Professional Documents
Culture Documents
Anis - Tarjamah1 Peran Makna Dalam Penerjemahan
Anis - Tarjamah1 Peran Makna Dalam Penerjemahan
DALAM
PENERJEMAHAN
Oleh:
Anis Munziah ( 1 9 8 8 2 0 4 0 2 4 )
Pendahuluan
Geliat terjemahan buku-buku asing ke dalam bahasa Indonesia semakin mengelora
dan semakin menunjukkan nafas kehidupan dalam dunia perbukuan Indonesia.
Arus informasi yang begitu terbuka membawa kemungkinan pertukaran informasi,
pengetahuan, dan budaya yang sangat luar biasa antar semua negara. Dan
terjemahan ternyata memiliki fungsi sebagai sarana yang luar biasa.
Dengan penerjemahan, terjadi dinamisasi kemajuan dan perkembangan
ilmu pengetahuan, wawasan dan budaya, karena terjemahan memungkinkan
mereka yang tidak berbahasa asing mengakses ilmu pengetahuan. Terjemahan
juga yang menjadikan kisah orang lain menjadi kisah kita sendiri, kita dapat
merasakan karakternya dan memilikinya secara keseluruhan. Terjemahan pula yang
membawa zaman keemasan bagi Islam, sehingga umat Islam bisa
mengembangkan peradaban yang gilang-gemilang beberapa abad yang lalu.
Pendahuluan
Di tengah-tengah urgensi kegiatan penerjemahan tersebut, ternyata
terdapat banyak buku terjemahan yang saat dibaca, terkesan sukar baik bahasa
maupun isinya. Bukan karena bahasanya yang tinggi sehingga pembaca
kesulitan memahami dan tidak dapat menikmati ketika membaca, akan tetapi juga
karena isi dan makna yang sudah banyak terdistorsi. Meskipun gaya dan
pendekatan yang digunakan oleh para penterjemah tidak sama satu dengan
lainnya, perlu kiranya penterjemah memperhatikan pada salah satu standart
penerjemahan yaitu unsur ketepatan (accuracy). Ketepatan mengacu pada tepat
atau melencengnya makna teks asli (bahasa sumber) saat menterjemahkan ke
bahasa target (bahasa sasaran). Unsur ini merupakan syarat utama karya
terjemahan yang terterima di masyarakat. Bila karya terjemahan sudah tidak
dapat membawa makna orisinal sebuah karya, maka karya terjemahan yang
demikian akan mendistorsi makna yang ingin disampaikan oleh penulis asli.
Pengertian
Penerjemah
01 02
Terjemah Terikat Terjemah Bebas
Tingkat Peristiwa
0 Tingkat Verbal Pertama
0 3
1
● Teori imajinasi tentang makna menjelaskan bahwa makna kata dalam batas-batas imaji yang ada pada otak
(Sapir, 1921:13) penutur (atau pendengarnya). Masalahnya disini ialah bagaimana mengetahui bentuk apa yang
diambil oleh imaji itu, maksudnya adalah bahwa imaji itu tidak dapat dilihat, disamping itu juga tak ada imaji
yang sama yang berlaku untuk satu benda, boleh jadi seseorang mungkin saja memiliki lebih dari satu imaji
untuk ungkapan tunggal seperti imaji tentang segitiga. Keberatan utama terhadap bentuk ekstrim pandangan
imaji menyatakan bahwa imaji itu tidak visual. Seperti Sapir (1921:21), perlu dipertimbangkan misalnya
ungkapan tentang unsur tuturan segitiga adalah lambang, bukan persepsi tunggal, bukan juga bayangan
terhadap benda tertentu, melainkan suatu konsep, dengan kata lain bayangan terhadap sebungkus pikiran yang
meliputi beribu-ribu pengalaman yang berbeda-beda yang siap untuk ditambah dengan ribuan lagi.
Makna Denotatif dan Konotatif
● Makna denotatif adalah makna kamus, makna yang bersifat umum, objektif dan belum
ditumpangi oleh isi, nilai, atau rasa tertentu atau referensi pada sesuatu yang ekstralingual
menurut makna kata yang bersangkutan. Sebaliknya, makna konotatif adalah bersifat
subyektif, dalam pengertian bahwa ada makna lain dibalik makna umum atau makna
denotatif. Oleh karena kemandirian dan subyektivitasnya, maka setiap orang akan
memandang lain terhadap satu kata atau kelompok kata tertentu (Suhendra, 1994:93).
Dalam kehidupan bermasyarakat, kita sering menjumpai katakata konotatif sering
dipergunakan sebagai upaya untuk tidak merusak rasa dan intuisi kebahasaan kita. Sebagai
contoh, kita tidak terbiasa menggunakan kata mati dalam kalimat pak Amir mati tertabrak
mobil, kata “mati” biasanya diperhalus dengan kata-kata meninggal dunia, wafat, berpulang
kerohmatullah, contoh lain seperti denotatif kata penjara adalah kemampuan kata tersebut
untuk berreferensi pada sebuah penjara, sedang konotasi dari kata tersebut adalah negatif
untuk hampir semua penutur, karena alasan yang jelas penghuni penjara sudah tidak punya
kebebasan lagi untuk hidup menurut kehendaknya. Intuisi kebahasaan kita akan menjadi
rusak apabila kita hanya menggunakan kata-kata yang bersifat denotatif, untuk kepentingan
itulah maka kehadiran makna konotatif mutlak diperlukan dalam perbendaharaan linguistik.
Makna Gramatikal dan Makna Leksikal
● Dalam azas-azas linguistik umum J.W.M. Verhaar (2001:386) menyebutan bahwa
dalam keseluruhan sistematik bahasa, semantik memainkan peran yang agak berbeda-
beda, menurut tataran sistematisnya. Secara negatif fonetik –bunyi bahasa menurut
pelafalan dan sifat-sifatnya– tidak berperan secara semantis artinya tidak serta merta
bisa menentukan makna, begitu juga dengan fonologi –bunyi bahasa menurut
fungsinya– fonem-fonem itu jelas tidak membawa makna/arti, namun mempuyai peran
sebagai pembeda makna. Adapun unsur pembawa makna terkecil yang bersifat
gramatikal –sistematika bahasa– adalah morfem –satuan minimal gramatikal, dalam hal
ini morfem terikat artinya yang tidak bisa berdiri sendiri. Disamping morfem, dalam
sistem bahasa (Sintaks, Morfem, Fonem, dan Leksem) sintaks yang berupa fungsi dan
kategori merupakan unsur pembawa makna terbesar dalam memberikan makna suatu
teks. Sedangkan semantik leksikal adalah makna yang terkait dengan perkamusan,
artinya makna yang diberikan oleh kamus yang diawali dengan bentuk pangkal
(pradasar) kata yang bersangkutan. Selain bentuk pradasar ada juga yang
menggunakan bentuk akar, seperti bentuk trikonsonantal Arab.
Makna Kata dan Makna Istilah
Setiap kata memiki makna. Dalam tataran penggunaan kata itu, baru memiliki makna yang
jelas setelah memiliki atau diletekkan dalam konteks tertentu. Makna kata masih bersifat
umum, kasar, dan belum jelas. Berbeda dengan makna istilah, makna ini memiliki makna
yang pasti, yang jelas dan tidak meragukan meskipun tanpa konteks kalimat.
● Pertama, Meluas, yakni bila suatu bentuk kebahasaan mengalami berbagai penambahan makna yang
keseluruhannya digunakan secara umum. Kata menarik yang semula berkaitan dengan tali, maknanya
menjadi meluas sehingga dapat diartikan: cantik, cakap, simpatik, ganteng menyenangkan, baik.
● Kedua, Menyempit, yakni apabila makna suatu kata semakin memiliki spesifikasi atau spesialisasi.
Kata guru, misalnya, pada mulanya bisa diartikan: pembimbing rohani, pengajar silat, dan akhirnya
kata ini memiliki pengertian yang khusus yaitu pengajar di sekolah sebagai salah satu bidang profesi.