You are on page 1of 6

A.

Judul
STATUS NASAB ANAK HASIL DARI PERKAWINAN WANITA HAMIL
STUDI PERSFEKTIF TAFSIR AL-AZHAR BUYA HAMKA DALAM
QS. AN-NUR 03

B. Latar Belakang
Zaman yang semakin maju sekarang ini sering diistilahkan sebagai
zaman jahiliyah modern, hal ini dikarenakan kemaksiatan dan kemungkaran
yang semakin merajalela. Apalagi yang mendominasi dari kemaksiatan itu
adalah para anak-anak muda. Hubungan yang semakin bebas tanpa mengenal
batas sehingga terjadilah permasalahan dimasyarakat yakni hamil di luar
nikah. Hal itu terjadi dikarenakan pergaulan bebas dan salah dalam
mengartikan arti cinta yang sesungguhnya.
Pergaulan yang dilakukan oleh pemuda zaman sekarang ini, seringkali
melampaui batas sehingga terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti hamil
sebelum adanya pernikahan. Hampir setiap hari jika kita ikuti pemberitaan
yang ada di televisi dan media sosial memberitkan hal seperti ini. Anehnya
berita seperti ini lebih digandrungi oleh masyarakat dan lebih disukai
Asmuni (1976:108) mengemukakan bahwa dalam agama Islam
pergaulan memiliki tata cara, aturan dan batasan, tidak serta merta bergaul
bebas semaunya tanpa adanya batasan, nilai positif, akhlaq, menghargai,
menjaga harkat dan martabat. Pergaulan yang tanpa mempunyai nilai manfaat
seperti halnya pergaulan yang sampai pada proses hubungan biologis tanpa
melalui bingkai ikatan pernikahan. Dalam Islam, hubungan seperti ini disebut
hubungan seksual di luar nikah yang disebut zina.
Zina adalah perbuatan yang sangat dilarang dalam islam, dikarenakan
perbuatan kotor dan termasuk pada dosa besar. Bahkan dalam al-quran
mendekati zina saja dilarang apalagi sampai melakukan hal tersebut.
Sebagaimana firman Allah dalam al-quran surah al-isra ayat 32 :
“Dan janganlah kamu mendekati zina sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.”

Untuk itu janganlah kita melakukan zina, hal ini bertujuan agar status
nasab anak yang dihasilkan nantinya jelas dan dapat dipertanggung jawabkan.
Islam memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan zina ini yakni dengan
memerintahkan setiap manusia untuk mengikuti sunah nabi, salah satunya
adalah perakawinan. Karena dengan perkawinan status nasab anak jelas dan
dapat dipertanggung jawabkan.

Ahmad (2002:43) menuturkan Islam dengan anjuran menikah adalah


merupakan suatu solusi yang sangat baik yang ditawarkan oleh Allah SWT.
Dengan menikah akan memberikan dampak positif bagi para pelakunya baik
hidup secara individu dan bermasyarakat. Pernikahan adalah salah satu nikmat
yang menggambarkan betapa agung dan maha besarnya Allah SWT. Menikah
berarti telah mempertahankan keberlangsungan hidup manusia untuk
menurunkan anak cucu yang melanjutkan kehidupan dipersada bumi.
Zainuddin (2006:7) menyatakan Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara
seorang laki-laki dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang
maha Esa.

Status anak dianggap sah dalam ajaran islam jika didahului dengan
proses ijab qabul atau pernikahan, sedangkan anak yang dihasilkan dari bukan
proses pernikahan maka dianggap tidak sah. Menurut Kutbuddin (2009:39)
Pernikahan atau perkawinan adalah berasal dari kata “kawin” yang menurut
bahasa artinya membentuk suatu keluarga yang terdiri dari dua jenis laki-laki
dan perempuan dengan tujuan untuk melakukan hubungan kelamin ataw
bersetubuh. Perkawinan juga merupakan salah satu elemen penting dalam
kehidupan manusia dalam hal perkembangan manusia (keturunan), maka tidak
heran jika setiap agama-agama yang ada semuanya telah mengatur tentang
perkawinan bahkan tradisi atau adat di suatu masyarakat. Bahkan didalam
agama Islam sangat menganjurkan untuk melakukan perkawinan antara laki-
laki dan perempuan, dan jika sengaja tidak melakukan perkawinan adalah hal
yang tidak dapat dibenarkan. Islam juga memandang perkawianan mempunyai
nilai keagamaan tersendiri yaitu sebagai suatu ibadah kepada Allah SWT, dan
mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW.
Dengan begitu, akan menimbulkan suatu masalah (status nasab anak)
di atas masalah (menikah dalam kondisi sedang hamil), disebabkan karena
pada dasarnya masyarakat pada umumnya, bahwa status nasab anak itu akan
di nasabkan kepada kudaua orang tuanya, yaitu ayah dan ibunya. Bila mana
sang ayah dan ibunya tersebut menikah dengan cara yang benar dan suasuai
dengan aturan yang telah berlaku di negara Indonesia. Berbeda halanya
dengan kondisi ketika ada seorang anak lahir di luar pernikahan, ataw
menikah dalam keadaan sang ibu sedang mengandung (hamil). Dengan begitu
hal yang seperti inilah yang akan mempengaruhi status dari nasab anak
tersebut, dan kepada siapa yang berhak sang anak pantas dijadikan sebagai
ayahnya menurut aturan hukum yang berlaku di negara kita Indonesia.
Dalam realita yang ada dalam kehidupan sehari-hari banyak
ditemukan permasalahan sosial yang timbul khususnya yang bersangkutan
dengan perniakahn atau perkawinan. Peristiwa yang terjadi disebabkan
pergaulan remaja laki-laki dan perempuan masa kini banyak ditemukannya
kasus-kasus perzinahan yang berujung terjadinya pernikahan tampa rencana,
yang disebabkan mempelai wanitanya dalam keadaan hamil, dan setelah itu
terlahirlah seorang anak yang kemudian anak tersebut dipertanyakan statusnya
apakah anak yang dilahirkan tersebut dapat dikategorikan sebagai anak yang
sah atau malah sebalikanya. Berangkat dari inilah penulis ingin mengkaji
lebih dalam tentang hukum Islam yang khusunya menjelaskan hal tersebut.
Berdasarkan pemikiran dan latar belakang yang di paparkan diatas,
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang: “Status Nasab
Anak Hasil dari Perkawinan Wanita Hamil (Studi Tafsir Al-Azhar Buya
Hamka dalam Al-Qur’an Surah An-Nur Ayat 3).

C. Fokus Penlitian
Berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut maka pokus masalah pada
penelitian ini adalah “Status Nasab Anak Hasil dari Perkawinan Wanita Hamil
(Studi Tafsir Al-Azhar Buya Hamka dalam Al-Qur’an Surah An-Nur Ayat
3)”. Pokus maslah dalam penelitian ini akan dirumuskan dalam masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana status nasab anak hasil perkawinan wanita hamil dalam hukum
islam?
2. Bagaimana tafsir Qur’an surah An-Nur ayat 3 menurut tafsir Al-Azhar
Buya Hamka dan hubungannya dengan status nasab anak hasil dari
perkawinan wanita hamil?
D. Tujuan Penelitian
Secara umum, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui Status Nasab Anak Hasil dari Perkawinan Wanita hamil (Studi
Tafsir Al-Azhar Buya Hamka dalam Al-Qur’an Surah An-Nur Ayat 3).
Sedangkan tujuan khusus penulisan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui status nasab anak hasil dari perkawinan wanita hamil
dalam hukum islam.
2. Untuk mengetahui tafsir Qur’an suran An-Nur ayat 3 menurut tafsir Al-
Azhar Buya Hamka dan hubungannya dengan status nasab anak hasil dari
perkawinan wanita hamil.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan diatas, maka penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat
secara teoritis dan praktis.
1. Secara teoritis
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk menemukan fakta dan
memaparkan realita yang terjadi dengan menuliskannya sebagai informasi
yang nantinya dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang
Status Nasab Anak Hasil dari Perkawinan Wanita Hamil (Studi Tafsir Al-
Azhar Buya Hamka dalam Al-Qur’an surah An-Nur ayat 3).
2. Secara Praktis
a. Bagi pihak Institut Agama Islam Negri ( IAIN) Potianak, paling tidak
penelitian ini dapat dijadikan sumber praktis.
b. Bagi peneliti dan bagi para pembaca, untuk menambah khazanah ilmu
pengetahuan, penelitian ini dapat menjadi referensi. Khususnya
mengenai Status Nasab Anak Hasil dari Perkawinan Wanita Hamil
(Studi Tafsir Al-Azhar Buya Hamka dalam Al-Qur’an surah An-Nisak
ayat 3).

You might also like