Professional Documents
Culture Documents
Modul Fisdas II Sem. Genap 2019-2020
Modul Fisdas II Sem. Genap 2019-2020
2020
Panduan Praktikum
FISIKA DASAR II
SEMESTER GENAP 2019/2020
2018/2019
3
DAFTAR ISI
Cover 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 4
Tata Tertib Praktikum Fisika Dasar 5
Cara Pembuatan Laporan 9
Pendahuluan 12
Percobaan 1. Hukum Ohm 29
Percobaan 2. Hukum Lensa 38
Percobaan 3. Indeks Bias Prisma dan Planparalel 45
Percobaan 4. Gelombang Stasioner (Hukum Melde) 54
Percobaan 5. Tegangan Permukaan 60
Percobaan 6. Resonansi Bunyi 65
Percobaan 7. Konsep Transformator 72
Percobaan 8. Gaya Lorentz 79
4
Tata Tertib Praktikum Fisika Dasar
5
sebelum praktikum dimulai. Kurang dari waktu tersebut
praktikan dianggap gagal melakukan praktikum.
D. Ketentuan
1. Pada dasarnya tidak ada praktikum susulan kecuali bagi yang
berhalangan hadir dikarenakan sakit atau menjadi delegasi
resmi dari kampus. Hal tersebut harus dilengkapi dengan surat
keterangan tidak hadir (dari dokter, dekan, rektor, atau pihak
yang berwenang).
2. Bagi praktikan yang terpaksanya berhalangan hadir seperti
yang tertera dibutir 1, diperbolehkan mengikuti INHALL.
3. Jika praktikan merusakkan atau menghilangkan alat ataupun
fasilitas laboratorium lainnya, maka praktikan harus
mengganti dengan alat yang sama pada praktikum minggu
berikutnya.
4. Pelanggaran terhadap tata tertib ini, praktikan dapat
dikenakan sanksi : peringatan/dinyatakan gagal/dikeluarkan.
5. Komponen penilaian praktikum meliputi :
a. Pretest : 10 %
b. Praktikum : 30 %
c. Laporan : 30 %
d. Ujian Responsi : 20 %
7
6. Apabila praktikan tidak hadir dalam praktikum, nilai pretest,
praktikum dan laporan pada judul praktikum yang
ditinggalkan akan memperoleh nilai NOL.
1. Instrumen Penilaian Lulus Pretest adalah mampu
menjawab dengan baik dan benar 3 dari 5 pertanyaan yang
diajukan asisten.
2. Instrumen Penilaian Praktikum
a. Keaktifan dalam kelompok praktikum.
b. Mampu menggunakan alat praktikum sesuai dengan
prosedur kerja praktikum.
c. Memahami konten konsep bahasan praktikum.
3. Instrumen Penilaian Laporan Praktikum
a. Kelengkapan format laporan praktikum (tertera di
halaman selanjutnya).
b. Orisinalitas karya laporan.
c. Kerapian tulisan dan grafik.
d. Pembahasan laporan minimal 2 paragraf karena
mempunyai komponen nilai tertinggi.
8
Cara Pembuatan Laporan
Praktikum Fisika Dasar
9
10) Lampiran yang memuat :
- Data Hasil Percobaan
- Proses Perhitungan Data
- Penyelesaian Soal Evaluasi
10
Cover depan/halaman pertama Laporan Praktikum
Nama Percobaan
Minggu Ke : ……………………...
11
PENDAHULUAN
1. Umum
Tujuan percobaan-percobaan fisika di Laboratorium Fisika
Dasar adalah untuk melihat secara visual beberapa peristiwa
fisika dalam kejadian sebenarnya, menguji kebenaran hukum
fisika misalnya : hukum lensa, hukum Ohm, dsb., dan mencari
tetapan-tetapan fisika secara kuantitatif. Untuk itu diperlukan
ketelitian dan metode pengamatan.
Mata kuliah praktikum Fisika Dasar ini diberikan agar
mahasiswa :
Memperoleh kecakapan dan ketrampilan dalam memakai dan
memahami kegunaan peralatan laboratorium.
Lebih menghayati materi yang diberikan di kuliah dan
memahami hubungan antara teori dan pengamatan.
Mampu menganalisis, membuat hipotesis, ataupun
kesimpulan dari data yang diperoleh dari hasil percobaan.
Mampu berkomunikasi secara lisan maupun tulisan (melalui
diskusi dan pembuatan laporan), mengenal metodologi
penelitian.
Penelitian dalam arti sebenarnya (mencari solusi baru, inovasi,
dsb.) memang belum dilakukan pada taraf percobaan praktikum
fisika dasar ini, tetapi kegiatan praktikum ini sudah mengarah
kepada cara-cara untuk melakukan suatu penelitian.
12
2. Teori Ralat
Fisika mempelajari gejala alam secara kuantitatif, oleh
karenanya pengukuran besaran fisis merupakan hal yang sangat
penting. Mengukur adalah membandingkan suatu besaran fisis
dengan besaran fisis sejenis sebagai standar yang telah
diperjanjikan terlebih dahulu. Tujuan mengukur adalah untuk
mengetahui nilai ukur besaran fisis dengan hasil yang akurat.
Suatu benda yang diukur berulang, maka setiap pengukuran
boleh jadi memberikan angka ukur yang berbeda, demikian juga
jika besaran fisis yang sama diukur oleh orang lain. Jadi usaha
untuk memperoleh hasil ukur yang tepat betul tidak pernah
tercapai, dan yang bisa dicapai hanyalah memperoleh hasil
terboleh jadi betul, dan nilai kisaran hasil ukur.
Jika besaran fisis yang diukur (x) maka hasil ukur terboleh
jadi betul adalah nilai rerata pengukuran (x ) , dan kisaran hasil
13
2.1 Sumber-Sumber Ralat
Setiap hasil pengukuran tidak pernah lepas dari suatu ralat.
Sumber-sumber ralat dapat dikelompokkan menjadi tiga macam,
yaitu : ralat sistematik (systematic error), ralat rambang (random
error), dan ralat kekeliruan tindakan.
1. Ralat Sistematik
Ralat kelompok ini memberikan efek yang tetap nilainya
terhadap hasil ukur, dan dapat dihilangkan apabila diketahui
sumber-sumbernya, antara lain faktor-faktor berikut :
a. Alat
Misalnya : kesalahan kalibrasi, meter arus tidak
menunjukkan nol sebelum digunakan (zero error),
ketidakelastisan benda/fatigue.
b. Pengamat
Misalnya karena ketidakcermatan pengamat dalam
membaca skala. Hal ini bisa disebabkan selama
pembacaan mata pengamat terlalu ke bawah atau ke atas
terhadap objek yang diamati sehingga nilai yang terbaca
tergeser dari nilai sebenarnya (paralaks).
c. Kondisi Fisis Pengamatan
Misalnya karena kondisi fisis saat pengamatan tidak sama
dengan kondisi fisis saat peneraan alat, sehingga
mempengaruhi penunjukan alat.
d. Metode Pengamatan
14
Ketidaktepatan dalam pemilihan metode akan
mempengaruhi hasil pengamatan, misalnya sering terjadi
kebocoran besaran fisis seperti panas, cahaya, dsb.
2. Ralat Rambang
Setiap pengukuran yang dilakukan berulang atau pengamatan
berulang untuk besaran fisis yang tetap, ternyata nilai setiap
pengukuran itu berbeda. Ralat yang terjadi pada pengukuran
berulang ini disebut ralat rambang, atau ralat kebetulan atau
ralat random.
Faktor-faktor penyebab ralat rambang antara lain sebagai
berikut :
a. Ketepatan penaksiran
Misalnya penaksiran terhadap penunjukkan skala oleh
pengamat yang berbeda dari waktu ke waktu.
b. Kondisi fisis yang berubah (berfluktuasi)
Misalnya karena suhu atau tegangan listrik yang
digunakan tidak stabil (berfluktuasi).
c. Gangguan
Misalnya adanya medan magnet yang kuat disekitar alat-
alat ukur listrik sehingga dapat mempengaruhi
penunjukkan meter-meter listrik.
d. Definisi
Misalnya karena penampang pipa tidak berbentuk
lingkaran sempurna maka penentuan diameternyapun
akan menimbulkan ralat.
15
3. Ralat Kekeliruan Tindakan
Kekeliruan tindakan oleh pengamat atau pengukur dapat
terjadi dalam bentuk sebagai berikut :
a. Salah berbuat
Misalnya salah membaca, salah pengaturan
situasi/kondisi, salah membilang (misalnya jumlah ayunan
11 kali terbilang 10 kali).
b. Salah hitung
Terutama terjadi pada hitungan dengan pembulatan.
1. Ralat Pengamatan
Telah diuraikan di atas, bila pengukuran atau pengamatan
dilakukan beberapa kali pada besaran yang diukur secara
17
langsung, hasilnya berbeda-beda. Misalnya dilakukan
pengukuran sebanyak n kali dengan hasil pengukuran yang
x
n
x1 x2 x3 ... xn
x
i i
(1)
n n
Selisih atau penyimpangan antara nilai ukur ke i dengan nilai
ukur rerata dinamakan deviasi (misal berlambang ), maka :
xi xi x (2)
x i
2
x i x
2
x i
i (3)
n(n 1) n(n 1)
x x
x r atau xr 100% (4)
x x
18
Selanjutnya harga atau nilai dari pengukuran (x) dapat
ditulis:
x x x (5)
Nilai pengukuran, seringkali dinyatakan dengan kesaksamaan
19
Dari tabel diperoleh informasi bahwa:
n n
n 10 xi 355,90 (x ) 0,0030
2
i (6)
i i
n
xi
x i
35,590 (7)
n
sedangkan deviasi standarnya
n
x
2
i
0,0030
x i
0.00577 (8)
n(n 1) 90
2. Ralat Perambatan
Seringkali besaran fisis tidak diukur secara langsung,
tetapi dihitung dari pengukuran unsur-unsurnya. Misal
volume sebuah balok dihitung dari perkalian antara panjang,
lebar dan tebal balok yang diukur, kelajuan dihitung dari jarak
20
tempuh dengan waktu tempuhnya, dsb. Pada pengukuran
panjang, lebar dan tebal balok masing-masing pengukurannya
memberikan ralat, maka dalam perhitungan volume balokpun
akan menimbulkan ralat sebagai hasil perpaduan ralat dari
setiap sisi yang diukur langsung. Ralat yang timbul sebagai
hasil perhitungan ini dinamakan ralat perhitungan atau ralat
rambatan. Nilai terbaik sangat bergantung pada nilai terbaik
variabel unsurnya.
Secara matematis bila besaran V gayut variabelnya adalah
( x, y, z ) , sehingga V V ( x, y, z ) , maka nilai terbaiknya
x x x y y y z z z
Dimana:
V
merupakan turunan parsial peubah V terhadap
x
V
peubah x , merupakan turunan parsial peubah V
y
21
V
terhadap peubah y , merupakan turunan parsial
z
peubah V terhadap peubah z .
Perhatikan dua contoh berikut.
Contoh 1 :
V
l t (4,26)(3,43) 14,6118
p
V
pt (6,21)(3,43) 21,3003
l
V
pl (6,21)(4,26) 26,4546
t
Berikutnya, deviasi standar reratanya adalah :
22
2 2 2
V V 2 V 2
V p 2 l t
p l t
V (14,6118) 2
(0,02) 2 (21,3003) 2 (0,01) 2 (26,4546 ) 2 (0,01) 2
= 0,4480
Contoh 2 :
Dalam menentukan jarak titik api (f) lensa cembung, besaran
yang diukur secara langsung ialah jarak dari benda ke lensa
atau jarak benda (s) dan jarak dari lensa ke layar atau jarak
bayangan(s’). Misal dari hasil pengukuran langsung diperoleh
: s (32,4 0,1) cm dan s' (13,7 0,1) cm. Telah
diketahui pada lensa tipis berlaku hubungan antara f , s, dan
s’ yakni :
1 1 1
atau :
f s s'
s.s ' (32,4)(13,7) 443,88
f 9,63 cm.
s s" 32,4 13,7 46,1
23
f s2 (32,4) 2 1049 ,76
0,4940
s ' ( s s ' ) 2
(32,4 13,7) 2
2125,21
Deviasi standar rerata dari f adalah :
2 2
f f
f s 2 s' 2
s s '
3. Metode Grafik
Hasil percobaan apabila hanya disajikan dalam bentuk
angka-angka saja mestinya kurang menarik selain
menjemukan. Hasil percobaan akan menarik apabila angka-
angka tersebut dapat di visualisasikan dalam bentuk grafik
atau kurva dari variabel yang dikehendaki.
Analisis data dengan metode grafik lebih praktis dan
memudahkan pandangan. Meskipun demikian tidak semua
percobaan hasilnya dapat dianalisis dengan metode grafik.
Kegunaan grafik
a. Grafik sangat menolong melalui pandangan (visual aid),
maksudnya dengan mengamati bentuk grafik saja,
pembaca bisa memperoleh banyak informasi. Misal dapat
diketahui di tempat mana atau saat kapan mulai ada
perbedaan antara hasil hitungan dan hasil pengamatan,
24
dapat diketahui dengan mudah letak benar dan salahnya
dalam menganalisis data, dan sebagainya.
b. Grafik dapat digunakan untuk membandingkan
eksperimen dengan teori.
c. Grafik dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan
empiris antara dua besaran, meskipun pelaku percobaan
belum pernah menyelidiki hubungan teoritis antara dua
besaran tersebut.
d. Grafik dapat digunakan untuk menentukan konstanta atau
koefisien dari suatu rumus, membuktikan rumus.
Membuat grafik
Untuk mendapatkan grafik yang baik, maka perlu
diperhatikan dasar-dasar pembuatan grafik sebagai berikut.
a. Pilihlah sumbu mendatar atau sumbu x atau absis sebagai
besaran sebab atau variabel bebas, dan sumbu tegak atau
sumbu y atau ordinat sebagai besaran efek atau akibat atau
variabel bergantung. Pemilihan besaran pada absis dan
ordinat harus bersesuaian dengan keadaan yang paling
menguntungkan, misalnya bisa menghapus ralat
sistematis.
b. Persamaan yang digunakan harus persamaan linier. Misal
1
hukum Boyle pV k atau p k , dengan k =
V
konstan, agar persamaannya linier maka sumbu x adalah :
25
1
sedangkan sumbu y adalah : p . Contoh lagi :
V
1 2 gr 2 B F
, dimana t : waktu dan r : jari-jari,
t 9 s
sebaiknya sumbu x diambil besaran : r 2 dan sumbu y :
1 d
besaran : . Contoh lagi misal I I 0 e sebaiknya
t
diubah menjadi ln I ln I 0 d dengan sumbu x :
26
g. Penulisan angka pada sumbu-sumbunya hendaknya yang
sederhana, misal jangan dituliskan angka 0,000005 tetapi
5x10-6.
h. Berilah tanda yang jelas pada titik-titik pengamatan,
gunakan tanda berbeda bila melukiskan beberapa kurva di
satu grafik.
i. Tarik garis grafik secara halus dan merata (atau garis
lurus) yang menerusi daerah titik-titik pengamatan, jangan
melukis garis patah-patah yang menghubungkan tiap dua
titik pengamatan yang berurutan.
j. Grafik garis lurus jangan dipaksa ditarik melalui titik nol,
tetapi hendaknya ditarik garis lurus yang paling cocok
melalui daerah titik-titik pengamatan. Dengan cara ini
mungkin satu atau lebih ralat sistematis akan terungkap.
k. Garis ditarik melalui titik-titik data terboleh jadi, artinya
tidak setiap titik data harus dilalui. Slope ketidakpastian
ditarik dari titik data paling menyimpang di kedua ujung
data dan dihubungkan dengan titik tengah (pusat) data.
Kedua garis itu memberi makna, bahwa siapapun yang
menarik garis selalu antara garis terboleh jadi dan garis
ketakpastian.
l. Garis yang melalui titik-titik data terbolehjadi
memberikan slope terbolehjadi, sedangkan garis yang
melalui ujung titik data grafik yang paling menyimpang
memberikan slope ketidakpastian. Slope terbolehjadi dan
27
slope ketidakpastian digunakan untuk menentukan nilai
ukur (yang dituju) terboleh jadi dan ketidakpastiannya.
28
Percobaan 1
HUKUM OHM
I. Tujuan
1. Memahami prinsip Hukum Ohm
2. Mempelajari pengaruh hambatan yang dirangkai secara seri
dan paralel terhadap besarnya tegangan dan arus listrik
3. Menentukan besarnya hambatan listrik dengan menggunakan
hubungan antara tegangan dan arus listrik
29
Q dQ
I lim (1)
t 0 t dt
Satuan untuk arus listrik adalah Ampere atau Coulomb per detik
(C/s).
5
tegangan V (volt)
2
α
1
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3
kuat arus I (ampere)
30
Jika kemiringan grafik disebut hambatan R, maka hubungan
antara tegangan V dan kuat arus I dapat dinyatakan dengan
persamaan :
R = tan α (2)
di mana α adalah sudut antara sumbu kuat arus dan garis grafik.
atau
V=IR (3)
Persamaan (3) dinyatakan oleh Simon Ohm, sehingga
dinamakan hukum ohm, yang berbunyi : tegangan V pada
komponen yang memenuhi hukum ohm adalah sebanding
dengan kuat arus I yang melalui komponen tersebut, jika suhu
dijaga konstan.
V
Persamaan (3) dapat pula ditulis R ; sehingga satuan SI
I
untuk hambatan adalah volt per ampere (V/A) atau ohm (Ω).
a x y b R2
a
R1 R2 R3 R3
I I
seri paralel
Gambar 1.3 Rangkaian hambatan seri dan paralel
31
Hambatan ekivalen: hambatan tunggal dari gabungan beberapa
resistor.
32
1 1 1
I I1 I 2 I 3 Vab
R1 R2 R3
I 1 1 1 (6)
Vab R1 R2 R3
1 1 1 1
Rek R1 R2 R3
I1 R2
(8)
I 2 R1
33
9. Power Supply, 0-12 V DC, 6 V AC, 12 V AC 1
34
6. Lihat nilai arus pada masing-masing resistor yang terukur
multimeter!
7. Catat nilai tegangan dan arus pada setiap perubahan
tegangan power supply pada tabel data percobaan.
8. Ulangi percobaan untuk skema C!
Skema Percobaan
Skema A Skema B
v 100 Ω 100 Ω
L
A A
ε ε
Skema C
100 Ω
100 Ω
A
35
V. Metode Analisa Data
1. Buatlah tabel antara tegangan (V) dan kuat arus (I) dan
tentukan nilai hambatan (R) dengan menggunakan hukum
Ohm!
VI. Evaluasi
1. Apakah nilai hambatan (R) dipengaruhi oleh arus dan
tegangan sumber? Jelakan pendapat anda!
2. Setelah didapatkan nilai tegangan dan arus pada rangkaian
seri dan paralel, apa yang dapat disimpulkan dari data anda
dan jelaskan!
36
3. Jelaskan kembali konsep hukum Ohm setelah anda
bereksperimen!
VII. Referensi
Tipler, 2001, Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga, Jilid
2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sears dan Zemansky, 2003, Fisika Universitas Jilid 2, Hugh D.
Young & Roger A. Freedman, Penerbit Erlangga, Jakarta.
David Halliday& Robert Resnick, 1993, Fisika Jilid 2, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Giancolli, 2001, Fisika Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sutrisno, 1979, Seri Fisika, Fisika Dasar: Listrik Magnet dan
Termofisika, Penerbit ITB, Bandung.
37
Percobaan 2
HUKUM LENSA
I. Tujuan
1. Memahami sifat-sifat dasar lensa
2. Memahami proses pembentukan bayangan pada lensa
3. Memahami sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa
negatif dan positif
4. Menentukan panjang fokus dan daya lensa positif dan
negatif
Gambar 2.1. Bentuk standar lensa: (a) lensa positif dan (b) lensa
negatif.
38
Perihal pembiasan oleh lensa diuraikan dengan memakai
metode seperti permukaan lengkung secara berturutan.
Bayangan yang dibentuk oleh permukaan pertama menjadi
benda untuk permukaan kedua. Gambar (4.2) memperlihatkan
sinar-sinar yang memancar dari titik Q (dari benda PQ).
Permukaan pertama lensa L membentuk bayangan semu di titik
Q’. Bayangan ini seolah-olah menjadi benda bagi permukaan
kedua yang membentuk bayangan dari Q’ di Q”.
Jarak s1 adalah jarak benda untuk permukaan pertama, s1’
adalah jarak bayangannya. Jarak benda untuk permukaan kedua
dalah s2, sama dengan s1’ditambah tebal lensa t, dan s2’ adalah
jarak bayangan dari permukaan kedua.
Jika lensa tipis tebal t kecil jika dibanding dengan s1, s1’, s2
dan s2’ sehingga dapat diabaikan. Dengan demikian s1’ dapat
dianggap sama dengan s2, serta pengukuran jarak benda dan
bayangan dapat dilakukan dari vertex lensa, misalkan kedua sisi
lensa dilingkupi udara (indeks bias 1,0).
Untuk pembiasan oleh permukaan pertama, persamaan
pembentukan bayangan adalah :
1 n n 1
(1)
s1 s R1
1
39
Jika kedua persamaan di atas dijumlahkan, maka s2 = t-s1 dan
mengingat bahwa lensa sedemikian tipisnya sehingga s2 = -s1’,
sehingga diperoleh :
1
n 1
1 1 1
(3)
s1 s R1 R2
2
Q’
L
Q
P’ y P’’
P y
Q’
’
S1 t
S1 S2
’ S2 ’
1 1
n 1
1 1
(4)
s s 1
R R 2
1
n 1
1 1
(5)
f R1 R2
40
Persamaan ini dikenal dengan persamaan pembuat lensa.
Substitusi persamaan (4) ke dalam persamaan (5) menghasilkan:
1 1 1
(6)
s s f
Persamaan ini dikenal sebagai persamaan lensa tipis
rumusan Gauss, dinamakan demikian sebagai penghargaan
kepada ahli matematika Karl F. Gauss.
Perbesaran yang dihasilkan oleh sebuah lensa adalah hasil
perbesaran dari tiap-tiap permukaannya, untuk lensa tipis
berlaku :
s
M atau
s
y
M (7)
y
Bila panjang fokus lensa dinyatakan dalam cm, maka daya
lensa didefinisikan sebagai:
1
D (8)
f
41
6. Layar 1
7. Objek 1
42
No 1 1 1 D
s s' f
1
2. Dari persamaan (6) buatlah grafik hubungan antara dan
s
1
dalam kertas millimeter. Garis linear tersebut
s'
diperpanjang sehingga memotong absis dan ordinat grafik.
Tentukan panjang fokus f dari lensa dengan menggunakan
titik potong grafik terhadap sumbu-sumbunya. Tentukan
pula daya lensa menggunakan persamaan (8) dan
ketidakpastiannya.
3. Jelaskan karakteristik bayangan yang terbentuk oleh lensa
positif dan lensa negative hasil percobaan!
VI. Evaluasi
1. Jelaskan sifat-sifat bayangan nyata dan maya yang dibentuk
oleh lensa!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan titik api!
3. Untuk melukiskan bayangan, biasanya digunakan 3 sinar
istimewa. Gambarkan dan beri penjelasannnya!
43
4. Mengapa lensa positif disebut lensa konvergen ?
VII. Referensi
Tipler, 2001, Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga, Jilid
2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sears dan Zemansky, 2003, Fisika Universitas Jilid 2, Hugh D.
Young & Roger A. Freedman, Penerbit Erlangga, Jakarta.
David Halliday& Robert Resnick, 1993, Fisika Jilid 2, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Giancolli, 2001, Fisika Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Tim praktikum fisika dasar. 2009. Buku Panduan Praktikum
Fisika Dasar, Jurusan Fisika FMIPA UNNES Semarang.
44
Percobaan 3
I. Tujuan
1. Menentukan indeks bias lensa planparalel
2. Menentukan indeks bias prisma
3. Menentukan deviasi minimum prisma
1 2
Jika hubungan-hubungan di atas dikombinasikan, diperoleh :
45
1 2
Hubungan terakhir ini berarti bahwa sinar yang keluar sejajar
dengan sinar datang.
n 1
n’ 1’
2 Q
n P
2’
46
Meskipun metodenya cukup mudah, persamaan untuk
menentukan δ pada umumnya agak sulit. Tetapi yang sudah
jelas adalah jika sudut datang berkurang maka sudut deviasinya
mulanya berkurang kemudian bertambah besar lagi. Sudut
deviasi akan berharga minimum jika sinar melalui prisma secara
simetris, seperti ditunjukkan oleh gambar 3.2b. Sudut δm
disebut deviasi minimum. Dalam keadaan khusus seperti itu,
hubungan antara δm dengan sudut prisma dan indeks biasnya
dinyatakan dalam persamaan :
m
sin A
n 2 (2)
A
sin
2
A A A
2 2
δm
δ1
n
1’
(a) (b)
Gambar 3.2. (a) Deviasi oleh prisma, (b) Deviasi minimum terjadi jika sinar
melalui prisma secara simetri
n
A m
atau
A
m n 1A (3)
48
tersebut, gambar segi empat dengan cara menggaris tepi kaca
plan paralel.
2. Tancapkan jarum / paku kira-kira di tengah garis panjang
dari segi empat yang telah dibuat, sejajar dan menempel
salah satu sisi kaca. Kemudian tancapakan satu jarum lagi di
sembarang titik di sisi kaca tidak menempel dan membentuk
sudut terhadap garis normal sisi kaca.
Jarum/paku
n 1
(a) (b)
mata
Gambar 3.3 Skema susunan percobaan penentuan indeks bias kaca plan paralel.
(a) Jarum atau paku sebagai representasi benda dan bayangan, (b)
Analisis jalannya sinar dan besarnya sudut datang dan sudut bias.
49
4. Singkirkan kaca plan paralel dari atas kertas, kemudian cabut
pula jarum-jarumnya. Perhatikan titik-titik lubang berkas
menancapnya jarum.
5. Hubungkan titik-titik lubang berkas jarum sehingga
membentuk garis. Buatlah juga garis normal sisi kaca yang
melewati titik lubang jarum.
6. Ukur sudut datang dan sudut bias dengan menggunakan
busur pengukur sudut. Ukur pula jarak pergeseran antara
sinar yang masuk dan sinar yang keluar kaca. Catat hasil
pengukuran Anda pada tabel.
7. Lakukan kegiatan 1 s/d 6 sebanyak 5 kali, untuk beberapa
sudut datang yang berbeda.
50
prisma
mat
a
Gambar 3.4 Skema susunan alat percobaan penentuan indeks bias
prisma
3. Dari sisi prisma yang lain lihatlah dua jarum tadi lewat dalam
prisma. Gerakkan kepala Anda sehingga melihat kedua
jarum tadi berhimpit. Tancapkan dua jarum lagi, salah satu
jarum menempel pada prisma sedangkan jarum yang lain
tidak menempel. Keempat jarum tersebut harus terlihat
berhimpit satu dengan yang lainnya.
4. Singkirkan prisma dari atas kertas, kemudian cabut pula
jarum-jarumnya. Perhatikan titik lubang berkas
menancapnya jarum.
5. Hubungkan titik-titik lubang berkas jarum sehingga
membentuk garis. Buat juga garis normal sisi prisma yang
melewati titik lubang jarum.
6. Ukur sudut sinar datang dan sudut sinar bias (deviasi
pertama) terhadap garis normal sisi pertama prisma. Catat
hasil-hasil pengukuran saudara pada tabel.
51
7. Lakukan kegiatan 1 s/d 7 untuk beberapa sudut datang yang
berbeda yaitu untuk sudut datang 300, 350, 400, 450, 500, 550,
600, 650, 700 dan 750.
A
Gambar 3.5 Analisis jalannya
δ sinar dan sudut deviasi
prisma, δ1 adalah sudut
δ1 deviasi oleh permukaan
pertama, δ adalah sudut
deviasi prisma
n
52
VI. Evaluasi
1. Jelaskan hubungan antara sudut datang dengan sudut bias
terhadap garis normal berdasarkan percobaan pada lensa
planparallel !
2. Bagaimana hubungan antara besar pergeseran dengan besar
sudut datang? Nyatakan juga pernyataan Saudara dengan
perumusan matematis?
3. Bandingkan hasil yang diperoleh dalam penentuan indeks
bias prisma jika menggunakan hukum snellius dan deviasi
minimum!
VII. Referensi
Tipler, 2001, Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga, Jilid
2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sears dan Zemansky, 2003, Fisika Universitas Jilid 2, Hugh D.
Young & Roger A. Freedman, Penerbit Erlangga, Jakarta.
David Halliday& Robert Resnick, 1993, Fisika Jilid 2, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Sutrisno, 1979, Seri Fisika, Fisika Dasar: Listrik Magnet dan
Termofisika, Penerbit ITB, Bandung.
Tim praktikum fisika dasar. 2009. Buku Panduan Praktikum
Fisika Dasar, Jurusan Fisika FMIPA UNNES
Semarang.
53
Percobaan 4
GELOMBANG STASIONER
(HUKUM MELDE)
I. Tujuan
1. Memahami konsep gelombang stasioner
2. Mempelajari pola gelombang stasioner dalam dawai
3. Menentukan cepat rambat gelombang dalam dawai
4. Menentukan frekuensi sumber getar
54
Berdasarkan amplitudonya (simpangannya), gelombang
dapat dikategorikan dalam 2 jenis, yakni gelombang berjalan
dan gelombang diam (stasioner). gelombang yang amplitudonya
tetap pada titik yang dilewatinya disebut dengan gelombang
berjalan. Sedangkan gelombang yang amplitudonya tidak tetap
pada titik yang dilewatinya dinamakan gelombang stasioner.
Gelombang stasioner terbentuk dari interferensi dua buah
gelombang datang dan pantul yang masing-masing memiliki
frekuensi dan amplitudo sama tetapi fasenya berlawanan.
Besaran yang khas pada materi gelombang dan yang
membedakan dari materi bahasan getaran, adalah besaran
panjang gelombang. Panjang gelombang pada gelombang
stasioner dapat diamati dari tampilan simpul dan perutnya.
Simpul adalah amplitudo minimum atau tidak ada simpangan,
sedangkan perut adalah amplitudo maksimum.
Gelombang berdiri atau gelombang stasioner pada dawai
gitar dihasilkan dari interferensi gelombang datang dan
gelombang pantul. Panjang gelombang pada gelombang berdiri
dapat diamati dari tampilan simpul dan perutnya. Gelombang
berdiri mempunyai amplitudo yang berbeda di setiap titiknya.
Amplitudo maksimum disebut perut, sedangkan amplitudo nol
atau tidak ada simpangan disebut dengan simpul.
Hukum Melde
Percobaan Melde digunakan untuk menyelidiki cepat rambat
gelombang transversal dalam dawai.
55
Perhatikan gambar di bawah ini.
56
dengan
F = Gaya berat (N)
m = massa beban (kg)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
Frekuensi gelombang sama dengan frekuensi sumbernya,
sedangkan laju gelombang pada dawai ditentukan oleh tegangan
dan kerapatan massa linear dawai. Secara matematik laju
gelombang pada dawai dinyatakan dalam bentuk persamaan
sebagai berikut:
(3)
(4)
dengan
v = cepat rambat gelombang dalam dawai (m/s)
F = Tegangan dalam dawai (N)
μ = rapat massa dawai (kg/m)
V. Metode Analisa
a. Buatlah tabel hasil pengamatan sebagaimana berikut :
Panjang benang = m
Massa benang = kg
No m (kg) λ (m)
58
d. Dalam setiap hasil analisa data harus ditentukan ketelitian
dan ketepatan pengukuran
VI. Evaluasi
1. Dari hasil eksperimen anda jelaskan apa yang dimaksud
gelombang stasioner?
2. Jelaskan pengaruh penambahan atau pengurangan beban
pada pola gelombang stasioner?
3. Apakah cepat rambat gelombang dipengaruhi oleh massa dan
panjang tali?
VII. Referensi
Tipler, 2001, Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga, Jilid
2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sears dan Zemansky, 2003, Fisika Universitas Jilid 2, Hugh D.
Young & Roger A. Freedman, Penerbit Erlangga, Jakarta.
David Halliday& Robert Resnick, 1993, Fisika Jilid 2, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Giancolli, 2001, Fisika Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Tim praktikum fisika dasar. 2009. Buku Panduan Praktikum
Fisika Dasar, Jurusan Fisika FMIPA UNNES Semarang.
Sutrisno, 1979, Seri Fisika, Fisika Dasar: Listrik Magnet dan
Termofisika, Penerbit ITB, Bandung.
59
Percobaan 5
TEGANGAN PERMUKAAN
I. Tujuan
1. Memahami konsep fisis tegangan permukaan pada zat cair.
2. Menentukan tegangan permukaan zat cair sebagai fungsi
temperatur.
E
A (1)
F
(2)
60
Tegangan permukaan pada zat cair akan naik seiring dengan
kenaikan temperatur, secara matematis hubungannya dituliskan
sebagai berikut :
m Vm2/ 3 (5)
VI. Evaluasi
1. Dari hasil eksperimen anda jelaskan apa yang dimaksud
tegangan permukaan?
2. Jelaskan pengaruh penambahan atau pengurangan minyak
goreng pada tegangan permukaan cairan?
3. Apakah tegangan permukaan dipengaruhi oleh temperatur?
63
VII. Referensi
Tipler, 2001, Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga, Jilid
2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sears dan Zemansky, 2003, Fisika Universitas Jilid 2, Hugh D.
Young & Roger A. Freedman, Penerbit Erlangga, Jakarta.
David Halliday& Robert Resnick, 1993, Fisika Jilid 2, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Giancolli, 2001, Fisika Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
64
Percobaan 6
RESONANSI BUNYI
I. Tujuan
1. Memahami gejala resonansi
2. Memahami gelombang bunyi dalam tabung
3. Menentukan cepat rambat bunyi di udara
65
s
p Kolom udara
s Kolom udara
p
ln k
2n 1 λ
atau
4
ln
2n 1 λ k
(3)
4
66
Dengan demikian rata-rata dapat dihitung, jika setiap terjadi
resonansi panjang kolom udara diukur.
Jika cepat rambat bunyi di udara adalah v sedangkan frekuensi
garpu penala/ frekuensi sumber bunyi ( f ) dan panjang
gelombang ( ) akan berlaku hubungan :
v f (4)
Kombinasi persamaan (1) dan (4) akan memberikan hubungan :
v1
l1 k (5)
4f
sedangkan kombinasi antara persamaan (3) dan (4) akan
memberikan hubungan :
2v v
ln n k atau
4f 4f
2v
ln n C (6)
4f
v
dimana n = 1,2,3,… adalah orde resonansi, dan C k
4f
adalah tetapan.
Cepat rambat bunyi dalam percobaan ini adalah cepat rambat
bunyi ketika suhunya t 0 C atau T kelvin yaitu suhu pada saat
percobaan. Karena cepat rambat bunyi di udara berbanding lurus
dengan akar suhu mutlaknya, maka cepat rambat bunyi pada
67
vt T T
(7)
v0 T0 273
Cepat rambat bunyi pada suhu kamar atau 270 C mestinya dapat
dihitung dengan mengacu ke v0 .
69
Tabel 2 untuk variasi frekuensi sumber bunyi
n = ...
No l (m) λ (m) f (Hz)
VI. Evaluasi
1. Apakah yang dimaksud dengan resonansi dan apa syarat
terjadinya resonansi ?
2. Mengapa jarak antara permukaan tabung harus
diperhitungkan dalam percobaan ini ? Apakah jarak ini perlu
diukur dalam percobaan ?
3. Bunyi dengan frekuensi f merambat di udara pada suhu
tertentu dengan kecepatan v , bila frekuensinya dinaikkan
menjadi 2 f dengan suhu yang sama apakah cepat
rambatnya juga menjadi 2 v ? Jelaskan
4. Apa yang dimaksud dengan gelombang diam? Beri
penjelasan !
5. Selain gelombang longitudinal diam, adakah gelombang
transversal diam ? Jika ada berikan contohnya, jika tidak ada
mengapa?
70
VIII. Referensi
Tipler, 2001, Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga, Jilid
2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sears dan Zemansky, 2003, Fisika Universitas Jilid 2, Hugh D.
Young & Roger A. Freedman, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
David Halliday& Robert Resnick, 1993, Fisika Jilid 2, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Tim praktikum fisika dasar. 2009. Buku Panduan Praktikum
Fisika Dasar, Jurusan Fisika FMIPA UNNES Semarang.
71
Percobaan 7
PRINSIP TRANSFORMATOR
I. Tujuan
1. Mempelajari prinsip kerja transformator step up.
2. Mempelajari prinsip kerja transformator step down.
72
Jenis-jenis transformator
a. Transformator Step Up
Transformator Step Up adalah transformator yang digunakan
untuk menaikkan tegangan bolak-balik (AC). Pada
transformator ini, jumlah lilitan kumparan sekunder lebih
banyak daripada lilitan kumparan primer.
b. Transformator Step Down
Transformator Step Down adalah transformator yang
digunakan untuk menurunkan tegangan bolak-balik (AC).
Pada transformator ini, jumlah lilitan kumparan primer lebih
banyak daripada jumlah lilitan kumparan sekunder.
73
berubah arah sehingga arus listrik yang dihasilkan pada
kumparan sekunder akan berubah polaritasnya.
(1)
Vp = tegangan primer (volt)
Vs = tegangan sekunder (volt)
Np = jumlah lilitan primer
Ns = jumlah lilitan sekunder
Pada transformator (trafo) besarnya tegangan yang dikeluarkan
oleh kumparan sekunder adalah:
1. Sebanding dengan banyaknya lilitan sekunder (Vs ~ Ns).
2. Sebanding dengan besarnya tegangan primer ( VS ~ VP).
3. Berbanding terbalik dengan banyaknya lilitan primer ,
74
Sehingga dapat dituliskan:
75
7. Colokkan kabel power supply ke sumber listrik PLN, lalu
tekan saklar on pada power supply.
8. Amati nilai yang ditunjukkan oleh dua multimeter. Catat
nilai ini ke dalam table.
9. Tekan off power supply.
10. Gantilah jumlah lilitan kumparan sekunder dengan
mengganti tap, sehingga dihasilkan 112 lilitan.
11. Catat nilai tegangan yang dihasilkan setelah di on kan.
12. Lakukan hal di atas untuk jumlah lilitan yang lebih kecil.
Prinsip step up
1. Pada coil yang akan dijadikan kumparan primer, pilihlah 2
tap sehingga menghasilkan 42 lilitan.
2. Hubungkan kumparan primer ke power supply AC 6 V.
3. Hubungkan secara paralel, Kumparan primer dengan
multimeter. Kemudian letakkan selector pada voltmeter AC
10 V.
4. Pada koil yang ditentukan sebagai kumparan sekunder, pilih
tap 42 lilitan.
5. Hubungkan kumparan sekunder dengan multimeter.
Letakkan selector pada voltmeter AC 30 V.
6. Colokkan kabel power supply ke sumber listrik PLN, lalu
tekan saklar on pada power supply.
7. Amati nilai yang ditunjukkan oleh dua multimeter. Catat
nilai ini ke dalam tabel.
8. Tekan off power supply.
76
9. Gantilah jumlah lilitan kumparan sekunder dengan
mengganti tap sehingga jumlah lilitannya lebih besar dari
kumparan primer.
10. Catat nilai tegangan yang dihasilkan setelah di on kan.
11. Lakukan hal di atas untuk jumlah lilitan yang lebih besar.
Prinsip step Up
No Np Ns Vs Vp
77
VI. Daftar Pustaka
PHYWE series of publications • Laboratory Experiments •
Physics • PHYWE SYSTEME GMBH • Göttingen,
Germany.
Tipler, 2001, Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga, Jilid
2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sears dan Zemansky, 2003, Fisika Universitas Jilid 2, Hugh D.
Young & Roger A. Freedman, Penerbit Erlangga, Jakarta.
David Halliday& Robert Resnick, 1993, Fisika Jilid 2, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Giancolli, 2001, Fisika Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sutrisno, 1979, Seri Fisika, Fisika Dasar: Listrik Magnet dan
Termofisika, Penerbit ITB, Bandung.
78
Percobaan 8
GAYA LORENTZ
I. Tujuan
1. Mempelajari konsep gaya Lorentz
2. Menentukan arah gaya Lorentz
3. Mempelajari induksi magnetik
4. Menentukan besarnya medan magnet
79
Sehingga besarnya gaya Lorentz yang dialami oleh konduktor
dapat dituliskan menjadi :
FL = B.I.L (3)
Arah gaya Lorentz terhadap B dan I pada konduktor dapat
diilustrasikan seperti pada Gambar 8.1 dibawah ini
81
- Seimbangkan posisi timbangan dengan memutar
skala pada timbangan.
- Catat gaya yang terukur pada tabel.
V. Metode Analisa
1. Catatlah hasil pengamatan anda dalam tabel
a.1 Untuk l konstan, l = ... m
No I (A) m (kg) F (N)
82
3. Buatlah grafik antara F dan I, kemudian tentukan nilai B dari
gradien grafik untuk percobaan dengan l konstan.
4. Hitunglah nilai B dengan menggunakan persamaan 3.
5. Tentukanlah ketelitian dan ketepatan pengukuran.
VI. Evaluasi
1. Jelaskan secara singkat dan jelas, tentang Gaya Lorentz!
2. Bagaimana hubungan antara arus dan besarnya gaya pada
suatu kumparan yang dialiri arus?
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan induksi magnetik!
4. Gambarkan grafik hubungan antara besarnya gaya Lorentz
sebagai fungsi arus yang mengalir dalam kumparan!
VII. Referensi
Tipler. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga, Jilid
2. Jakarta : Erlangga.
Sears dan Zemansky. 2003. Fisika Universitas Jilid 2, Hugh D.
Young & Roger A. Freedman. Jakarta : Erlangga.
David Halliday & Robert Resnick. 1993. Fisika Jilid 2. Jakarta
: Erlangga.
Giancolli. 2001. Fisika Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Sutrisno. 1979. Seri Fisika, Fisika Dasar : Listrik Magnet dan
Termofisika. ITB Bandung.
83