Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
SULASTRI
NIM R.18.01.076
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir merupakan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh yang berdampak pada semua sistem
tubuh. Gagal ginjal kronis saat ini menjadi salah satu penyakit yang banyak terjadi
ini sangat banyak dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun (Riskesdas,
2013).
Menurut data dari Center Disease Control (2019) 37 juta atau 15% populasi
orang dewasa di Amerika Serikat menderita gagal ginjal kronis bahkan 726,000 (2
dari 1,000 orang) hidup dengan transplantasi ginjal atau dialisis, 9 dari 10
penderita gagal ginjal kronis tidak mengetahui mereka menderita penyakit ini dan
240 orang di antaranya meninggal setiap harinya. Persentase penyakit gagal ginjal
pada tahun 2013 menjadi 3,8 persen pada tahun 2018 dengan kenaikan sebesar 1,8
persen dalam rentang waktu 5 tahun (Rossa & Nodia, 2018). Angka kejadian
gagal ginjal kronis di Indonesia tahun 2018 yaitu sebesar 0,38 % dari jumlah
penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa jadi terdapat 713.783 jiwa yang
lebih dari 15 ribu orang, sesuai dengan data dari Indonesian Renal Registry (IRR)
pada tahun 2013 tercatat jumlah pasien gagal ginjal kronis di Jawa Barat sebanyak
15.128 orang dan pada tahun 2017 provinsi Jawa Barat menduduki posisi pertama
sebagai provinsi terbanyak dengan jumlah penderita gagal ginjal kronis yang baru
Pada tahap awal, gagal ginjal kronis ditandai dengan adanya penurunan
cadangan ginjal, kemudian terjadinya indufiensi ginjal, tahap ketiga yaitu gagal
ginjal dan tahap terakhir yaitu penyakit ginjal stadium akhir (End State Renal
Disease / ESRD). Pada stadium akhir, kurang lebih 90% massa nefron telah
hancur. Nilai GFR 10% dibawah batas normal dan kadar kreatinin hanya 5-10
kurang harus segera ditangani baik dengan Terapi Hemodialisa (HD) atau
yang berperan sebagai ginjal buatan (dialiser) (Wong, 2017). Hemodialisis (HD)
merupakan terapi pengganti dari fungsi ginjal yang dilakukan 2-3 kali seminggu,
dengan rentang waktu tiap tindakan hemodialisa adalah 4-5 jam, yang bertujuan
tinggi, salah satunya komorbid hipertensi dimana komorbid tersebut bisa menjadi
salah satu faktor resiko terjadinya kematian (Kan, C-W., et al.,2013). Faktor
komorbiditas adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kualitas hidup
pasien hemodialisa (Anees dkk., 2014; Mousa dkk., 2018). Komorbiditas adalah
suatu keadaan mengenai dua penyakit atau kelainan yang berlangsung secara
2019).
Penyakit hipertensi ditandai dengan nilai tekanan darah pada sistol diatas 140
mmHg dan Diastol diatas 90 mmHg. (Sinnott et al., 2017). Hipertensi merupakan
penyakit konis dimana penyakit ini sangat lama berada didalam tubuh penderita
disertai gagal ginjal kronik secara nasional dengan penduduk Indonesia s ebesar
disertai gagal ginjal kronik (IRR, 2018). Menurut Indonesian Renal Registry
(IRR) tahun 2017 penyebab penyakit ginjal kronik adalah hipertensi menempati
urutan pertama sebanyak 36%. Hipertensi dapat mengakibatkan gagal ginjal kro
nis. Sepertiga laki-laki dengan hipertensi kehilangan fungsi renal selama 7 tahun.
Telah di perkirakan bahwa 5% klien hipertensi dengan elevasi kadar serum
kreatinin akan memerlukan terapi dialisis (Joyce M. black & jane hokanson
hawks, 2014).
Tingginya tekanan darah yang lama tentu saja akan merusak pembuluh darah
di seluruh tubuh yang paling jelas salah satunya pada ginjal. Maka kosekuensi
yang biasanya pada hipertensi yang lama tidak terkontrol adalah gagal ginjal
( Brunner & suddarth, 2015 ). Hipertensi atau kenaikan tekanan darah sistemik
( keluar dari ) serta kapiler glomerulus. Laju filtrasi glomerulus menurun dan
Hipertensi yang tidak terkontrol atau terkontrol buruk adalah penyebab penyakit
ginjal kronis ( priscilla, karen & gerene, 2016). Oleh karena itu penyakit
penderita gagal ginjal kronis ( Suzanne C. smeltzer & Brenda G. bare, 2015).
Faktor komorbid sangat berkaitan dengan kualitas hidup dari penderita gagal
individu tentang hidupnya dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka
hidup dan dalam kaitannya dengan tujuan, harapan, standar, dan masalah. Kualitas
hidup merupakan perbandingan antara harapan dan kenyataan. Pada pasien gagal
ginjal kronis, kualitas hidup juga mencerminkan kualitas pengobatan karena
melibatkan proses fisik, psikologis, dan sosial yang ingin dicapai. Pengumpulan
data kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis akan membantu pasien memahami
penyakit mereka dan merupakan implikasi dari pengobatan (Tannor, et al, 2019).
Penelitian yang dilakukan oleh Alfians R Belian Ali dkk ( 2017) di ruangan
kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik dengan comorbid factor diabetes melitus
dan hipertensi. Mengatakan bahwa kualitas hidup dari pasien gagal ginjal kronik
dengan comorbid hipertensi lebih baik dibandingkan dengan pasien gagal ginjal
pada ginjal yang berjalan lebih lambat ataupun penanganan pada pasien hipertensi
dengan gagal ginjal kronik yang berfokus pada pemberian terapi obat anti
hipertensi untuk mengontrol tekanan darah pasien tersebut dan juga kepatuahan
dalam menjalani dialisis yang mungkin dapat meningkatkan harapan hidup atau
tidak ada perbedaan tetapi secara klinikal penting karena kedua faktor komorbid
ini sama-sama dapat mempengaruhi kualitas hidup penderita gagal ginjal kronis,
maka dari itu keduanya harus dikontrol. Rata-rata kualitas hidup pasien gagal
komorbid diabetes melitus, Peneliti menganalisa hal ini terjadi karena jumlah
sampel yang terlibat dalam penelitian sedikit dan sampel pada kedua kelompok
tidak sama.
Kurnia (2020) menjelaskan etiologi penyakit ginjal kronik pada pasien rawat
saluran kemih, infeksi saluran kemih dan penyakit polikistik ginjal, dengan
dengan judul “ Hubungan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis dengan
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ apakah ada hubungan kualitas
hidup pasien gagal ginjal kronis dengan komorbid hipertensi di ruang hemodialisa
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas
hidup pasien gagal ginjal kronis di ruang hemodialisa RSUD Indramayu Tahun
2022.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui gambaran kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis di
D. Manfaat penelitian
1. Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi bagi Pendidikan
pasien.
3. Bagi perawat
hemodialisa.
4. Bagi peneliti
Hasil peneliti ini diharapkan dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan faktor komorbid dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal
RSUD Indramayu. Karakteristik meliputi semua pasien gagal ginjal kronis dengan