You are on page 1of 10

LAPORAN PENDAHULUAN

UNSTABLE ANGINA PECTORIS

Disusun Oleh :
Purbaya Aris M S.Kep
Erliana Damayanti S.Kep
Widya Irene M S.Kep
Rita Adriana S.Kep
Achamad Armadany S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
UNSTABLE ANGINA PECTORIS

A. Definisi
Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi sebagai respon
terhadap suplai O2 yang tidak adekuat ke sel-sel miokardium (Corwin, 2009).
Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis dimana pasien mendapat serangan dada yang khas
seperti ditekan atau terasa berat di dadayang sering kali menjalar ke lengan bagian kiri. Sakit
dada tersebeut biasanya timbul pada waktu pasien melakukan uatu aktivitas dan segera hilang
bila pasien menghentikan aktivitasnya (Mansjoer, 2007).
Angina pectoris adalah suatu syndrome yang ditandai dengan rasa tidak enak yang berulang
di dada dan daerah disekitarnya yang disebabkan oleh ischemia miokard tetapi tidak sampai
terjadi nekrosis. Iskemia yang terjadi pada angina terbatas pada durasi serangan 1-15 menit dan
tidak menyebabkan kerusakan permanen jaringan miokard. Namun angina merupakan hal yang
dapat mengancam kehiduoan dan dapat menyebabkan disritmia atau berkembang menjadi infark
miokard (Wajan, 2010).
B. Klasifikasi
1 Stabel Angina
Juga disebut angina klasik, terjadi sewaktu arteri koroner yang ateroklerotik tidak adapat
berdilatasi untuk meningkatkan aliran darah saat terjadi peningkatan kebutuhan O2.
Peningkatan kerja jantung dapat menyertai aktivitas fisik seperti berolahraga, naik tangga,
atau bekerja keras, pajanan dingin, terutama disertai bekerja seperti menyekop pasir, stress
mental termasuk stress yang terjadi akibat rasa marah serta tugas mental seperti berhitung
dapat mencetuskan angina klasik. Nyeri pada angina jenis ini biasanya menghilang apabila
individu yang bersangkutan menghentikan aktivitasnya.
2 Angina Variant (Prinzmental)
Terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung dan pada kenyataannya sering terjadi
pada saat istirahat. Pada angina ini, suatu arteri koroner mengalami spasme yang
menyebabkan iskemik jantung. Kadang-kadang tempat spasme berkaitan dengan
aterosklerosis. Ada kemungkinan bahwa, walaupun tidak jelas tampak lesi pada arteri, dapat
terjadi kerusakan lapisan endotel yang samar. Hal ini menyebabkan peptide vasoaktif
memiliki akses langsung ke lapisan otot polos dan menyebabkan kontraksi arteri koroner.
Disritmia sering terjadi pada angina variant.
3 Unstable Angina
Merupakan jenis angina yang sangat berbahaya dan membutuhkan penanganan segera.
Dijumpai pada individu dengan penyakit arteri koroner yang memburuk. Angina ini biasanya
menyertai peningkatan beban kerja jantung. Hal ini tampaknya terjadi akibat aterosklerosis
koroner, yang ditandai perkembangan thrombus yang mudah mengalami spasme. Terjadi
spasme sebagai respon terhadap peptide vasoaktif yang dikeluarkan trombosit yang tertarik
ke area yang mengalami kerusakan. Seiring dengan pertumbuhan thrombus, frekuensi dan
keparahan serangan angina tidak stabil meningkat dan individu beresiko mengalami

1
kerusakan jantung irreversible. Unstable angina dapat juga dikarenakan kondisi kurang
darah (anemia) khususnya jika anda telah memiliki penyempitan arteri koroner sebelumnya.
Tidak seperti stable angina, angina jenis ini tidak memiliki pola dan dapat timbul tampa
aktivitas fisik berat sebelumnya serta tidak menurun dengan minum obat ataupun istirahat.
Angina tidak stabil termasuk gejala infark miokard pada sindrom koroner akut.
C. Etiologi
Angina pectoris dapat terjadi bila otot jantung memerlukan asupan O2 yang lebih pada waktu
tertentu, misalnya pada saat bekerja, makan, atau saat sedang mengalami stress. Jika pada jantung
mengalami penambahan beban kerja, tetapi suplai O2 yang diterima sedikit, maka akan
menyebabkan rasa sait pada jantung. O2 sangatlah diperlukan oleh sel miokard untuk dapat
mempertahankan fungsinya. O2 yang didapat dari proses koroner untuk sel miokard ini telah
terpakai sebanyak 70-80%, sehingga wajar bila aliran koroner menjadi meningkat. Aliran darah
koroner terutama terjadi sewaktu diastole pada saat otot ventrikel dalam keadaan istirahat.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian O2 pada jantung, adalah :
- Denyut jantung
Apabila denyut jantung bertambah cepat, maka kebutuhan oksigen tiap menitnya akan
bertambah
- Kontraktilitas
Dengan bekerja, maka akan banyak mengeluarkan katekolamin (adrenalin dan
noradrenalin) sehingga dapat meningkatkan kontraksi pada jantung.
- Tekanan Sistolik Ventrikel Kiri
Semakin tinggi teanan, makanan maka akan semakin banyak pemakaian O2
- Ukuran Jantung
Jantung yang besar, akan memerlukan O2 yang banyak
 Faktor-faktor penyebab lainnya, antara lain adalah :
- Aterosklerosis.
- Denyut jantung yang terlalu cepat.
- Anemia berat.
- Kelainan pada katup jantung, terutama aortic stenosis yang disebabkan oleh sedikitnya
aliran darah ke katub jantung.
- Penebalan pada dinding otot jantung hipertropi dimana dapat terjadi pada penderita
tekanan darah tinggi sepanjang tahun.
- Spasme arteri koroner.
D. Patofisiologi
Sakit dada pada angina pectoris disebabkan karenan timbulnya iskemia miokard atau karena
suplai darah dan O2 ke miokard berkurang. Aloran darah berkurang dikarenakan adanya
penyempitan pembuluh darah koroner (arteri koronaria), penyempitan ini terjadi karena adanya
proses arterosklerosis atau spasme pembuluh koroner atau kombinasi proes ateroklerosis dan
spasme.
Ateroklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di arteri besar. Timbunan ini
dinamakan atheroma atau plak yang akan mengganggu absorbs nutrient oleh sel-sel endotel yang
menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan
ini menonjol ke lumen pebuluh darah. Endotel yang terkena akan mengalami nekrotik dan

2
menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi sempit dan aliran darah terhambat. Pada
lumen yang menyempit dan berdinding kasar akan cenderung terjadi oembentkan bekuan darah,
hal ini menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler diikuti oleh penyakit
tromboemboli yang merupakan komplikasi tersering aterosklerosis.
Pada mulanya suplai darah tersebut walaupun berkurang masih cukup untuk memenuhi
kebutuhan mioard pada waktu beristirahat, tetapi tidak cukup bila kebutuhan oksigen miokard
meningkat seperti pada waktu pasien melakukan aktivitas fisik yang cukup berat. Pada saat beban
kerja suatu jaringan meningkat, kebutuhan oksigennya juga ikut meningkat. Apabila kebutuhan
oksigen meningkat pada jantung yang sehat, arteri-arteri akan berdilatasi dan mengaliran lebih
banya darah dan oksigen ke otot jantung. Akan tetapi apabila arteri koroner mengalami kekakuan
atau menyempit akibat arteroklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap
peningkatan kebutuhan oksigen, dan terjadi iskemia (kekurangan suplai darah) miokardium dan
sel-sel miokardium mulai menggunakan glikolisis anaerob untuk memenuhi kebutuhan
energinya. Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi NO (Nitrat Oksida)
yang berfumgsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini
dapat meyebabkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang memperberat
penyempitan lumen karena suplai osigen ke miokard berkurang. Penyempitan atau blok ini belum
menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75%, bila penyempitan lebih dari
75% serta dipicu dengan aktivitas berlebihan maka suplai darah ke koroner akan berkurang.
Proses pembentukan energy ini sangat tidak efisien dan menyebabkan pembentukan asam laktat.
Asam laktat menurunkan pH miokardium dan menyebabkan nyeri yang berkaitan dengan
angina pectoris. Apabila kebutuhan energy sel-sel jantung berkurang, suplai O2 menjadi adekuat
dan sel-sel otot kembali memproses fosforilasi oksidatif untuk membentuk energy. Proses ini
tidak menghasilkan asam laktat. Dengan menghilangnya penimbunan asam laktat, nyeri angina
pectoris mereda.
E. Manifestasi Klinis
1 Angina pectoris stabil
- Muncul ketika melakukan aktifitas berat
- Biasanya dapat diperkirakan dan rasa nyeri yang muncul biasanya sama dengan rasa nyeri
yang datang sebelumnya.
- Hilang dalam waktu yang pendek sekitar 5 menit atau urang.
- Hilang dengan segera ketika anda beristirahat atau menggunakan pengobatan terhadap
angina.
- Rasa sakitnya dapat menyebar ke lengan, punggung atau area lain.
- Dapat dipicu oleh tekanan mental atau stress.
2 Angina pectoris tidak stabil
- Angina yang baru pertama kali atau angina stabil dengan karakteristik frekuensi berat dan
lamanya meningkat.
- Timbul waktu istirahat/kerja ringan.
- Tidak dapat diperkirakan.’
- Biasanya lebih parah dan hilang dalam waktu yang lebih lama.
- Dapat tidak akan hilang saat beristirahat ataupun pengobatan angina.
- EKG : Deviasi segment ST depresi atau elevasi

3
3 Angina variant
- Angina yang terjadi spontan umumnya waktu istirahat dan pada waktu aktifitas ringan.
Biasanya terjadi karena spasme arteri koroner.
- EKG deviasi segment ST depresi atau elevasi yang timbul pada waktu serangan yang
kemudian normal setelah serangan selesai.
F. Data penunjang
Setiap penderita dengan gejala yang mengarah pada angina harus dilakukan EKG 12 lead.
Namun hasil EKG akan normal pada 50% dari penderita dengan angina pectoris. Depresi atau
elevasi segment ST menguatkan kemungkinan adanya angina dan menunjukkan suatu ischemia
pada beban kerja yang rendah.
Foto thoraks pada penderita angina biasanya normal. Foto thoraks lebih sering menunjukkan
kelainan pada penderita dengan riwayat infark miokard atau penderita dengan nyeri dada yang
bukan berasal dari jantung. Manfaat pemeriksaan foto thorak secara rutin pada penderita angina
masih dipertanyakan.
Untuk pemerikasaan laboraturium yang sering dilakukan adalah pemeriksaan enzim CPK,
SGOT atau LDH. Enzim tersebut akan meninggi pada infark jantung akut, sedanngkan pada
angina kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid darah seperti kadar kolesterol LDH dan LDL.
Trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan faktor resiko seperti hyperlipidemia dan
pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk menemukan diabetes militus yang juga
merupakan faktor resiko bagi pasien angina.
G. Komplikasi
1 Infraksi miokardium yang akut (serangan jantung)
2 Kematian karena serangan jantung secara mendadak
3 Aritma kardiak
4 Hipoksemia
5 Trombsis vena dalam
6 Syok kardiogenik
7 Miocard infark
8 Dekompensatio cordis
9 Infisiensi coroner
10 Unstable angina terjadi karena iskemia pada otot jantung yang sudah meluas sehingga
nyeri yang dirasakan akibat penimbunan asam laktat lebih sering terjadi.
11 Sudden death : terjadi akibat kelelahan jantung yang memompa darah terus menerus
dengan frekuensi yang tidak stabil dan diperberat oleh nekrosis otot jantung yang makin
meluas
H. Pencegahan
Berikut adalah beberapa tindakan pencegahan angina :
1 Berhenti merokok
2 Menurunkan berat badan jika mengalami obesitas
3 Mengkonsumsi makan rendah lemak dan tinggi serat
4 Olahraga teratur terbukti efektif mencegah angina
5 Hindari stress yang tidak perlu dan belajar teknik relaksasi
6 Urangi konsumsi alcohol

4
7 Jangan menambahkan garam pada makanan
I. Penatalaksanaan
 Ada dua tujuan utama penatalaksanaan unstable angina :
- Mencegah terjadinya infark miokard dan nekrosis, dengan demikian meningkatkan kualitas
hidup.
- Mengurangi symptom dan frekwensi serta beratnya ischemia, dengan demikian
meningkatkan kualitas hidup.
 Prinsip penatalaksaan angina adalah : meningkatkan pemberian O2 (dengan meningkatkan
aliran darah koroner) dan menurunkan kebutuhan oksigen (dengan mengurangi kerja
jantung).
1 Terapi faramakologis untuk anti angina dan anti ischemia
a. Penyekat beta
Obat ini merupakan terapi utama pada angina. Penyakit beta dapat menurunkan
kebutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan frekwensi denyut jantung,
kontraktilitas teanan di arteri dan peregangan pada dinding ventrikel kiri. Efek samping
biasanya muncul bradikardi dan timbul blok atrioventrikuler. Obat penyekat beta antara
lain : atenolol, metoprolol, propranolol, nadolol.
b. Nitrat dan Nitrit
Merupakan vasodilator endothelium yang sangat bermanfaat untuk mengurangi
symptom, angina pectoris, disamping juga mempunyai efek antitrombotik dan
antiplatelet. Nitrat menurunkan kebutuhan oksigen miokard melalui pengurangan preload
sehingga terjadi pengurangan volume ventrikel dan tekanan arterial. Salah satu masalah
penggunaan nitrat jangka panjang adalah terjadinya toleransi terhadap nitrat. Untuk
mencegah terjadinya toleransi dianjurkan memakai nitrat dengan periode bebas, nitrat
yang cukup yaitu 8-12 jam. Obat golongan nitrat dan nitrit adalah : amil nitrit, ISDN,
isosorbide mononitrate, nitrogliserin.
c. Kalsium Antagonis
Obat ini bekerja dengan cara menghambat masuknya kalsium melalui saluran kalsium,
yang akan menyebabkan relaksasi otot polos pembuluh darah sehingga terjadi
vasodilatasi pada pembuluh darah epikardial dan sistemik. Kalsium antagonis juga
menurunkan kebutuhan O2 miokard dengan cara menurunkan resistensi vaskuler
sistemik. Golongan obat kalsium antagonuis adalah amlodipine, bepridil, ditiazem.
d. Terapi farmakologis untuk mencegah IMA
- Terapi antiplatelet, obatnya adalah aspirin diberikan pada penderita PJK baik akut
ataupun kronik, kecuali ada kontra indikasi, maka penderita dapat diberikan tiiclodipin
atau clopidrogel.
- Terapi antitrombolitik, obatnya adalah heparin dan warfarin. Penggunaan
antitrombolitik dosis rendah akan menurunkan resiko terjadinya ischemia pada
penderita dengan faktor resiko.
- Terapi penurun kolestrol, simvastatin akan menurunkan LDL (Low Density
Lipoprotein) sehingga memperbaiki fungsi endotel pada daerah atheroklerosis maka
aliran darah di arteria koronaria lebih baik.

5
2 Revaskularisasi Miokard
Angina pectoris dapat menetap sampai bertahun-tahun dalam bentuk serangan ringan yang
stabil, namun bila menjadi tidak stabil maka dianggap serius, episode nyeri dada menjadi
lebih sering dan berat, terhadi tanpa penyebab yang jelas. Bila gejala tidak dapat dikontrol
dengan terapi farmakologis yang memadai, maka tindakan invasive seperti PTCA
(angioplasty coroner transluminal percutan) harus dipikirkan untuk memperbaiki sirkulasi
coronaria.
3 Terapi Non Farmakologis
Ada berbagai cara lain yang diperlukan untu menurunkan kebutuhan O2 jantung antara lain
: pasien harus berhenti merokok, karena merokok mengakibatkan takikardia dan naiknya
tekanan darah, sehingga memaksa jantung bekerja keras. Orang obesitas dianjurkan untuk
menurunkan berat badan untuk mengurangi kerja jantung. Mengurangi stress untuk
menurunkan kadar adrenalin yang dapat menimbulkan vasokontriksi pembulu darah.
Pengontrolan gula darah. Penggunaan kontra sepsi dan kepribadian seperti sangat
kompetitif, agresif atau ambisius.
J. Pengkajian Keperawatan
1 Pengkajian Primer
Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik, antara lain :
 Airway
- Lidah jatuh kebelakang
- Benda asing/darah pada rongga mulut
- Adanya secret
 Breathing
- Pasien sesak nafas dan cepat letih
- Pernafasan kusmaul
 Circulation
- TD meningkat
- Nadi kuat
- Disritmia
- Adanya peningkatan JVP
- Capillary refil >2 detik
- Akral dingin
 Disability : Pemeriksaan neurologis GCS menurun
- Alert : Sadar penuh, respon bagus
- Voice Respon : Kesadaran menurun, berespon terhadap suara
- Pain Respon : Kesadaran menurun, tidak berspon terhadap suara, berespon terhadap
nyeri
- Unresponsive : Kesadaran menurun, tidak berespon terhadap suara, tidak berespon
terhadap nyeri
2 Pengkajian sekunder
Pemeriksaan sekunder dilakukan setelah memberikan pertolongan atau penanganan pada
pemeriksaan primer. Pemeriksaan sekunder meliputi :
- AMPLE : Alergi, Medication, Past illness, Last meal, Event

6
- Pemeriksaan seluruh tubuh : Head to toe
- Pemeriksaan penunjang : Lebih detail, evaluasi ulang
a. Anamnesa
Diagnose angina pectoris terutama didapatkan dari anamneses mengenai riwayat penyakit,
karena diagnose pada angina sering kali berdasarkan adanya keluhan sakit dada yang
mempunyai ciri khas sebagai berikut :
- Letak
Seringkali pasien merasakan adanya sakit dada di daerah sternum atau di bawah sternum
(substernal), atau dada sebelah kiri dan kadang-kadang menjalar ke lengan kiri, ke
punggung, rahang atau leher. Sakit dada juga dapat timbul di tempat lain seperti di daerah
epigatrium, gigi dan bahu.
- Kualitas sakit dada
Pada angina, sakit dada biasanya seperti tertekan benda berat (pressure like), diperas
(squeezing), terasa panas (buming), kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada
(chest discomfort) karena pasien tidak dapat menjelaskan sakit dada tersebut dengan baik,
lebih-lebih bila pendidikan pasien rendah.
- Hubungan dengan aktivitas
Sakit dada pada angina pectoris biasanya timbul pada waktu melakukan aktivitas, misalnya
sedang berjalan cepat, tergesa-gesa, atau sedang menaiki tangga. Aktivitas ringan seperti
mandi, menggosok gigi, makan terlalu kenyang atau emosi juga dapat menimbulkan angina
pectoris. Sakit dada tersebut segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya. Serangan
angina pectoris dapat timbul pada waktu istirahat atau pada waktu tidur malam.
- Lamanya serangan sakit dada
Serangan sakit dada biasanya berlangsung 1 sampai 5 menit, walaupun perasaan tidak enak
di dada masih dapat dirasakan setelah sakit dada hilang. Bila sait dada berlangsung lebih
dari 20 menit. Kemungkinan pasien mendapat serangan infark miokard akut dan bukan
disebabkan angina pectoris biasa.
Pada pasien angina pectoris, dapat pula timbul keluhan lain seperti sesak nafas, perasaan
lelah, kadang-kadang sakit dada disertai keringat dingin.
Dengan anamneses yang baik dan teliti sudah dapat disimpulkan mengenai tinggi
rendahnya kemungkinan penderita tersebut menderita angina pectoris stabil atau
kemungkinan suatu angina pectoris tidak stabil. Setelah semua deskriptif nyeri dada tersebut
didapatm pemeriksa membuat kesimpulan dari gabungan berbagai komponen tersebut.
Kesimpulan yang didapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu angina yang tipikal,
angina yang atipikal atau nyeri dada bukan karena jantung. Angina termasuk tipikal bila : rasa
tidak enak atau nyeri dirasakan dibelakang sternum dengan kualitas dan lamanya yang khas,
dipicu leh aktivitas atau stress emosional, mereda bila istirahat atau diberi nitrogliserin.
Angina dikatakan atipikal bila hanya memenuhi 2 dari 3 kriteria diatas. Nyeri dada dikatakn
bukan berasal dari jantung bila tidak memenuhi atau hanya memenuhi 1 dari 3 kriteria
tersebut.
Pemeriksaan fisik biasanya normal pada penderita angina pectoris, tetapi pemeriksaan fisik
yang dilakukan saat serangan angina dapat memberian informasi tambahan yang berguna.
Adanya gallop, mur-mur regurtasi mitral, split S2 atau ronkhi basah basal yang kemudian

7
menghilang bila nyerinya mereda dapat menguatkan diagnossa PJK. Hal-hal lain yang bisa
didapat dari pemeriksaan fisik adalah tanda-tanda adanya faktor resiko, misalnya tekanan
darah tinggi.
K. Diagnose Keperawatan yang Mungkin Muncul
1 Nyeri akut b.d iskemia miokardium
2 Penurunan curah jantung b.d gangguan kontraksi
3 Gangguan pola nafas b.d kurangnya suplai O2
4 Cemas b.d rasa takut akan kematian
5 Kurang pengetahuan tentang penyakit b.d keterbatasan pengetahuan penyakitnya

8
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical Bedah Vol 2. Jakarta : ECG
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi Pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta. ECG
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta : ECG
Finarga. 2010. Angina. Dimuat dalam http://finarga.blogspot.com/ (diases pada tanggal 22 April
2019)
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran.Jilid 1 edisi 3. Jakarta : Median Aesculaplus
Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung Penerbit PT Alumni

You might also like