You are on page 1of 11

Dinamika : Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara

e-ISSN 2614-2945 Volume 6 Nomor 4, Bulan Desember Tahun 2019

IDENTIFIKASI POTENSI DESA WISATA DI KABUPATEN CIAMIS


BERBASIS COMMUNITY BASED TOURISM

Oleh :
Irfan Nursetiawan1, Regi Refian Garis2
irfan.nursetiawan@gmail.com
Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Galuh
Jln. R.E. Martadinata No. 150 Ciamis.

ABSTRAK

Era otonomi daerah telah membuka peluang untuk meningkatkan tata kelola,
pembangunan yang berkeadilan, dan meningkatkan layanan publik. Selain itu di
bidang pembangunan ekonomi, ada perbedaan di setiap daerah. Itu disebabkan oleh
perbedaan Pendapatan Asli Daerah di masing-masing daerah. Demikian juga di
Kabupaten Ciamis, setelah Kabupaten Pangandaran resmi menjadi Daerah Otonomi
Baru. Salah satu yang dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dari sektor
pariwisata, yaitu desa wisata yang akan menjadi objek retribusi baru dari sektor
pariwisata. Desa sebagai tujuan wisata dapat diwujudkan melalui Community Based
Tourism (CBT). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
langkah-langkah penelitian yang harus dilakukan, yaitu observasi, tinjauan pustaka,
pengumpulan data, dan analisis data. Desa yang memiliki potensi dan dapat diambil
sebagai desa wisata, yaitu: (1) Desa Sukahurip; (2) Desa Karangampel; (3) Desa
Karangpaningal; (4) Desa Medanglayang; (5) Desa Bangunharja: dan (6) Desa
Sukamaju. Setiap desa memiliki potensi untuk menjadi desa wisata dengan beragam
desa potensial yang dikelola oleh kelompok masyarakat dan masyarakat adat. Potensi
yang ada di desa-desa ini dipublikasikan oleh potensi wisata alam dan budaya dan
memiliki potensi ekonomi untuk dikembangkan lebih lanjut. Pembuatannya, dengan
potensi desa wisata berbasis CBT ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
pedesaan.

Kata Kunci: Potensi Desa, Desa Wisata, Community Based Tourism.

A. PENDAHULUAN Bungaran. A.S (2010:108) menyatakan,


Berangkat dari fenomena dampak dari otonomi daerah diantaranya:
pembangunan daerah yang tidak merata, (1) dampak sosio kultural; (2) pelayanan
pembanguan ekonomi yang cenderung publik; (3) pembangunan ekonomi; serta
diskriminatif, dan keberlanjutan (4) dampak bagi pertahanan, keamanan,
sekelompok masyarakat, maka era otonomi dan integrasi nasional. Kebijakan otonomi
daerah telah membuka peluang untuk daerah dapat memicu konflik dan
memperbaiki kinerja pemerintahan, memunculkan masalah horisontal dan
pemerataan pembangunan dan perbaikan vertikal. Sengketa antar pemerintah daerah,
pelayanan publik. Disamping adanya pemerintah pusat dengan pemerintah
peluang, ternyata terdapat permasalahan daerah misalnya berkaitan dengan hal
yang muncul sebagai bentuk adanya pengalihan aset dan batas wilayah, bahkan
otonomi daerah. Menurut Simanjuntak,
339
Dinamika : Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara
e-ISSN 2614-2945 Volume 6 Nomor 4, Bulan Desember Tahun 2019

dapat berimplikasi pada ketegangan antar pengembangan desa wisata sebagai salah
kubu di masyarakat. satu bagian dari kegiatan wisata.
Begitupula dengan adanya Penguatan tersebut dapat dilakukan
pemekaran sebuah Daerah Otonomi Baru melalui pembinaan kepada masyarakat
(DOB), yakni adanya implikasi negatif dari secara kontinyu, perlu dibuatkan
pemerintah pusat terkait alokasi anggaran Peraturan Desa (Perdes) yang akan
untuk pelayanan publik, dikarenakan mengatur hal-hal penting seperti status,
adanya kebutuhan belanja Aparatur Sipil kedudukan, hak dan kewajiban, peran
Negara (ASN) dan pembangunan serta dan tanggung jawab masyarakat
infrastruktur bagi DOB. Selain itu di adat, perlindungan kearifan lokal dan
bidang pembangunan ekonomi cenderung kawasan resapan air, pengawasan dan
ada perbedaan di setiap daerah. Hal itu sanksi-sanksi Siswadi, S., Taruna, T., &
disebabkan oleh perbedaan Pendapatan Purnaweni, H. (2011).
Asli Daerah (PAD) di setiap daerahnya. Berdasarkan hal tersebut, maka
Begitupula di Kabupaten Ciamis, setelah diperlukan payung hukum agar program
Kabupaten Pangandaran resmi menjadi pengembangan sebuah desa menjadi desa
DOB pendapatan retribusi dari sektor wisata dapat terealisasi. Begitu pula di
pariwisata mengalami penurunan. Di tahun Kabupaten Ciamis yang memiliki kearifan
2016 realisasi pendapatan retribusi daerah lokal dan adanya beberapa kelompok
dari sektor pariwisata Kabupaten Ciamis masyarakat adat, serta hal tersebut
mencapai Rp.647.289.300,- sedangkan di merupakan salah satu modal sosial dapat
tahun 2017 mengalami penurunan menjadi menjadi landasan untuk menjadikan
Rp.258.989.000,- (Dispar Kab. Ciamis, beberapa desa bertransformasi menjadi
2018). Berdasarkan hal tersebut, maka desa wisata. Namun penelitian diperlukan
diperlukan strategi dan alternatif untuk guna menjadi landasan akademis dalam
mendongkrak PAD dari sektor pariwisata. pembukaan, penguatan dan pembukaan
Salah satu yang dapat meningkatkan desa wisata tersebut.
PAD dari sektor pariwisata, yakni dengan Menurut Hadiwijoyo (dalam Fitari.
adanya desa wisata yang akan menjadi Y dan Ma’rif. S, 2017) menyatakan, bahwa
objek retribusi baru bidang pariwisata. Desa wisata adalah suatu kawasan
Menurut Widiyanto, D., Handoyo, J. P., & pedesaan yang menawarkan keseluruhan
Fajarwati, A. (2008) menyatakan, suasana yang mencerminkan keaslian
pengembangan pariwisata perdesaan layak pedesaan baik dari kehidupan sosial
dikembangkan terutama untuk mendorong ekonomi, sosial budaya, adat istiadat
kegiatan non pertanian yang pada keseharian, memiliki arsitektur bangunan,
harapannya nanti dapat mendukung dan struktur tata ruang desa yang khas,
diversifikasi perdesaan. Untuk atau kegiatan perekonomian yang unik dan
mengembangkan pariwisata perdesaan menarik serta memiliki potensi untuk
dapat dilakukan dengan mengidentifikasi dikembangkannya berbagai komponen
potensi dan masalah yang terdapat di kepariwisataan, seperti atraksi, akomodasi,
daerah penelitian. makanan-minuman dan kebutuhan wisata
Industri pariwisata dapat pula lainnya. Sejalan dengan hal tersebut, maka
dilakukan melalui penguatan dan
340
Dinamika : Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara
e-ISSN 2614-2945 Volume 6 Nomor 4, Bulan Desember Tahun 2019

dengan adanya desa wisata dapat menjadi wilayah yang berwenang untuk mengatur
strategi alternatif dalam peningkatan PAD. dan mengurus urusan pemerintahan,
Namun untuk berbagai potensi desa kepentingan masyarakat setempat
di Kabupaten Ciamis cukup banyak untuk berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal
dikembangkan menjadi desa wisata belum usul, dan/atau hak tradisional yang diakui
banyak yang teridentifikasi. Maka dan dihormati dalam sistem pemerintahan
diperlukan penelitian yang lebih mendalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
terhadap hal tersebut. Adapun yang Berdasarkan hal tersebut secara
menjadi urgensi penelitian ini harus tidak langsung, desa dipersiapkan dan
dilaksanakan, yakni penelitian ini harus mampu menjadi desa yang mandiri.
berorientasi pada strategi peningkatan Selain itu secara historis Desa merupakan
PAD melalui konsep desa wisata dan cikal bakal terbentuknya masyarakat
selaras dengan mata kuliah azas-azas politik dan pemerintahan di Indonesia jauh
manajemen serta sistem akuntansi sebelum negara atau bangsa ini terbentuk.
pemerintahan. Walaupun demikian skema Struktur sosial sejenis desa, masyarakat
dalam penelitian ini mengambil skema adat dan lain sebagainya telah menjadi
penelitian dosen pemula, dimana hal institusi sosial yang mempunyai posisi
tersebut disesuaikan dengan latar belakang yang sangat penting. Desa merupakan
pendidikan dan klasifikasi jabatan institusi yang otonom dengan tradisi adat
fungsional peneliti. Penelitian ini istiadat dan hukumnya sendiri serta relatif
diharapkan dapat menjadi masukan bagi mandiri. Selain itu di desa juga tidak luput
pemerintahan daerah dalam upaya dari beragam masalah.
peningkatan PAD dari sektor pariwisata di Salah satu permasalahan yang ada di
era otonomi daerah saat ini. desa ditandai dengan adanya krisis
perdesaan. Krisis perdesaan, yaitu krisis
B. KAJIAN PUSTAKA yang ditandai dengan penurunan kapasitas
1. Pengertian Desa sistem sosial-ekonomi dan ekologi
Keadaan pembangunan desa baik perdesaan untuk menyediakan kebutuhan
secara formal maupun informal dan pangan, air, energi, sumber nafkah, dan
kenyataan dilapangan masih banyak yang perlindungan sosial bagi warganya
tertinggal dari segi aspek kesejahteraan (Shohibuddin. M, 2016). Selain
masyarakat, aspek pelayanan publik dan permasalahan tersebut, masyarakat desa
bahkan daya saing desa. Namun desa pada menghadapi permasalahan ekologis yang
saat ini menjadi pendorong dalam ditandai dengan penurunan daya dukung
pembangunan di tingkat pemerintah alam sebagai akibat dari praktik-praktik
daerah. Hal tersebut dibuktikan dengan konsumtif eksploitatif. Oleh karenanya
terbitnya Undang-undang Nomor 6 tahun harus dikembalikan kembali fungsi desa
2014 tentang Desa. Dalam Undang-undang sebagai penyeimbang antara pemenuhan
Nomor 6 tahun 2014 pasal 1 ayat (1) kebutuhan masyarakat secara ekonomi
menyatakan, desa adalah desa dan desa dengan keadaan ekologis yang terpelihara.
adat atau yang disebut dengan nama lain, Menurut Finch (dalam Dilahur,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan 1994) menyatakan desa adalah suatu
masyarakat hukum yang memiliki batas tempat yang terutama untuk tempat tinggal
341
Dinamika : Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara
e-ISSN 2614-2945 Volume 6 Nomor 4, Bulan Desember Tahun 2019

dan bahkan terutama sebagai pusat perjalanan berwisata dan pelayanan


perdagangan. Desa-desa itu disusun keramah-tamahan.
sebagian besar oleh rumah-rumah Perkembangan industri pariwisata
pertanian dan dihubungkan dengan saat ini dapat pula sebagai penopang
bangunan tambahan. Sehingga secara pendapatan daerah yang dapat dijadikan
geografi desa mempunyai topografi yang sebagai katalis atau percepatan
bercirikan didominasi oleh lahan pertanian, peningkatan kesejahteraan masyarakat.
seperti sawah dan ladang.desa juga Menurut Gunn, Clare. A (2002)
mempunyai nilai-nilai filosofis sebagai menyatakan, pariwisata adalah keseluruhan
suatu kesatuan yang mempunyai nilai rangkaian kegiatan yang berhubungan
kearifan. Hal tersebut sejala dengan dengan pergerakan manusia yang
pendapat Ndraha (dalam Harianto, Asis. melakukan perjalanan atau persinggahan
Dkk, 2011) menyatakan desa dianggap sementara dari tempat tinggalnya, ke suatu
sebagai nilai luhur yang memiliki atau beberapa tempat tujuan di luar
karakteristik seperti kegotongroyongan, lingkungan tempat tinggalnya yang
musyawarah, mufakat, dan kekeluargaan, didorong oleh beberapa keperluan tanpa
sehingga menimbulkan berbagai bermaksud mencari nafkah. Sejalan
semboyan. Jadi, desa merupakan tempat dengan hal tersebut, pariwisata dapat
yang terdiri dari sekumpulan masyarakat di dikatakan sebagai industri yang
dalam sebuah kesatuan norma hukum dan kelangsungan hidupnya sangat ditentukan
pula mempunyai kewenangan secara oleh baik buruknya lingkungan. Keadaan
otonomi dalam mengatur urusan lingkungan yang baik, maka industri
pemerintahnya, serta mempunyai nilai- pariwisata akan berkembang dengan baik
nilai yang sesuai dengan norma sebagai pula (Soemarwoto. O, 2004:309). Dengan
ciri khas dari sebuah desa. demikian pariwisata merupakan segala
2. Pariwisata macam bentuk kegiatan wisatawan yang
Pariwisata sebagai kegiatan rekreasi bertujuan untuk mendapatkan ketenangan
bagi masyarakat, baik masyarakat batin.
perkotaan maupun di perdesaan. Menurut 3. Konsep Desa Wisata
Inskeep, Edward (dalam Priyanto dan Sebuah kawasan perdesaan tentunya
Dyah. S, 2015) Pariwisata dapat diartikan mempunyai sesuatu hal yang menarik
suatu aktivitas yang dilakukan oleh untuk dijadikan sebagai objek wisata.
wisatawan untuk bepergian ke suatu Menurut Hadiwijoyo (2012) menyatakan
tempat tujuan wisata di luar keseharian dan suatu kawasan perdesaan yang
lingkungan tempat tinggalnya untuk menawarkan keseluruhan suasana yang
melakukan persinggahan yang sifatnya mencerminkan keaslian perdesaan baik
sementara waktu dari tempat tinggal, yang dari kehidupan sosial ekonomi, sosial
didorong beberapa keperluan tanpa untuk budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki
bermaksud mencari nafkah, namun arsitektur bangunan dan struktur tata ruang
didasarkan untuk mendapatkan desa yang khas, atau kegiatan
kesenangan, disertai untuk menikmati perekonomian yang unik dan menarik serta
berbagai hiburan yang dapat melepaskan mempunyai potensi untuk
lelah dan menghasilkan pengalaman dikembangkannya berbagai komponen
342
Dinamika : Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara
e-ISSN 2614-2945 Volume 6 Nomor 4, Bulan Desember Tahun 2019

kepariwisataan, misalnya atraksi, berekreasi yang mempunyai ciri khas


akomodasi, makanan-minuman dan tertentu dan dapat ditampilkan kepada para
kebutuhan wisata lainnya. wisatawan.
Berdasarkan hal tersebut, maka 4. Pendapatan Asli Daerah
terdapat karakteristik sebuah desa dapat Di tingkat daerah prespektif
dijadikan sebagai desa wisata. Menurut pengelolaan keuangan merupakan salah
syarat-syarat desa wisata, terdiri dari: (a) satu bentuk kinerja pemerintah daerah
keunikan dan keaslian; (b) letak dan dalam rangka melaksanakan pembangunan
aksesibilitas; (c) budaya yang mencakup yang berkeadilan. Menurut Peraturan
adat istiadat dan pelaku adat lokal serta Pemerintah (PP) Nomor 58 tahun 2005
norma setempat; (d) sarana dan prasarana tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,
yang mendukung; (e) alam; (f) partisipasi tercantum Semua hak dan kewajiban
masyarakat lokal; serta (g) terjaminnya daerah dalam rangka penyelenggaraan
keamanan, ketertiban, dan kebersihan. pemerintahan daerah yang dapat dinilai
Sejalan dengan hal tersebut, menurut dengan uang termasuk didalamnya segala
Nuryanti (1993) menyatakan desa wisata bentuk kekayaan yang berhubungan
memiliki beberapa komponen produk dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.
wisata yang mendukung kegiatan yang ada Sehingga pengelolaan keuangan daerah,
di dalamnya, yang sering disebut sebagai meliputi: (a) Hak daerah memungut pajak-
4A (Atraksi, Aktivitas, Aksesibilitas, dan retribusi daerah; dan (b) Penerimaan dan
Akomodasi). Adanya komponen ini pengeluaran daerah.
menjadi faktor utama dijadikannya suatu
wilayah dapat ditetapkan sebagai desa C. METODE PENELITIAN
wisata karena menjadi pelengkap bagi Penelitian ini merupakan jenis
suatu desa wisata dalam menjalankan penelitian kualitatif, dimana penelitian
kegiatan wisata yang dimiliki. kualitatif. Sehingga penelitian kualitatif ini
Adapun untuk memperkaya obyek merupakan jenis penelitian yang temuan-
dan daya tarik wisata di sebuah desa temuannya tidak diperoleh melalui
wisata, beberapa fasilitas dan kegiatan prosedur statistik atau bentuk hitungan
dapat dibangun mulai dari: (a) Eco-lodge; lainnya dan bertujuan mengungkapkan
(b) Eco-recreation; (c) Ecoeducation; (d) gejala secara holistik kontekstual melalui
Eco-research; (e) Eco-energy; (f) Eco- pengumpulan data dari latar alami dengan
development; dan (g) Eco-promotion memanfaatkan diri peneliti sebagai
(Priyanto dan Dyah. S, 2015). Maka dalam instrumen kunci (Sugiarto. E, 2015:8).
pembangunan desa wisata dapat dilakukan Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian
dengan melibatkan masyarakat, yakni ini dilakukan dengan cara identifikasi
dengan mengimplementasikan Community karakteristik. Menurut Hawadi (2002:107)
Based Tourism (CBT). menyatakan identifikasi adalah suatu
Menurut Suansri (2003:14) CBT prosedur yang dipilih dan yang cocok
adalah pariwisata yang menitikberatkan dengan ciri-ciri yang akan dicari dan
keberlanjutan lingkungan, sosial budaya selaras dengan program yang akan
kedalam satu kemasan. Dengan demikian dikembangkan. Sedangkan karakteristik
desa wisata sebagai tempat untuk merupakan ciri atau karakteristik yang
343
Dinamika : Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara
e-ISSN 2614-2945 Volume 6 Nomor 4, Bulan Desember Tahun 2019

secara alamiah melekat pada diri seseorang sebagai sumber retribusi baru untuk
yang meliputi umur, jenis kelamin, ras atau peningkatan pendapatan daerah dari sektor
suku, pengetahuan, agama atau pariwisata.
kepercayaan dan sebagainya. Namun
dalam penelitian ini yang menjadi objek D. HASIL PENELITIAN
penelitian, yakni desa dengan karakteristik, 1. Potensi Desa Wisata di Kabupaten
sebagai berikut: (1) Besarnya peranan Ciamis
kelompok primer; (2) Faktor geografik Kabupaten Ciamis dengan potensi
yang menentukan sebagai dasar sumber daya alam yang cukup melimpah
pembentukan kelompok atau asosiasi; (3) dan keindahan panorama alam
Homogen; (4) Hubungan lebih bersifat memberikan kesan tersendiri bagi para
intim dan awet; (5) Mobilitas sosial wisatawan yang datang ke wilayah
rendah; (6) Keluarga lebih ditekankan tersebut. Masyarakat Tatar Galuh Ciamis
fungsinya sebagai unit ekonomi; dan (7) di beberapa wilayah masih ada yang
populasi anak dalam proporsi yang lebih mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal,
besar (Roucek dan Warren, dalam Indrizal sehingga masih ada di wilayah perdesaan
2013). Adapun tahapan penelitian meliputi yang menjunjung tinggi nilai-nilai adat
pengurusan izin dan observasi budaya daerah yang kental dengan nuansa
pendahuluan (awal), persiapan sarana dan Sunda, baik itu dari segi bahasa, pakaian,
prasarana penelitian, studi kepustakaan, bahkan bentuk rumah. Inilah yang menjadi
pengumpulan data, analisis data, serta dasar atau modal sosial, bahwasannya
pembuatan laporan dan seminar hasil. Kabupaten Ciamis mempunyai potensi di
Adapun pendapat lain, dalam bidang pariwisata. Adapun beberapa desa
penelitian kualitatif, pengumpulan data yang mempunyai potensi dan dapat
dilakukan pada natural setting (kondisi dijadikan sebagai desa wisata di
yang alamiah), sumber data primer, dan Kabupaten Ciamis, sebagai berikut:
teknik pengumpulan data lebih banyak a. Desa Sukahurip
pada observasi, wawancara mendalam (in Desa Sukahurip merupakan sebuah
depth interview) dan dokumentasi desa yang mempunyai potensi sumber
(Sugiyono, 2007:62-63). Adapun jenis daya alam dan budaya yang kompleks.
wawancara yang digunakan merupakan Desa Sukahurip terletak di wilayah
wawancara terbuka ‘yang diwawancara’ Kecamatan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis
mengetahui bahwa mereka sedang dengan luas wilayah 350 Ha. Kebudayaan
diwawancarai dan mengetahui pula apa masyarakat Desa Sukahurip yang ada,
maksud wawancara itu (Moeleong, diantaranya Tradisi Ngaruat Lembur,
1998:137). Hal tersebut dimaksudkan Tradisi Ziarah, Tradisi Hajat Tujuh Bulan,
untuk memperkuat data yang telah Tradisi Hajat Empat Bulan, Tradisi
diperoleh. Untuk lokasi penelitian yang Numbal Bumi. Di Desa Sukahurip juga
akan dilakukan, yang berada di Kabupaten terdapat cagar budaya, salah satunya
Ciamis provinsi Jawa Barat. Indikator Makam Embah Buyut Mahad. Untuk
pencapaian dalam penelitian ini, yakni potensi wisata alam di Desa Sukahurip
adanya pengelompokan desa wisata di terdapat curug yang bernama Curug
Kabupaten Ciamis yang dapat dijadikan Salosin. Salosin dalam Bahasa Sunda
344
Dinamika : Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara
e-ISSN 2614-2945 Volume 6 Nomor 4, Bulan Desember Tahun 2019

diartikan berjumlah 12 (dua belas). Di dengan mudah ditempuh dengan


beberapa lokasi curug tersebut terdapat kendaraan. Pengelolaan situs budaya
beberapa larangan yang bertujuan untuk tersebut dikelola dan dilestarikan oleh
kelestarian curug. Komunitas Penggiat Potensi Sejarah dan
Curug Salosin berada di Dusun Nilai Budaya Kabuyutan Galuh Bojongloa.
Palasari Desa Sukahurip Kecamatan c. Desa Karangpaningal
Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis dan hal Desa Karangpaningal Kecamatan
tersebut menjadi dasar Desa Sukahurip Tambaksari Kabupaten Ciamis merupakan
dapat dijadikan sebagai desa wisata, karena salah satu desa yang sebagian kelompok
mempunyai banyak potensi ekonomi, masyarakatnya termasuk ke dalam
wisata, dan budaya. Potensi wisata yang masyarakat adat. Terdapat sebuah
ada di desa tersebut dikelola oleh perkampungan yang dinamai Kampung
Pokdarwis Desa Sukahurip yang dimotori Adat Kuta yang mempunyai keunikan dari
oleh masyarakat desa. segi tradisi dan bentuk rumah yang masih
b. Desa Karangampel bertahan dengan desain rumah tempo dulu.
Desa Karangampel merupakan Di desa tersebut tersebut terdapat hutan
sebuah desa dengan potensi seni dan keramat dan kesenian, seperti: Gondang
kebudayaan yang kental dengan adat Buhun. Wilayah kampong adat dikelola
istiadat masyarakat Sunda. Desa oleh Komunitas Budaya Kampung Adat
Karangampel terletak di Kecamatan Kuta dengan anggota berasal dari
Baregbeg Kabupaten Ciamis yang masyarakat asli Kampung Kuta.
mempunyai tradisi Mupunjung. Selain itu d. Desa Medanglayang
pula terdapat situs bersejarah yang dapat Desa Medanglayang merupakan
menjadi cagar budaya dan berpotensi salah satu desa yang terletak di daerah
sebagai objek wisata budaya. Adapun situs Kecamatan Panumbangan Kabupaten
bersejarah yang berada di Desa Ciamis. Terdapat salah satu potensi desa
Karangampel, diantaranya: Mbah Kyai yang mulai dikembangkan oleh masyarakat
Malangkarsa, Mbah Kyai Malangmita, yang bergerak di bidang wisata alam.
Mbah Kyai Madsari, Mbah Kyai Salah satu objek wisata yang ada di desa
Sumirang, Mbah Sinden, Malang Dewa, tersebut, yaitu Bumi Perkemahan Jamiaki
Mbah Kyai Ranggajati, Aki Kuwu Jegud, dan pengelolaannya oleh masyarakat
Raksa Santana, Raksa Daria, Raksa sekitar desa. Geliat ekonomi terlihat
Lingga, Buyut Ranti, Kyai Kertibangsa, setelah dibukanya bumi perkemahan
Kyai Wanan Tapa dan Wanan Tara, Mbah tersebut dan pengunjung mulai banyak
Jogo Boyo, Kyai Prabu Wisnu, yang datang untuk menikmati panorama
Kertamanggala, serta Buyut Natayuda. alam Puncak Jamiaki. Ekonomi
Dengan potensi wisata budaya dan kemasyarakat memang diusung dalam
adanya tradisi yang masih tetap dipelihara, konsep pengembangan objek wisata
maka Desa Karangampel Kecamatan tersebut.
Baregbeg Kabupaten Ciamis dapat menjadi e. Desa Bangunharja
desa wisata. Keberadaan lokasi yang cukup Desa Bangunharja sebagai bagian
strategis dengan adanya konektivitas jalan dari wilayah Kecamatan Cisaga
raya, maka akses menuju ke lokasi dapat mempunyai potensi wisata alam. Salah
345
Dinamika : Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara
e-ISSN 2614-2945 Volume 6 Nomor 4, Bulan Desember Tahun 2019

satunya, yakni Curug Cicapar yang berada berat. Inilah yang harus jadi perhatian
dikawasan hutan. Pengelolaan curug pemerintah daerah untuk perbaikan dan
tersebut dikelola oleh Pokdarwis Desa penambahan infrastruktur dari sarana
Bangunharja. Di desa tersebut terdapat listrik, koneksi internet hingga sarana air
pula kerajinan tradisional yang bernama bersih.
Kamuti. Dengan potensi tersebut, maka c. Anggaran
geliat wisata desa dapat diimplementasikan Anggaran masih menjadi
dan menjadi salah satu solusi dalam permasalahan utama bagi masyarakat desa
pemberdayaan, serta peningkatan untuk mengembangkan objek wisata dan
kesejahteraan masyarak desa. menjadikan desanya maju untuk menjadi
f. Desa Sukamaju desa wisata. Selain itu, masyarakat masih
Desa Sukamaju Kecamatan menunggu bantuan dana stimulus untuk
Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis merupakan memenuhi kebutuhan operasional dan
sebuah desa yang mempunyai potensi pengembangan desa lebih lanjut.
dalam bidang perkebunan kopi. Kopi yang Selain faktor penghambat untuk
dibudidayakan oleh para petani setempat pembentukan dan pengembangan desa
berjenis setempat. Mempunyai cita rasa wisata terdapat faktor pendukung, yakni
yang berbeda dengan kopi yang lain, kopi potensi desa dari segi sumber daya alam
yang berasal dari Desa Sukamaju dapat yang berlimpah dan keragaman budaya
dijadikan sebagai produk unggulan desa yang dapat dijadikan sebagai atraksi
dan menjadi daya tarik untuk wisata. wisata. Selain itu terdapat modal sosial
2. Faktor Penghambat dan Pendukung yang dapat menjadi pendukung dari
Desa Wisata di Kabupaten Ciamis pembentukan dan pengembangan desa
Ada beberapa faktor penghambat wisata, yaitu adanya kelompok masyarakat
untuk pendirian dan pengembangan desa yang berkeinginan untuk berdaya melalui
wisata di Kabupaten Ciamis, diantaranya: kegiatan pariwisata. Sehingga diperlukan
a. Sumber Daya Manusia (SDM) strategi yang tepat dalam upaya
Kurangnya sumber daya manusia pengembangan desa dan peningkatan
yang mengerti akan pentingnya kesadaran sumber daya pendukung terciptanya desa
pariwisata untuk meningkatkan wisata yang berkelanjutan.
kesejahteraan masyarakat desa 3. Strategi Pembentukan Desa Wisata
mengakibatkan terhambatnya di Kabupaten Ciamis
pengembangan sebuah konsep desa wisata. Salah satu strategi yang dapat
Diperlukan orientasi atau pengenalan dan diimplementasikan untuk pembentukan
pelatihan pariwisata kepada sumber daya, dan pengembangan desa wisata sebagai
khususnya SDM agar tercipta sumber daya destinasi wisata unggulan di Kabupaten
yang berkompeten dan mendukung Ciamis, yakni dengan pengelolaan objek
peningkatan kualitas pariwisata. wisata yang dikelola oleh kelompok
b. Infrastruktur masyarakat desa. Adapula yang
Sebagian besar dukungan terhadap menyebutnya dengan konsep Community
perbaikan infrastruktur masih kurang. Based Tourism (CBT). Konsep wisata
Salah satunya akses jalan yang keadaannya tersebut mengarah kepada pemberdayaan
masih tergolong rusak ringan sampai rusak masyarakat yang dilibatkan di dalam
346
Dinamika : Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara
e-ISSN 2614-2945 Volume 6 Nomor 4, Bulan Desember Tahun 2019

pengelolaan objek wisata tertentu. pemberdayaan juga seharusnya ada dari


Sehingga konsep tersebut tidak hanya masyarakat desa itu sendiri.
menguntungkan pihak pengembang, baik
itu Pemerintah Daerah tetapi juga E. KESIMPULAN DAN SARAN
masyarakat dapat merasakan manfaat 1. Kesimpulan
ekonomi dari kegiatan pariwisata tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang
Noor, M. (2011), menyatakan telah dilakukan maka dapat disimpulkan,
Pemberdayaan masyarakat adalah konsep sebagai berikut:
pembangunan ekonomi yang merangkum 1. Terdapat 6 (enam) desa yang
nilai-nilai masyarakat untuk membangun mempunyai potensi untuk dijadikan
paradigm baru dalam pembanguan yang desa wisata di Kabupaten Ciamis,
bersifat people centered dan participatory. yaitu: Desa Sukahurip, Desa
Dengan demikian konsep CBT pada Karangampel, Desa Karangpaningal,
hakikatnya bertumpu pada partisipasi Desa Medanglayang, Desa
masyarakat untuk ikut dalam pembentukan Bangunharja, dan Desa Sukamaju.
dan pengembangan desa wisata. 2. Faktor penghambat dalam
Pemberdayaan tersebut bertujuan untuk terbentuknya desa wisata di Kabupaten
meningkatkan kesejahteraan dan taraf Ciamis, yaitu dikarenakan oleh
ekonomi masyarakat desa. kurangnya sumber daya manusia di
Partisipasi dari masyarakat desa perdesaan yang berkompeten dalam
sangat dibutuhkan guna pengembangan pengembangan desa wisata, masih
desa yang lebih maju dan berkelanjutan. kurangnya sarana prasarana penunjang
Hal tersebut sejalan dengan pendapat dan infrastruktur yang relatif masih
Dewi, M. H. U. (2013), menyatakan kurang, serta kurangnya anggaran
pengembangan desa wisata membutuhkan untuk pengembangan objek wisata
partisipasi masyarakat lokal dalam masih menjadi permasalahan utama.
keseluruhan tahap pengembangan mulai 3. Faktor pendukung agar terwujudnya
tahap perencanaan, implementasi, dan desa wisata di Kabupaten Ciamis,
pengawasan. yakni banyaknya potensi ekonomi
Sejalan dengan hal tersebut yang berasal dari kekayaan sumber
beberapa kelompok masyarakat di daya alam di perdesaan dan adanya
Kabupaten Ciamis cukup antusias untuk modal sosial sebagai salah satu bagian
membuka dan mengembangkan objek untuk mempercepat terbentuknya desa
wisata baru. Karena hanya sedikit objek wisata. Selain itu, adanya nilai-nilai
wisata unggulan yang ada di Kabupaten kearifan lokal sebagai sumber
Ciamis. Sehingga diperlukan objek wisata kebudayaan yang masih tetap lestari
baru yang representatif untuk peningkatan sampai saat ini.
retribusi bidang pariwisata. Walaupun 4. Strategi yang dapat diimplementasikan
demikian tetap yang menjadi prioritas sebagai upaya pembentukan desa
utama, yakni kesejahteraan masyarakat wisata, yakni melalui pengembangan
desa. Masyarakat desa membutuhkan akses desa wisata berbasis masyarakat. Hal
untuk maju dan berkembang, selain tersebut dilakukan agar masyarakat
perhatian dari Pemerintah Daerah upaya dapat berperan aktif untuk
347
Dinamika : Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara
e-ISSN 2614-2945 Volume 6 Nomor 4, Bulan Desember Tahun 2019

mewujudkan desa wisata dan DAFTAR PUSTAKA


berorientasi pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat perdesaan. Bungaran. A.S. 2010. Otonomi Daerah,
2. Saran Etnonasionalisme, dan Masa Depan
Untuk pengembangan desa wisata, Indonesia: Berapa Persen Lagi
dapat dilakukan melalui beberapa tahapan, Tanah dan Air Nusantara Milik
yaitu: Rakyat. Jakarta: Yayasan Pustaka
a. Perencanaan Obor Indonesia.
Dalam tahap perencanaan sebuah
konsep desa wisata harus dilakukan oleh Dewi, M. H. U. 2013. Pengembangan Desa
Pemerintah Desa yang melibatkan Wisata Berbasis Partisipasi
masyarakat desa melalui jalan musyawarah Masyarakat Lokal di Desa Wisata
desa. Hal tersebut dimungkinkan untuk Jatiluwih Tabanan, Bali. Jurnal
terjalinnya sinergitas antara Pemerintah Kawistara, 3(2).
Desa dengan masyarakatnya. Partisipasi
masyarakat merupakan modal utama agar Dilahur. 1994. Geografi Desa dan
terealisasinya desa wisata yang Pengertian Desa. Forum
berkelanjutan dan tentunya pembangunan Geografi.14.(15).119-128.
desa dapat dilaksanakan. Dispar. Kab. Ciamis. 2018. Rekapitulasi
b. Pelaksanaan Pendapatan Retribusi Daerah Tahun
Dalam pelaksanaan pengelolaan 20132017. Ciamis: Dispar.
desa wisata, walaupun dilaksanakan oleh
kelompok masyarakat tetap harus ada Fitari. Y dan Ma’rif. S. 2017. Manfaat
pengawasan oleh Pemerintah Desa. Hal Pengembangan Desa Wisata
tersebut agar terkontrol dengan baik dan Wonolopo terhadap Kondisi Sosial,
program pemberdayaan dapat terealisasi Ekonomi, dan Lingkungan
dengan lancar. Selain itu, diperlukan Masyarakat Lokal. Jurnal Wilayah
peningkatan kapasitas sumber daya dan Lingkungan.5.(1).29-44.
manusia melalui pelatihan kepariwisataan.
c. Evaluasi Gunn, Clare A. 2002. Tourism Planning.
Evaluasi merupakan sebuah tahap New York City : Taylor and Francis.
akhir dalam proses perbaikan program.
Dalam pengembangan desa wisata Harianto, Asis. Dkk. 2011. Tinjauan
diperlukan evaluasi yang mengarah bukan Hukum Pelaksanaan Otonomi Desa
hanya ke masalah teknis, namun harus di Kabupaten Banggai. (Online).
dapat dimengerti oleh pengelola wisata Tersedia:
khususnya kelompok masyarakat yang pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/07f508
mengelola sebuah objek wisata. Evaluasi de53592473de5e935ee080bf4a.pdf.
dapat dilakukan melalui sebuah forum [01 Agustus 2018].
pertemuan atau musyawarah desa.
Hawadi. 2002. Identifikasi Keberbakatan
Intelektual Melalui Metode Non
Tes. Jakarta: PT Gramedia.
348
Dinamika : Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara
e-ISSN 2614-2945 Volume 6 Nomor 4, Bulan Desember Tahun 2019

dalam Upaya Demokratisasi Tata


Indrizal. 2013. Memahami Konsep Kelola Sumber Daya Alam Desa:
Pedesaan dan Tipologi Desa di Perspektif Agraria Kritis.Jurnal
Indonesia. (Online). Tersedia: Sosiologi Masyarakat.21.(1).1-33.
http://fisip.unand.ac.id./media/rpkps/
EdiIndrizal/M3.pdf. [10 Agustus Siswadi, S., Taruna, T., & Purnaweni, H.
2018]. 2011. Kearifan Lokal dalam
Melestarikan Mata Air (Studi Kasus
Moleong. 1998. Metodologi Penelitian di Desa Purwogondo, Kecamatan
Kualitatif. Bandung: CV. Remaja. Boja, Kabupaten Kendal). Jurnal
Rosdakarya. Ilmu Lingkungan, 9(2), 63-68.

Noor, M. 2011. Pemberdayaan Soemarwoto. O. 2004. Ekologi,


masyarakat. CIVIS, 1(2/Juli). Lingkungan Hidup dan
Pembangunan. Jakarta: Djambatan.
Nuryanti, W. 1993. Concept, Perspective,
and Challenges. Konferensi Sugiarto. E. 2015. Menyusun Proposal
Internasional mengenai Pariwisata Penelitian Kualitatif: Skripsi dan
Budaya. Budaya. Yogyakarta: Tesis. Yogyakarta: Suaka Media.
Gadjah Mada University Press.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 58 Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
tahun 2005 tentang Pengelolaan Bandung: Alfabeta.
Keuangan Daerah.
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014
Priyanto dan Dyah.S. 2015. tentang Desa.
Pengembangan Potensi Desa Wisata
Berbasis Budaya Tinjauan Terhadap Widiyanto, D., Handoyo, J. P., &
Desa Wisata di Jawa Tengah. Jurnal Fajarwati, A. 2008. Pengembangan
Vokasi Indonesia.4.(1).76-84. Pariwisata Perdesaan (Suatu Usulan
Strategi Bagi Desa Wisata
Shohibuddin. M. 2016. Peluang dan Ketingan). Bumi Lestari Journal of
Tantangan Undang-undang Desa Environment, 8(2).

349

You might also like