You are on page 1of 4

BAB III

SUMBER-SUMBER HUKUM ISLAM

Menurut islam, sumber kewenangan yang berada paling atas hanyalah Allah semata. Dalam cita
hukum Islam, semua orang kecuali Allah, ter- masuk Rasulullah dan penguasa penguasa, yang
memerintah, adalah tunduk pada Hukum Allah, yang berasal dari Wahyu Samawi. Karena Islam
memberikan tuntunan dalam semua lapangan kehidupan, maka Fiqh, yakni hukum
Islam, berkembang dari sejak awal, termasuk, dengan perhatian khusus, segi moral-
religius, sosial, ekonomi dan politik dalarn kehidupan manusia. Itulah mengapa mengapa seorang
manusia bertindak menurut hukum Islam, dalam segala situasi dan kegiatan, memenuhi
kehendak Allah.

Istilah la ba'sa dan makruh telah digunakannya dalam pengertian masing-masing sebagai
'mengajar' dan 'tidak masuk'. Ketika membicarakan masalah penjualan tawanan perang ia
menyatakan bahwa kaum Muslimin tidak menganggap sebagai hal yang tercela untuk menjual
tawanan perang perempuan. Mercka mencela Kelima kategori hukum seperti tersebut di atas
juga tak ditemukan dalam karya-karya Malik. Peristilahan yang digunakannya serupa dengan
yang digunakan al-Awza'i. Istilah la ba'sa dan makrub telah digunakannya sebagai lawan satu
terhadap yang lain seperti yang digunakan al- Awza'i, Istilah halal dan haram tidak sering
ditemui dalam karyanya.

la juga mempergunakan istilah wajib dalam pengertian 'keharusan' tetapi tidak menarik garis
pembeda antara fardh dan wajib sebagai- mana yang dilakukan oleh para ahli hukum Hanafi
terkemudian. Kalau tidak demikian, berarti bahwa al-Syaybani tampak- nya tidak mencrima
tradisi yang menggolongkan mandi pada hari Jum'at sebagai wajib Istilah ini lebih bersifat teknis
teknis istilah wajib. Istilah wajib tak syak lagi berarti 'kcharusan', tapi digunakan dalarn
pengertian yang mengatakan 'penting' atau 'perlu'. Sebegitu jauh istilah ini tak menempati nomor
dua sesudah istilah fardbu dalam pengertian dan penggunaan. Dalam tulisan-tulisan al-Syaybani
terdapat perbedaan yang jelas antara faridhah dan sunnah. Akan tetapi, ia menyatakan bahwa tak
satupun dari inspirasi yang aturan-aturan bolah ditinggolltar.

Istilah «) mubah yang memiliki arti tindakan yang bersifat netral menurut syari'ah, muncul untuk
pertama kalinya dalam tulisan al-Syafi'i. La mengupas istilah tersebut dengan panjang lebar dan
memberikan implikasi-impiikasinya. Ia membagi pengetahuan hukum atas dua bagian,' ammab
dan khashsbah. Dalam 'ammah ia menyebutkan shalat lima waktu, puasa di bulan
Ramadhan, haji dan zakat serta larangan membunuh, praktck riba, zina, menyatakan dan minum-
minuman keras. II Kategori-kategori di atas Landasan empati Menurut teori hukum
klasik, landasan keempat adalah: Qur'an, Sunnah, Ijma 'dan Qiyas Karya-karya mengenai
yusiprudensi Islam disusun semenjak nasa al-Syafi'i dan riwayat-II Kategori-kategori di atas
didasarkan pada landasan empuk .

Demikianlah, pada ujung ayat-ayatnya, Qur'an mengandung pernyataan-pernyataan yang penuh


perhatian akan sifat-sifat spesifik Tuhan yang tertentu, seperti Maha Melihat, Maha Mendengar
dan semacamnya. Lebih jauh lagi, dengan sendirinya Al-Qur'an tidak berusaha untuk menjadi
pan- legistik, yakni definisi scluruh perincian aturan kehidupan yang ada untuk entitas
selamanya. Dengan kata lain, haruslah selalu diingat bahwa bagian legislatif dari Qur'an adalah
ilustrasi model yang mendatangi dan tidakmengandung undang-undang hukum dalam
sendirinya. Sejarah Islam, bahwa wahyu muncul dari sesuatu kebutuhan sosial, atau bila
seseorang sahabat meminta nasihat Rasulul- lah berkenaan dengan masalah masalah penting
tertentu.

Dengan demikian aturan-aturan khusus, norma-norma hukum dan yuridis yang diberikan olch
Qur'an merupakan sisi legislatifnya, yang juga tak kalah pentingnya dengan sisi etika
murninya. Seorang pembaca biasa mulai membaca Qur'an dengan me-nyimpan ide dalam
pikirannya bahwa Qur'an adalah undang-undang yang al-undang dan kitab hukum yang
komprehensif. Memberikan penilaian-perincian, Alquran hanya menunjuk kan prinsip-
prinsip .dasar yang membawa seorang Muslim pada satu arah tertentu, di mana ia dapat
menemukan jawaban dengan usana nya sendiri. Lebih jauh ia menyajikan ideologi Islam dalam
bentuk yang umum, yang sesuai dengan keadaan yang selalu berubah o segala tempat dan
zaman. Qur'an menyebut dirinya sebagai 'tuntun- an' dan bukannya kitab hukum. Haruslah
dicatat bahwa kadang-kadang Qur'an menerangkan dirinya sendiri, dan sebagai sebuah buku
tuntunan Riwayat ini memper- lihatkan kecenderungan menciptakan generasi yang awal terhadap

Qur'an, dan menunjukkan peran utama Qur'an dalarn proses pembuatan hukum.


Landasan hukum berikutnya yang penting; sebenarnya adalah tambahan terhadap Sunnah, adalah
pendapat dan praktek dari para sahabat. Semenjak masa-masa awal Islam, kaum Msulimin telah
memandang keputusan hukum dari para sahabat sebagai sumber hukum. Al-
Syafi'i, misalnya, meriwayatkan sebuah tradisi dari Malik bahwa Sa'd bin Abi Waqqash dan
Dhahhak bin Qays sekali waktu membicarakan masalah pelaksanaan 'umrah bersama-sama
dengan haji. Dhahhak menyatakan bahwa hanya orang yang tak tahu perintah Allah saja yang
menghubungkan. Lebih jauh ia menyatakan bahwa 'Umar, khalifah kedua, telah melarang
praktek demikian. Menolak pendapat tersebut Sa'd mengatakan bahwa Rasulullah pernah
melaksanakan umrah bersama-sama dengan haji, dan ia sendiri Alasan mengapa orang-orang
Madinah sering kali mengikuti pendapat sahabat atau praktek-praktek Lokal dan
mengesampingkan tradisi-tradisi Rasul merupakan masalah serius yang akan kita bicarakan
secara terperinci dalam bab-bab mengenai Sunnah dan ljma 'Para sahabat memainkan peran yang
sangat penting dalam menegakkan Sunnah Rasul. Dengan, dapat dikatakan lalu menjadi
kebiasaan bagi madzhab-madzhab awal untuk berargumen- tasi atas praktek dasar para
sahabat. Kita dapat menggunakannya untuk sahabat pada masa Rasulu! - lah ini juga pada masa
setelahnya.

You might also like