, 1993). Faktor pembentuk tanah sebenarnya sangat banyak tetapi yang terpenting menurut Jenny (1941) dalam Hardjo- wigeno (1993) adalah iklim, organisme, relicf, bahan induk, dan waktu. Faktor- faktor lain misalnya; gravitasi, gempa bumi dan lain-lain. Menurut Darmawijaya, 1990 hasil eluviasi dalam gerakannya ke bawah akan memasuki lapisan yang keadasn fisiko-kimianya baru, sehingga basa tertentu akan ditahan oleh proses adsorbsi lempung yang juga turut turun dan mengakibatkan kurang asamnya lapisan ini. Tertahannya bahan yang teslindi dari atas mungkin juga discbabkan karena adanya lapisan yang tak dapat dilalui lagi. Banyaknya basa (antara lain yang terbanyak Ca) juga menyebabkan makin kecilnya daya dispersi bahan tertenm yang berakibat pula tertahannya bahan- bahan tertentu terutama koloid. Lapisan inilah yang disebut horison illuviasi dan membentuk horison B, Horison B mulai dibangun dari dasarke atas. Cir fisik yang paling menonjol dari horison B ialah kemampatannya (compactness) disebalbkan karena penimbunan butir-butirhalus dasi lapisan atas, dan memberikan tekstur yang lebih halus pada horison B dibendingkan dengan horison A dan bahan induk. Penilaian ‘perkembangan tanah secara kuantitatif sangat diperlukan karena dalam umur yang relatif sama, 16 Forum Geografi, Vol. 18, No. 1, 2004: 14-31 tanah dapat berbeda perkembangannya tergantung dari vaciasi faktor-faktor pembentuk tanahnya. Birkeland (1999) telah membuat tiga tingkatan perkem- bangan profil tanah, yaitu; perkembangan lemah, perkembangan sedang, dan perkembangan kuat. Pada perkem- bangan lemah urutan horison tanahnya adalah A/C,, atau A/Bw/C,. Perkem- Sangan profil tanah sedang apabila urutan horison tanahnya adalah A/Bt/C,. atau AJE/Bs/C,, atau A/Be/Bk/C,,. Perkembangan kuat pada profil tanah hampir sama dengan perkembangan sedang, akan tetapi horison B lebih tebal, warna cenderung lebih merah, Kandungan lempung lebih banyak, serta ‘sempunyai perkembangan struktur, Kondisi medan dan karakteristik spedan yang telah diamati dan diukur dari smalisis peta, interpretasi foto udara, kerja lepangan dan analisis Iaboratorium, serupakan informasi dasar dalam sSeagkaji mengapa di suatu medan Senedian longsorannya sangat variatif dan ierasif dibandingkan dengan proses Seago di suatu medan yang berbeda. ‘Tassh tebal dan berkembang pada sexi yang menempati pada lereng fang curam sangat mudah mengalami Jengsor oleh karena ketidak paduan essa tanah. Aspek tanah yang Sipechatikan secara keruangan adalah ieS5 canah yang menunjukkan sifat Sosfologi tanah, dan perkembangan ‘sasah yang dapat mempengaruhi proses Socgsoran. Selain jenis tanah, sifat tanah yang merupakan diagnosis penyebab terjadinya longsoran adalah sifat morfologi profil tanah, terutama pada profil tanah yang memiliki horison B (Worosuprodjo, 2002). Hipotesis 1, Tingkat perkembangan tanah di daezah penelitian bervariasi karena faktor-faktor pembentuk tanah di daerah penclitian sangat beragam. Perkembangan tanah dengan tingkat kerawanan gerakan massa di daerah penelitian mempunyai hubungan spasial yang positif, hal ini berdasae pada penelitian yang telah dilakukan oleh Worosuprodjo (2002). METODE Penelitian ini menggunakan bahan berupa Peta Tanah (Fakultas Pertanian UGM, 1997) dan Peta Tingkat Kerawanan Tanah Longsor (PSBA UGM, 2001), Pengecekan Iapangan untuk mengetahui tingkat perkembangan tanah dilakukan secara strated sampling dengan satuan tanah sebagai strata. Tingkat perkembangin tanah ditentukan berdasarkan indeks Buntley-Westin (1965), Hurts (1977), dan Harden dalam Birkeland (1999) serta indeks Profil (Qamulya, 1986) Indeks warna Buntley-Westin (1965), mengkonversi nilai hue dengan angka (7,5YR=4; 10YR=3; 2,5YR=2; 5Y=1), Kemudian angka konversi hue Xereiazi Spasial aniara Tingkat ... (Jurun S. & Rina Purwaningsih) 7 tersebut dikalikan dengan chroma-nya. Indeks warna Hurst (1977) diperoleh dengan cara mengkonversi nila fe dalam angka tunggal (SR=5; 7,5R=7,5; 10R=10; 2,5R=12,5; 5YR=15; 7,5YR=17,5; 1OYR=20). Nilai hue tersebut kemudian dikalikan dengan hasil perbandingan nilai alve dan chroma. Indeks Harden diperoleh dengan cara membandingkan warna tiap horison tanah dengan bahan induk. Setiap perubahaa 1 due dan chroma masing- masing mempunyai nilai 10. Angka perubahan Awe ialah (10YR=10, , 7,SYR=20, SYR=30, 2,5YR=40). Dari ketige indeks warna tersebut di atas nilainya dihitung pada setiap horison dan dikalikan dengan ketebalan horison, kemudian dijumlah dan dibagi dengan tebal profil. Berdasarkan indeks warna menurut Buntley-Westin, Hurst, dan Harden maka diketahui tingkat perkembangan tanahnya, yaitu: 1, Semakin besar nilai indeks warna Buntley-Westin profil tanah semakin berkembang. 2 Semakin keeil nilai indeks warna Hurst profil tanzh semakin berkembang, 3. Semakin besar nilai indeks Harden profil unah semakin berkembang. Indeks profil merupakan indeks rata-rata tertimbang yang diperhitungkan dengan cara menjumlh angka konversi dikalikan tebal masing-masing horison dan dibagi kedalaman profil (Ja- mulya,1986). Semakin besar nilai indeks tekstur, struktur, dan konsistensi dapat diartikan bahwa profil tanah semakin berkembang, Indeks ini diperhitungkan dazi pengamatan lapangan yang dikonversi dalam suatu angka, sebagai beriicut: Tabel 1. Indeks Tekstur Tanah Kelas Angka konversi Pasir, pasir geluhan 1 Geluh pasiran, gelub 2 lempung pasiran ‘Geluh debuan, geluh 3 Jempung debuan | | Gelub lempungan 4 (Sumber: Jamulya,1986) Tabel 2. Indeks Struktur Tanah ‘Tipe Derajat ie: Bats tunggal | Tichk ada 1 ikatan Remah Lemah 2 Masif Sedang 3 ‘Gampal Kuat 4 (Gamber: Jamulya,1986) ‘Tabel 3. Indeks Konsistensi Tanah Keadaan | Keadaan | Angka embab basah__|_konversi Lepas-lepas Tak lekat 1 Gembur Agakleckat| 2 ‘Agak tego | Lekat 3 ‘eguh Sangat teguh [Sangatlekat| 4 (Sumber: Jamulya,1986) 18 Forum Geografi, Vol. 18, No. 1, 2004: 14~ 31 Berdasarkan indeks warna dan * indeks profil tersebut di atas dilakukan Penilaian untuk setiap satuan tanahnya, Dati hasil perolehan nilai kemudian dibuat skor untuk dijumlah dan dikelompokkan ke dalam tingkat Perkembangan tansh dengan 3 tingkat perkembangan yaitu: Tabel 4. Tingkat Petkembangan Tanah Tingkat kerawanan gerakan massa di daersh penelitian telah diteliti oleh PSBA UGM (2001). Pengecekan tlang sesuai dengan tujuan penclitian dilakukan dengan metode dan teknik yang sama yang pernah dilakukan oleh PSBA UGM (2001) untuk mendapatkan hasil 3 kelas kerawanan gerakan massa sebagai berikur: Tabel 6, Tingkat Kerawanan Gerakan Massa Belum be Keiteria Kerawanan| Klas LNo | Tingkat Perkembangan [Klas £ 2 3 Sedang berkembang Rendah 1 Berkembang- berkembang lanjut Sedang 2 Tinggi 3 (referensi) i= baris (Klasifikasi) 1 mz 2 k tol kolom ny Korelasi spasial antata perkem- ‘epee unch dengan tingkat kerawanan massa dianalisis dengan mela. seknik overlay (tumpang susun) Peta-peta tingkat perkembangan dengan peta tingkat kerawanan massa. Kuat hubungan antara perkembangan tanah dengan Kerawanan gerakan massa dihitung dengan menggunakan error matrix: sebagai berikut: Jumlah sampel yang dillasi- fikasilsan adalah: * Spasial antara Tingkat ... (unun S, & Rina Purwaningsih) « Jumlah sampel sebagai referensi adalah: £ Overall accuracy Producer’ accuracy = —L User’ atcuracy ‘Dalam penelitian ini peta tingkat kerawanan gerakan massa diasumsikan sebagai data referensi. Sementara itu peta tingkatperkembangan tanah diasumsikan sebagai data klasifikasi. HASIL DAN PEMBAHASAN ‘Tingkat Perkembangan Tanah Tingkat perkembangan tanah di daerah penelitian ditentukan pada setiap satuan tanah pada kategori subgroup. Di daerah penelitian terdapat29 SPT dengan satuan tanah berjumlah 19. ‘Mengingat bahwa dalam setiap satu SPT terditi lebih, dari satu satuan tanah maka untuk menentukan tingkat perkembangan tanahnya perlu mempertimbangkan Komposisi satuan tanah dalam setiap satuan peta tanahnya. Setiap satuan tanah dalam satu SPT memiliki persentase luas yang berbeda-beda schinggs perlu diperhitungkan dalam penentuan tingkat perkembangan tanah di masing-masing SPT. Dalam setiap luasan SPT, yang merupakan satuan tanah luasnya hanya 90-95% saja. Sementara yang lainnya merupakan inklusi. Inklusi adalah tanah lain sebagai ikutan yang persentase sebarannya dalam satu SPT <20%. Perhitungan tingkat perkembangan tanah pada masing-masing SPT dilakukan dengan menghitung rata-rata timbang dari presentase Iuas setiap satuan tanahnya, Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: PA + PA, +t Prd P Keterangan: P = Nila perkembangan tanah pada seiap SPT PP,,,P, = Nilsi petkembangan pada masing-masing satuan tanah A,Ay..A,= Luas — masing-masing satuan tanah. Tanah di daerah penelitian meliputi ordo Entisols, Inceptisols, Vertisols, dan Alfisols. Dalam penelitian ini tanah yang dikategorikan dalam tingkat perkembangan tanah adalah ordo Entisols, Inceptisols dan, Alfisols. Sementara tanah yang termasuk dalam cordo Vertisols tidak dimasukkan dalam pethirungan indeks perkembangan tanah. Hal ini discbabkan karena tanah Vertisols merupakan tanah yang telah mengalami proses pencampuran tanah, hal tersebut 20 Forum Geografi, Vol. 18, No. 1, 2004: 14-31 mencegah terbentuknya horison diagnostik. Vertisols termasuk dalam Agenal Soils yang belum jelas perkembangannya, dan berkembangnya tanah ini dipengaruhi oleh faktor-faktor lokal seperti iklim kering, topografi, dan bahaninduk, Tingkat Perkembangan Tanah dengan Indeks Buntley-Westin dan Harden Perhitungan indeks warna Buntley-Westin dan indeks Harden digabung menjadi satu karena mempunyai kecenderungan yang sama, yaitu bahwa semakin besar nilainya maka profil tanah semakin berkembang, Tabel 7. Agihan Tingkat Petkembangan Tanah dengan Indeks BW+Hha di DAS Kayangan Tingkat perkembangan Tuas % Belum Berkemban; 24461 62,6 Sedang Berkembang 1121,1 28,7 Berkembang-Berkembang lanjut 342.1 88 Tingkat Perkembangan Tanah dengan Indeks Hurst Indeks wama Hurst mempunyai SEecenderungan bahwa semakin kecil nilai Sumber: Hasil Analisis indeks Hurst maka profil tanah semakin berkembang. Tabel 8. Agihan Tingkat Perkembangan Tanah dengan Indcks Hurst di DAS Kayangan No | Kelas Tingkat peckembangan Luas 1 Belum Berkembang O47 2313.7 59,2 2 | 2 | Sedang Berkembang 7 5 ‘Berkembang-Berkembang lanjut 9709 24,8 Sumber: Hasil Analisis Kereiasi Spasial antara Tingkat (unun 8. & Rina Purwaningsih) Tingkat Perkembangan Tanah dengan Indeks Profil Indeks Profil hasil penjumlahan dari indeks tekstus, yang merupakan Tabe! 9. Agihan Tingkat Perkembangan Tanah dengan di DAS Kayangan struktur, dan konsistensi. Semakin besar nilai indeks tekstur, struktur, dan konsistensi dapat diartikan bahwa profil tanah semakin berkembang: Indeks Profil Kelas Tingkat perkembangan Luas Belum Berkembang 843.6 21,6 Sedang Berkembang 3060,7 78,3 whos ]=|B Berkembang-Berkembang lanjut 4s 9 o1 t Kerawanan Gerakan Massa ‘Sumber: Hasil Analisis Tabel 10. Klasifikasi Tingkat Kerawanan Gerakan Massa | Kelas kerawanan Deskripsi Luas (ha) (%) _| 1 | Kelas (rendah) Daerah dengan tingkat kerawanan readab mempunyai kriteria atau batasan operasional bahwa wilayah dengan kemiringan lereng kurang dari 15 ‘, Ketebalan tanah lapuk tipis (<1 m), kondisi batuan agak relatif stabil, belum banysk ditemukan indikasi longsoran. Bila terjadi tanah longsor dengan frekuensi longsoran eurang dari 10 kali per tabus. Tm | 189 Kelas II (cedang) ‘Daerah dengan kemiringan 15-306, dengan Kedalaman lapuk tipis (1-2 m), kondisi geologi/batuan seringkali terpotong oleh patahan /sesar atanpun kekar. Frekuensi longsoran antara 10-25 kali per tahun 14169 | 347 Kelas 1 (ingai) ‘Wilayah dengan kemiringan lereng lebih dart 30° bahkan di-beberapa lokasi mempunyai lereng lebih dari 40°, Batuan banyak terpotong oleh struktur patahan//sesar dan kekar. Ketebalan tanah lapuk cukup tebal (>2 meter), frekuensi terjadinys tanah Jongsor tinggi yaitu lebih dari 25 kali per tahun dengan skala longsoran antara sedang hingga luas 18204 | 445 Sumber : Analisis Studio PSBA UGM (2001) 22. Forum Geografi, Vol. 18, No, 1, 2004: 14-31 Berdasarkan Tabel 10. dapat elas rendah seluas 771,7 ha(18,9%). Hal diketahui bahwa sebagian besar daerah ini menunjukkan bahwa dy daerah Penelitian mempunyai kerawanan _penelitian cukup cawan terhadap Berokan maissatingkat inggiseluas 18204 texjadinya gerakan massa. Hast] ha (#4,5%), disusul kemudian tingkat —_perhitungan error matrix disajikan pada sedang seluas 1416,9 ha (34,7%), dan Tabel 11 s/d 13 berikut ini: Tabel 11. Hasil Error Matric antata Peta Tingkat Peckembangan Tanah Indeke BW+Ha dengan Peta Tingkat Kerawanan Gerakan Massa Tingkst Kerawanan Gerakan Massa Tangkat 7 2 3 Total Pokembeigt i 320.500 0 | 807.400 ‘Tanah dengan 2 7.033.100 194.200 | 7.707.300 Endeks BW+Ha |_3 [7.640.100 | 4.243.600 12.972.200 { Total [15.159.700 [5.044.500] 1.282.700 Sumber : Hasl Analisis Menggunakan Thviys (2003) Kecerangan: Timgkat perkembangan tanah dengan indekes Tingkat kerawanan gerakan massa: BPH: Kelas 1 = rendah Keus1 = belum berkembang Kelas 2 = sedang Kels2 = sedang berkembang Kelas 3. = tinggi Keis3. = berkembang-berkembang hanjut 486.500 + 480.000 + 1.088.500 Deel acc, = 21.486.900 = 2955000 og < 956s ~ 21,486,900 * 100% = 956 % x 100% Pradacer accuracy 486.500, = %® =321% Kebs 1 15.159,700 * 100% =3,21% 480.000 Kebs2 “044.500 * 100% = 952% } Motes Spesial antara Tinghat .. (Junun S. & Rina Purwaningsih) 1.088.500 Kelas 3 = «100% =84,86 % 1.282.700 User’ acneracy 486.500 = % = % Kelas 1 so7.ano 7 100% 60,26 _ 480.000. % =8B% Kelas 2 = 5797399 * 100% = 23 % Glebe 1.088.500 eles 3 = 19.972.200 x 100 % = 8,39 % ‘Tabel 12. Hasil Error Matrix antara Peta Tingkat Perkembangan Tanah Indeks Hurst dengan Peta Tingkat Kerawanan Ger Tingkat Perkembangan Tanah dengan Indeks Hurst ‘akan Massa Kelas Tingkat Kerawanan Gerakan Massa 0 + 1.693.100 + 2.967.200 1 3 3 Total 1 807.100 300 807.400 2__| 4.378.900 1.635.300 | 7.707.300 3 922.100 _|_ 9.082.900 12.972.200 Total | 5.301.000 | 11.583.100 | 4.602.800 Sumber: Hasil Analisis Menggunakan Iwiys (2003) Overall accuracy = 21,486,900 x 100 % 4.660.300 = Frag ee % Producers accuracy Kehs1 =0 1.693.100 Kin2 = Srcen apo 14,62 % Kelas3 = 2.967.200 100% = 64,47 % 4.602.800 2 24 Forum Geografi, Vol. 18, No. 1, 2004: 14-31 User’ accuracy Kelas | =0 159810) soe. czngr Kelas 2 = 7707300" 100 % = 21,97 % 5 = 2961200 06, onan Keas3 = $.972.200% 100% = 22,87 % ‘Tabel 13. Hasil Error Matrix antara Peta Tingkat Perkembangan Tanah — Indeks Profil dengan Peta Tingkat Kerawanan Gerakan Massa Tingkat Kerawanan Gerakan Massa i Total 807.400 1.165.800. 7.707.300 Indeks Profil 3.288.200 12,972.20 4.454.300 | 16.981.300 | 51.300 Sumber : Hasil Analisis Menggunakan Ilwiys (2003) 300+ 6.490.200 + 0 Orel cry = a ¥ 100% = 30,21 % Pradecer’ acceracy 300 ee 4.454.300 * 10° 6.490.200 Kelas 2 ~ 76.981.300 * 100% = 38,22 % Kels3 = 0 Kehst 0 = = 0,0067 % User’ accuracy i=. 100 % = 0,037 % = 307.400 * 100% =0,037 % Sevelasi Spasial amtara Tingkat.. Jurun S, & Rina Purwaningsih) 6.490.200 Relat? = 7707300 Kelas 3 = 0 Analisis Hubungan Spasial Analisis spasial dilakukan untuk mengetahui sifat keruangan mengenai tingkat perkembangan tanah dalam kaitanaya dengan tingkat kerawanan gerakan massa. Dari keseluruhan hasil perhitungan error matrix antara peta tingkat kerawanan gerakan massa dengan peta tingkat perkembangan tanah dengan indeks BW+Ha, Hurst, dan profil di DAS Kayangan, dapat diketahui sejauh mana hubungan antara tingkat kerawanan gerakan massa dengan tingkat perkem- bangan tanah secara spasial. Dari perhitungan diperoleh hubungan antara kedua hal tersebut tidak sama pada masing-masing indeks perkembangan tanah. Nilai overall accuracy dari peta tingkat kerawanan gerakan massa dengan peta tingkat perkembengan tanah dengan indeks BW+Ha, Hurst, dan Profil berturut-turat sebesar 9.56%; 21,69%: 30.21%. Dari nilai-nilai tersebut dapat dikatakan bahwa hubungan antars tingkat kerawanan gerakan massa dengan tingkat perkembangan tanah secara spasial adalah Jemah, karena batas minimal suatu ailai ‘eakuratan dikatakan kuat adalah apabila nilai tersebut lebih dari 80%. Lemahnya hubungan antara tingkat perkembangan tanah dengan x 100% = 84,21 % tingkat kerawanan gerakan massa antara lain disebabkan karena sebagian besar daerah penelitian merupakan daerah berbukit dan bergunung, dengan bentuklahan asal proses denudasional dimana proses erosi adalah proses yang aktif. Stadia proses denudasi di daerah penelitian mungkin sudah lanjut sehingga ‘hhanya menyisakan lahan dengan kondisi tanah yang telah rusak. Dengan kata lain tanah di daerah penelitian telah/sedang mengalami Entisolisasi. Sementara tanah yang telah rusak termasuk dalam tanah yang belum berkembang. Kemiringan lereng di daerah penelitian yang umumnya terjal hingga sangat curam, memacu terjadinya proses erosi yang menyebabkan solum tanah dangkal terutama pada posisi topografi Jereng atas dan lereng tengah. Terjadinya proses erosi yang terns menerus menyebabkan tanah di daecah penelitian bersolum dangkal dan perkembangan horison lambat jike dibandingkan dengan tanah-tanah di daerah datar. Bahan induk yang merupakan bahan asal dari proses pembentukan tanah mempunyai peranan penting dalam menentukan jenis tanah yang terbentuk. Perbedaan bahan induk tanah akan 26 Forum Geografi, Vol. 18, No. 1, 2004: 14-31 menyebabkan tingkat perkembangan ” tanah yang berbeda-beds pula. Tanah ang berasal dati bahan induk berupa batman mudah Japuk akan lebih cepat mengalami proses perkembangan ‘cpada tanah yang berasal dari bahan seduk yang sukar mengalami pelapuken. Formasi geologi dan jenis batuan di 2exzh peneiitian berbeda-beda schingga senrebabkan bahan induk tanah yang ada juga bervatiasi. Kondisi bahan induk ‘saab yang berbeda-beda maka tingkat perkembangan tanahnya tidek dapat Bendingkan. Satuan tanah yang ada di daerah Peselitian scbagian besar tergolong Stem ordo Entisols dan Inceptisols, Sessols meupakan tanah yang masih Bede Menurut Hardjowigeno (1993), esbentukan tanah pada tingkat ini Sem: berupa proses pelapukan behan Seek can bahan mineral, pencam- (= bahen organik dan bahan mineral 9S pmakaan tanah dan pembentukan tanah karena pengaruh bahan tersebut (sebagai perekat). adalah pembentukan horison A Sson C dan sifat tanahnya masih i oleh sifat-sifat bahan wa Sementara Inceptisols ter- G2am tanah dewasa, dimana ¢pectembangan lebih lanjut tanah- Sade dapat berubah menjadi fewasa yaitu dengan proses borison B. Horison B yang pads tanah Inceptisols adalah Be rang menunjukkan horison B yang baru ada perkembangan warna atau perkembangan struktur atau keduanya dengan sedikit atau tanpa akurnulasiilluvial bahan tertentu, Penggunaan indeks warna pada Penentuan tingkat perkembangan tanah memberikan hasil yang kurang memuas- kan. Warna tanah merupakan sifat tanah yang mudah berubah oleh kondisi setempat seperti kondisi drainase tanah, Sifat tanah yang diklasifikasikan untuk penentuan dingkat perkembangan tanah hanya meliputi sifat isk saja yaitu berupa tebal solum, warna, tekstue, struktur, dan konsistensi. Sementara itu Penycbab tingkat kerawanan gerakan massa di daerah penelitian bukan disebabkan semata-mata oleh faktor tanah. Faktor lain selain tanah yang dimungkinkan mempengaruhi tingkat kerawanan gerakan massa di daerah penelitian antara lain sepecti faktor Kemiringan lereng, struktur geologi dan jenis batuan, pengelolaan dan peng- gunaan lahan oleh manusia dan seba- gainya. Peta tanah di daerah penelitian yang digunakan sebagai data klasifikasi untuk mencntukan tingkat perkem- bangan tanah dalam error marie dibuat berdasarkan analisis pedologik, Menurut USDA dalam analisis pedologik, Pengklasifikasian tanah hanya mencakeup tanah dengan kedalaman maksimal 2 meter. Sementara cakupan material st eara Tingkat .. (unun S. & Rina Purwaningsih) gerakan massa melibatkan semua materi SARAN gembur yang mungkin jauh lebih besar. berikan beberapa saran sebagai berilcut: KESIMPULAN 1 Berdasarkan hasil dan analisis penelitian, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Tingkat perkembangan tanah di dacrah penelitian bervariasi meliputi tingkat belum betkembang, sedang 2. berkembang, dan tingkat berkem- bang hingga berkembang lanjut. Tingkat kerawanan gerakan massa * di daetah penelitian juga bervariasi melipoti tingkat kerawanan rendah, sedang, dan tinggi. 3 2, Hasil perhitungan error matrix peta tingkat kerawanan gerakan massa diperolch hasil yang tidak sama pada masing-masing indeks penentu perkembangan tanah. Nilai overall ‘accuracy dari peta tingkat kerawanan gerakan massa dengan peta tingkat perkembangan tenah dengan indeks BW'+Ha, Hurst, dan Profil berturut- turut sebesar 9,56%; 21,69%; dan 30,21%. Nilai-nilai tersebut menun- julkkan lemahnya hubungan ancara tingkat perkembangan tanah dengan tingkat kerawanan gerakan massa secara spasial, Hasil penelitian dapat mem- Perlu dilakukan penelitian serupa dengan menggunakan peta tingkat kerawanan gerakan massa yang dibuat dengan metode terestris atas dasar kejadian gerakan massa. Perlu penelitian lebih lanjut tentang kerakteristik medan yang lebih detil hubungannya dengan tipe-tipe gerakan massa yang terjadi di suata daerah. Walaupun hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang lemah antara tingkat perkembangan tanah dengan tingkat kerawanan gerakan massa, namun penelitian ini perlu dilanjutkan/dicoba pada dacrah- Gaerah lain, Hal ini disebabkan kemungkinan faktor-faktor lokal seperti bahan induk tanah yang mempengaruhi tingkat perkem- bangan tanah dan tingkat kerawanan gerakan massa berbeda 28 Forum Geografi, Vol. 18, No. 1, 2004: 14-31 DAFTAR PUSTAKA Birkeland, PW. 1999. Soil and Geomorphology. Third Edition, Oxford University Press Inc.,New York. Congalton, R.G., 1957. Astsing The Accuracy of Remutely Sened Date Principles and Practices, CRC Press, Inc. Darmawijays, I, 1990. Klasifeasi Tanah. Gadjah Mada University Press. Youyakarta, Dibyosaputro, S., 1991/1992, Longsorlahan di Daceah Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo daerah Istimewa Yogyakarta. Laporan Penton Fakultas Geografi. UGM. Yogyakarta. Dibyosaputro, S., 2001. Guide To gomurpholegical Photo Intrprdation Faculty of Gepgraphy, Gacjah Mada University. Yogyakarta Hardjowigeno, S, 1993, Klasifikasi Tanah dan Pedogenssis. Akademi Pressindo. Jakarta, Famulya, 1986. Perkembangan Profil Bentang Tanah Beting Pantai Daerah Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap Jawa Tengah. Tasit 5-2. Fakultse Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta. PSBA UGM, 2001. Laporan Abbir Penynsunan Sistem Informasi Penanggulangan Bencina Tanah Longsor di Kabupaten Kulon Prego . Pusat Studi Bencang Alam UGM dan BAPPEDA Tk.II Kulon Progo. Yogyakarta. ‘Tbombury, WD, 1958. Principles of Geomorpholey. New York: John Wiley and Sons Inc Wesstappen, HTh,, 1983. 4pplied Gromarphology. Elsevesiet Science Publishers, Co, Amsterdam. Worosuprodjo,s., 2002. Studi Erosi Parit dan Longsoran dengan Pendekatan Geomorfologis di DAS Oyo Provinsi DIY. Desertasi § Program Pasca Sarjana. UGM. Yogyakarta Spasial antara Tingkat .. (Junun S. & Rina Purwaningsih) sisqeuy [SeH FOquINS z oer ¢ FG € zeae MRR way STM | for TSE Z Sze z BEL i one 7 ‘oXomOy: zor_| 82, z 96 ET £ GPT t 6c OF TanuEy ofomoyns syo]du oor | Le z ast £ 18 £ 0629 6 82 60°91 zi'st 99°97 vo_| se ozt 9661 ag'te #6 | te OS, OFZ o0%6I 6 _| ee 1H E06 a z6_ | ee on FEL TaaTuayy 16_| te over OLE Tez wong “oo wos 06 | 02 iat ist c vee wera eworooy | 28 | 6E oust “ELL T = TamowwE wenley HiTWON | se | BE 1st ero 1 $60 eeTS | WITTE] aaa Sse 1006 i 8682 Tonle HHT or z $s GrOr t ‘O60 worTnjgweanle os_| st z SELL aroL “ree = TED Tore wowed HP ot z 7st © eer OFF = UN wesomoy | 8c | £ aL t LOSe sLoe mwOTOG OAnWUTN REDE | LL | et z OFT € SreL Oc or wien oy sprwos [19 [AL z OFS € SIE zr aaa TuRTED SPT $9 | o z over © sre oe6r toetery oray pT Le z ELL TOE zzz Bias Faqupmmory | 19 | 8 z Get € ist | 4 ese ater muny FaniTrwas © se Faas z ar'st oz'oz so'lz ‘westiuegua.y ‘unite wos o | 9 z srt z 161 8°87 Fanivwas petueqway HF os r 9671 T 999 orse sqiovued TuorTuyg wecosy | et |e T rer i zie Sst Fanteuay TuaToyasesoy | ut | © z erst z az'6 ‘oste Tray wes SpomovaweNosN | oT |e z zest zaot LOE Tae Fuwiaray oqsomay, SITE od 7330 eure spy | seper | smex | tHe! MRR MEIMTK 48 | on SUN ueSuedeyy SYP YouRL, weBeequoyseg wexBury ueBUMNIG TSeHE Tee “| vende] 30 Forum Geografi, Vol. 18, No. 1, 2004: 14-31 stony én mie Sg vesH my to pen oi | i Pe | Wi no | aod

You might also like