You are on page 1of 4

Perkembangan Studi Islam di Barat

Muhammad Berkah (44)


Institut Agama Islam Negeri Metro
Jl. Ki Hajar Dewantara Kampus 15A Iring Mulyo Kota Metro Lampung 43111
muhamadberkahpai@gmail.com

Perkembangan merupakan terjadinya perubahan-perubahan yang terjadi pada setiap masa.


Perkembangan yang baik tentunya bernilai positif untuk kalangan masyarakat. Semua itu tidak
terlepas dari perkembangan islam. Islam sering dijadikan sebagai kajian budaya di kalangan umat
muslim maupun non muslim.1
Usaha kajian tersebut menjadikan pemikiran setiap kalangan menjadi objektif dan terbuka.
Pentingnya setiap kajian yang di lakukan para ahli ini membawa peradaban yang mulia dan
kemaslahatan. Maka dalam hal ini setiap individu perlu mempelajari sejarah yang dapat menambah
keilmuan.
Sejarah pemikiran Islam dapat menyajikan kajian tentang ajaran-ajaran pokok dan
perkembangan pemikiran dalam Islam, sejak awal mula Islam diturunkan, bahkan sedikit mundur
ke belakang.2 Pokok bahasan dari kajian islam itu sendiri, berupa dari aspek sosial, ekonomi dan
politik. Aspek tersebut merupakan awal terjadinya keselarasan dan keseimbngan antara umat
muslim dan non muslim.
Dalam sejarah, setelah wafatnya Nabi Muhammad Islam sebagai agama, tradisi, budaya
serta disiplin pemikiran berkembang cukup pesat sesuai dengan perkembangan masyarakat (sosial),
ilmu pengetahuan, dan teknologi.3 Meskipun diyakini Nabi muhammad dengan wahyu yang
dibawanya telah merangkum semua hal yang berhubungan dengan kehidupan umat manusia.
Namun umat islam dituntut untuk mampu merumuskan sendiri pemahaman serta penafsiran ajaran
agama (pemikiran). Dalam hal ini menjadi perhatian yang sangat penting untuk umat muslim.
Dalam ini maka perlu ada kajian studi islam.
Lahirnya kata Studi Islam seperti di dunia Barat disebut kata islmic studies, dan dunia Islam
disebutkan kata sebagai Dirasah Islamiyah, karena sebelumnya sudah dikenal sejak abad 19 di
dunia Barat. Dengan demikian terjadinya hubungan antara perkembangan barat dan islam.

1
Dedi Wahyudi dan Rahayu Fitri, “Islam dan Dialog Antar Kebudayaan (Studi Dinamika Islam di Dunia
Barat),” Fikri: Jurnal Kajian Agama, Sosial, dan Budaya 1, no. 2 (Desember 2016): 268.
2
Muh. Alif Kurniawan dkk., Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam: Dari Masa Klasik, Tengah, Hingga
Modern, Cet 1 (Yogyakarta: Qoulun Pustaka, 2014), 4.
3
Muh. Alif Kurniawan dkk., 5.
Perkembangan studi Islam di dunia Barat terjadi karena adanya hubungan dengan dunia
muslim, misalnya saja melalui hubungan perguruan tinggi, penyalinan karya-karya ilmiah dari
manuskrip-manuskrip Arab ke dalam bahasa Latin, dan lainnya.
Dunia barat melakukan kajian yang mumpuni saat ini. Banyak karya-karya dari para ahli
dunia barat. Ilmuan yang bernama Rbetorica, salinan karya Aristoteles (184-322 M) di dalam
bahasa Arab, serta menyalin Poetic dan Etbica, karya Averroes (Ibnu Rusyd) yang merupakan
salinankarya Aristoteles
Hubungan dunia Barat dengan dunia Islam melalui perguruan tinggi misalnya ada dosen di
Barat yang menganut agama Islam dan tenaga pengajar non-Muslim atau orientalis. Barat di masa
modern ini membangun misalnya Universitas McGill, Montreal, Kanada.4 Dari situlah orientalis
sering disebut dengan ahli keislaman. Mereka para orientalis menurut Khoirudin Nasution dikenal
dengan orang yang mengetahui dan memahami Islam secara kognitif atau aqliyah (understanding),
belum sampai tataran afektif atau qalbiyah (merasakan), apalagi pada tataran psikomotorik atau
fi’liyah (mengamalkan).
Walaupun ada hubungan dari dunia barat dan islam harus ada benteng dari aqidah masing-
masing. Setiap Muslim diharapkan bisa membedakan antara aqidah dan pergaulan serta dapat
memposisikan dan menyesuaikan diri tanpa mengorbankan aqidah.5 Aqidah merupakan pondasi dan
keimanan seorang muslim. Hal tersebut perlu di lakukan agar islam tidak mempercapurakdukkan
keyakinannya.
Sesuai dengan firman Allah yang artinya “untukmu agamamu dan untukkulah agamaku”.
Maka terlihat jelas walaupun banyak kemajuan barat, namun aqidah tidak boleh untuk main-main.
Namun dalam hal ini bukan berarti tertutup dengan barat, tapi seharusnya dapat dijadikan tuker
pengetahuan yang dapat di gunakan muslim untuk berguna untuk saling menghormati dan
mnenghargai sesama.
Dalam kemajuan zaman ini, memang terakui kemajuan kemajuan barat,misalnya dalam
sejarah pada masa abad pertengahan.
Abad pertengahan (medieval period) ialah periode kemunculan negara-negara Barat ke
pentas dunia.6 Pada masa ini, barat (eropa) mulai melakukan interaksi dengan masyarakat islam di
negara-negara lain. Interaksu ini pada akhirnya berujung dengan penjajahan terhadap dunia timur,
india, cina dan lainyya sebagainya.

4
Dedi Wahyudi dan Rahayu Fitri, “Islam dan Dialog Antar Kebudayaan (Studi Dinamika Islam di Dunia
Barat),” 10.
5
Abdul Wahib, “Pergulatan Pendidikan Agama Islam di Kawasan Minoritas Muslim,” Walisongo: Jurnal
Penelitian Sosial Keagamaan 19, no. 2 (6 Desember 2011): 467, https://doi.org/10.21580/ws.2011.19.2.169.
6
Dedi Wahyudi dan Rahayu Fitri, “Islam dan Dialog Antar Kebudayaan (Studi Dinamika Islam di Dunia
Barat),” 2.
Tidak sdikit negara Timur itu yang di jajah oleh Barat tersebut yang berpendudukan musli.
Kepentinga penjajahan tersebut ialah negara Barat memerlukan banyak pengetahuan tentang
masyarakat bahkan agamanya sehingga mereka mengirimmkan para Sarjana untuk mengkajinya.
Para orientalis yang mengkaji Al-Qur’an meenggunakan kacamata ajaran kristen dan
mempunyai misi tertentu. Tujuan misi tertentu itu yaitu mereka dengan kajiannya berusaha
memperlihatkan kelemahan serta kekurangan Al-Qur’an. Muhaimin pernah mengatakan bahwa
studi Islam yang dilakukan oleh kalangan orientalis hanya bermaksud untuk mempelajari seluk-
beluk ajaran Islam dan hanya menjadikannya sebagai Ilmu Pengetahuan (Sains Islam).
Sains Islam merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang mencakup berbagai pengetahuan
modern seperti kedokteran, astronomi, kimia, biologi, matematika, fisika, dan sebagainya yang
disusun berdasarkan nilai-nilai islami. Pokok dari akhlak nilai-nilai islami terhadap Allah yakni
meyakini keberadaan allah SWT dengan keesaan-Nya dan sifat kesempurnaan-Nya.7 Dengan
demikian keyakinan akan terus melekat sampai seterusnya.
Sebelum muslim memasuki universitas-universitas barat, hali islam di barat kebanyakan
kaum orientalis, namun seiring berjalannya waktu, banyak sarjana yang menimba ilmu di Barat
serta menulis dengan bahasa Barat tentang Islam. Kemudian hasilnya ahli keislaman di barat
banyak muncul yaitu muslim.
Studi islam di barat identik dengan nama Middle East Studies, Near Eastern Studies, Religious
Studies, Comparative Religion, maupun lainnya. Karena semua itu sudah menjadi suatu tanda bagi
dunia barat. Selanjutnya Diantara sarjana muslim yang menjadi pakar kajian Islam berkat belajar di
barat ialah Muhammad Iqbal, Fazrul Rahman, Mohammed Arkoun.
Studi islam di Barat lebih cederng esensialis yakni menjelaskan suatu fenomena masyarkat serta
kebudayaan dalam kerangka satu kesatuan dan tidak berubah. Studi Islam di Barat juga sering
dimotivasi oleh kepentingan politis. Namun kelebihan studi islam di Barat, dapat megarahkan
mahasiswa menjadi pusat pengembangan, sedangkan dosen hanya mengarahkan. Mahasiswa sangat
serius dalam mebgobrak abrik pustaka, tercermin dalam tulisan, bahwa mahasiswa yang memang
di latih, perlu berfikir kritis, akurat dan tanggung jawab.

Referensi

Dedi Wahyudi, dan Devi Septya Wardani. “Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar
Akidah Akhlak Melalui Multimedia Lcd Proyektor.” Jurnal Ilmiah Didaktika 18, no. 1 (2
Mei 2018): 1–15.

7
Dedi Wahyudi dan Devi Septya Wardani, “Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Akidah Akhlak
Melalui Multimedia Lcd Proyektor,” Jurnal Ilmiah Didaktika 18, no. 1 (2 Mei 2018): 4.
Dedi Wahyudi, dan Rahayu Fitri. “Islam dan Dialog Antar Kebudayaan (Studi Dinamika Islam di
Dunia Barat).” Fikri: Jurnal Kajian Agama, Sosial, dan Budaya 1, no. 2 (Desember 2016).

Muh. Alif Kurniawan, Rochanah, Suyatmi, Ari Fajar Isbakhi, Kuni Adibah, Syifaun Nikmah,
Fatoni Achmad, dkk. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam: Dari Masa Klasik, Tengah,
Hingga Modern. Cet 1. Yogyakarta: Qoulun Pustaka, 2014.

Wahib, Abdul. “Pergulatan Pendidikan Agama Islam di Kawasan Minoritas Muslim.” Walisongo:
Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan 19, no. 2 (6 Desember 2011): 467.
https://doi.org/10.21580/ws.2011.19.2.169.

You might also like