You are on page 1of 17

MAKALAH

HUBUNGAN KELEMBABAN UDARA DAN PRESIPITASI

Dosen Pengampu :

1. Dr. Sugeng Widodo, M.Pd.

2. Annisa Salsabilla, S.Pd., M.Si.

Disusun Oleh :

1. Asyifa Putri Maharani(2113034002)


2. Rafidah Salwa HS (2113034004)
3. Santi Lestiyana (2113034006)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021/20
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Allah swt. Karena berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah dengan judul “Hubungan
Kelembaban Udara dan Presipitasi”. Makalah ini disusun dengan harapan
dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Hubungan Kelembaban
Udara dan Presipitas. Selain itu juga makalah ini dibuat untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Hidrologi. Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan
terima kasih kepada:

1. Dr. Sugeng Widodo, M.Pd. dan Annisa Salsabilla, S.Pd., M.Si. selaku
dosen pengampu mata kuliah Hidrologi.

2. Orang tua yang telah memberikan semangat dan kasih sayang.

3. Rekan-rekan mahasiswa-mahasiswi Pendidikan Geografi semester 2 yang


telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,


maka dari itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan dimasa yang
akan datang. Harapan penyusun, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penyusun pribadi dan pembaca. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Bandar Lampung, 28 Februari 2022

Penyusun,

Anggota kelompok 1 (B)

ii
DAFTAR ISI

COVER…………….................................................................................................i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

1.3. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2

1.4. Manfaat Penulisan ...................................................................................... 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 4

2.1 Kelembaban Udara........................................................................................4

2.2 Prespitasi……………………………………………………………………5

BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 7

3.1. Pengertian Presipitasi ................................................................................. 7

3.2. Tipe-Tipe Hujan ......................................................................................... 7

3.3. Mekanisme Presipitasi dan Bentuk Presipitasi .......................................... 9

3.4. Faktor Yang Mempengaruhi Pesipitasi .................................................... 10

BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 13

3.1. Kesimpulan .............................................................................................. 13

3.2. Saran ......................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai bagian dari benua maritim
dengan ciri khasnya berupa daratan yang dikelilingi laut, di mana aktivitas
konveksi yang terjadi merupakan bagian dari sirkulasi global (Nuryanto,
2012). Wilayah Indonesia berada di antara 6°LU-11°LS dan 95°BT-141°BT
dan merupakan daerah tropis dengan 2 (dua) musim, yaitu : musim kemarau
dan musim penghujan. Berdasarkan klasifikasi iklim global, wilayah
kepulauan Indonesia sebagian besar tergolong dalam zona iklim tropis
basah dan sisanya masuk zona iklim pegunungan. Menurut Koppen (dalam
Gumilanggeng, 2013), zona iklim tropis basah adalah daerah yang
mempunyai temperatur bulanan terdingin lebih dari 18℃ dan memiliki
bulanan terkering rata-ratanya lebih dari 60 m sedangkan zona iklim
pegunungan atau zona iklim tropis monsoon adalah daerah yang jumlah
hujan bulanan basahnya dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulan
kering.

Hujan adalah suatu proses fisis yang dihasilkan dari fenomena


cuaca. Pengaruh faktor fisiografis wilayah Indonesia dan sekitarnya
terhadap unsur-unsur iklim/cuaca telah menghasilkan 3 (tiga) tipe curah
hujan, yakni : tipe ekuatorial, tipe monsun dan tipe lokal (Tukidi, 2010). Di
wilayah tropis, curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang paling
tinggi keragamannya. Karakteristik curah hujan di berbagai daerah tentunya
tidak sama. Kondisi ini diakibatkan olehbeberapa faktor, yaitu : letak
daerah, keadaan muka bumi daerah, adanya gunung dan lembah di suatu
daerah, bahkan struktur dan orientasi kepulauan. Akibatnya pola sebaran
hujan curah hujan cenderung tidak merata antara daerah yang satu dengan
daerah yang lain dalam ruang lingkup yang luas (Swarinoto & Sugiyono,
2011).

Curah hujan adalah ketinggian air hujan dalam tempat yang datar,
tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Curah hujan 1 mm,
artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung
air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter dalam
1
jangka waktu tertentu. Curah hujan dapat berupa butir-butir air atau kristal
es yang jatuh atau keluar dari awan (Swarinoto & Sugiyono, 2011).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2012), curah hujan adalah
banyaknya hujan yang tercurah (turun) di suatu daerah pada jangka waktu
tertentu.Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung
dalam udara atau atmosfer (Swarinoto & Sugiyono, 2011). Kandungan uap
air dalam udarahangat lebih banyak daripada kandungan uap air di dalam
udara dingin. Jika kandungan uap air di udara mengalami pendinginan,
maka akan terbentuk titik-titik air. Titik-titik air atau biasa disebut dengan
uap air adalah suatu gas, yang tidak dapat dilihat, yang merupakan salah
satu bagian dari atmosfer. Banyaknya uap air yang dikandung, tergantung
pada suhu udara. Semaki tinggi suhu udara, makin banyak uap air yang
terkandung (Hardjodinomo, 1975). Dengan demikian kelembaban udara
memiliki hubungan yang sangat erat dengan tingkat curah hujan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diajukan beberapa


permasalahan yang diantaranya meliputi:
1. Apakah pengertian dari presipitasi ?

2. Bagaimana tipe-tipe hujan ?

3. Bagaimana mekanisme presipitasi dan bentuk-bentuk presipitasi ?

4. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi presipitasi ?

1.3 Tujuan Penulisan

Sesuai dengan adanya perumusan masalah diatas, maka dapat


disusunnya tujuan penulisan sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian dari presipitasi.

2. Mengetahui tipe-tipe hujan.

3. Mengetahui mekanisme presipitasi dan bentuk-bentuk presipitasi.

2
4. Mengetahui faktor yang mempengaruhi presipitasi.

1.4 Manfaat Penulisan

Selain memiliki tujuan, makalah ini juga memiliki manfaat,


diantaranya sebagai berikut.
1) Untuk Mahasiswa :

- Menambah wawasan mengenai Hubungan Kelembaban Udara dan


Presipitas.
- Dapat memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hidrologi.

2) Untuk Dosen Pengampu Mata Kuliah : bermanfaat sebagai alat


pertimbangan penilaian kemampuan mahasiswa dalam mata kuliah
Hidrologi.

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kelembaban Udara

Kelembaban adalah persentase kandungan uap air dalam udara. Semua uap air
dalam udaraitu berasal dari penguapan sedangkan penguapan itu sendiri adalah
perubahan fase uap air yangringan dan akan naik ke atmosfir, dalam atmosfir senantiasa
uap air dan kadar uap air ini
selalu berubahubah tergantung pada temperatur udara setempat. Meskipun uap air hanya
merupakansebagian kecil saja dari semua atmosfir kira-kira 2% dari masa seluruhnya
tetapi merupakankomponen udara yang penting dari segi cuaca dan iklim. Data
klimatologi untuk kelembaban udarayang umum dilaporkan adalah kelembaban relative
(Mustanil, 2011).

Menurut (Bahri, 2012) kelembaban udara menyatakan banyaknya uap air dalam
udara.Kandungan uap air ini penting karena uap air mempunyai sifat menyerap radiasi
bumi yang akanmenentukan cepatnya kehilangan panas dari bumi sehingga dengan
sendirinya juga ikut mengatursuhu udara. Suhu menunjukkan derajat panas benda.
Dimana semakin tinggi suhu suatu benda,
semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis suhu menunjukkan energy yang dimili
ki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing
bergerak baik dalam bentuk perpindahanmaupun gerakkan di tempat berupa getaran.
Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda,makin tinggi suhu benda tersebut
(Santoso, 2007).

Kelembaban merupakan konsentrasi uap air di udara. Angka konsentrasi ini


dapadiekspresikan dalam kelembaban absolut, kelembaban spesifik atau
kelembaban relatif. Alat untukmengukur kelembaban disebut hygrometer yaitu sebuah
humidistat digunakan untuk mengukurtingkat kelembaban udara dalam sebuah bangunan
dengan sebuah penghawaan lembab(dehumidifier) yang dapat dianalogikan dengan
sebuah thermometer dan thermostat untuk suhuudar. Perubahan tekanan sebagian uap air
di udara berhubungan dengan perubahan suhu(Handoko, 1994). Hygrometer adalah
sejenis alat untuk mengukur tingkat kelembaban pada suatu tempat.Biasanya alat ini

4
ditempatkan di dalam boks (container) penyimpanan barang yang memerlukantahap
kelembaban yang terjaga seperti dry box penyimpanan kamera. Kelembaban yang
rendahakan mencegah pertumbuhan jamur pada peralatan tersebut (Anonim, 2010).

Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan Nomor:1405/Menkes/SK/XI/2002tenta


ng pedomanan penyehatan udara dalam ruangan kerja Nilai Ambang Batas (NAB)
ataustandar untuk temperature ruangan adalah 18°C sampai 30°C kelembaban udara
dalam ruangankerja yaitu berkisar antara 40% sampai 60% untuk situasi kerja masih bisa
dihadapi oleh tenagakerja di dalam bekerja sehari-hari dimana tidak mengakibatkan
penyakit atau gangguan kesehatandan menurut Manuaba suhu nyaman dalam ruangan
adalah 22°C - 28°C. Kelembaban udara yaitu salah satu factor lingkungan abiotik yang
berpengaruh terhadapaktivitas organism di alam. Misalnya pada efektivitas pekerjaan,
bekerja pada lingkungan yangterlalu panas dapat menyebabkan keletihan yang terlalu
dini. Sedangkan pada lingkungan yangterlalu lembab dapat menyebabkan hilangnya
fleksibelitas terhadap alat-alat motorik tubuh yangdisebabkan oleh
timbulnya kerusakan fisik tubuh. Tinggi rendahnya kelembaban udara di suatutempat
bergantung pada beberapa faktor . seperti ketersediaan air di suatu tempat, kuantitas
dankualitas penyinaran, suhu, pergerakan angin dan vegetasi (Umar, 2012).

2.2 Prespitasi

Menurut Sigit Ari Wibowo (2015) Presipitasi merupakan sebuah kejadian


jatuhnya air dari atmosfer menuju ke permukaan bumi, adapun bentuk zat cair yang turun
bisa berbentuk embun, salju, kabut, dan hujan. Presipitasi berguna untuk mengisi kembali
bagian-bagian air permukaan, memperbaru kelembapan tanah untuk tanaman dan mengisi
akuifer (lapisan bawah tanah).

Prespitasi merupakan air yang turun ke permukaan bumi dalam bentuk cair
ataupun padat, prespitasi berguna untuk memperbaru kelembaban tanah untuk kehidupan
di permukaan bumi dan juga mengisi kembali badan-badan air di permukaan. Hujan
merupakan prespitasi yang turun ke permukaan bumi dalam bentuk cair, hujan dapat
terjadi jika kelembaban yang berada di udara sudah mecapai cukup jenuh sehingga cairan
yang terkumpul memungkinkan terjadinya hujan

5
Presipitasi adalah proses reaksi terbentuknya padatan (endapan) di dalam sebuah
larutan sebagai hasil dari reaksi kimia.Presipitasi ini biasanya terbentuk ketika
konsentrasi ion yang larut telah mencapai batas kelarutan dan hasilnya adalah membentuk
garam. Metode presipitasi dilakukan dengan cara zat aktif dilarutkan ke dalam pelarut,
lalu ditambahkan larutan lain yang bukan pelarut (anti-solvent), hal ini menyebabkan
larutan menjadi jenuh dan terjadi nukleasi yang cepat sehingga membentuk nanopartikel.
Metode presipitasi dilakukan dengan mengendalikan kelarutan bahan di dalam larutan
melalui perubahan pH, suhuatau pelarut. Endapan yang dihasilkan dari kondisi sangat
jenuh memiliki banyak partikel berukuran kecil (Setiono & Pudjaatmaka, 1985).

Presipitasi atau hujan adalah merupakan uap air yang terkondensasi dan jatuh
dari atmosfer ke bumi dengan segala bentuknya dalam rangkaian siklus hidrologi. Jika air
yang jatuh berbentuk cair disebut hujan (rainfall) dan jika berupa padat disebut salju
(snow). Syarat terjadinya hujan yaitu Tersedia udara lembab dan sarana sehingga terjadi
kondensasi (Achmad, 2011).

Air hujan merupakan salah satu sumber daya alam yang selama ini belum
termanfaatkan secara optimal dan hanya dibiarkan mengalir ke salura-saluran drainase
menuju ke sungai-sungai yang akhirnya mengalir ke laut. Padahal jika mampu diolah dan
dikelola dengan baik, air hujan tersebut akan memiliki banyak manfaat bagi
keberlangsungan hidup manusia, terutama untuk keberlangsungan penyediaan air bersih
di masyarakat. Air hujan sendiri dapat digunakan untuk memenuhi berbagai keperluan
manusia antara lain untuk mandi, mencuci bahkan untuk air minum (Latif, 2012).

6
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertain Presipitasi

Faktor pengendali berlangsungnya siklus hidrologi dalam suatu wilayah


adalah hujan (presipitasi). Terjadinya hujan disebabkan berpindahnya massa uap
air ke tempat yang lebih tinggi sebagai respon adanya beda tekanan udara antara
tempat yang berbeda ketinggiannya. Karena adanya akumulasi uap air pada suhu
yang rendah, maka terjadilah proses kondensasi, setelah itu uap air tersebut akan
jatuh sebagai air hujan. Secara umum, terjadinya hujan melibatkan tiga faktor
utama, yaitu (Asdak, 2007):

a. Kenaikan massa uap air ke tempat yang lebih tinggi hingga menjadi jenuh.

b. Terjadi kondensasi pada partikel-partikel uap air di atmosfer.

c. Partikel uap air akan semakin besar seiring bertambahnya waktu, yang
kemudian akan jatuh ke bumi dan permukaan laut sebagai hujan karena
gravitasi.
Presipitasi merupakan peristiwa jatuhnya cairan (dapat berbentuk cair
atau beku) dari atmosphere menuju ke permukaan bumi dan laut dengan wujud
yang berbeda, dapat berupa curah hujan di daerah tropis dan curah hujan serta
salju di daerah beriklim sedang. Presipitasi cair bisa berupa hujan atau embun
dan presipitasi beku biasanya berupa salju bahkan hujan es. Di uraikan kembali
bahwa pemakaian istilah presipitasi dapat mewakili istilah curah hujan.
Presipitasi merupakan peristiwa klimatik dimana perubahan wujud dari uap air di
atmosfer menjadi curah hujan yang bersifat alamiah dan sebagai akibat dari
proses kondensasi.

3.2 Tipe-Tipe Hujan

Hujan juga dapat terjadi oleh pertemuan antara dua massa air basah dan
panas. Tiga tipe hujan yang umum dijumpai di daerah tropis dapat ialah sebagai
berikut:

7
1. Hujan konvektif (Convectional stroms)
Tipe hujan ini disebabkan oleh adanya perbedaan panas yang diterima
permukaan tanah dengan panas yang diterima oleh lapisan udara di atas
permukaan tanah tersebut. Tipe hujan konvektif biasanya dicirikan dengan
intensitas yang tinggi, berlangsung relative cepat, dan mencakup daerah
yang tidak terlalu luas. Tipe hujan konvektif inilah yang seringkali
digunakan untuk membedakan dari tipe hujan yang sering dijumpai di
daerah beriklim sedang (tipe hujan frontal) dengan intensitas hujan lebih
rendah.
2. Hujan frontal (Frontal/cyclonic storms)
Tipe hujan yang umumnya disebabkan oleh bergulungnya dua massa udara
yang berbeda suhu dan kelembaban. Pada tipe hujan ini, massa udara
lembab yang hangat dipaksa bergerak ke tempat yang lebih tinggi (suhu
lebih rendah dengan kerapatan udara dingin lebih besar). Tergantung pada
tipe hujan yang dihasilkannya, hujan frontal dapat dibedakan menjadi hujan
frontal dingin dan hangat. Hujan frontal dingin biasanya mempunyai
kemiringan permukaan frontal yang besar dan menyebabkan gerakan massa
udara ke tempat yang lebih tinggi lebih cepat sehingga bentuk hujan yang
dihasilkan adalah hujan lebat dalam waktu yang singkat. Sebaliknya, pada
hujan frontal hangat, kemiringan permukaan frontal tidak terlalu besar
sehinga gerakan massa udara ke tempat yang lebih tinggi dapat dilakukan
dengan perlahan-lahan (proses pendinginan berlangsung bertahap). Tipe
hujan yang dihasilkan adalah hujan yang tidak terlalu lebat dan berlangsung
dalam waktu lebih lama (hujan dengan intensitas rendah). Hujan badai dan
hujan monsoon (monsoon) adalah tipe hujan frontal yang lazim dijumpai.
3. Hujan orografik (Orographic storms)
Jenis hujan yang umumnya terjadi di daerah pegunungan, yaitu ketika massa
udara bergerak ke tempat yang lebih tinggi mengikuti bentang lahan
pegunungan sampai saatnya terjadi proses kondensasi. Ketika massa udara
melewati daerah bergunung, pada lereng dimana angin berhembus
(windward side) terjadi hujan orografik. Sementara pada lereng dimana
gerakan massa udara tidak atau kurang berarti (leeward side), udara yang
turun akan mengalami pemanasan dengan sifat kering, dan daerah ini
disebut daerah “bayangan” dan hujan yang terjadi disebut hujan di daerah
“bayangan” (jumlah hujan lebih kecil daripada hujan yang terjadi di daerah
8
windward side). Besarnya intensitas hujan orografik cenderung menjadi
lebih besar dengan meningkatnya ketebalan lapisan udara lembab di
atmosfer yang bergerak ke tempat yang lebih tinggi. Tipe hujan orografik
dianggap sebagai pemasok air tanah, danau, bendungan, dan sungai karena
berlangsung di daerah hulu Daerah Aliran Sungai (DAS). Seorang
perencana akan mudah menentukan karakteristik hujan suatu wilayah dari
hasil pengamatan atau pengumpulan data dan perhitungan atau analisis data
hujan yang ada. Sebelum data didapat sudah barang tentu harus ditentukan
bagaimana cara pengumpulan datanya serta bagaimana analisisnya.

3.3 Mekanisme Presipitasi dan Bentuk-Bentuk Presipitasi

Proses terjadinya presipitasi diawali ketika sejumlah uap air di atmosfer


bergerak ketempat yang lebih tinggi oleh adanya perbedaan tekanan uap air. Uap
air bergerak dari tempat dengan tekanan uap air yang lebih besar ke tempat
dengan tekanan uap air yang lebih kecil. Uap air yang bergerak ke tempat yang
lebih tinggi (dengan suhu udara menjadi lebih rendah) tersebut pada ketinggian
tertentu akan mengalami penjenuhan dan apabila hal ini diikuti dengan terjadinya
kondensasi maka uap air tersebut akan berubah bentuk menjadi butiran-butiran
air hujan.
Udara di atmosfer mengalami proses pendinginan melalui beberapa cara
yaitu, oleh adanya pertemuan antara dua massa udara dengan suhu yang berbeda
atau oleh sentuhan antara massa udara dengan obyek atau benda dingin. Proses
pendinginan yang paling umum ialah terjadinya gerakan massa udara ke tempat
yang lebih tinggi oleh adanya perbedaan tekanan uap air. Adanya pembentukkan
awan tidak dengan sendirinya diikuti dengan terjadinya hujan. Namun demikian,
keberadaan awan dapat dijadikan indikasi awal untuk berlangsungnya presipitasi.
Secara ringkas dan sederhana, terjadinya hujan terutama karena adanya
perpindahan massa air basah ke tempat yang lebih tinggi sebagai respon adanya
perbedaan tekanan udara antara dua tempat yang berbeda ketinggiannya. Di
tempat tersebut, karena adanya akumulasi uap air pada suhu yang rendah maka
terjadillah proses kondensasi, dan pada gilirannya massa air basah tersebut jatuh
sebagai air hujan. Namun demikian, mekanisme berlangsungnya hujan
melibatkan tiga faktor utama. Dengan kata lain, akan terjadi hujan apabila
berlangsungnya tiga kejadian sebagai berikut:
9
1. Kenaikan massa uap ke tempat yang lebih tinggi sampai saatnya atmosfer
menjadi jenuh.

2. Terjadinya kondensasi atas partikel-partikel uap air di atmosfer.

3. Partikel-partikel uap air tersebut bertambah besar sejalan dengan waktu untuk
kemudian jatuh ke bumi dan permukaan laut (sebagai hujan) karena gaya
gravitasi.
Hasil dari kondensasi uap air di atmosfer akan menjadi presipitasi.
Presipitasi adalah turunnya hasil kondensasi uap air di atmosfer membentuk hujan
maupun salju. Bentuk-bentuk presipitasi yaitu (Linsley dkk, 1989):

a. Gerimis adalah tetes-tetes air yang turun dari atmosfer, dengan diameter
antara 0.1-0.5 mm, dengan kecepatan jatuh yang lambat sehingga seolah-olah
melayang. Gerimis umumnya jatuh dari awan stratus dan rendah sehingga
jarang melebihi 1mm/jam.

b. Hujan adalah tetes-tetes air yang mempunyai diameter lebih besar dari
gerimis yaitu lebih dari 0.5 mm. Curah hujan umumnya menetukan jumlah
presipitasi air.

c. Salju adalah campuran kristal es yang sebagian besar berbentuk heksagonal


yang kompleks dan bercabang, dan menggumpal menjadi kumpalan salju.

d. Hujan es adalah hujan dalam bentuk kristal-kristal es yang dihasilkan pada


awan cumulonimbus. Kristal es dapat berbentuk kerucut ataupun tidak
beraturan dan diameternya berkisar 5 sampai 125 mm.

3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Presipitasi

Presipitasi juga merupakan faktor pengontrol keadaan daerah yang relatif


mudah diamati. Namun, perlu juga mempertimbangkan bahwa prakondisi untuk
berlangsungnya hujan melibatkan tingkat kelembaban udara dan faktor-faktor
lain yang turut berperan untuk berlangsungnya hujan seperti kelembaban udara,
energi matahari, angin dan suhu udara.
1. Kelembaban udara
Salah satu fungsi utama kelembaban udara adalah sebagai lapisan pelindung
permukaan bumi. Kelebaban udara dapat menurunkan suhu dengan cara
menyerap atau memantulkan, sekurang-kurangnya setengah radiasi matahari
10
gelombang pendek yang menuju kepermukaan bumi. Kelembaban udara juga
membantu menahan keluarnya radiasi matahari gelombang panjang dari
permukaan bumi pada waktu sing dan malam hari. Sejalan dengan
meningkatnya suhu udara, meningkat pula kapasitas udara dalam
menampung air. Sebaliknya, ketika udara bertambah dingin, gumpalan awan
menjadi bertambah besar, dan pada gilirannya akan jatuh sebagai air hujan.
Dalam mempelajari besarnya kandungan air dalam udara, dikenal dua unsure
kelembaban udara, kelembaban spesifik dan kelembaban absolute.
Kelembaban spesifik adalah banyaknya uap air (dalam gram) yang terdapat
di dalam 1 kg udara basah (gr/kg). Sedangkan kelembaban absolute adalah
perbandingan masa uap air dengan volum udara total (gr/m3 ). Perbedaan
kedua jenis kelembaban tersebut adalah bahwa pada kelembaban spesifik,
perubahan tekanan udara tidak akan mempengaruhi besar kecilnya
kelembaban. Sebaliknya, pada kelembaban absolute, perubahan tekanan
udara akan memberikan pengaruh pada angka kelembaban pada tempat
tersebut.
2. Energi Matahari
Energi matahari merupakan “mesin” yang mempertahankan berlangsungnya
daur hidrologi. Selain itu, energi matahari juga bersifat mempengaruhi
terjadinya perubahan iklim. Pada umumnya, besarnya energi matahari yang
mencapai permukaan bumi adalah 0,5 langley/menit. Namun demikian,
besarnya energi matahari bersih yang diterima permukaan bumi bervariasi
tergantung pada letak geografis dan kondisi permukaan bumi. Adanya
perbedaan keadaan goegrafis trsebut mendorong terjadinya gerakan udara di
atmosfer, dengan demikian juga berfungsi dalam penyebaran energi matahari.
Energi matahari bersifat memproduksi gerakan massa udara di atmosfer dan
di atas lautan. Energi ini merupakan sumber tenaga untuk terjadinya proses
evaporasi dan transpirasi. Evaporasi berlangsung pada permukaan badan
perairan sedangkan transpirasi adalah kehilangan air dari dalam vegetasi.
Energi matahari mendorong terjadinya daur hidrologi melalui proses radiasi.
Sementara penyebaran kembali energi matahari dilakukan melalui proses
konduksi dari daratan dan konveksi yang berlangsung di dalam badan air dan
atmosfer. Konduksi adalah suatu proses transportasi udara antara dua lapisan
(udara) yang berdekatan apabila suhu kedua lapisan tersebut berbeda.
Konveksi adalah pindah panas yang timbul oleh adanya gerakan massa udara
11
atau air dengan arah gerakan verbal.
3. Angin
Angin adalah gerakan massa udara, yaitu gerakan atmosfer atau udara nisbi
terhadap permukaan bumi. Parameter tentang angin yang biasa dikaji adalah
arah dan kecepatan angin. Kecepatan angin penting karena dapat menentukan
besarnya kehilangan air melalui proses evapotranspirasi dan mempengaruhi
kejadian-kejadian hujan. Untuk terjadinya hujan diperlukan adanya gerakan
udara lembab yang berlangsung terus menerus. Dalam hal ini, gerakan udara
(angin) berfungsi sebagai tenaga penggerak terjadinya gerakan udara lembab
tersebut. Peralatan yang digunakan untuk menentukan besarnya kecepatan
angin dinamakan anemometer. Dalam satu hari, kecepatan dan arah angin
dapat berubah-ubah. Perubahan ini seringkali disebabkan oleh adanya beda
suhu antara daratan dan lautan. Angin umumnya bertiup dari bidang
permukaan dingin ke bidang permukaan yang lebih hangat. Dapat dikatakan
bahwa arah horizontal gerak atmosfer terhadap permukaan bumi disebabkan
oleh satu atau gabungan dari gaya gradien tekanan, gaya coriolis dan gaya
gesekan.
4. Suhu udara
Suhu mempengaruhi besarnya curah hujan, laju evaporasi dan transpirasi.
Suhu juga dianggap sebagai salah satu faktor yang dapat memprakirakan dan
menjelaskan kejadian dan penyebaran air di muka bumi. Dengan demikian,
adalah penting untuk mengetahui bagaimana cara menentukan besarnya suhu
udara.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Presipitasi merupakan peristiwa jatuhnya cairan (dapat berbentuk


cair atau beku) dari atmosphere menuju ke permukaan bumi dan laut
dengan wujud yang berbeda, dapat berupa curah hujan di daerah tropis dan
curah hujan serta salju di daerah beriklim sedang.
Hujan juga dapat terjadi oleh pertemuan antara dua massa air,
basah dan panas. Tiga tipe hujan yang umum dijumpai didaerah tropis
yaitu Hujan konvektif (convectional storms), Hujan Frontal (frontal/
cyclonic storms), Hujan Orografik (Orographic storms).
Proses terjadinya presipitasi diawali ketika sejumlah uap air di
atmosfer bergerak ketempat yang lebih tinggi oleh adanya perbedaan
tekanan uap air. Bentuk-bentuk presipitasi yaitu gerimis, hujan, salju dan
hujan es.
Faktor Yang Mempengaruhi Presipitasi yaitu Kelembaban Udara,
EnergiMatahari, Angin, dan Suhu udara.

3.2 Saran

Hujan adalah sebuah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang
harus kita syukur ikarena tanpa hujan arti kehidupan tidak akan ada dan hal
yang harus kita sadari sebagai ummat manusia yaitu hujan tak selamanya
ada maka dari itu kita harus menghemat air dan menyimpan persediaan air
untuk hari-hari berikutnya.
Penulis menyadari kekurangan dari makalah ini sehingga diharapkan
adanya masukan berupa kritik dan saran yang membangun guna
kesempurnaan pembuatan makalah ini dan bermanfaat khususnya untuk
penulis dan umumnya untuk pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Andryani Fernandus, D. (2013). ANALISIS JENIS DISTRIBUSI CURAH HUJAN


DAN KURVA INTENSITY DURATION FREQUENCY (IDF) DI KOTA
MAKASSAR (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).

Winarno, G. D. (2010). Buku Ajar Hidrologi Hutan.

Lahdji, A., & Putra, B. B. (2017). Hubungan Curah Hujan, Suhu, Kelembaban
dengan Kasus Demam Berdarah Dengue di Kota
Semarang. MEDIKA, 8(1).

14

You might also like