You are on page 1of 65

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS DI RUMAH


SAKIT TAIS KABUPATEN SELUMA

Oleh :
MARDIYAN
NIM : P05160018082

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI DIPLOMA III SANITASI
TAHUN 2021
HALAMAN PERSETUJUAN

GAMBARAN PENGLOLAAN SAMPAH MEDIS DI RUMAH


SAKIT TAIS KABUPATEN SELUMA

Oleh :

MARDIYAN
NIM : P05160018 082

Karya Tulis Ilmiah Telah Disetujui dan Siap Diujikan


Pada : Juli 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Arie Ikhwan Saputra,S,SIT,MT Defi Ermayendri,S,T,M,I,L


NIP. 198603272009121001 NIP. 197703112000121001

ii
HALAMAN PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN PENGLOLAAN SAMPAH MEDIS DI RUMAH
SAKIT TAIS KABUPATEN SELUMA

Oleh

MARDIYAN
NIM : P0 5160018082

Telah diuji dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji


Karya Tulis Ilmiah Jurusan Kesehatan Lingkungan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bengkulu
Pada Tanggal Juli 2021
Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Ketua Dewan Penguji Anggota Penguji I

Aplina Kartika Sari, SST., M.KL Yusmidiarti, SKM.,MPH


NIP. 198504162009122001 NIP. 196905111989122001

Anggota Penguji II Anggota Penguji III

Arie Ikhwan Saputra, SSIT.,MT Defi Ermayendri,S,T,M,I,L


NIP. 198603272009122001 NIP. 197703112000121001

Bengkulu, Maret 2021


Mengetahui,
Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan

Yusmidiarti, SKM., MPH


NIP. 196905111989122001

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Gambaran

Penglolaan Sampah Medis Di Rumah Sakit Tais Kabupaten Seluma dapat

terselesaikan pada waktunya.

Karya Tulis Ilmiah ini terselesaikan atas bimbingan, pengarahan, dan bantuan

dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan

terimakasih kepada :

1. Ibu Eliana, SKM., MPH, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes

Bengkulu.

2. Ibu Yusmidiarti, SKM., MPH, selaku Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Bengkulu

3. Bapak Arie Ikhwan Saputra, SSIT.,MT selaku pembimbing I yang telah

membimbing penulisan dengan penuh kesabaran dan juga telah memberikan

saran selama penyusunan Proposal ini.

4. Bapak Defi Ermayendri, S,T,M,I,L selaku pembimbing II yang telah

membimbing penulisan dengan penuh kesabaran dan juga telah memberikan

saran selama penyusunan Proposal ini.

5. Ibu Aplina Kartika Sari, SST., M.KL, selaku Ketua Dewan Penguji yang

memberi arahan dan saran kepada penulis.

6. Ibu Yusmidiarti, SKM.,MPH, selaku penguji II yang telah memberi arahan

dan saran kepada penulis.

iv
7. Para dosen dan staf karyawan jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes

Kemenkes Bengkulu yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada

penulis selama menempuh pendidikan di jurusan Kesehatan Lingkungan

Poltekkes Kemenkes Bengkulu.

8. Orang Tua, kakak serta keluarga yang sangat penulis sayangi yang selalu

memberi dorongan, doa, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik.

9. Teman-teman seangkatan di Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes

Kemenkes Bengkulu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

telah memberikan semangat dalam menyusun proposal ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak

kekurangan baik dari segi materi maupun teknis penulisan, sehingga penulis

mengharapkan masukan dari pembaca untuk memperbaiki dan menyempurnakan

Karya Tulis Ilmiah ini.

Bengkulu, Juli 2021

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii
KATA PENGANTAR..................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... x
DAFTAR SINGKATAN................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................... 4
C. Tinjauan Penelitian.................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian................................................................... 5
E. Keaslian Penelitian................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Rumah Sakit............................................................................. 9
B. Pengertian Limbah Rumah Sakit........................................... 9
C. Karakteristik Sampah Medis Rumah Sakit........................... 10
D. Dampak Sampah Medis Rumah Sakit Terhadap Lingkungan
dan Kesehatan........................................................................... 13
E. Pengelolaan Limbah Medis..................................................... 14

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian......................................................................... 26
B. Kerangka Konsep..................................................................... 26
C. Definisi Operasional ................................................................ 27
D. Populasi dan Sampel................................................................ 31
E. Waktu dan Tempat Penelitian................................................ 31
F. Teknik Pengumpulan Data...................................................... 31
G. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data................................... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum…………………………………………. 40
B. Jalannya Penelitan………………………………………... 43
C. Hasil Penelitian……………………………………………. 44
D. Pembahasan Penelitian…………………………………… 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan………………………………………………… 58
B. Saran……………………………………………………….. 58

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian........................................................................ 6


Tabel 3.2 Definisi Operasional...................................................................... 27
Tabel 4.1 distribusi penggunaan APD…………………………………......... 45
Tabel 4.2 Distribusi pemilahan sampah Medis .............................................. 46
Tabel4.3 Distribusi Pewadahan Sampah Medis.............................................. 47
Tabel 4.4 Distribusi Pengangkutan Sampah Medis........................................ 48
Tabel 4.5 Ditribusi Penyimpanan Sampah Medis........................................... 50

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Teori...................................................................... 25


Gambar 3.2 Kerangka Konsep................................................................... 26

viii
DAFTAR SINGKATAN

WHO (World Health Organization)

B3 (Berbahaya Dan Beracun)

RSU (Rumah Sakit Umum)

RSK (Rumah Sakit Khusus)

ISK (Infeksi Saaluran Kemih)

RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah)

APD (Alat Pelingdung Diri)

ICU (Intersive Care Unit)

HD (High Definition)

TPA (Tempat Pengelolahan Akhir)

TPS (Tempat Penyimpanan Sementara)

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Surat Izin Pra-Penelitian dari pihak institute pendidikan

Surat Izin Penelitian dari pihak institute pendidikan

Surat Izin Penelitian dari Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lembar Kuesioner

x
xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009

menyatakan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan

kualitas lingkunganyang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan. Lingkungan sehat

bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan antara lain

limbah cair, limbah padat, limbah gas. Sampah yang tidak diproses sesuai

dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah, binatang pembawa penyakit,

zat kimia berbahaya, kebisingan yang melebihi ambang batas, radiasi, air

yang tercemar dan makanan yang terkontaminasi.

Menurut WHO (World Health Organization), Rumah sakit merupakan

bagian dari sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan yang memberikan

pelayanan kuratif maupun preventif serta menyelenggarakan pelayanan rawat

jalan dan rawat inap, disamping itu rumah sakit menghasilkan berbagai

macam limbah yang berupa benda cair, padat, dan gas. Pengelolaan

lingkungan rumah sakit memiliki permasalahan yang kompleks. Salah

satunya adalah permasalahan limbah rumah sakit yang sangat sensitif dengan

peraturan pemerintah.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 7 tahun 2019

tentang kesehatan lingkungan rumah sakit menyatakan bahwa Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkan rumah sakit dapat

menyebabkan

1
9

gangguan perlindungan kesehatan dan atau risiko pencemaran terhadap

lingkungan hidup. Mengingat besarnya dampak negatif limbah B3 yang

ditimbulkan, maka penanganan limbah B3 harus dilaksanakan secara tepat,

mulai dari tahap pewadahan, tahap pengangkutan, tahap penyimpanan

sementara sampai dengan tahap pengolahan. Jenis limbah B3 yang dihasilkan

di rumah sakit meliputi limbah medis, baterai bekas, obat dan bahan farmasi

kadaluwarsa, oli bekas, saringan oli bekas, lampu bekas, baterai, cairan fixer

dan developer, wadah cat bekas (untuk cat yg mengandung zat toksik), wadah

bekas bahan kimia, catridge printer bekas, film rontgen bekas, motherboard

komputer bekas, dan lainnya.Penanganan limbah B3 rumah sakit dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Jumlah rumah sakit di Indonesia sampai dengan tahun 2018 terdiri dari

2.269 Rumah Sakit Umum (RSU) dan 554 Rumah Sakit Khusus (RSK), pada

tahun 2019,indonesia memiliki 2.344 rumah sakit umum yang terdaftar di

seluruh indinesia.

Profil kesehatan Indonesia Departemen kesehatan 2018, Rumah sakit di

Indonesia dari tahun 2014-2018 mengalami peningkatan sebe sar 16,92%.

Pada tahun 2014 jumlah rumah sakit sebanyak 2.406 meningkat menjadi 2.813

pada tahun 2018. Jumlah rumah sakit di Indonesia sampai dengan tahun 2018

terdiri dari 2.269 Rumah Sakit Umum (RSU) dan 554 Rumah Sakit Khusus

(RSK) Penumpukan limbah medis yang bersifat infeksius ini tentunya dapat

9
10

berdampak dalam pencemaran di lingkungan dalam Fasyankes khususnya bagi

petugas rumah sakit , pasien maupun masyarakat di luar rumah sakit.

Berdasarkan data perhimpunan rumah sakit seluruh indonesia (Persi)

2018, estimasi timbulan limbah medis mencapai sekitar 366 ton/hari, yang

berasal dari 2.813 unit rumah sakit. Berdasarkan kementerian kesehatan RI

2019, timbulan limbah medis mencapai 294,66 ton/ hari yang berasal dari

2820 unit rumah sakit, 9825 unit puskesmas.

Potensi Rumah Sakit untuk mencemari lingkungan dan kemungkinannya

menimbulkan kecelakaan serta penularan penyakit. Karakteristik sampah

medis memiliki sifat infeksius atau toksik, jika tidak dikelola dengan tepat

akan menyebabkan pencemaran pengelolaan limbah medis padat telah

dilakukan mulai dari tahap pemilahan, pengumpulan, penampungan dan

pengangkutan, namun pada tahap pemusnahan masih kurang maksimal karena

pembakaran yang dilakukan masih menyisakan bentuk utuh seperti jarum

suntik (Leonita 2014)

Penelitian Saghita, dkk (2017) mengatakan bahwa proses pengelolaan

limbah medis padat di Rumah sakit pada proses pemilahan masih terdapat

pencampuran limbah medis, limbah non medis dan limbah medis benda tajam

yang dibuang. Penelitian Aruna, dkk (2011) menjelaskan bahwa dampak yang

muncul akibat kontak langsung dengan limbah medis yang berasal dari

fasilitas rumah sakit adalah infeksi yang ditularkan melalui darah, cairan
11

tubuh, muntahan, dan lain-lain yaitu dapat menyebabkan masuknya agen

penyebab penyakit, misalnya infeksi virus pada darah. Perlu adanya

pengelolaan limbah medis padat secara benar dan aman, penanganan limbah

medis padat harus segera dibenahi demi menjamin kesehatan dan keselamatan

tenaga kerja maupun orang lain yang berada di lingkungan rumah sakit

( Chandra 2014 ).

Berdasarkan survei tanggal 11 febuari 2021, pengelolaan sampah medis di

Rumah Sakit Umum Daerah Rumah sakit ini telah melakukan pengelolaan

sampah medis dari proses pemilahan, pewadahan, pengangkutan dan

penyimpanan. Namun terdapat masalah yakni kantong sampah medis tidak

sesuai jenis, pengangkut sampah medis tidak menggunakan alat pelindung diri

(APD) yang lengkap sehingga dapat menimbulkan infeksi nosokomial

meliputi infeksi aliran darah, pneuminia, Infeksi Saluran Kemih (ISK), Infeksi

Luka Operasi (ILO), karena petugas kontak langsung dengan sampah medis,

Berdasarkan permasalahan di Rumah Sakit maka penulis akan melakukan

penelitian “Gambaran pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit Umum

Daerah Tais Kababupaten Seluma”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit Umum Daerah

Tais Kababupaten Seluma ?


12

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit Umum Daerah Tais

Kababupaten Seluma

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui pemilahan sampah medis dari masing-masing unit yang ada

di Rumah Sakit Umum Daerah Tais Kababupaten Seluma,

b. Diketahui pewadahan sampah medis dari masing-masing unit yang ada

di Rumah Sakit Umum Daerah Tais Kababupaten Seluma,

c. Diketahui pengangkutan sampah medis dari masing-masing unit yang

ada di Rumah Sakit Umum Daerah Tais Kababupaten Seluma,

d. Diketahui penyimpanan sementara sampah medis di Rumah Sakit

Umum Daerah Tais Kababupaten Seluma,

e. Diketahui pemakaian alat pelindung diri yang tepat guna melindungi

petugas pengakut sampah medis di Rumah Sakit Umum Daerah Tais

Kababupaten Seluma.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pihak Rumah Sakit Umum Daerah Tais Kabupaten Seluma Hasil

penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

petugas Rumah Sakit mengenai pengelolaan sampah medis


13

2. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

referensi ilmiah untuk pengembangan penelitian tentang gambaran

pengelolaan sampah medis di rumah sakit.

3. Bagi Penulis Peneliti dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan

pengalaman.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1
Keaslian Penelitian

Nama dan
No Judul tahun Hasil Perbedaan
penelitian

Penelitian ini
menyimpulkan
pemilahan,tempat
penampungan
Analisis Sistem
sampah,pengangkutan
Pengelolahan
sampah sesuai jenis
Sampah di Minarni, Dkk tempat,dan wantu
1 sampah dan pengangkutan
RSUD Raja 2018 penelitian
sampah tidak
Tombolotutu
menggunakan Troli.
Tinombo
Pengolahan sampah medis
langsung ditimbun didalam
tanah dan sampah non
medis langsung dibakar.

2 Analisis Elgi Dia Proses pengelolaan limbah tempat,dan wantu


Pengelolahan Saputri,201 8 seperti pewadahan, penelitian
Limbah medis pengangkutan,
padat infeksius penyimpanan, pengolahan
di RSUD dr. H. dan pemusnahan
M.Rabain cenderung telah
Muara Enim berlangsung dengan baik
dan sesuai dengan SOP,
namun belum dilakukan
14

proses pemilahan ulang


limbah dan upaya
pemanfaatan

Tempat Pengumpulan
Sementara (TPS) di
Rumah Sakit Umum
Analisis
Daerah Poso tidak sesuai
penglolaan
dengan permenkes no
Limbah Medis
1204/MENKES/X/2004
Sistem Seri
tentang TPA dikarnakan
Pengolahan Handayani A. tempat,dan wantu
3 tidak memiliki TPS
Sampah Medis Lagimpe, dkk penelitian
tersendiri sesuai dengan
dan Non Medis 2018
jenis limbah baik medis
Di Rumah Sakit
dan non-medis tetapi di
Umum Daerah
satu kan dengan sampah
Poso
lainnya dalam 1 kontainer
yang terletak di samping
rumah sakit
15

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah Sakit

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah

sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada

semua bidang dan jenis penyakit. Rumah sakit khusus adalah rumah sakit

yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit

tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit

atau kekhususan lainnya (Permenkes 56 Tahun 2014). Rumah sakit adalah

institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

jalan, dan gawat darurat (Permenkes 72 Tahun 2016).

B. Pengertian Limbah Rumah Sakit

Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan

rumah sakit yang terdiri dari limbah medis dan non-medis Limbah medis

adalah limbah yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah

benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah

radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan

logam berat yang tinggi.

Menurut Kemenkes Kesehatan 2019, limbah rumah sakit adalah semua

limbah yang dihasilkan dari kegiatan Rumah Sakit dalam bentuk padat, cair
16

dan gas yang dapat mengandung mikroorganisme pathogen bersifat infeksius,

bahan kimia beracun, dan sebagian bersifat radioaktif. Dengan melihat

deskripsi tersebut, limbah yang berasal dari rumah sakit ini dapat

dikategorikan sebagai limbah B3 (limbah bahan berbahaya dan beracun).

Limbah Non Medis adalah limbah dari kegiatan penunjang rumah sakit

juga menghasilkan sampah non medis yang berasal dari kegiatan non medis

yaitu kegiatan yang bisa berasal dari kantor/administrasi kertas,unit

pelayanan (berupa kantor, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien, sisa

makanan buangan ; sampah dapur (sisa bungkus, sisa makanan/bahan

makanan, sayur dan lain-lain).

C. Karakteristik sampah medis rumah sakit

Sampah medis dikelompokkan menurut WHO (World Health

Organization), 2005 dalam pembuangan sampah medis layanan kesehatan

yaitu sebagai berikut :

1. Kelompok A Yang termasuk kelompok A adalah perban bekas pakai, sisa

lap atau tisu, sisa potongan tubuh manusia dan benda lain yang

terkontaminasi serta semua sisa hewan percobaan yang dilaboratorium

yang memungkinkan diaksanakan.

2. Kelompok B Yang termasuk kelompok B adalah bekas jarum suntik,

bekas pecahan kaca dan lainnya.

3. Kelompok C Yang termasuk adalah sampah dari ruang laboratorium dan

postparfum kecuali yang termasuk golongan A


17

4. Kelompok D Yang termasuk kelompok D ini adalah bahan kimia dan

bahan-bahan farmasi tertentu.

5. Kelompok E Pelapis Bed-pan disposable,Urinoir dan lain sebagainya.

Bentuk limbah atau sampah bermacam-macam dan berdasarkan potensi

bahaya yang ditimbulkan dapat dikelompokan sebagai berikut: (permen

lingkungan hidup dan kehutanan no 56 tahun 2015 )

a) Benda Tajam Sampah Benda tajam adalah objek atau alat yang

memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat

memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan

intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda

tajam ini memiliki bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui

sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin

terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan

beracun.

b) Sampah Infeksius Sampah Infeksius meliputi limbah yang berkaitan

dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan

intensif). Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah

dan cairan tubuh, sampah mikrobiologis, limbah pembedahan, limbah

unit dialysis dan peralatan terkontaminasi (medical waste).

c) Sampah Patologi Sampah patologi meliputi jaringan tubuh, organ,

anggota badan, placenta, darah dan cairan tubuh lain yang dibuang saat

pembedahan dan autopsy. Limbah jaringan tubuh tidak memerlukan


18

pengesahan penguburan dan hendaknya dikemas khusus, diberi label

dan dibuang ke incinerator.

d) Sampah Sitotoksik Sampah Sitotoksik adalah bahan yang

terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik

selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik. Limbah

yang terdapat limbah sitotoksik harus dibakar dalam incinerator

e) Sampah Farmasi Sampah farmasi berasal dari obat-obatan kadaluwarsa,

obatobatan yang terbuang karena batch tidak memenuhi spesifikasi atau

telah terkontaminasi, obat-obatan yang terbuang dan obat-obatan yang

sudah tidak dipakai lagi karena tidak diperlukan dan obatobatan yang

tidak diperlukan lagi oleh institusi bersangkutan, dan limbah yang

dihasilkan selama produksi obat-obatan.

f) Sampah Kimia Sampah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam

tindakan medis, vetenary, laboratorium, proses sterilisasi dan riset baik

betuk padat dan bentuk cair. Limbah kimia juga meliputi limbah

farmasi dan limbah sitotoksik.

g) Sampah Radio Aktif Sampah radio aktif adalah bahan yang

terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis

dan riset radio nucleida. Sampah ini berasal dari antara lain : tindakan

kedokteran nuklir radio immunoassay dan bakteriologi, dapat berbentuk

cair atau bentuk gas.


19

D. Dampak Sampah Medis Rumah Sakit Terhadap Lingkungan dan

Kesehatan

Dampak sampah medis rumah sakit terhadap lingkungan dan kesehatan

dapat menimbulkan masalah seperti :

1. Gangguan kenyamanan berupa warna yang berasal dari larutan, bau

phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organik.

2. Kerusakan harta benda Dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut

(korosif, karat), air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat

menurunkan kualitas bangunan di sekitar rumah sakit.

3. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang Ini dapat disebabkan oleh

virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrien tertentu dan

fosfor.

4. Gangguan terhadap kesehatan manusia Ini dapat disebabkan oleh

berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta

logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian kedokteran gigi.

5. Gangguan genetik dan reproduksi Meskipun mekanisme gangguan belum

sepenuhnya diketahui secara pasti, namun beberapa senyawa dapat

menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik dan sistem reproduksi

manusia misalnya pestisida, bahan radioaktif.


20

E. Pengelolahan Limbah Medis

Menurut peraturan menteri lingkungan hidup dan kehutanan no 56 tahun

2015 tentang tata cara dan persyaratan teknik pengelolahan limbah B3 dari

fasilitas kesehtatan antara lain : pengurangan dan pemilahan sampah medis,

penyimpanan sampah medis, pengakutan sampah medis, pengelolahan

sampah medis, penguburan sampah medis dan penimbunan sampah medis.

1. Pemilahan Sampah Medis Pemilahan sampah medis merupakan tahapan

penting dalam pengelolaan Limbah. Beberapa alasan penting untuk

dilakukan pemilah antara lain:

2. Pemilahan akan mengurangi jumlah Limbah yang harus dikelola sebagai

Limbah B3 atau sebagai Limbah medis karena Limbah non-infeksius

telah dipisahkan,

3. Pemilahan akan mengurangi Limbah karena akan menghasilkan alur

Limbah padat (solid waste stream) yang mudah, aman, efektif biaya

untuk daur ulang, pengomposan, atau pengelolaan selanjutnya.

4. Pemilahan akan mengurangi jumlah Limbah B3 yang terbuang bersama

Limbah non B3 ke media lingkungan. Sebagai contoh adalah

memisahkan merkuri sehingga tidak terbuang bersama Limbah nonB3

lainnya,

5. Pemilahan akan memudahkan untuk dilakukannya penilaian terhadap

jumlah dan komposisi berbagai alur Limbah (waste

stream) sehingga memungkinkan fasilitas pelayanan kesehatan memiliki


21

basis data, mengidentifikasi dan memilih upaya pengelolaan Limbah

sesuai biaya, dan melakukan penilaian terhadap efektifitas strategi

pengurangan Limbah.

Pemilahan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

dengan cara antara lain:

1. Amemisahkan Limbah B3 berdasarkan jenis, kelompok, dan/atau

karakteristik Limbah B3

2. Mewadahi Limbah B3 sesuai kelompok Limbah B3.

a. Penyimpanan Sampah Medis

Penyimpanan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dengan cara antara lain:

1) Menyimpan Limbah B3 di fasilitas Penyimpanan Limbah B3,

2) Menyimpan Limbah B3 menggunakan wadah Limbah B3

sesuai kelompok Limbah B3,

3) Penggunaan warna pada setiap kemasan dan/atau wadah

Limbah sesuai karakteristik Limbah B3,

4) Pemberian simbol dan label Limbah B3 pada setiap kemasan

dan/atau wadah

Limbah B3 sesuai karakteristik Limbah B3. Warna

kemasan dan/atau wadah Limbah B3 sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) huruf c berupa warna:

1) Merah, untuk Limbah radioaktif


22

2) Kuning, untuk Limbah infeksius dan Limbah patologis,

3) Ungu, untuk Limbah sitotoksik,

4) Cokelat, untuk Limbah bahan kimia kedaluwarsa,

tumpahan, atau sisa kemasan, dan Limbah farmasi

Simbol pada kemasan dan/atau wadah Limbah B3

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d berupa simbol:

1) Radioaktif, untuk Limbah radioaktif

2) Infeksius, untuk Limbah infeksius,

3) Sitotoksik, untuk Limbah sitotoksik.

b. Pengakutan Sampah

Medis Pengangkutan Limbah B3 wajib:

1) Menggunakan alat angkut Limbah B3 yaitu troli khusus

2) Menggunakan simbol Limbah B3,

3) Dilengkapi manifes Limbah B3.

Manifes Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

paling sedikit memuat informasi mengenai:

1) Kode manifes Limbah B3,

2) Nama, sumber, karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang akan

diangkut,

3) Identitas Pengirim Limbah B3, Pengangkut Limbah B3, dan

Penerima Limbah B3,

4) Alat angkut Limbah B3.


23

5) Pengelolahan Sampah Medis Pengolahan

Limbah B3 secara termal sebagaimana dimaksud pada ayat

1) Huruf a dilakukan menggunakan peralatan:

2) Autoklaf tipe alir gravitasi dan/atau tipe vakum; sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf a dilakukan terhadap

spora Bacillus stearothermophilus pada konsentrasi 1 x 10 (satu

kali sepuluh pangkat empat) spora per mililiter yang

ditempatkan dalam vial atau lembaran spora

3) Gelombang mikro dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf b

dilakukan terhadap spora Bacillus stearothermophilus pada

konsentrasi 1 x 101(satu kali sepuluh pangkat satu) spora per

mililiter yang ditempatkan dalam vial atau lembaran spora,

4) Iradiasi frekwensi radio sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17

ayat (2) huruf c dilakukan terhadap spora Bacillus

stearothermophilus pada konsentrasi 1 x 104 (satu kali sepuluh

pangkat empat) spora per mililiter yang ditempatkan dalam vial

atau lembaran spora.

5) Insinerator. Menggunakan insinerator sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 17 ayat (2) huruf d oleh Penghasil Limbah B3 harus

memenuhi ketentuan:

6) Efisiensi pembakaran sekurang-kurangnya 99,95% (sembilan

puluh sembilan koma sembilan puluh lima per seratus)


24

7) Temperatur pada ruang bakar utama sekurang-kurangnya 800 oC

(delapan ratus derajat celsius),

8) Temperatur pada ruang bakar kedua paling rendah 1.000


o
C(seribu derajat celsius) dengan waktu tinggal paling singkat 2

(dua) detik,

9) Memiliki alat pengendalian pencemaran udara berupa wet

scrubber atau sejenis;

10) Ketinggian cerobong paling rendah 14 m (empat belas meter)

terhitung dari permukaan tanah atau 1,5 (satu koma lima) kali

bangunan tertinggi, jika terdapat bangunan yang memiliki

ketinggian lebih dari 14 m (empat belas meter) dalam radius 50

m (lima puluh meter) dari insinerator;

11) Memiliki cerobong yang dilengkapi dlubang pengambilan

contoh uji emisi yang memenuhi kaidah De/2De 4. penguburan

c. Penguburan

Beberapa persyaratan penguburan limbah B3 yang harus

dipenuhi meliputi:

1) Lokasi kuburan Limbah hanya dapat diakses oleh petugas.

2) Lokasi kuburan Limbah harus berada di daerah hilir sumur atau

badan air lainnya.

3) Lapisan bawah kuburan Limbah harus dilapisi dengan lapisan

tanah penghalang berupa tanah liat yang dipadatkan dengan


25

ketebalan paling rendah 20 cm ( dua puluh centimeter ), untuk

penguburan Limbah patologis

4) Limbah yang dapat dilakukan penguburan hanya Limbah medis

berupa jaringan tubuh manusia, bangkai hewan uji, dan/atau

Limbah benda tajam ( jarum, siringe, dan vial ).

5) Tiap lapisan Limbah harus ditutup dengan lapisan tanah untuk

menghindari bau serta organisma vektor penyakit lainnya.

6) Kuburan Limbah harus dilengkapi dengan pagar pengaman dan

diberikan tanda peringatan.

7) Lokasi kuburan Limbah harus dilakukan pemantauan secara

rutin.

d. Penimbunan Sampah Medis

Penimbunan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

hanya dapat dilakukan di fasilitas:

1) Penimbunan saniter,

2) Penimbunan terkendali,

3) Penimbusan akhir Limbah B3 yang memiliki Izin

Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan Limbah

B3. Menurut permenkes no 7 tahun 2019, pengelolahan sampah

medis antara lain : pemilahan sampah medis, pewadahan sampah

medis ,pengakutan sampah medis, penyimpanan sampah medis dan

pengguna APD.
26

1) Pemilahan Sampah Medis

Proses pemilahan merupakan proses yang kontinyu yang

pelaksanaannya harus mempertimbangkan kelancaran

penanganan dan penampungan sampah, pengurangan volume

dengan perlakuan pemisahan limbah bahan berbahaya dan

beracun (B3) dan non bahan berbahaya dan beracun B3 serta

menghindari penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan

pemberian label yang jelas dari berbagai jenis limbah untuk

efisiensi

2) Pewadahan Sampah Medis

Sesuai dengan Permenkes No 7 tahun 2019. Adapun syarat

kesehatan Permenkes, Memenuhi syarat jika :

a) Melakukan upaya pewadahan yang berbeda antara limbah

medis dan non medis mulai di ruangan sumber.

b) Menyediakan tong sampah dengan jumlah dan volume yang

memadai pada setiap ruangan yang terdapat aktivitas

pasien, pengunjung dan karyawan.

c) Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 1 x

24 jam atau apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh

limbah, maka harus diangkut supaya tidak menjadi

perindukan vektor penyakit dan binatang pembawa

penyakit.
27

d) Penempatan tong sampah harus dilokasi yang aman dan

strategis baik di ruangan indoor, semi indoor dan

lingkungan outdoor, dengan jumlah dan jarak penempatan

yang memadai. Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap

kamar atau sesuai dengan kebutuhan. Upayakan di area

umum tersedia tong sampah terpilah oganik dan an organik.

e) Tong sampah dilakukan program pembersihan

menggunakan air dan desinfektan secara regular.

f) Tong sampah yang sudah rusak dan tidak berfungsi, harus

diganti dengan tong sampah yang memenuhi persyaratan.

3) Pemilahan Sampah Medis

Proses pemilahan merupakan proses yang kontinyu yang

pelaksanaannya harus mempertimbangkan kelancaran

penanganan dan penampungan sampah, pengurangan volume

dengan perlakuan pemisahan limbah bahan berbahaya dan

beracun (B3) dan non bahan berbahaya dan beracun B3 serta

menghindari penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan

pemberian label yang jelas dari berbagai jenis limbah untuk

efisiensi

4) Pewadahan Sampah Medis Sesuai dengan Permenkes No 7

tahun 2019.
28

Adapun syarat kesehatan Permenkes, Memenuhi syarat

jika :

a) Cara penyimpanan limbah B3 harus dilengkapi dengan

SPO dan dapat dilakukan pemutakhiran/revisi bila

diperlukan.

b) Penyimpanan sementara limbah B3 dirumah sakit harus

ditempatkan di TPS Limbah B3 sebelum dilakukan

pengangkutan, pengolahan dan atau penimbunan limbah

B3.

c) Penyimpanan limbah B3 menggunakan wadah atau tempat

limbah B3 dengan desain dan bahan sesuai kelompok atau

karakteristik limbah B3.

d) Penggunaan warna pada setiap kemasan dan/atau wadah

Limbah sesuai karakteristik Limbah B3.

Warna kemasan dan/atau wadah limbah B3 tersebut

adalah:

(1) Merah, untuk limbah radioaktif,

(2) Kuning, untuk limbah infeksius dan limbah patologis;

(3) Ungu, untuk limbah sitotoksik,

(4) Cokelat, untuk limbah bahan kimia kedaluwarsa,

tumpahan, atau sisa kemasan, dan limbah farmasi.


29

(5) Pemberian simbol dan label limbah B3 pada setiap

kemasan dan/atau wadah Limbah B3 sesuai

karakteristik Limbah B3.

Simbol pada kemasan dan/atau wadah Limbah B3

tersebut adalah:

(1) Radioaktif, untuk Limbah radioaktif,

(2) Infeksius, untuk Limbah infeksius,

(3) Sitotoksik, untuk Limbah sitotoksik.

(4) Toksik/flammable/campuran/sesuai dengan bahayanya

untuk limbah bahan kimia.

6. Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri (APD) merupakan suatu perangkat yang

digunakan oleh pekerja demi melindungi dirinya dari potensi bahaya serta

kecelakaan kerja yang memungkinkan dapat terjadi di tempat kerja. APD

harus enak dipakai, tidak mengganggu kerja dan memberikan

perlindungan yang efektif. Menurut permen no 08 tahun 2010 jenis APD

dan fungsi sebagai berikut

a. Alat pelindung kaki (sepatu kerja )

Fungsi Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari

tertimpa atau berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda

tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang

ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya.


30

b. Alat pelindung tangan (sarung tangan )

Fungsi Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung

yang berfungsi untuk melindungi tangan dan, bahan kimia, benturan,

pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan jasad

renik.

c. Pakaian pelindung

Fungsi Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan

sebagian atau seluruh bagian badan dari percikan bahan-bahan kimia,

cairan dan logam panas, peralatan dan bahan, tergores, radiasi,

binatang, mikro-organisme patogen dari manusia, binatang, tumbuhan

dan lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur

d. Masker

Fungsi masker adalah alat pelindung yang berfungsi untuk

melindungi dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan

partikelpartikel yang melayang di udara, percikan benda-benda kecil,

benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam.


31

F. Kerangka Teori

Rumah sakit Limbah rumah sakit

Limbah domestik Limbah medis

Limbah cair Limba padat Limbah gas Limbah radio aktif

Pemilahan sampah
medis

Pewadahan sampah
medis

Pengangkutan
sampah medis

Penyimpanan
sementara
Pengguna APD
Pemusnaan dan
pengelolaan sampah
medis

Penguburan sampah
medis

Penimbunan
sampah medis
: Diteliti

: Tidak Diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Teori


32

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu menggambarkan

keadaan dalam memecahkan masalah yang sedang berlangsung. Dengan

pendekatan kualitatif ini diharapkan dapat menghasilkan data deskriptif yang

nantinya dituangkan dalam bentuk narasi . Penelitian deskriptif adalah suatu

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat

gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. (Notoatmodjo,

2005)

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

Pemilahan sampah medis

Pewadahan sampah medis


MS
Pengakutan sampah medis

Penyimpanan sementara
TMS
Pengguna APD
Gambar : 3.1 Kerangka konsep

Ket : MS/TMS sesuai peraturan yang ada

: Peraturan Menteri No. 7 tahun 2019

: Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 56 tahun 2015.


33

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Variabel Definisi Alat Cara Hasil Skala
Penelitian Operasional Ukur Ukur

Pemilaha Memisahkan Ceklis Observasi MS : jika Nominal


n sampah sampah langsung memisahkan
medis di medis dan sampah medis
Rumah non medis dan non medis
sakit (20)

TMS : jika tidak


memisahkan
sampah medis
dan non medis (o)

Pewadah pewadahan Ceklis Observasi MS : jika lengkap Nominal


an sampah sampah yaitu langsung pewadahan sesuai
medis di pewadahan jenis sampah
Rumah sesuai medis dan
sakit dengan jenis menyediakan
sampah tong sampah,
medis dan sampah tidak
menyediakan boleh didalam
tong sampah, wadah selama 1x
sampah tidak 24 jam,
boleh penempatan tong
didalam sampah yang
wadah strategis,pembersi
selama 1x 24 ha n tong sampah
jam, dan tong sampah
penempatan yang rusak harus
tong sampah diganti (20)
yang
strategis,pem TMS : jika
bersihan tong kurang dari
sampah dan pewadahan
tong sampah sampah medis (0)
yang rusak
harus diganti

Pengakut Menggunaka Ceklis Observasi MS : jika Nominal


an sampah n troli langsung menggunakan
medis di khusus,meng troli,simbol dan
Rumah gunakan manifes sampah
sakit simbol dan
34

manifes medis (20)


sampah
medis
TMS: jika tidak
menggunakan
Nominal 24
troli,jalur
khusus,simbol
dan manifest (0)

Penyimpa Penyimpanan Ceklis Observasi MS : jika Nominal


nan sementara langsung penyimpanan
sementar a sampah wadah,warna
sampah medis sesuai dengan
medis di menggunaka jenis sampah
Rumah n wadah medis dan
sakit sesuai pemberian simbol
dengan jenis dan label (20)
sampah,peng
gunaan TMS : jika
warna wadah penyimpanan
sesuai tidak
dengan jenis menggunakan
dan peberian wadah, wrana
simbol dan yang sesuai jenis
label sampah dan tidak
pemberian simbol
dan label (0)

Pengguna Pengguna Ceklis Observasi MS : jika Nominal


APD APD langsung pemakaian APD
menggunaka lengkap (20)
n sepatu
kerja, TMS : jika tidak
masker, pemakaian APD
pakaian kerja tidak lengkap (0)
dan sarung
tangan

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi
35

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bagian yang menghasilkan

sampah medis di Rumah Sakit Umum Daerah Tais Kabupaten Seluma,

2. Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total

Sampling yaitu pada setiap unit-unit di Rumah Sakit Umum Daerah Tais

Kabupaten Seluma. antara lain : Ruang IGD, Ruang Laboratorium, Ruang

Kebidanan,Ruang HD, Ruang Radiolig, Ruang Poli Umum,Ruang Poli

Gigi, Ruang Poli Bedah, Ruang Penyakit Dalam, Ruang Poli Anggrek,

Ruang Poli Anak, Ruang Mawar, Ruang Rawat Inap, Ruang THT, Ruang

Melati.

E. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan april di Rumah Sakit Umum Daerah

Tais Kabupaten Seluma.

F. Teknik Pengumpulan Data.

1. Jenis Data

a. Data primer

Data primer dalam penelitian ini di peroleh dengan cara observasi

langsung

b. Data Sekunder
36

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari

rumah sakit terkait dengan sampah medis di Rumah Sakit Umum

Daerah Tais Kabupaten Seluma.

2. Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang

dikumpulkan melalui observasi langsung

3. Instrumen Pengumpulan Data

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ceklis

G. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data

1. Teknik Pengolahan Data

Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan tabel distribusi

frekuensi dan narasi.

2. Analisa Data

Hasil dari pengelolahan data dibandingkan dengan standar Permenkes

No 7 Tahun 2019 dan peraturan menteri lingkungan hidup dan kehutanan

56 tahun 2015 dalam bentuk tabel dan dinarasikan untuk menggambarkan

pengelolaan sampah medis.


37

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Secara Geografis dan Pemerintahan Rumah Sakit Umum Daerah Tais

Kabupaten Seluma yang terletak di Kelurahan Selebar kecamatan seluma

timur kabupaten seluma, secara geografis kabupaten seluma terletak di

pantai barat sumatera bagian selatan yang berada di kordinat garis lintang

dan bujur 03049’55,66’’-04021’40,22’’ LS dan 1010017’27,57’’-

102059’40,54,,BT. Kabupaten Seluma merupakan kabupaten yang

wilayahnya seluas 240.044 km2 yang terletak pada ketinggian 0 – 1.000

meter dari permukaan laut. Tepografinya bervariasi mulai dari tepi pantai

dan dataran rendah pada kecamatan Sukaraja, Kecamatan Seluma Selatan,

Kecamatan Ilir Talo dan Kecamatan Semidang Alas Maras sampai daerah

perbukitan dan pegunungan pada Kecamatan Ulu Talo dan Kecamatan

Semidang Alas. Disamping itu dikabupaten Seluma terutama sekali di

Kecamatan Sukaraja, Air Periukan,Seluma Selatan dan Ilir Talo banyak

dijumpai rawa-rawa.

Kabupaten Seluma secara administratif mempunyai batas-bata wilaya

sebagai berikut;
38

 Sebela Utara berbatasan dengan Kecamatan Selebar Kota

Bengkulu dan Kecamatan Talang empat, Kabupaten Bengkulu

Utara.

 Sebela Timur berbatasan dengan Kabupaten Lahat, Provinsi

Sumatra Selatan.

 Sebela Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pino Raya,

Kabupaten Bengkulu Selatan.

Sebela Barat berbatasan dengan Samudra Indonesia.

Wilaya Administrasi Kabupaten Seluma dibagi dalam 14 Kecamatan,

182 Desa dan 20 Kelurahan dengan jumlah penduduk pada tahun

2017 sebanyak 183.420 jiwa. Masyarakat Kabupaten Seluma sangat

majemuk terdiri dari berbagai macam suku, disamping suku asli

Serawai yang mayoritas terdapat juga siku Jawa, Bali, Bugis,Batak

dan Padang yang hidup berdampingan, membaur dengan penduduk

asli secara rukun dan damai.

Rumah Sakit Umum Daerah Tais Kabupaten Seluma merupakan

Rumah Sakit Milik Pemerintah Daerah Kabupaten Seluma Provinsi

Bengkulu yang diresmikan operasionalnya pada tanggal 18 Agustus

2006 oleh Bapak Murman Efendi sebagai Bupati Seluma pada saat itu

dengan berpedoman pada izin sementara dari pada Dinas Kesehatan

Provinsi Bengkulu Nomor 050/2455/Kes.11tanggal 12 juni 2006.

2. Sarana dan prasarana di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tais

Kabupaten Seluma
39

Rumah Sakit Umum Daerah Tais Kabupaten Seluama merupakan

sarana tempat Pelayanan Kesehatan yang meliputi dari beberapa kegiatan,

yakni:

a. Instalasi pelayanan medis terdiri dari:

1) Instalasi Rawat Jalan yang terdiri dari

a) Poliklinik umum

1) General check up

2) Pelayanan permintaan visum et repertum dan surat

keterangan (meninggal, cacat tetap, sakit, dirawat, resume)

b) Poliklnik klinik kesehatan anak

c) Poliklnik klinik kandungan dan kebidanan

d) Poliklnik klinik THT

e) Poliklnik klinik bedah

f) Poliklnik klinik gigi dan mulut

g) Poliknik voluntery conculation testing (VCT) Poliknik kulit dan

kelamin

1) Poliknik gizi

2) Instalasi rawat inap

3) Instalasi bedah/operasi/OK

b. Instalasi penunjang medis terdiri dari :

1) Instalasi radiologi

2) Instalasi laboratorium

3) Instalasi farmasi
40

4) Instalasi gizi

5) Instalasi pengolahan air limbah (IPAL)

6) CSSD (Steril Alat)

c. Kelas atau ruang perawatan di klasifikasikan menjadi :

1. Kelas paviliun

2. Non kelas

3. Kelas I

4. Kelas II

5. Kelas III

B. Jalannya Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengelolaan sampah

medis padat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tais Kabupaten seluma.

Agar penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka

penelitian membagi beberapa tahap proses penelitian, Adapun tahap dalam

penelitian ini sebagai berikut :

1. Tahap persiapan penelitian, Meliputi :

a. Mengurus surat izin penelitian dari Poltekkes Kemenkes Bengkulu dan

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tais Kabupaten seluma.

b. Melakukan koordinasi dengan pihak yang terkait di tempat pendidikan

yaitu bagian Instalasi kesehatan lingkungan dan ruang yang

menghasilkan sampah medis yang menjadi objek penelitian

2. Tahap penelitian
41

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan mei untuk melakukan

pengumpulan data primer dan observasi langsung.

3. Tahap pengelolaan data

C. Hasil Penelitian

1. Sistem Pengelolaan Sampah Medis Padat

Sistem pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Tais kabupaten seluma mulai dari penggunaan APD, pemisahan sampah

medis, pewadahan sampah medis, pengangkutan sampah medis, dan

penyimpanan sampah medis.

a. Unit-unit yang menghasilkan sampah medis yakni:

1) Ruang IGD

2) Ruang Laboratorim

3) Ruang Kebidanan

4) Ruang UTDRS (Donor Dara)

5) Ruang Radiologi

6) Ruang umum

7) Ruang Gigi

8) Ruang Bedah

9) Ruang Penyakit Dalam

10) Ruang Anggrek

11) Ruang Anak

12) Ruang Mawar

13) Ruang Bougenvlle (Rawat Inap)


42

14) Ruang THT (Telinga Hidung Tenggerokan)

15) Ruang Melati

2. Pengelolaan Sampah Medis

a. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Pemakaian APD pada petugas cleaning servis pada saat

melakukan pengelolaan sampah medis dari tiap ruangan ke TPS tidak

menggunakan APD lengkap.

Tabel 4.1
Distribusi Penggunan APD Pengelolaan Sampah Medis Padat di RSUD Tais
No Variabel Frekuensi Persentase Nilai

Memenuhi
1 3 60% 60
syarat

Tidak
2 memenuhi 2 40% 40
syarat

Total 100
Petugas Cleaning service pengelolaan sampah medis tidak

menggunakan APD lengkap hanya menggunakan 3 item APD yang

diantaranya yaitu alat pelindung tangan, dan alat pelindung kaki alat

pelindung mata dan muka ( masker khusus), serta terdapat 2 item APD

yang tidak digunakan oleh petugas yakni pakaian pelindung dan alat

pelindung kepala. Tiap ruangan harus ada cleaning service yang

menggunakan APD lengkap.

b. Pemilahan Sampah Medis


43

Pemilahan sampah medis padat di Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Kabupaten seluma memenuhi syarat kesehatan, hal ini

disebabkan:

1) Telah melakukan pemisahan antara sampah medis dan sampah non

medis.

2) Telah melakukan pemisahan dengan menyesuaikan kode warna

kantong sampah.

3) Telah melakukan pemilahan dilakukan dari awal dengan

menyediakan tong sampah yang berbeda sesuai dengan jenisnya.

4) Telah melakukan pemisahan dengan menyesuaikan label kantong

sampah.

5) Telah melakukan pencatatan volume sampah medis padat setiap

harinya.

6) Pemilahan sampah medis telah di lengkapi dengan SPO.

Tabel 4.2
Distribusi Pemilahan Sampah Medis Padat di RSUD Tais
No Variabel Frekuensi Persentase Nilai

Memenuhi
1 15 100% 100
syarat

Tidak
2 memenuhi 0 0% 0
syarat

Total 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan pada table 4.1 dapat diketahui bahwa di Ruang IGD,

Ruang Laboratorium, Ruang Kebidanan,Ruang HD, Ruang Radiolig,

Ruang Poli Umum,Ruang Poli Gigi, Ruang Poli Bedah, Ruang


44

Penyakit Dalam, Ruang Poli Anggrek, Ruang Poli Anak, Ruang

Mawar, Ruang Rawat Inap, Ruang THT, Ruang Melati. Yang meliputi

pemilahan sampah medis padat memenuhi syarat kesehatan yaitu

sebanyak 15 ruangan (100)

c. Pewadahan Sampah Medis Padat

Pewadahan sampah medis padat di Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) kabupaten seluma telah memenuhi syarat kesehatan, hal ini di

sebabkan karena terjadi pewadahan yang telah memenuhi persyaratan

diantaranya :

1. Telah melakukan pewadahan yang berbeda antara limbah medis dan

non medis

2. Telah melakukan penyediaan tong sampah dengan jumlah dan

volume yang memadai

3. Didalam 24 jam sampah diangkut 2x dari tempat pewadahan

4. Telah melakukan program upaya pembersihan tong sampah

menggunakan air dan disinfektan secara regular

5. Mengganti tong sampah yang rusak atau tidak berfungsi dengan tong

sampah yang memenuhi persyaratan

6. Telah melakukan penempatan tong sampah yang strategis.

Tabel 4.3
Distribusi Pewadahan Sampah Medis Padat di RSUD Tais
No Variabel Frekuensi Persentase Nilai

Memenuhi
1 15 100% 100
syarat

2 Tidak 0 0% 0
memenuhi
45

syarat

Total 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.2 pewadahan tiap ruangan yakni di Ruang

IGD, Ruang Laboratorium, Ruang Kebidanan,Ruang HD, Ruang

Radiolig, Ruang Poli Umum,Ruang Poli Gigi, Ruang Poli Bedah,

Ruang Penyakit Dalam, Ruang Poli Anggrek, Ruang Poli Anak,

Ruang Mawar, Ruang Rawat Inap, Ruang THT, Ruang Melati. Yang

meliputi pewadahan sampah medis padat memenuhi syarat kesehatan

yaitu sebanyak 15 ruangan (100).

d. Pengangkutan Sampah Medis Padat

Pengangkutan sampah medis padat setelah dikumpulkan di tiap

ruangan langsung diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPS)

dengan menggunakan troli. Pegangkutan sampah medis padat di Rumah

Sakit Umum Daerah (RSUD) seluma telah memenuhi syarat kesehatan,

hal ini terjadi disebabkan:

1. Telah menggunakan troli khusus

2. Alat pengangkut sampah menggunakan label

3. Alat pengangkut dibersihkan secara berkala

4. Pengangkutan melewati jalur khusus yakni tidak melalui ruangan

pelayanan atau ruang kerja yang padat dengan pasien, pengunjung, dan

karyawan rumah sakit

5. Menggunakan alat pengangkut yang terbuat dari bahan yang kuat,

kedap air dan permukaannya mudah dibersihkan


46

6. Sampah diangkut berdasarkan kapasitas alat pengangkut

Tabel 4.4
Distribusi Pengangkutan Sampah Medis Padat di RSUD Tais
No Variabel Frekuensi Persentase Nilai

Memenuhi
1 15 100% 100
syarat

Tidak
2 memenuhi 0 0% 0
syarat

Total 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.3 pengangkutan dari ruangan yang menghasilkan

sampah medis padat telah memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan

permkenkes no 7 tahun 2019 dengan nilai total 100.

e. Penyimpanan Sampah Medis Padat

Setelah sampah terkumpul dari tiap ruangan Rumah Sakit Umum

Daerah (RSUD) Tais kabupaten seluma diangkut ke Tempat

Penampungan Sementara (TPS).

Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tais Kabupaten Seluma

terdapat satu tempat penampungan sementara terletak di ujung jalan

rumah sakit yang dikhususkan untuk menyimpan sampah medis.

Sampah medis yang berada di Tempat Penampungan Sementara

(TPS) selanjutnya akan diangkut sebulan sekali dan dikelola oleh pihak

ke 3 yakni Pt. ARTAMA SENTOSA INDONESIA dengan kapasitas

pengangkutan mencapai kurang lebih 200 ton.


47

Penyimpanan sampah medis padat di rumah sakit umum daerah

(RSUD) Seluma telah memenui syarat kesehatan, hal ini terjadi

disebabkan :

1. Penyimpanan sementara sampah medis telah menggunakan

wadah sesuai dengan jenis sampah. (sampah medis dan sampah

non medis)

2. Penyimpanan sementara sampah medis telah menggunakan

warna wadah sesuai dengan jenis. (Merah untuk limbah

radioaktif, Kuning untuk limbah infeksius dan limbah patologis,

Ungu untuk limbah sitotoksik, Cokelat untuk limbah bahan

kimia kedaluwarsa, tumpahan, atau sisa kemasan, dan limbah

farmasi ).

3. Penyimpanan sementara sampah medis dengan menggunakan

wadah sesuai dengan jenis label dan symbol.

4. Penyimpanan sementara sampah tidak sesuai dengan kapasitas

TPS (tetapi nilai total bagian penyimpanan >70)

5. penyimpanan sampah medis telah dilengkapi dengan SPO

6. penyimpanan sementara sampah medis telah ditempatkan di

TPS limbah khusus B3.

Tabel 4.5
Distribusi Penyimpanan Sampah Medis Padat di RSUD Tais
No Variabel Frekuensi Persentase Nilai

Memenuhi
1 15 100% 100
syarat

2 Tidak 0 0% 0
memenuhi
48

syarat

Total 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.4 diatas penyimpanan sampah medis padat di

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tais Kabupaten Seluma telah

memenuhi syarat kesehatan berdasarkan Permenkes RI No 7 Tahun

2019.

D. Pembahasan

1. Penggunaan APD

a. Alat pelindung kepala

Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk

melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda

tajam atau benda keras yang melayang atau meluncur di udara, terpapar

oleh radiasi panas, api, percikan bahan-bahan kimia, jasad renik (mikro

organisme) dan suhu yang ekstrim. Jenis alat pelindung kepala terdiri

dari helm pengaman (safety helmet), topi atau tudung kepala, penutup

atau pengaman rambut, dan lain-lain.

b. Alat pelindung tangan

Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang

berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api,

suhu panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus

listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat

patogen (virus, bakteri) dan jasad renik. Jenis pelindung tangan terdiri

dari sarung tangan yang terbuat dari logam, kulit, kain kanvas, kain atau
49

kain berpelapis, karet, dan sarung tangan yang tahan bahan kimia dan

sesuai dengan kebutuhan.

c. Alat pelindung kaki

Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa

atau berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam,

terkena cairan panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim,

terkena bahan kimia berbahaya dan jasad renik, tergelincir. Jenis

Pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada pekerjaan peleburan,

pengecoran logam, industri, kontruksi bangunan, pekerjaan yang

berpotensi bahaya peledakan, bahaya listrik, tempat kerja yang basah

atau licin, bahan kimia dan jasad renik, dan/atau bahaya binatang dan

lain-lain.

d. Pakaian pelindung

Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau

seluruh bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang

ekstrim, pajanan api dan benda-benda panas, percikan bahan-bahan

kimia, cairan dan logam panas, uap panas, benturan (impact) dengan

mesin, peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang, mikro-organisme

patogen dari manusia, binatang, tumbuhan dan lingkungan seperti virus,

bakteri dan jamur. Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (Vests),

celemek (Apron/Coveralls), Jacket, dan pakaian pelindung yang

menutupi sebagian atau seluruh bagian badan.

e. Alat pelindung mata dan muka


50

Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi

untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya,

paparan partikel-partikel yang melayang di udara dan di badan air,

percikan benda-benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang

elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak mengion, pancaran

cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam. Jenis alat

pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata pengaman (spectacles),

goggles, tameng muka (face shield), masker selam, tameng muka dan

kacamata pengaman dalam kesatuan (full face masker) sesuai dengan

kebutuhan.

2. Pemilahan Sampah Medis

Berdasarkan hasil obsevasi di atas pemilahan dari Ruang IGD, Ruang

Laboratorium, Ruang Kebidanan,Ruang HD, Ruang Radiolig, Ruang Poli

Umum,Ruang Poli Gigi, Ruang Poli Bedah, Ruang Penyakit Dalam, Ruang

Poli Anggrek, Ruang Poli Anak, Ruang Mawar, Ruang Rawat Inap, Ruang

THT, Ruang Melati.

telah melalui proses pemiliahan sesuai dengan persyaratan Permenkes RI

No.7 tahun 2019 yang di antaranya:

a) Telah melakukan pemisahan antara sampah medis dan sampah non

medis.

b) Telah melakukan pemisahan dengan menyesuaikan kode warna kantong

sampah.
51

c) Telah melakukan pemilahan dilakukan dari awal dengan menyediakan

tong sampah yang berbeda sesuai dengan jenisnya.

d) Telah melakukan pemisahan dengan menyesuaikan label kantong

sampah.

e) Telah melakukan pencatatan volume sampah medis padat setiap harinya.

f) Pemilahan sampah medis telah di lengkapi dengan SPO.

Dengan nilai total 100 (memenuhi syarat).

3. Pewadahan Sampah Medis

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, tahap pewadahan

sampah medis tiap tiap ruangan yang menghasilkan sampah medis di

Rumah Sakit Umum Daerah seluma yakni terdapat kotak sampah yang

berbeda antara sampah medis dan sampah non medis, memiliki tutup,

kedap air, penempatan tong sampah yang mudah dijangkau atau strategis,

dilapisi dengan kantong plastic dengan warna dan kode yang berbeda

kuning untuk sampah medis dan hitam untuk sampah non medis, tidak

mudah berkarat, mudah dikosongkan dan dibersihkan. Menurut persyaratan

kesehatan berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI No 7 Tahun 2019

pada tahap pewadahan yang memenuhi syarat diantaranya jika:

a. Pewadahan yang berbeda antara limbah medis dan limbah non medis

b. Penyediaan tong sampah dengan jumlah dan volume yang memadai

c. Didalam 24 jam sampah diangkut dari tempat pewadahan

d. Melakukan program upaya pembersihan tong sampah menggunakan air

dan disinfektan secara regular


52

e. Mengganti tong sampah yang rusak atau tidak berfungsi dengan tong

sampah yang memenuhi persyaratan dan

f. Penempatan tong sampah yang strategis.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, pengelolaan sampah

medis pada tahap pewadahan di RSUD seluma mendapatkan hasil total

100 (memenuhi syarat)

4. Pengangkutan Sampah Medis

Pada hasil observasi diatas bahwa pada tahap pengangkutan petugas

menggunakan troli khusus dengan menggunakan symbol dan manifest

sampah, tidak melalui ruang pelayanan atau ruang kerja, troli yang terbuat

dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan, kedap air dan diangkut

berdasarkan kapasitas troli.

Menurut permenkes no 7 tahun 2019 pengelolaan sampah medis pada

tahap pengangkutan yang memenuhi persyaratan diantarnya:

b) Pengangkutan menggunakan troli khusus

c) Alat pengangkutan menggunakan symbol dan manifest sampah medis

d) Alat pengangkut dibersihkan secara berkala

e) Pengangkutan melewati jalur khusus yakni tidak melalui ruangan

pelayanan atau ruang kerja yang padat dengan pasien, pengunjung dan

karyawan rumah sakit

f) Menggunakan alat pengangkut yang terbuat dari bahan yang kuat,

kedap air dan permukaannya mudah di bersihkan

g) Sampah diangkut berdasarkan kapasitas alat pengangkut


53

Dari hasil observasi pengelolaan sampah medis pada tahap pengangkutan

telah memenuhi syarat kesehatan berdasarkan permenkes no 7 tahun 2019

dengan nilai total 100 (memenuhi syarat)

5. Penyimpanan Sementara Sampah Medis

Dari hasil observasi sampah medis yang dihasilkan dari setiap Ruang

IGD, Ruang Laboratorium, Ruang Kebidanan,Ruang HD, Ruang Radiolig,

Ruang Poli Umum,Ruang Poli Gigi, Ruang Poli Bedah, Ruang Penyakit

Dalam, Ruang Poli Anggrek, Ruang Poli Anak, Ruang Mawar, Ruang

Rawat Inap, Ruang THT, Ruang Melati.

yang menghasilkan sampah medis seperti Ruang diangkut 2 kali sehari ke

TPS dan jika sampah yang dihasilkan sangat minim sampah hanya diangkut

sekali sehari dengan menggunakan troly, menggunakan wadah atau

kemasan sesuai dengan jenis sampah, menggunakan warna, symbol dan

label wadah sesuai dengan jenis, dilengkapi dengan SPO akan tetapi

terdapat 1 item dari tahap penyimpanan sampah medis yang tidak

memenuhi syarat yakni kapasitas TPS khusus menyimpan sampah medis

yang tidak digunakan dengan semestinya. Sangat terlihat ruang tps yang

sudah tidak cukup untuk menampung sampah medis dari hasil sisa kegiatan

pelayanan kesehatan ini dipaksa dipadat padatkan dan beberapa hanya di

letakkan di teras depan TPS yang kemudian diangkut sebulan sekali oleh

pihak ke-3 yakni Pt. ARTAMA SENTOSA INDONESIA

Menurut permenkes RI no 7 tahun 2019 pengelolaan sampah medis

pada tahap penyimpanan sementara memenuhi syarat jika :


54

1) Penyimpanan sementara sampah medis yaitu menggunakan wadah

sesuai dengan jenis sampah

2) Menggunakan warna wadah sesuai dengan jenis (Merah untuk limbah

radioaktif, Kuning untuk limbah infeksius dan limbah patologis, Ungu

untuk limbah sitotoksik, Cokelat untuk limbah bahan kimia

kedaluwarsa, tumpahan atau sisa kemasan dan limbah farmasi)

3) Menggunakan wadah sesuai jenis label dan simbol

4) Penyimpanan sampah medis sesuai dengan kapasitas TPS sampah

medis

5) Dilengkapi dengan SPO

6) Di tempatkan di TPS khusus B3 medis

Dari hasil observasi pengeloaan sampah medis pada tahap penyimpanan

sementara berdasarkan permenkes RI No 7 tahun 2019 hasil nilai total

yang didapatkan adalah 100 (memenuhi syarat)


55

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil obsevasi yang peneliti dapatkan maka diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Penggunaan APD pada petugas cleaning service tidak memenuhi syarat

hal ini disebabkan karena terdapat 2 item daari 5 APD yang tidak

digunakan dengan nilai total TMS

2. Pemilahan sampah medis telah memenuhi syarat berdasarkan permenkes

no 7 tahun 2019

3. Pewadahan sampah medis telah memenuhi syarat berdasarkan permenkes

ri no 7 tahun 2019

4. Pengangkutan sampah medis telah memenuhi syarat berdasarkan

permenkes ri tahun 2019

5. Penyimpanan sementara smapah medis telah memenuhi syarat berdasarkan

permenkes RI tahun 2019.

B. SARAN

1. Bagi Rumah Sakit

a) Diharapkan pihak RSUD Tais Kabupaten Seluma sebaiknya petugas

pengelola sampah diberikan fasilitas yang lengkap seperti

topi/helm,pakaian pelindung,pelindung mata untuk menghindari

bahaya timbulnya penyakit dari sampah medis.


56

b) Diharapkan pihak RSUD Tais Kabupaten Seluma pengangkutan oleh

pihak ke-3 (Pt ARTAMA SENTOSA INDONESIA) dilakukan

pengangkutan 2 kali dalam satu bulan agar terhindar dari perkembang

biakan vector yang dapat menyebabkan penularan penyakit yang tidak

dinginkan serta mengurangi nilai estetika akibat sampah medis yang

terlalu menumpuk.

2. Bagi Akademik

Diharapkan dapat menjadi rekomendasi atau masukan bagi peneliti

selanjutnya yang berhubungan dengan sampah medis padat dirumah sakit.

3. Bagi Peneliti

Peneliti dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman

dalam penelitian pengelolaan sampah medis padat di Rumah Sakit Umum

Daerah (RSUD) Tais Kabupaten Seluma.


57

DAPTAR PUSTAKA

Harwati, Nunik, 2009. Pemakaian alat pelindung diri member


perlindungan bagi tenaga kerja di instalasi rawat inap 1 di RSUP dr Sardjito,
Skripsi. Universitas sebelas maret Surakarta. Jogjakarta

Hasanah, Laylatul. 2018. Gambaran pengelolahan sampah medis padat


pada pos kesehatan desa di kecamatan bluto, Gorontalo Jurnal of Publik
Health,Volume P-ISSN : 2614-5057 E-ISSN: 2614-5065.Gorontalo

Kemenkes, RI. 2019. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 7 tentang


Kesehatan Lingkungan

Khusian, Ida 2016.Deskripsi penggunaan alat pelindung diri pada petugas


cleaning service di RSUD Krt Setjonegoro kabupaten Wonosobo , Skripsi.
Politeknik kesehatan semarang , Semarang

Lagimpe, Sri Handayani A. 2018. Sistem pengelolahan sampah medis dan


non medis dirumah sakit umum daerah pos, Jurnal kaloboratif sains,Vol 1-
2-.Palu
Masdi, Muhammad haikal, 2018. Evaluasi pengelolahan limbah medis di
RSUD Zainoel Abidin Kota Banda Aceh ,Skripsi. Universitas Islam Negeri Ar-
Raniry. Banda Aceh

Minarni, dkk. 2018.Analisis system pengelolaan sampah di RSUD Raja


Tombolotutu Tinombo.Skripsi,Universitas Muhammadiyah Palu, Palu

Peraturan menteri lingkungan hidup dan kehutanan,RI. 2015. Peraturan


menteri lingkungan hidup dan kehutanan RI Nomor 56 tentang tata cara dan
persyaratan pengelolaan bahan bahaya dan beracun dari fasilitas pelayanan
kesehatan.

Peraturan Pemerintah, 2014. Peraturan pemerinta nomor 101 Tentang


pengelolaan limbah B3( Bahan berbahaya dan beracun )

Riska, 2011. Penanganan sampah medis di rumah sakit umum daya kota
Makassar ,Universitas islam negeri alauddin Makassar.Makassar

Salam, St Hardianty, 2013.Gambaran pengelolahan sampah medis padat di


Rumah Sakit Dr Tadjuddin Chalid.Skripsi,Universitas Islam Negeri Alauddin.
Makassar
58

Saputri, Elgi dia 2018. Analisis pengelolahan limbah medis infeksius di


RSUD dr H. M.RabainMuara Enim,Skripsi. Universitas Sriwijaya. Palembang 44

Sitopu, Capri Sandika, 2017.Sistem Pengelolaan Sampah Medis Rumah


Sakit Umum Daerah Sultan Sulaiman Kec. Sei Rampah Kabupaten serdang
bedagai.Poltekkes kemenkes medan. Medan Veronika,Theresia.2015.Gambaran
pengetahuan,sikap dan tindakan terhadap pemakaian alat pelindung diri
penanganan sampah medis pada petugas di RSUD Pirngadi medan, Skripsi.Stikes
santa Elisabeth medan. Medan

Yulian, Risty putrid. 2016. Evaluasi pengelolahan limbah padat (medis


dan non medis ) Rumah sakit Dr Soedirman, Universitas Negeri Semarang.

Yustiani, Yonik meilawati. 2019.Evaluasi operasional sistem


pengelolahan limbah padat medis dirumah sakit garut, EnviroSan: Vol. 2 Nomor.
1, Juni 2019. Garut
59
60
61

You might also like