Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 1 (B) - Hubungan Kelembaban Udara Dan Prespitasi
Kelompok 1 (B) - Hubungan Kelembaban Udara Dan Prespitasi
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah swt. Karena berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah dengan judul “Hubungan
Kelembaban Udara dan Presipitasi”. Makalah ini disusun dengan harapan
dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Hubungan Kelembaban
Udara dan Presipitas. Selain itu juga makalah ini dibuat untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Hidrologi. Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dr. Sugeng Widodo, M.Pd. dan Annisa Salsabilla, S.Pd., M.Si. selaku
dosen pengampu mata kuliah Hidrologi.
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
COVER…………….................................................................................................i
2.2 Prespitasi……………………………………………………………………5
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai bagian dari benua maritim
dengan ciri khasnya berupa daratan yang dikelilingi laut, di mana aktivitas
konveksi yang terjadi merupakan bagian dari sirkulasi global (Nuryanto,
2012). Wilayah Indonesia berada di antara 6°LU-11°LS dan 95°BT-141°BT
dan merupakan daerah tropis dengan 2 (dua) musim, yaitu : musim kemarau
dan musim penghujan. Berdasarkan klasifikasi iklim global, wilayah
kepulauan Indonesia sebagian besar tergolong dalam zona iklim tropis
basah dan sisanya masuk zona iklim pegunungan. Menurut Koppen (dalam
Gumilanggeng, 2013), zona iklim tropis basah adalah daerah yang
mempunyai temperatur bulanan terdingin lebih dari 18℃ dan memiliki
bulanan terkering rata-ratanya lebih dari 60 m sedangkan zona iklim
pegunungan atau zona iklim tropis monsoon adalah daerah yang jumlah
hujan bulanan basahnya dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulan
kering.
Curah hujan adalah ketinggian air hujan dalam tempat yang datar,
tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Curah hujan 1 mm,
artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung
air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter dalam
1
jangka waktu tertentu. Curah hujan dapat berupa butir-butir air atau kristal
es yang jatuh atau keluar dari awan (Swarinoto & Sugiyono, 2011).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2012), curah hujan adalah
banyaknya hujan yang tercurah (turun) di suatu daerah pada jangka waktu
tertentu.Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung
dalam udara atau atmosfer (Swarinoto & Sugiyono, 2011). Kandungan uap
air dalam udarahangat lebih banyak daripada kandungan uap air di dalam
udara dingin. Jika kandungan uap air di udara mengalami pendinginan,
maka akan terbentuk titik-titik air. Titik-titik air atau biasa disebut dengan
uap air adalah suatu gas, yang tidak dapat dilihat, yang merupakan salah
satu bagian dari atmosfer. Banyaknya uap air yang dikandung, tergantung
pada suhu udara. Semaki tinggi suhu udara, makin banyak uap air yang
terkandung (Hardjodinomo, 1975). Dengan demikian kelembaban udara
memiliki hubungan yang sangat erat dengan tingkat curah hujan.
2
4. Mengetahui faktor yang mempengaruhi presipitasi.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kelembaban adalah persentase kandungan uap air dalam udara. Semua uap air
dalam udaraitu berasal dari penguapan sedangkan penguapan itu sendiri adalah
perubahan fase uap air yangringan dan akan naik ke atmosfir, dalam atmosfir senantiasa
uap air dan kadar uap air ini
selalu berubahubah tergantung pada temperatur udara setempat. Meskipun uap air hanya
merupakansebagian kecil saja dari semua atmosfir kira-kira 2% dari masa seluruhnya
tetapi merupakankomponen udara yang penting dari segi cuaca dan iklim. Data
klimatologi untuk kelembaban udarayang umum dilaporkan adalah kelembaban relative
(Mustanil, 2011).
Menurut (Bahri, 2012) kelembaban udara menyatakan banyaknya uap air dalam
udara.Kandungan uap air ini penting karena uap air mempunyai sifat menyerap radiasi
bumi yang akanmenentukan cepatnya kehilangan panas dari bumi sehingga dengan
sendirinya juga ikut mengatursuhu udara. Suhu menunjukkan derajat panas benda.
Dimana semakin tinggi suhu suatu benda,
semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis suhu menunjukkan energy yang dimili
ki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing
bergerak baik dalam bentuk perpindahanmaupun gerakkan di tempat berupa getaran.
Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda,makin tinggi suhu benda tersebut
(Santoso, 2007).
4
ditempatkan di dalam boks (container) penyimpanan barang yang memerlukantahap
kelembaban yang terjaga seperti dry box penyimpanan kamera. Kelembaban yang
rendahakan mencegah pertumbuhan jamur pada peralatan tersebut (Anonim, 2010).
2.2 Prespitasi
Prespitasi merupakan air yang turun ke permukaan bumi dalam bentuk cair
ataupun padat, prespitasi berguna untuk memperbaru kelembaban tanah untuk kehidupan
di permukaan bumi dan juga mengisi kembali badan-badan air di permukaan. Hujan
merupakan prespitasi yang turun ke permukaan bumi dalam bentuk cair, hujan dapat
terjadi jika kelembaban yang berada di udara sudah mecapai cukup jenuh sehingga cairan
yang terkumpul memungkinkan terjadinya hujan
5
Presipitasi adalah proses reaksi terbentuknya padatan (endapan) di dalam sebuah
larutan sebagai hasil dari reaksi kimia.Presipitasi ini biasanya terbentuk ketika
konsentrasi ion yang larut telah mencapai batas kelarutan dan hasilnya adalah membentuk
garam. Metode presipitasi dilakukan dengan cara zat aktif dilarutkan ke dalam pelarut,
lalu ditambahkan larutan lain yang bukan pelarut (anti-solvent), hal ini menyebabkan
larutan menjadi jenuh dan terjadi nukleasi yang cepat sehingga membentuk nanopartikel.
Metode presipitasi dilakukan dengan mengendalikan kelarutan bahan di dalam larutan
melalui perubahan pH, suhuatau pelarut. Endapan yang dihasilkan dari kondisi sangat
jenuh memiliki banyak partikel berukuran kecil (Setiono & Pudjaatmaka, 1985).
Presipitasi atau hujan adalah merupakan uap air yang terkondensasi dan jatuh
dari atmosfer ke bumi dengan segala bentuknya dalam rangkaian siklus hidrologi. Jika air
yang jatuh berbentuk cair disebut hujan (rainfall) dan jika berupa padat disebut salju
(snow). Syarat terjadinya hujan yaitu Tersedia udara lembab dan sarana sehingga terjadi
kondensasi (Achmad, 2011).
Air hujan merupakan salah satu sumber daya alam yang selama ini belum
termanfaatkan secara optimal dan hanya dibiarkan mengalir ke salura-saluran drainase
menuju ke sungai-sungai yang akhirnya mengalir ke laut. Padahal jika mampu diolah dan
dikelola dengan baik, air hujan tersebut akan memiliki banyak manfaat bagi
keberlangsungan hidup manusia, terutama untuk keberlangsungan penyediaan air bersih
di masyarakat. Air hujan sendiri dapat digunakan untuk memenuhi berbagai keperluan
manusia antara lain untuk mandi, mencuci bahkan untuk air minum (Latif, 2012).
6
BAB III
PEMBAHASAN
a. Kenaikan massa uap air ke tempat yang lebih tinggi hingga menjadi jenuh.
c. Partikel uap air akan semakin besar seiring bertambahnya waktu, yang
kemudian akan jatuh ke bumi dan permukaan laut sebagai hujan karena
gravitasi.
Presipitasi merupakan peristiwa jatuhnya cairan (dapat berbentuk cair
atau beku) dari atmosphere menuju ke permukaan bumi dan laut dengan wujud
yang berbeda, dapat berupa curah hujan di daerah tropis dan curah hujan serta
salju di daerah beriklim sedang. Presipitasi cair bisa berupa hujan atau embun
dan presipitasi beku biasanya berupa salju bahkan hujan es. Di uraikan kembali
bahwa pemakaian istilah presipitasi dapat mewakili istilah curah hujan.
Presipitasi merupakan peristiwa klimatik dimana perubahan wujud dari uap air di
atmosfer menjadi curah hujan yang bersifat alamiah dan sebagai akibat dari
proses kondensasi.
Hujan juga dapat terjadi oleh pertemuan antara dua massa air basah dan
panas. Tiga tipe hujan yang umum dijumpai di daerah tropis dapat ialah sebagai
berikut:
7
1. Hujan konvektif (Convectional stroms)
Tipe hujan ini disebabkan oleh adanya perbedaan panas yang diterima
permukaan tanah dengan panas yang diterima oleh lapisan udara di atas
permukaan tanah tersebut. Tipe hujan konvektif biasanya dicirikan dengan
intensitas yang tinggi, berlangsung relative cepat, dan mencakup daerah
yang tidak terlalu luas. Tipe hujan konvektif inilah yang seringkali
digunakan untuk membedakan dari tipe hujan yang sering dijumpai di
daerah beriklim sedang (tipe hujan frontal) dengan intensitas hujan lebih
rendah.
2. Hujan frontal (Frontal/cyclonic storms)
Tipe hujan yang umumnya disebabkan oleh bergulungnya dua massa udara
yang berbeda suhu dan kelembaban. Pada tipe hujan ini, massa udara
lembab yang hangat dipaksa bergerak ke tempat yang lebih tinggi (suhu
lebih rendah dengan kerapatan udara dingin lebih besar). Tergantung pada
tipe hujan yang dihasilkannya, hujan frontal dapat dibedakan menjadi hujan
frontal dingin dan hangat. Hujan frontal dingin biasanya mempunyai
kemiringan permukaan frontal yang besar dan menyebabkan gerakan massa
udara ke tempat yang lebih tinggi lebih cepat sehingga bentuk hujan yang
dihasilkan adalah hujan lebat dalam waktu yang singkat. Sebaliknya, pada
hujan frontal hangat, kemiringan permukaan frontal tidak terlalu besar
sehinga gerakan massa udara ke tempat yang lebih tinggi dapat dilakukan
dengan perlahan-lahan (proses pendinginan berlangsung bertahap). Tipe
hujan yang dihasilkan adalah hujan yang tidak terlalu lebat dan berlangsung
dalam waktu lebih lama (hujan dengan intensitas rendah). Hujan badai dan
hujan monsoon (monsoon) adalah tipe hujan frontal yang lazim dijumpai.
3. Hujan orografik (Orographic storms)
Jenis hujan yang umumnya terjadi di daerah pegunungan, yaitu ketika massa
udara bergerak ke tempat yang lebih tinggi mengikuti bentang lahan
pegunungan sampai saatnya terjadi proses kondensasi. Ketika massa udara
melewati daerah bergunung, pada lereng dimana angin berhembus
(windward side) terjadi hujan orografik. Sementara pada lereng dimana
gerakan massa udara tidak atau kurang berarti (leeward side), udara yang
turun akan mengalami pemanasan dengan sifat kering, dan daerah ini
disebut daerah “bayangan” dan hujan yang terjadi disebut hujan di daerah
“bayangan” (jumlah hujan lebih kecil daripada hujan yang terjadi di daerah
8
windward side). Besarnya intensitas hujan orografik cenderung menjadi
lebih besar dengan meningkatnya ketebalan lapisan udara lembab di
atmosfer yang bergerak ke tempat yang lebih tinggi. Tipe hujan orografik
dianggap sebagai pemasok air tanah, danau, bendungan, dan sungai karena
berlangsung di daerah hulu Daerah Aliran Sungai (DAS). Seorang
perencana akan mudah menentukan karakteristik hujan suatu wilayah dari
hasil pengamatan atau pengumpulan data dan perhitungan atau analisis data
hujan yang ada. Sebelum data didapat sudah barang tentu harus ditentukan
bagaimana cara pengumpulan datanya serta bagaimana analisisnya.
3. Partikel-partikel uap air tersebut bertambah besar sejalan dengan waktu untuk
kemudian jatuh ke bumi dan permukaan laut (sebagai hujan) karena gaya
gravitasi.
Hasil dari kondensasi uap air di atmosfer akan menjadi presipitasi.
Presipitasi adalah turunnya hasil kondensasi uap air di atmosfer membentuk hujan
maupun salju. Bentuk-bentuk presipitasi yaitu (Linsley dkk, 1989):
a. Gerimis adalah tetes-tetes air yang turun dari atmosfer, dengan diameter
antara 0.1-0.5 mm, dengan kecepatan jatuh yang lambat sehingga seolah-olah
melayang. Gerimis umumnya jatuh dari awan stratus dan rendah sehingga
jarang melebihi 1mm/jam.
b. Hujan adalah tetes-tetes air yang mempunyai diameter lebih besar dari
gerimis yaitu lebih dari 0.5 mm. Curah hujan umumnya menetukan jumlah
presipitasi air.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Hujan adalah sebuah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang
harus kita syukur ikarena tanpa hujan arti kehidupan tidak akan ada dan hal
yang harus kita sadari sebagai ummat manusia yaitu hujan tak selamanya
ada maka dari itu kita harus menghemat air dan menyimpan persediaan air
untuk hari-hari berikutnya.
Penulis menyadari kekurangan dari makalah ini sehingga diharapkan
adanya masukan berupa kritik dan saran yang membangun guna
kesempurnaan pembuatan makalah ini dan bermanfaat khususnya untuk
penulis dan umumnya untuk pembaca.
13
DAFTAR PUSTAKA
Lahdji, A., & Putra, B. B. (2017). Hubungan Curah Hujan, Suhu, Kelembaban
dengan Kasus Demam Berdarah Dengue di Kota
Semarang. MEDIKA, 8(1).
14