You are on page 1of 56

PERSEPSI SISWA TERHADAP KETERAMPILAN MENGAJAR

MAHASISWA PPL PADA JURUSAN TEKNIK INSTALASI


TENAGA LISTRIK DI SMK NEGERI 5 PADANG

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana


Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

Oleh

ROSSA INDAH
17063067/2017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sebuah usaha yang dilakukan oleh lembaga formal

dan informal dengan tujuan meningkatkan ilmu pengetahuan agar tercapai tujuan

menjadikan manusia yang berkualitas. Tujuan inilah yang akan menjadi landasan

dalam menghasilkan manusia yang berkualitas tanpa mengesampingkan unsur-

unsur lain yang terdapat dalam pendidikan (Aziizu, 2015). Hal ini sesuai dengan

Pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, yang mana

merupakan tujuan dari pendidikan nasional di Indonesia.

Upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari pendidikan yaitu

melalui kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan disekolah dan isntansi

kependidikan. Pendidikan pada hakikatnya memiliki dua tujuan utama yaitu

membantu manusia berfikir dengan cerdas dan pintar, dan membantu manusia

menjadi baik dan bijak dalam segala hal (Sudrajat, 2011).

Berdasarkan pendapat Aziizu dan Sudrajat dia atas, tujuan pendidikan

dapat tercapai dengan melakukan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh

guru dan siswa di sekolah. Menurut Hamid (2017), guru merupakan komponen

yang sangat penting dalam suatu proses pembelajaran. Guru adalah seorang yang

berperan penting untuk sumber daya manusia yang potensial di dalam bidang

pembangunan. Seorang guru memiliki tanggung jawab terhadap anak didiknya,

2
baik itu berbentuk kelompok dan individual, dilingkungan sekolah maupun luar

sekolah. Menurut Jalinus, (2013) guru bukan hanya ahli dalam mengajarkan teori

di kelas, tapi guru juga harus mampu mendidik, mengajar, melatih, dan

membimbing peserta didik diluar kelas untuk melatih kemampuan praktis dan

pola piker kritis diluar kelas.

Mengajar bukanlah hal yang mudah tetapi sesuatu hal yang memerlukan

keterampilan yang harus dikuasi, karena setiap tenaga pendidik harus bisa

mempersiapkan segala sesuatunya dari perencanaan dan perangkat-merangkat

yang menunjang pembelajaran sebelum pembelajaran dimulai. Menurut Sukirman

(2010) dalam mengajar ada kemampuan pokok yang harus dimiliki guru dan

tenaga pendidik yaitu : 1) menguasai bahan ajar atau materi yang akan diajarkan,

2) menguasai metodologi atau cara mengajarkannya. Selain itu seorang guru

harus memiliki keterampilan dalam mengajar agar proses pembelajaran berjalan

dengan semestinya dan dapat membuat siswa giat dalam belajar serta menjadikan

suasana belajar lebih efektif.

Keterampilan dalam mengajar merupakan suatu yang harus dimiliki secara

utuh dan menyeluruh oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai

seorang pendidik. Seorang guru bertugas mentranfer ilmu pengetahuan,

keterampilan dan nilai-nila kepada siswa untuk mencapai tujuan dalam

pemebelajaran. Menurut Sunaryo (1989:7) seorang guru dikatakan berhasil dalam

3
proses belajar mengajar ditentukan oleh seberapa jauh keterampilan dasar

mengajar yang dimilki oleh seorang guru.

Keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki seorang guru dalam

menjalankan tugasnya sebagai tenaga pendidik adalah keterampilan memberi

penguatan, keterampilan bertanya, keterampilan memeberi variasi, keterampilan

menjelaskan, keterampilan mengola kelas, keterampilan membuka dan menutup

pembelajaran, keterampilan mengajar kelompok kercil dan perorangan dan

keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil (Wahyulestari, 2018)

Pedoman PPL (2020) sebelum terjun ke sekolah latihan, mahasiswa

praktikan mendapatkan bekal agar memiliki kesiapan untuk melaksanakan

tugasnya sebagai calon tenaga pendidik yang memiliki keterampilan mengajar

yang profesional serta berkompeten. Bagi mahasiswa dengan jurusan

kependidikan, PPL adalah kegiatan yang dapat menyalurakan semua

pembelajaran yang didapatkan dari seluruh pembelajaran lyang dihayati

sepanjang masa perkuliahan (Pedoman PPL, 2020).

Mahasiswa PPL sebelumnya telah mengikuti mata kuliah kependidikan

yang didalamnya menjelaskan persiapan yang harus dikuasai oleh mahasiswa

PPL untuk meningkatkan keterampilan mengajar mahasiswa pada saat

pelaksanaaan PPL den menjadi guru yang profesional, namun tidak menutup

kemungkinan pada saat pelaksanaan PPL, mahasiswa akan menemui

4
permasalahan-permasalahan yang cara penyelesaiannya belum tercover dalam

teori perkuliahan.

Berdasarkan observasi lapangan saat melaksanakan PPL, hasil belajar

siswa berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), ini merupakan

menjadi masalah dalam dunia pendidikan. Rendahnya nilai siswa dikarenakan

kurangnya minat dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran, hal ini dapat

terjadi dapat dikaitkan dengan cara guru dan keterampilan guru dalam mengajar,

karena dalam proses pembelajaran guru dan siswa adalah komponen yang tekait

antara satu sama lainnya.

Dimana masih belum optimalnya keterampilan mengajar yang dimiliki

mahasiswa PPL pada saat mengajar dikelas serta penggunaan media dan metode

dalam mengajar belum sesuai dengan materi yang diampu oleh mahasiswa PPL,

sehingga menyebabkan peserta didik merasa bosan, kurangnya semangat, minat,

keaktifan dan perhatian peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran

berlangsung. Banyak dari peserta didik yang tidak membuat ringkasan materi dan

tugas-tugas dengan alasan tidak memahami materi pelajaran, sehingga

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Data tersebut dapat ditunjukan pada

table 1.

5
Tabel 1. Nilai Ujian Harian Siswa Kelas XI

Mata Diatas % Dibawah %

Pelajaran KKM KKM

IML TITL 1 4 Siswa 13 % 25 Siswa 86 %

IPL TITL 1 9 Siswa 31 % 20 Siswa 68%

ITL TITL 1 10 Siswa 34 % 19 Siswa 65%

Sumber : Hasil Observasi

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada

nilai ujian harian sangat banyak di bawah KKM. Pengamatan penulis di lapangan

menunjukkan bahwa masalah yang tejadi dalam proses belajar mengajar

berhubungan dengan minat dan motivasi belajar di SMK Negeri 5 Padang. Semua

hal yang berkaitan dengan siswa dapat dihubungkan dengan guru yang mengajar

karena sebuah pembelajaran terkait antara guru dan siswa. Kurangnya

keterampilan mengajar mahasiswa PPL dapat mempengaruhi minat dan motivasi

dalam belajar sehingga Secara tidak langsung hasil belajar tidak sesuai dengan

yang di harapkan.

Fenomena permasalahan yang ditemukan pada saat observasi adalah

kecanggungan mahasiswa PPL pada saat ingin memulai pembelajaran sehingga

membuat suasana menjadi kaku dan tegang, kurangnya memberi motivasi-

motivasi oleh mahasiswa PPL kepada siswa yang dapat mendukung semangat

belajar siswa, mahasiswa PPL belum mampu menjelaskan materi pembelajaran

6
yang diampu dengan jelas dan luas sesuai dengan tujuan materi yang akan

disampaikan dan terlalu terpaku dengan RPP yang diberikan oleh guru

pembimbing dari sekolah, kurangnya penguasan materi juga dapat dilihat dari

pemberian contoh kehidupan sekitar yang berkaitan dengan materi pembelajaran

yang dapat menunjang pertanyaan dan rasa ingin tahu yang dapat diajukan oleh

siswa. Penguasaan materi pembelajaran adalah kewajiban dan keharusan yang

dilakukan oleh setiap guru sebelum melaksanakan proses belajar mengajar.

Suasana kelas yang diciptakan oleh mahasiswa PPL cenderung monoton

dan membosankan dengan melakukan metode ceramah, sedangkan proses

pembelajaran dapat dilaksanakan melalui tanya jawab, diskusi dan simulasi agar

suasana belajar tidak monoton dan juga memungkinkan siswa akan lebih

konsentrasi dan memperhatikan pelajaran yang disampaikan, kurangnya kata

pujian dari mahasiswa PPL terhadap siswa yang mampu mengerjakan tugas

ataupun berani ikut serta dalam tanya jawab pada proses pembelajaran.

Kurangnya pengelolaan kelas yang efektif oleh mahasiswa PPL yang dilihat dari

ragunya memberikan teguran kepada siswa yang tidak memperhatikan

pembelajaran dengan mengobrol sesame teman dan kesibukan lainnya yang dapat

mengganggu proses pembelajaran,

Kurangnya kreatifitas media pembelajaran oleh mahasiswa PPL pada saat

pelaksanaan proses belajar mengajar. Media yang digunakan cenderung biasa

saja, atau menggunakan media yang sudah ada di sekolah tanpa memodifikasi

7
sedikit agar terlihat tertarik dan menarik untuk dipelajari oleh siswa di kelas.

Sebelum jam pelajaran kelas habis terkadang mahasiswa PPL tidak menyamaikan

rangkuman dari pembelajaran dan reaksi umpan balik seperti saran dan

menanyakan kembali pemahaman pembelajaran kepada siswa.

Kurangnya rasa hormat menghormati siswa terhadap mahasiswa PPL,

dimana perbedaan usia siswa dan mahasiswa PPL berkisar tidak jauh dan mudah

terasa akrab dalam berinteraksi. Hal ini adalah salah satu yang membuat proses

pembelajaran menjadi tidak efektif dan efisien, dikarenakan interaksi yang akrab

maka siswa menganggap remeh mahasiswa PPL dalam proses pembelajaran, dan

mengakibatkan rendahnya partisipasi dan minat belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, proses pembelajaran yang diimplementasikan

dengan keterampilan mengajar dan metode pembelajaran yang sesuai dan kreatif

akan menimbulkan daya tarik bagi siswa untuk mengikuti proses belajar

mengajar. Persepsi siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran mahasiswa PPL

akan menuju kearah yang positif sehingga motivasi siswa akan meningkat untuk

mengikuti proses belajar mengajar. Sehingga secara tidak langsung hal ini

mempengaruhi hasil belajar siswa dikelas. Berpijak dari realitas diatas, agar

program PPL yang dilaksanakan atas dasar tanggung jawab bersama antara

Universitas Negeri Padang dan sekolahan latihan berjalan lebih efektif, maka

dipandang perlu mengkaji keterampilan mengajar mahasiswa PPL yang paling

sesuai dengan persepsi siswa yang di bimbingnya, maka peneliti tertarik untuk

8
mengangkat tema tersebut dalam skripsi ini dengan judul “Persepsi Siswa

Terhadap Keterampilan Mengajar Mahasiswa PPL Pada Jurusan Teknik

Instalasi Tenaga Listrik Di SMK Negeri 5 Padang”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi berbagai

masalah sebagai berikut :

1. Mahasiswa PPL belum menguasai keterampilan mengajar yang dapat

menunjang minat,motivasi dan kreatifitas belajar siswa.

2. Mahasiswa PPL belum sepenuhnya menguasai materi pembelajaran yang

diampu sehingga tujuan dari pembelajaran tidak tersampaikan dengan baik.

3. Pemilihan metode pembelajaran yang digunakan mahasiswa PPL kurang tepat

dengan materi yang akan disampaikan sehingga menimbulkan kebosan pada

saat proses pembelajaran.

4. Tidak terkelolanya kelas yang baik dan efektif oleh mahasiswa PPL sehingga

tidak tercapainya pembelajaran yang optimal.

5. Kurangnya kreatifitas media pembelajaran oleh mahasiswa PPL pada saat

pelaksanaan proses belajar mengajar, sehingga tidak menimbulkan motivasi

dan minat belajar bagi siswa.

6. Terjadinya kesenjangan sikap yang di tujukan oleh siswa terhadap mahasiswa

PPL dibandingkan dengan guru kelas lainnya .

7. Hasil belajar siswa belum semuanya memenuhi KKM.

9
C. Batasan Masalah

Berdasarkan indentifikasi masalah tersebut, penelitian ini difokuskan dan

dibatasi pada persepsi siswa terhadap keterampilan mengajar mahasiswa PPL

pada mata pelajaran instalasi motor listrik jurusan teknik instalasi tenaga listrik di

SMK Negeri 5 Padang.

D. Rumusan Masalah

Untuk memperjelas permasalahan yang akan diteliti, maka perumusan

masalah dalam penelit ian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana persepsi siswa terhadap keterampilan mengajar mahasiswa PPL

pada mata pelajaran instalasi motor listrik di SMK Negeri 5 Padang.?

2. Bagaimana tingkat pencapaian keterampilan mengajar mahasiswa PPL pada

mata pelajaran instalasi motor listrik di SMK Negeri 5 Padang.?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, penelitian

ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui persepsi siswa terhadap keterampilan mengajar mahasiswa PPL

pada mata pelajaran instalasi motor listrik di SMK Negeri 5 Padang.

2. Mengetahui tingkat pencapaian keterampilan mengajar mahasiswa PPL pada

mata pelajaran instalasi motor listrik di SMK Negeri 5 Padang.

10
F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Bagi peneliti, sebagai sarana dan masukan untuk menambah pengetahuan

dan pengalaman dalam meningkatkan keterampilan mengajar baik secara

teori maupun praktik dimasa yang akan datang sebagai seorang calon

pendidik.

2. Bagi siswa, agar selalu meningkatkan semangat dan minat belajarnya,

sehingga capaian hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan.

3. Bagi pendidik, untuk menambah pengetahuan tentang pentingnya

keterampilan mengajar guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Bagi sekolah, sebagai masukan agar dapat meningkatkan keterampilan

mengajar guru dalam mengajar di kelas untuk mencapai hasil belajar

siswa yang lebih maksimal.

5. Bahan informasi bagi Universitas Negeri Padang untuk dapat mengetahui

prestasi belajar mahasiswanya khususnya mata kuliah PPL.

11
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Persepsi adalah tindakan menyusun, mengenali, dan menghadapi

informasi sensoris guna memberikan gambaran dan pemahaman tentang

lingkungan. Persepsi merupakan proses masuknya sebuah pengalaman atau

kejadian sebuah objek dan peristiwa baik itu berupa pesan atau informasi

kedalam otak manusia yang kemudian membuat proses berfikir pada otak

manusia tersebut (Bangun,2008). Hal inilah yang membuat rasa suka tidak

suka, senang tidak senang maupun pemikiran pendapat lain terhadap suatu

objek yang akan menimbulkan gambaran dalam pembentukan persepsi.

Menurut Slameto (2003:102). Mengatakan bahwa persepsi adalah

proses yang menyangkut masuknya pesan dan informasi ke dalam otak

manusia, manusia meakukan hubungan dengan lingkunganya, hubungan ini

dilakukan lewat panca indera yaitu indra penglihatan, pendengaran ,

peraba, perasa dan penciuman. Informasi dan pesan tersebut di terima dan

muncul dalam bentuk stimulus yang merangsang otak untuk mengolah

lebih lanjut dan kemudian mempengaruhi seseorang dalam bertingkah laku.

13
Menurut Hamidah (2014). Persepsi adalah stimulus yang diindera

oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga

individu menyadari dan memahami tentang apa yang diindera. Jadi,

persepsi adalah proses pemikiran arti terhadap lingkungan oleh setiap

individu. Persepsi adalah pemikiran dan tanggapan terhadap suatu objek

yang diamatinya (Khairani, 2013:62).

Maka dari itu persepsi siswa menyangkut terhadap apa yang ada

dilingkungnnya, sehingga bisa dilihat bagaimana siswa mengerti dan dapat

menginterpretasikan apa yang berada dilingkungannya dengan

menggunakan pengetahuan yang dimilki oleh siswa tersebut. Persepsi

siswa merupakan pemikiran, tanggapan dan perlakuan siswa terhadap suatu

objek, dalam hal ini kegiatan proses belajar mengajar oleh mahasiswa PPL

di kelas juga melalui mengamatan dan indera yang dimiliki siswa, sehingga

siswa dapat mengamati dan menginterpretasikan bagaimana keterampilan

mengajar mahasiswa PPL dikelas. Setiap siswa akan memberikan persepsi

dan pendapat yang berbeda sesuai dengan apa yang dialami dan diamati

selama proses belajar mengajar yang dilakukan oleh mahasiswa PPL.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi siswa yang buruk ataupun baik terhadap keterampilan

mengajar mahasiswa PPL biasanya dapat dilihat dari hasil belajar siswa.

Namun persepsi siswa juga dapat ditunjukan dengan munculnya rasa

14
malas masuk kelas, dan tidak bersemangat pada saat pembelajara

berlangsung.

Secara garis besar faktor-faktor yang berpengaruh pada persepsi

dua (Walgito, 2003:54) yaitu:

1) Faktor Internal

Faktor internal individu saling berinteraksi dalam individu

mengadakan persepsi. Mengenai keadaan individu yang dapat

mempengaruhi hasil persepsi datang dari dua sumber, yaitu yang

berhubungan dengan segi jasmani dan segi psikologis. Keadaan

jasmani adalah sesuatu yang berkaitan dengan tubuh. Sedangkan segi

psikologis, yaitu antara lain mengenai pengalaman, perasaan,

kemampuan berpikir, kerangka acuan, motivasi akan berpengaruh

pada seseorang dalam mengadakan persepsi. Jika keadaan jasmani dan

psikologis terganggu, hal tersebut akan berpengaruh dalam persepsi

seseorang.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi dalam proses persepsi

adalah faktor stimulus dan faktor lingkungan. Lingkungan atau situasi

khususnya yang melatar belakangi stimulus juga akan berpengaruh

pada persepsi, lebih-lebih bila objek persepsi adalah manusia. Objek

dan lingkungan yang melatarbelakangi objek merupakan kebulatan

15
atau kesatuan yang sulit dipisahkan. Objek yang sama dengan situasi

sosial yang berbeda, dapat menghasilkan persepsi yang berbeda.

Menutrut Toha (2003), Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

seseorang adalah sebagai berikut:

1) Faktor internal: perasaan, sikap dan karakteristik individu, prasangka,

keinginan atau harapan, perhatian(fokus), proses belajar, dan motivasi.

2) Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh,

pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan,

pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan

suatu objek.

Dari uraian berbagai pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

persepsi terjadi dikarenakan beberapa factor yang melibatkan psikologis

dan lingkungan, hal inilah yang dapat memicu penilaian dan tanggapan

terhadap objek atau orang lain yang ditunjukan dengan tingkah lakunya

dengan menyimpan harapan dari dirinya kepada objek atau orang lain

tersebut. Jadi dapat dikatakan tingkah laku sesorang dilihat dari bagaimana

persepsinya terhadap objek atau orang yang diamati.

Menurut Walgito (2003:54) faktor yang mempengaruhi persepsi

adalah faktor internal yang mempengaruhi persepsi yaitu individu,

sedangkan faktor eksternal adalah stimulus dan lingkungan. Kedua faktor

itu saling berinteraksi dalam proses persepsi individu. Agar stimulus atau

16
dengan kata lain peristiwa yang terjadi di luar maupun di dalam diri kita

yang memungkinkan timbulnya tingkah laku individu, hal ini dapat

disadari oleh individu atau siswa itu sendiri dengan syarat stimulus

haruslah kuat, agar dapat menimbulkan kesadaran dan dipersepsikan oleh

individu atau siswa itu sndiri.

Kejelasan dan kekuatan objek dalam penelitian ini adalah

keterampilan mengajar mahasiswa PPL yang diwujudkan dalam berbagai

keterampilan dasar mengajar seorang guru. Oleh karena itu, persepsi

adalah tanggapan atau penilaian dari siswa dalam mengartikan sesuatu

yang dialami,diamati dan dikerjakan terhadap metode dan keterampilan

mengajar yang dilakukan oleh mahasiswa PPL pada saat mengajar dikelas.

Sehingga dapat diartikan sebagai proses pembelajaran, pengorganisasian,

dan penginterprestasian, sehingga respon yang menyatu dalam diri siswa.

2. Keterampilan Mengajar

a. Pengertian Keterampilan Mengajar

Keterampilan bersala dari kata terampil, yang berarti cakap dalam

pekerjaan, mampu dan cekatan. Menurut bahasa ketrampilan adalah

kecakapan seseorang yang mampu memakai bahasa dalam menulis,

membaca, menyimak dan berbicara. Menurut Ali Imron dalam Hasibun

(2014) mengatakan bahwa keterampilan atau skill dapat dikonotasikan

17
sebagai sekumpulan pengetahuan dan kemampuan yang harus dikuasai, ia

dapat dipelajari, dideskripsikan diverifikasikan.

Mengajar merupakan suatu kegiatan timbal balik yang dilakukan

oleh guru dan siswa dengan aktif dalam melakukan kegiatan belajar.

Menurut Sunaryo (1989:1) mengajar merupakan kegiatan seseorang atau

sekelompok orang yang dapat terjadi, untuk kegiatan belajar sorang guru

harus mempersiapkan sistem lingkungan dengan baik agar proses belajar

berjalan dengan efektif dan efesien.

Mengajar yang sukses berarti harus adanya keterlibatan siswa yang

aktif dalam belajar. Menurut Sagala dalam Hamdayama (2016:10)

mengatakan bahwa belajar merupakan kegiatan seseorang yang

memperoleh pengetahuan, perilaku, dan keterampilan dengan mengolah

dan memahami bahan belajar. Keberhasilan/kesuksesan seorang guru

dalam mengajar ditentukan dengan aktivitas yang aktif dalam belajar,

sedangkan keberhasilan siswa dalam mengajar ditentukan oleh peran guru

dalam mengajar.

Keterampilan mengajar merupakan kemampuan atau ketrampilan

yang bersifat khusus yang hasul dimiliki oleh guru, dosen, instruktur atau

widyaiswara agar dapat melaksanakan tugasnya secara efektif, efesien dan

professional (As. Glicman dalam Sukirman, 2010).

18
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan dalam

mengajar merupakan suatu yang harus dimiliki secara utuh dan

menyeluruh oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai

seorang pendidik. Seorang guru bertugas mentranfer ilmu pengetahuan,

keterampilan dan nilai-nila kepada siswa untuk mencapai tujuan dalam

pembelajaran. Menurut Sunaryo (1989:7) seorang guru dikatakan berhasil

dalam proses belajar mengajar ditentukan oleh seberapa jauh keterampilan

dasar mengajar yang dimilki oleh seorang guru.

b. Prinsip-Prinsip Mengajar

Mengajar merupakan kegiatan penyampaian informasi berupa

pengetahuan kepada siswa yang dilakukan oleh guru disekolah. Menurut

A. Wahab dalam Hamdayama (2016:48) prinsip-prinsip dalam mengajar

meliputi sebagai berikut:

1) Menggunakan pengalama yang sudah dimiliki

2) Pengetahuan dan keterampilan diterapkan dan digunakan secara

berkala, baik itu masa sekarang ataupun masa yang akan dating.

3) Menyadari adanya perbedaan individu yang meliputi kemampuan

intelektual, social, ekonomi dan harapannya.

4) Merencanakan kesiapan siswa dalam proses pembelajaran yang

dilakukan oleh guru.

19
5) Merumuskan dan menyampaikan tujuan dari pembelajaran kepada

siswa agar siswa dapat mengetahui apa yang akan dipelajari dalam

proses pembelajaran yan sedang berlangsung.

6) Mengikuti prinsip-prinsip yang bersifat psikologis yang dikembangkan

oleh berbagi ahli sebelumnya seperti dimulai dari hal yang bersifat

umum ke hal yang bersifat khusus.

c. Keterampilan Dasar Mengajar.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam

pembengajar adalah kemampuan guru dalam mengelola proses

pembelajaran dari awal sampai akhir. Menurut Wahyulestari (2018),

Sutisnawati (2017), Sunaryo (1989:7), Hamdayama (2016:48-91)

mengemukakan delapan keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki

seorang guru dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga pendidik adalah

keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan

menjelaskan, keterampilan mengola kelas, keterampilan memberi variasi,

keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan

membuka dan menutup pembelajaran, keterampilan mengajar kelompok

kercil dan perorangan.

Beberapa indikator keterampilan dasar mengajar yang harus

dimiliki guru diantaranya yaitu:

20
1) Keterampilan Bertanya.

Menurut Hamdayama (2016:76) memberikan pertanyaan oleh

guru kepada siswa dilakukan dengan tujuan agar dapat meningkatkan

kemampuan berfikir siswa baik itu berupa kalimat tanya yang dapat

menuntut respon sisiwa. Dalam melakukan pertanyaan hal yang harus

diperhatikan seperti kehangatan dan keantusiasan agar siswa merasa

dihargai dan menimbulkan semangat, motivasi dalam pembelajaran,

memberikan acuan, pemusatan pada materi, pemindahan giliran

pertanyaan kepada siswa, memberikan waktu berfkir dan memberikan

tuntutan yang benar akan jawaban.

Begitu pula menurut Sunaryo (1989:16) bertanya dapat

dilakukan untuk individu, kelompok atau seluruh kelas berpengaruh

terhadap hasil belajar siswa dan juga meningkatkan suasa dalam kelas.

Jadi guru tidak hanya belajar bagaimana cara belajar yang baik dan

benar akan tetapi juga melihat bagaimana pengaruh bertanya di dalam

kelas.

Bertanya merupakan hal yang dapat menunjang stimulus dan

respon untuk berfikir bagi siswa, respon yang diberikan siswa dapat

berupa pengetahuan dan pengalaman yang ketahui dan dialami oleh

siswa itu sendiri, maka aktifitas bertanya yang tersusun dan pelontaran

21
yang teapat dalam proses pembelajaran sangat berdampak positif bagi

siswa dan kelancaran pembelajaran (Sutisnawati, 2017).

2) Keterampilan Memberi Penguatan

Penguatan merupakan suatu respon yang diberikan guru

kepada siswa baik itu bersifat verbal ataupun non verbal, hal ini

bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik antara guru

dan siswa. Menurut Widyastuti (2020) penguatan merupakan

modifikasi respon positif yang diberikan oleh guru kepada siswa

berupa pujian atas hasil dari ataupun perilaku siswa, dimana pujian

tersebut bisa berupa gesture tubuh, mendekati sebagai bentuk

perhatian, sentuhan, simbol atau tanda, dan penguatan tidak penuh

seperti membantu jawaban siswa agar siswa dapat menyelasikannya

(penguatan non verbal) atau bias juga berupa kalimat pujian,

dukungan, pengakuan, atau dorongan yang dapat meningkatkan

tingkah laku siswa (penguatan verbal).

Begitu juaga menurut Hamdayana (2016:89) penguatan positif

yang dilakukan dapat menimbulkan dorongan dan motivasi siswa

dalam belajar, karena pada saat guru memberikan penguatan kepada

siswa, siswa akan merasa senang dan cenderung akan mengulang dan

meningkatkan perilaku tersebut. Perilaku positif siswa tidak akan lepas

juga dengan perilaku negatifnya, karena setiap siswa memiliki

22
kepribadian dan pemikiran yang berbeda. Respon positif pada

penguatan dilakukan agar tingkah laku baik akan berulang dan

bertambah, sedangkan respon negative dilakukan agar tingkah laku

berkurang atau hilang (Sunaryo, 1989:11).

Dalam memberikan penguatan guru perlu memperhatikan

berbagai hal seperti penguatan diberikan dengan hangat dan antusias,

penguatan yang diberikan harus bermakna, menghindari segala jenis

respon negatif seperti kata-kata kasar, memperhatikan sasaran yang

jelas dan bervariasi (Sunaryo, 1989:15)

3) Ketrampilan Menjelaskan

Keterampilan menjelaskan dalam pengajaran ialah penyajian

informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk

menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya,

misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau dengan

sesuatu yang belum diketahui (Hamdayama, 2016:56).

Kegiatan menjelasan merupakan kegiatan mentransfer ilmu dan

pengetahuan oleh guru berdasarkan dengan kurikulum dan materi yang

ada kepada siswa. Kegiatan ini dilakukan dengan relevan sesuai

dengan tujuan materi, kemampuan dan latar belakang, penempaatan

waktu penjelasan agar sesuai dengan dengan sistematik pembelajaran

23
dan dapat menimbulkan respon atau umpan balik pada saat

pembelajaran.

Menurut Sutisnawati (2017) tujuan yang hendak dicapai guru

dalam menjelaskan yaitu :

a) Dapat membimbing siswa dalam materi yang dipelajari

b) Melibatkan siswa dalam mencari solusi dan memecahkan masalah.

c) Mendapatkan balikan dari siswa mengenai tingkat pemahamannya

dan mengatasi kesalahpahaman terhadap suatu pengertian

d) Membimbing siswa dalam menghayati dan penalaran dengan

menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah

Menurut Sunaryo (1989:40-44) keterampilan menjelaskan

terdapat dua komponen yaitu analisis perencanaan dan penyajian.

Analisis perencanaan meliputi isi pesan yang akan di sampaikan atau

dijelaskan dengan menetapkan apa saja yang harus diberikan

penjelasan seperti masalah, peristiwa, pernyataan dalam berfikir,

mengekspersikan bentuk hubungan yang ada serta membuat

generalisasi, hokum prinsip yang berhubungan dengan materi yang

akan dijelaskan. Sedangkan komponen penyajian meliputi kejelasan,

penggunaan contoh dan penekanan pada saat menjelaskan.

24
4) Keterampilan Mengelola Kelas

Keterampilan mengelola kelas harus dimiliki oleh guru karena

menyangkut dengan aktifitas belajar mengajar di kelas, keterampilan

mengelola kelas dapat menciptakan dan memelihara kondisi belajar

yang optimal. Menurtu Sunaryo (1989:51) mendefinisikan bahwa

pengelolaan kelas adalah kegiatan guru dalam menciptakan dan

mempertahankan suasana dan kondisi kelas yang dapat menunjang

proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien.

Menurut Alma dalam Achdiani (2017) keberhasilan seorang

guru yang membuat kondisi belajar yang baik dan optimal jika guru

mampu mengatur dan mengendalikan siswa dan menciptakan suasana

kelas yang menyenangkan. Dari pendapat para ahli dia atas dapat

disimpulkan bahwa keterampilan mengelola kelas harus dikuasai oleh

seorang guru agar tercipta dan terjaganya suasana kelas yang dapat

membuat proses belajar mengajar berjalan dengan optimal.

Oleh karena itu keterampilan mengelola kelas juga memiliki

tujuan atau dampak posistif, menurut Sunaryo (1989:51) tujuan

keterampilan mengelola kelas meliputi untuk siswa maupun untuk

guru.

Dampak positif untuk siswa yaitu:

25
a) Mendorong siswa untuk mengembangkan tanggung jawab individu

terhadap tingkah laku serta pengendalian dirinya sendiri.

b) Membantu siswa untuk dapat mengerti tingkah lakunya yang

sesuai dengan tata tertib kelas dan dapat memahami teguran guru

bukanlah kemarahan melainkan sebuah peringatan.

c) Menimbulkan rasa kewajiban untuk melibatkan diri dalam tugas,

serta bertingkah laku sesuai dengan kegiatan kelas yang sedang

berlangsung.

Dampak positif bagi guru yaitu :

a) Mengembangkan keterampilan dalam proses penyajian

pembelajaran secara tepat dan baik.

b) Memiliki kesadaran terhadap kebutuhan siswa dan

mengembangkan kemampuan dalam memberikan arahan dan

petunjuk kepada siswa

c) Memberikan respon secara efektif terhadap tingkah laku siswa

yang menimbulkan gangguan.

Selain tujuan atau dampak positif dari keterampilan mengelola

kelas, keterampilan ini juga memiliki prinsip penggunaannya agar

keterampilan dapat berjalan optimal di kelas, menurut Hamdayama

(2016:51) prinsip itu meliputi:

26
a) Kehangatan dan keantusiasan yang dapat merubah suasana yang

nyaman dikelas.

b) Tantangan yang dapat meningkatkan antusisas siswa dalam belajar.

c) Bervariasi dalam media, alat, gaya dan interaksi dalam belajar.

d) Keluwesan yang dapat mengatasi munculnya gangguan siswa.

e) Penekanan pada hal-hal positif yang dilakukan oleh siswa.

f) Penanaman disiplin diri sendiri sebagai contoh yang baik bagi

siswa.

5) Keterampilan Variasi

Keterampilan mengadakan variasi dilakukan untuk

menghindari kebosanan pada proses pembelajaran baik itu guru dan

siswa. Menurut Achdiani (2017) keterampilan variasi bertujuan untuk

menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan agar

dapat memotivasi dan meghilangkan kebosana siswa pada saat

pembelajaran.

Setiap keterampilan memiliki tujuan, begitu juga dengan

keterampilan mengadakan variasi, menurut Sunaryo (1989:34) tujuan

dari keterampilan variasi ditunjukan terhadap perhatian siswa dalam

belajar, memotivasi siswa agar menimbulkan rasa ingin tahu siswa,

memberikan sikap positif terhadap guru sekolah dan kelancaran proses

belajar siswa dalam kelas.

27
Variasi dalam belajar merupakan proses perubahan yang

dilakukan dalam mengajar dimana dapat mengatasi kebosanan dan

menimbulkan keaktifan siswa belajar. Menurut Hamdayam (2016:65)

terdapat tiga komponen keterampilan dalam mengadakan variasi,

yaitu:

a) Variasi guru dalam mengajar atau cara guru dalam mengajar

dikelas, meliputi : penggunaan variasi suara seperti menempatkan

intonasi tinggi rendahnya suara pada saat yang tepat dan

diperlukan, pemusatan perhatian seperti tindakan pemberian tanda

khusus pada suatu tulisan atau benda lainnya, kesenyapan seperti

waktu jeda yang diberikan agar konsentrasi siswa tidak buyar pada

suatu topik, mengadakan kontak pandang seperti pada saat

mengajar guru juga melihat siswa agar informasi dapat

tersampaikan dengan jelas, gerakan badan dan mimik serta

perpindahan posisi yang memiliki tujuan yang jelas agar dapat

menarik perhatian sisiwa.

b) Variasi dalam penggunaan media, meliputi : media yang dapat

dilihat (visual) seperti slide proyektor, gambar, model dan

miniature, selanjutnya media yang dapat didengar (audio) seperti

radio, MP-3 dan media sejenis lainnya, media yang dapat dilihat

dan didengar seperti video, film dan program simulasi, berikutnya

28
media yang dapat diraba dan dimanipulasi seperti set peralaan

ekpesimen, set demontrasi dan program simulasi interaktif.

c) Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa. proses pembelajaran

yang baik dapat tergambar dari berbagai interaksi yang terjadi

dikelas seperti interaksi antara siswa-guru, guru-siswa, siswa-siswa

dan siswa-media pembelajaran.

6) Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Menurut Sunaryo (1989:56) diskusi kelompok kecil merupakan

suatu kegiatan yang teratur dengan melibatkan sekelompok siswa

dalam suatau interaksi secara kooperatif dengan tujuan membagi

informasi, membuat suatu keutusan dan memecahkan masalah yang

ada. Dari pengertian diatas dapat didapat empat karakteristik diskusi

kelompok kecil yaitu : pertama melibatkan sekelompok siswa, kedua

intraksi antar anggota kelompok berjalan secara informal, ketiga

memiliki tujuan dan bekerja bersama, terakhir mengikuti aturan yang

ada.

Ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam diskusi

kelompok kecil (Hamdayama, 2016:82) yaitu :

a) Keterbukaan, dimana semua anggota kelompok memiliki

kesempatan untuk berkontribusi dalam kegiatan diskusi,

mendengarkan dan menyampaikan pendapat, melihat dan

29
mengamati semua kegiatan kelompok serta memahami

keberhasilan suatu kelompok dilihat dari kualitas interaksi

antarsiswa di dalam kelompok.

b) Rencana yang matang, seperti memilih topic diskusi, menyiapkan

informasi awal, persiapan diri sebagai pemimpin diskusi,

menetapkan besarnya anggota kelompok dan menata ruangan dan

tempat duduk.

c) Keuntungan diskusi kelompok, yaitu memiliki informasi dan ide

yang kebih banyak, dapat termotivasi oleh teman, menimbulkan

rasa percaya diri, meningkatkan pemahaman dan rasa tanggung

jawab akan keputusan kelompok.

d) Kelemahan diskusi kelompok, yaitu memakan waktu yang

panjang, terjadi pemborosan waktu, dapat menekan pendirian

siswa.

Guru memiliki peran sebagai pemimpin dalam diskusi

kelompok kecil dimana guru merancang dan juga melaksanakan

diskusi dengan matang. Dalam pelaksanaan diskusi kelompok guru

juga harus memiliki beberapa keterampilan dalam memimpin diskusi

seperti memusatkan perhatian, memperjelas masalah, menganalisis

pandangan atau pendapat siswa, meningkatkan partisipasi siswa

30
terhadap kelompok, menyebarkan kesempatan berpartisipasi dan

menurut diskusi (Hamdayana, 2016:82-88)

Dari pendapat ahli dan penjelasan diatas dapat disimpulkan

bahwa guru harus memiliki keterampilan membimbing dan memimpin

kelompok kecil dengan perencanaan yang matang dan pelaksanaan

yang teratur, hal ini dapat meningkatkan antusian, kreatifitas, serta

dapat membina kemampuan berkomunikasi dengan keterampilan

berbahasa.

7) Keterampilan Membuka Dan Menutup Pelajaran

Kegiatan membuka dan menutup pembelajaran merupakan

keterampilan yang berkaitan langsung dengan bagaiman guru memulai

dan mengakhiri kegiatan pembelajaran. Menurut Sunaryo (1989:45)

keterampilan membuka pelajaran merupakan kegiatan mempersiapkan

mental dan mengambil perhatian siswa untuk dapat fokus dengan apa

yang akan dipelajari, sedangkan menutup pelajaran meurut Achdiani

(2017) merupakan kegiatan yang dilakukan guru agar dapat melihat

bagaimana pencapaian siswa terhadap proses pembelajaran serta

sebagai umpan bali bagi guru untuk menentukan kegiatan

pembelajaran selanjutnya.

31
Menurut Hemawan dkk dalam Hamdayama (2016:71) ada

beberapa manfaat membuka pelajaran, yaitu :

a) Menyiapkan mental siswa dalam memasuki pelajaran

b) Membangkitkan motivasi dan perhatian siswa

c) Memberikan gambaran yang jelas tentang pembelajaran

d) Menyampaikan kepada siswa akan adanya keterkaitan antara tema

pembelajaran dengan pengalaman yang sudah dimiliki

Keterampilan menutup pelajaran merupakan kegiatan yang

bermakna bagi guru sebagai acuan pembelajaran berikutnya. Menurut

Hemawan dkk dalam Hamdayama (2016:71) ada beberapa manfaat

menutup pelajaran, yaitu :

a) Mengetahui pemahaman siswa terhdap proses dan hasil dari

pembelajaran

b) Mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran

c) Menetapkan kegiatan selanjutnya yang harus dilakukan siswa

untuk meningkatkan pemahaman dan hasil belajar.

Keterampilan membuka dan menutup pelajaran memiliki dua

komponen yang terbagi menjadi dua yaitu komponen membuka

pelajaran dan menutup keterampilan. Dari kedua komponen tersebut

masing-masing meiliki aspek yang harus dikuasai.

32
Menurut Sunaryo (1989:46) komponen keterampilan membuka

pelajaran yaitu :

a) Menarik perhatian siswa, seperti variasi gaya guru dalam

mengajar, penggunaan media pembelajaran yang tepat dan

menggunakan pola interaksi yang bervariasi.

b) Menimbulkan motivasi siswa seperti menciptakan rasa ingin tahu,

memperlihatkan sikap hangat dan antusias serta memperhatikan

minat siswa.

c) Memberi acuan, seperti menyampaikan tujuan dan batas tugas

pelajaran, menjelaskan langkah pelajaran, mengingatkan tema

yang akan dipelajari dan mengajukan pertanyaan kepada siswa.

d) Membuat kaitan, seperti membandingkan dan mengkaitkan

pelajaran yang baru denga pelajran yang sudah dibahas

sebelumnya.

Menurut Hamdayama (2016:75) komponen keterampilan

menutup pelajaran yaitu :

a) Meninjau kembali (review), seperti merangkum inti pelajaran dan

membuat ringkasan pelajaran.

b) Mngevaluasi, seperti melakukan tanya jawab kepada beberapa

siswa, meminta salah satu siswa menampilkan kemampuan yang

didapat dari pelajaran, meminta siswa mengaplikasian kemampuan

33
didepan kelas dihadapan teman-teman sekelasnya, meminta siswa

menyatakan pendapat tentang pelajaran dan memberika tugas yang

dapat dikerjaan diluar kelas.

8) Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil Dan Perorangan

Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan

guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya

hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa maupun antara siswa

dengan siswa. Adakalanya siswa lebih mudah belajar dari temannya

sendiri, ada pula siswa yang lebih mudah belajar karena harus

mengajari atau melatih temannya sendiri. Dalam hal ini pengajaran

kelompok kecil dapat memenuhi kebutuhan tersebut.

Menurut Hamdayama (2016:92) pengajaran kelompok kecil

dan perorangan memerlukan keterampilan yang berkaitan dengan

penanganan siswa dan penanganan tugas pelajaran, maka dari itu ada

empat keterampilan yang terkait yaitu :

a) Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi.

b) Mengorganisasikan yang ditampilkan dengan cara memberi

orientasi umum, memvariasikan kegiatan, bembentuk kelompok

yang tepat, mengorganisasikan kegiatan, membagi perhatian dalam

berbagai tugas serta mengakhiri kegiatan dengan laporan atau

kesepakatan dengan siswa.

34
c) Membimbing dan memudahkan belajar.

d) Merencanakan dan melaksanakan kegaiatan pembelajaran.

3. Praktek Pengalaman Lapangan (PPL)

a. Pengertian PLP

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 892) praktik

adalah pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori. Sedangkan

menurut Komaruddin (2006: 200) “Praktik merupakan cara melaksanakan

dalam keadaan nyata apa yang dikemukakan dalam teori”. Dari definisi

tersebut dapat kita lihat bahwa praktik merupakan suatu pelaksanaan dari

teori dalam keadaan nyata.

Pedoman PPL (2020) menyatakan Praktik Pengalaman Lapangan

adalah kegiatan akademik yang dilakukan mahasiswa program S1 prodi

kependidikan Universitas Negeri Padang di sekolah atau tempat

pendidikan lainnya (PAUD,TK, SD, SMP, SMA, SMK, SLB, dan SKB).

PPL merupakan kegiatan intrakurikuler yang dikoordinir oleh Pusat

Program Pengalaman Lapangan (P3L) LP3M UNP dengan nama mata

kuliah Praktik Pengalaman Lapangan.

Kegiatan PPL meliputi praktik mengajar, praktik administrasi,

praktik bimbingan dan konseling serta kegiatan yang bersifat kurikuler

dan atau ekstra kurikuler yang berlaku di sekolah latihan. Melalui kegiatan

tersebut mahasiswa praktikan akan memperoleh seperangkat pengetahuan,

35
sikap, dan keterampilan yang dapat menunjang tercapainya penguasaan

kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

dan kompetensi sosial .

b. Pengelolaan PLP

Pedoman PPL (2020) dilaksanakan atas dasar tanggung jawab

bersama antara Universitas Negeri Padang dengan sekolah latihan/tempat

latihan. Universitas Negeri padang melibatkan berbagai unsur meliputi

Dinas Pendidikan Propinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Sekolah

latihan dan lembaga-lembaga terkait lainnya.

Hal itu tampak dalam penetapan tempat praktik bagi mahasiswa

PPL yang mengacu pada persetujuan Rektor, Kepala Kantor Wilayah

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kepala Dinas Pendidikan

Nasional Kota, atau pimpinan lain yang setara dan terkait dengan tempat

latihan. Pengelolaan itu dilaksanakan melalui kerjasama yang terpadu dan

terarah oleh semua pihak yang terkait sebagai suatu sistem dalam

pelaksanaan PPL yaitu kelompok pembina dan kelompok pelaksana.

c. Kegiatan dan Tugas PLP

Pedoman PPL (2020) Kegiatan mahasiswa selama masa PPL di

sekolah terdiri dua jenis, yaitu : kegiatan pembelajaran (teaching) dan

kegiatan pengembangan sekolah (nonteaching). Kedua jenis kegiatan

tersebut akan dinilai dengan cara penilaian berkelanjutan. Adapun

36
kegiatan-kegiatan yang dinilai adalah: (1) Latihan Mengajar Terbimbing

(LMT), (2) Latihan Mengajar Mandiri (LMM), (3) Ujian Pembelajaran

(UP), (4) Kegiatan nonteaching, dan (5) Laporan PPL. Semuanya

mengacu pada kompetensi guru (kompetensi pedagogik, kepribadian,

sosial, dan profesional).

B. Penelitian Relevan

Berdasarkan kajian yang dilakukan, penelitian yang relevan dengan

penelitian ini diantaranya :

1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tukar Efendi Siregar (2018)

dengan judul Persepsi Siswa Terhadap Keterampilan Mengajar Pada

Mahasiswa PPL Program Studi Tadris Matematika IAIN Padangsidimpuan di

SMP Negeri 10 Padangsidimpuan Tahun Akademik 2017-2018. Hasil

penelitian ini adalah keterampilan mengajar mahasiswa PPL Program Studi

Tadris Matematika dikatakan baik karena telah mengaplikasikan

komponenkomponen keterampilan dasar mengajar, akan tetapi masih ada dua

keterampilan yang belum terampil atau kurang terlaksana yaitu diketarmpilan

menjelaskan pada bagian kejelasan kalimat dan keterampilan mengelola kelas.

Mahasiswa masih kurang mampu dalam mengkondusifkan kondisi ruangan.

2. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pepi Putri Maharani

Hasibuan (2014) dengan judul Persepsi Siswa terhadap Keterampilan

Mengajar Mahasiswa PPL STAIN Padangsidimpuan Tahun Akademik 2012-

37
2013 Di MTs N 2 Padangsidimpuan.  Penelitian ini bertujuan untuk

memperoleh gambaran tentang persepsi siswa terhadap keterampilan

mengajar Mahasiswa PPL STAIN Padangsidimpuan dalam menjelaskan

pelajaran di MTs N 2 Padangsidimpuan dan untuk mengetahu kendala yang

dihadapi Mahasiswa PPL STAIN Padangsidimpuan dalam menjelaskan

pelajaran di MTs N 2 Padangsidimpuan.  Hasil penelitian menunjukkan

bahwa persepai siswa terhadap keterampilan mengajar Mahasiswa PPL

STAIN Padangsidimpuan dalam menjelaskan pelajaran termasuk dalam

kategori baik. Hal ini dapat diketahui dari Persepsi Siswa Terhadap

Keterampilan Mengajar Mahasiswa PPL STAIN Padangsidimpuan dengan

persentase bahwa siswa sebanyak 7 orang (23,33%) mengatakan sangat baik,

mengatakan baik 16 orang (53,33%), cukup 5 orang (16,66%) dan yang

mengatakan kurang baik 2 orang (6,66%).

3. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Hendrawai (2013)

dengan judul Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Mahasiswa

PPL-2 Pendidikan Sosiologi FKIP UNTAN. Hasil dari penelitian ini

menunjukan pendapat siswa, (91,67%) atau 33 siswa menyatakan jarang

diberikan kesempatan menjawab pertanyaan dan menyampaikan gagasannya

dengan kata lain mahasiswa kurang menguasai Keterampilan Menjelaskan,

(83,33%) atau 33 siswa menyatakan mahasiswa PPL sering sekali

38
menganalisa pendapat siswa dengan kata lain mahasiswa secara baik

menguasai Keterampilan Dalam Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan.

4. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jelina Navisa, Jasrial,

Ermita dan Sulastri (2021) dengan judul Persepsi Siswa tentang

Keterampilan Mengajar Mahasiswa Program Praktek Lapangan (PPL)

Jurusan Administrasi Pendidikan UNP se-SMK Negeri Kota Padang. Dari

hasil pengolahan data diperoleh bahwa skor rata-rata keterampilan mengajar

mahasiswa PPL Jurusan Administrasi Pendidikan Universitas Negeri

Padang dalam aspek keterampilan membuka pembelajaran adalah 4,13

dengan kriteria baik, keterampilan menjelaskan materi adalah 4,15 dengan

kriteria baik, keterampilan bertanya adalah 4,24 dengan kriteria baik,

keterampilan memberikan penguatan adalah 3,86 dengan kriteria baik,

keterampilan mengelola kelas 4,35 dengan kriteria baik, keterampilan

penggunaan berbagai variasi mengajar adalah 4,15 dengan kriteria baik,

keterampilan penggunaan media pengajaran adalah 3,61 dengan kriteria

baik, keterampilan menutup pembelajaran adalah 4,33 dengan kriteria baik.

Jadi menurut siswa se-SMK Negeri Kota Padang yang belajar dengan

mahasiswa PPL Jurusan Administrasi Pendidikan Universitas Negeri

Padang mendapat skor rata-rata 4,11 dengan kriteri baik. Jadi secara

keseluruhan keterampilan mengajar mahasiswa PPL Jurusan Administrasi

39
Pendidikan Univeristas Negeri Padang Se-SMK Negeri Kota Padang

sudah terlaksana dengan baik.

C. Kerangka Konseptual

Keterampilan dalam mengajar merupakan suatu yang harus dimiliki secara

utuh dan menyeluruh oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai

seorang pendidik. Keterampilan mengajar juga harus dimiliki mahasiswa PPL

sebagai guru dan seorang pendidik di sekolah. Dalam proses pembelajaran ini

terjadi interaksi antara siswa dan guru, interaksi inilah yang menimbulkan

persepsi dan sudut pandang yang berbeda antara satu siswa dengan siswa yang

lainnya kepada mahasiswa PPL sebagai seorang guru, dari persepsi yang berbeda

maka akan timbul gejalan yang berbeda. Adapun permasalahannya yang dapat

menimbulkan persepsi siswa yaitu ketidaksiapan mahasiswa PPL dalam mengajar

seperti strategi mengajar yang kurang matang dan pelaksanaan proses belajar

mengajar yang kurang optimal, sehingga dapat berpengaruh terhadap motivasi

dan semangat siswa dalam belajar serta juga dapat dilihat dari hasil belajar siswa.

Keterampilan mengajar mahasiswa PPL harus ditingkatkan semaksimal

mungkin agar proses dan tujuan dari pembelajaran tersampaikan dengan baik.

Jika proses dan tujuan pembelajaran berjalan dengan baik maka akan terlihat dari

persepsi dan sudut pandang positif oleh siswa. Untuk mengetahui itu dilakukan

upaya penelitian bagaimana persepsi siswa terhadap keterampilan mengajar

mahasiswa PPL pada jurusan teknik instalasi tenaga listrik di SMK Negeri 5

40
Padang yang dilihat dari delapan indikator keterampilan mengajar, dengan

melakukan penelitian ini dapat melihat kondisi apa adanya yang sebenarnya

terjadi pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh mahasiswa PPL.

Penelitian ini diharapkan mampu mengetahui bagaimana persepsi siswa

terhadap keterampilan mengajar mahasiswa PPL dan dapat memberikan masukan

posistif kepada mahasiswa PPL dan guru di sekolah untuk mengetahui seberapa

penting keterampilan mengajar seorang guru yang dilihat dari persepsi dan sudut

pandang siswa yang dapat berpengaruh kepada motivasi, semangat belajar serta

hasil belajar siswa. Dalam pelaksanaan penelitian kerangka konseptual yang

digunakan seperti gambar 1.

41
Kurangnya keterampilan mengajar oleh mahasiswa
PPL seperti ketidaksiapan mahasiswa PPL dalam
mengajar yang dilihat dari strategi mengajar yang
Masalah kurang matang dan pelaksanaan proses belajar
mengajar yang kurang optimal sehingga dapat
menimbulkan berbagai persepsi dan sudut pandang
yang berbeda dari siswa.

Dilakukan penelitian deskritif pendekatan kuantitatif untuk


mengetahui persepsi siswa terhadap keterampilan mengajar
Solusi
pada jurusan teknik instalasi tenaga listrik di SMK Negeri 5
Padang

Mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap


Hasil keterampilan mengajar mahasiswa PPL pada jurusan teknik
instalasi tenaga listrik.

Gambar 1. Kerangka Konseptual

BAB III

42
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah

penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri, baik satu

variable atau lebih, tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan

variable lain (Sugiyono, 2012:13). Penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada

filsafat posistivisme untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu dengan

pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan pengumpulan data

menggunakan instrument, analisis dan bersifat statistic (Sugiyono, 2017:14).

Penelitian kuantitatif bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan keterampilan

mengajar pada jurusan teknik instalasi tenaga listrik di SMK Negeri 5 Padang.

B. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

a. Menentukan dan menetapkan tempat beserta jadwal penelitian.

b. Mengurus surat perizinan penelitian.

c. Mempersiapkan dan menyusun instrumen penelitian.

d. Melakukan validasi isi instrumen penelitian.

e. Melakukan uji coba instrumen penelitian.

43
2. Tahap pelaksanaan

a. Pemberian angket dengan subjek yang telah ditentukan dan

menggunakan pedoman yang telah disiapkan.

b. Pengumpulan data terkait dengan fokus penelitian.

c. Perekapan data yang telah dikumpulkan.

3. Tahap akhir

a. Mengolah data yang telah didapatkan dari hasil angket yang digunakan.

b. Menyimpulkan hasil yang didapatkan sesuai dengan teknik analisis data

yang digunakan.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam

suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan (Margono, 2005:118).

Menurut Sugiyono (2017), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

dari objek dan subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang

diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Dalam penelitian ini yang menjadi populasinya adalah

seluruh siswa jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik yang mengikuti mata

pelajaran Instalasi Motor Listrik di SMK Negeri 5 Padang pada tahun ajaran

2021/2022.

44
Pada table 2 berikut ini dapat dilihat data jumlah siswa jurusan

Teknik Instalasi Tenaga Listrik kelas XI dan XII pada tahun ajaran

2021/2022 sebagai berikut :

Tabel 2. Jumlah siswa kelas XI dan XII jurusan Teknik Instalasi Tenaga
Listrik pada tahun ajaran 2021/2022
Kelas Jumlah Siswa

Kelas XI 97

Kelas XII 62

Total 159

Sumber : SMK Negeri 5 Padang T.P 2021/2022

2. Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2017:215) sampel adalah bagian dari populasi.

Untuk membuktikan kebenaran jawaban yang masih sementara (hipotesis),

maka peneliti melakukan pengumpulan data pada objek tertentu, karena

objek dalam populasi terlalu luas, maka peneliti menggunakan sampel yang

diambil dari populasi tersebut. Probability sampling adalah metode diambil

dalam pengambilan sampel penelitian ini dengan teknik sampel random

sampling.

Menurut sofar sialen dan widiyono probability sampling adalah

metode pengambilan sampel yang memberikan peluang kesempatan yang

sama bagi setiap unsur/elemen/anggota populasi untuk terpilih sebagai

sampel. Kemudian, teknik sampel random sampling merupakan sampel

45
yang diambil secara acak sederhana tanpa memperhatikan strata yang ada

dalam populasi, karena setiap anggota populasi dianggap homogen.

Menurut newman dalam sofar sialen dan wisiyono salah satu

alternative pemilihan sampel adalah dengan menggunakan rumus slovin

sebagai berikut:

N
n= 2
1+ N e

Keterangan :

e (error) = persentase tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi (0,05)

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

D. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan bagian dari kegiatan penunjang guna

terselenggaranya kegiatan penelitian di mana pengumpulan data tersebut

dilakukan untuk membuktikan berhasil tidaknya suatu penelitian.

1. Metode Dokumentasi

Menurut Arikunto (2010:201) “Dokumentasi adalah mencari dan

mengumpulkan data yang mengenai hal-hal atau variabel yang berupa buku,

majalah, dokumen, peratura-peraturan, notulen rapor, catatan harian, dan

sebagainya.” Dalam penelitian ini metode dokumentasi diperlukan untuk

46
memperoleh data pada variabel hasil belajar berupa nilai evaluasi

pembelajaran Mahasiswa PPL.

2. Metode Angket (Kuesioner)

Metode Angket dalam penelitian ini berisi item-item pernyataan yang

dibuat untuk mendapatkan data mengenai variabel keterampilan mengajar

mahasiswa PPL. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah

angket tertutup, artinya penulis telah menyediakan jawabannya sehingga

responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan pendapatnya

(Arikunto, 2010: 195). Dimana penyebaran angket tersebut dilakukan dalam

bentuk offline/secara langsung kepada siswa di sekolah.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu pengumpulan data penelitian.

Instrumen penelitian yang digunakan sangat tergantung pada jenis data yang

didapatkan. Instrumen yang digunakan dalam mengumpulan data pada penelitian

ini adalah kuesioner. Kuesioner merupakan seperangkat pernyataan yang harus

dijawab responden dan digunakan untuk memperoleh keterangan yang

diperlukan. Selanjutnya, kuesioner disusun dalam bentuk skala bertingkat

berdasarkan model skala likert yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat

dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena.

“Skala likert merupakan butiran soal untuk mengukur sikap individu dalam

dimensi yang sama dan individu menempatkan dirinya ke arah kontinuitas dari

47
butir soal” (Yusuf, 2014:222). Berdasarkan metode pengumpulan data dengan

menggunakan hasil dokumenasi dan angket, maka instrument yang dipergunakan

yaitu kisi-kisi Instrumen. Kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Kisi-kisi instrumen.


Variabel indikator Sub Indikator

Keterampilan 1. Keterampilan bertanya a. Pengungkapan pertanyaan


secara jelas dan singkat
Mengajar
b. Pemberian acuan/petunjuk
c. Pemindahan giliran
pertanyaan
d. Permberian waktu berfikir
dalam menjawab
pertanyaan
2. Ketrampilan memberi a. Penguatan kepada siswa
penguatan tertentu dan kelompok
b. Variasi dalam penguatan
verbal dan non verbal
3. Keterampilan menjelaskan a. Penggunaan metode yang
tepat
b. Ketepatan materi ajar
c. Penyajian dalam suatu
penjelasan
d. Mengadakan variasi dalam
menjelaskan
4. Keterampilan mengola a. Menunjukan sikap tangga
kelas dalam keadaann kelas
b. Membagi perhatian dikelas

48
c. Memusatkan perhatian dan
menegur siswa
d. Memberikan petunjuk yang
jelas
5. Keterampilan variasi e. Variasi dalam cara
mengajar
f. Variasi dalam penggunaan
media pembelajaran
g. Variasi dalam pola
interaksi dan kegiatan
siswa
6. Keterampilan a. Pemusatan perhatian siswa
membimbing diskusi b. Mengklasifikasikan
kelompok kecil masalah diskusi
c. Meningkatkan kontribusi
dan partisipasi siswa
terhadap kelompok
d. Menutup diskusi
7. Keterampilan membuka a. Menarik perhatian dan
dan menutup pelajaran menimulkan motivasi
dalam membuka pelajaran
b. Memberikan acuan dan
membuat kaitan dalam
membuka pelajaran
c. Meninjau kembali dan
mengevalusi pembelajaran
dalam menutup pelajaran
8. Keterampilan mengajar a. Mengadakan pendekatan

49
kelompok kecil dan hubungan antar pribadi
perorangan b. Kemampuan
Mengorganisir tindakan
c. Membimbing dan
membantu pelajaran
d. Merencanakan dan
melaksanakan kegiatan
pembelajaran

Alternatif jawaban untuk penelitian ini pada tiap-tiap butir pernyataan

adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Kriteria indicator skor/Skala Likert


Indicator Skor

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Kurang Setuju (KS) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

1. Validitas Instrumen

Suatu instrumen dikategorikan valid jika instrumen dapat mengukur

apa yang hendak diukur dan mendapatkan hasil sesuai dengan kriteria.

Suatu instrumen dapat dikategorikan memiliki validitas yang tinggi jika

instrumen tersebut hasil pengukuran yang tepat dan akurat sesuai dengan

50
maksud digunakannya instrumen tersebut. Untuk menghitung validitas

instrumen menggunakan rumus seperti yang diuraikan oleh Suharsimi

Arikunto (2010:213) sebagai berikut:

N ∑ XY −(∑ X )( ∑Y )
rxy =
√¿ ¿ ¿

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y


N = Jumlah responden
∑xy = Total perkalian antara variabel X dan Y
∑x = Jumlah skor butir X
∑y = Jumlah skor butir Y
∑x2 = Jumlah kuadrat skor butir X
∑y2 = Jumlah kuadrat skor butir Y
Kategori validitas instrumen yang mengacu pada pengklasifikasian

validitas dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Klasifikasi validitas


Nilai r Interpretasi

0,800 - 1,00 Sangat tinggi

0,600 - 0,800 Tinggi

0,400 - 0,600 Cukup

0,200 - 0,400 Rendah

0,00 - 0,200 Sangat rendah

Sumber: Suharsimi Arikunto (2010:213)

51
2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah suatu ketetapan instrumen apabila digunakan pada

subjek yang sama. Suatu instrumen dapat dikategorikan memiliki taraf

ketetapan tinggi apabila instrumen tersebut memberikan hasil yang

konstan. Untuk menguji reliabilitas instrumen menggunakan rumus Alpha

Cronbach dengan persamaan seperti yang diuraikan oleh Suharsimi

Arikunto (2010:239) sebagai berikut:

( )( ∑σ b
)
2
k
r11 = 1−
k −1 2
σ t

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen secara keseluruhan


∑ σ2 b = jumlah varian butir
2
σ t = varians total
k = banyaknya item pertanyaan

Setelah reliabilitas instrumen dapat ditentukan nilainya dengan

menggunakan rumus Alpha Cronbach maka untuk mengetahui tingkat

reliabilitasnya maka dapat dilihat pada tabel 5.

52
Tabel 5. Klasifikasi indeks reliabilitas
Indeks Reliabilitas Klasifikasi

0,800 - 1,00 Sangat tinggi

0,600 - 0,800 Tinggi

0,400 - 0,600 Cukup

0,200 - 0,400 Rendah

0,00 - 0,200 Sangat rendah

Sumber : Suharsimi Arikunto (2010:239)

Berdasarkan hasil uji coba angket motivasi peserta didik diperoleh

reliabilitasnya termasuk kategori sangat tinggi.

F. Teknik Analisis Data

Pengolahan data dimulai dengan merancang struktur data, pengkodean,

editing dan pengentrian data. Data di masukkan dan disimpan di Microsoft excel,

Setelah itu ketika data dinyatakan valid, maka data bisa diolah. Data diolah dan

dianalisis dengan program SPSS25 terbaru. Kemudian hasil disajikan dalam

bentuk tabel secara terperinci, pengolahan data dan analisis data yang digunakan

adalah:

1. Tabulasi Data

Data kompetensi profesional dan hasil belajar siswa diukur

menggunakan data konsentrasi (menghitung frekuensi, mean, modus,

presentase, nilai rata-rata, standar deviasi, nilai minimum dan nilai

maksimum).

53
2. Deskripsi Data

Mengklasifisikan skor ke dalam 5 kategori untuk melihat tingkat

pencapaian responden. Teknik klasisfikasi data yang digunakan adalah

menurut Suharsimi Arikunto (2013:201) yaitu terlihat pada tabel 6.

Tabel 6. Klasifikasi Skor


No. Kategori Rumus

a. Sangat baik ≥ (Mi + 1,5 Sdi)

b. Baik (Mi + 0,5 Sdi) − < (Mi + 1,5 Sdi

c. Cukup (Mi – 0,5 Sdi) − < (Mi + 0,5 Sdi)

d. Buruk (Mi – 1,5 Sdi) − < (Mi 0,5 Sdi)

e. Sangat buruk < (Mi – 1,5 Sdi)

(Sumber : Suharsimi Arikunto (2013:201)

Untuk menentukan skor rata-rata ideal digunakan patokan kurva normal

sebagai berikut :

Mi = ½ (skor ideal maksimum + skor ideal minimum)

Sdi = 1/6 (skor ideal maksimum - skor ideal minimum)

Dimana:

Mi = Skor rata-rata ideal

Sdi = Simpangan Baku

54
DAFTAR PUSTAKA

Achdiani, Y., & Rusliyani, D. A. (2017). Pengetahuan Keterampilan Dasar Mengajar


dalam Menyiapkan Guru Sekolah Menengah Kejuruan. TEKNOBUGA: Jurnal
Teknologi Busana dan Boga, 5(2), 34-43.

Anam, K. (2015). Pengaruh media pembelajaran terhadap minat belajar siswa pada
mata pelajaran pai di smp bani muqiman bangkalan. Tadarus: Jurnal
Pendidikan Islam, 4(2), 1-17.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

________. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

________.(2010). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung :


Alfabeta.

Aziizu, B. Y. A. (2015). Tujuan besar pendidikan adalah tindakan. Prosiding


Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(2).

Banda, Y. M., Ma, S. H. G., & Tola, D. (2020). Kontribusi Pemanfaatan Media
Pembelajaran dan Kompetensi Profesional Guru Terhadap Prestasi Belajar
Siswa. Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran, 4(3), 586-594.

Bangun, D. (2008). Hubungan persepsi siswa tentang perhatian orang tua,


kelengkapan fasilitas belajar, dan penggunaan waktu belajar di rumah dengan prestasi
belajar ekonomi. Jurnal ekonomi dan pendidikan, 5(1).

Desti, A., Jaya, P., & Azhar, N. (2018). KONTRIBUSI KECERDASAN SPASIAL
VISUAL DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP
HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN DESIGN GRAFIS JURUSAN
MULTIMEDIA SMKN 1 KEC. LUAK KAB. LIMA PULUH
KOTA. Voteteknika (Vocational Teknik Elektronika dan Informatika), 2(2).

Gumelar dan Dahyat. (2009). Ruang Lingkup Kompetensi Profesional. Asian Institut
for Teacher Education.

Hamdayama, J. (2016). Metodologi Pengajaran (Cet. 1), Jakarta : Bumi Aksara

Hamid, A. (2017). Guru Profesional. Al-Falah: Jurnal Ilmiah Keislaman dan


Kemasyarakatan, 17(2), 274-285.1(1).

55
Hamidah, A. (2014). Persepsi siswa tentang kegiatan praktikum biologi di
laboratorium SMA Negeri Se-Kota Jambi. Sainmatika: Jurnal Sains dan Matematika
Universitas Jambi, 8(1), 221111.

Harjali, H. (2017). Strategi guru dalam membangun lingkungan belajar yang


kondusif: studi fenomenologi pada kelas-kelas sekolah menengah pertama di
Ponorogo. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran (JPP), 23(1), 010-019.

Hasibuan, P. P. M. (2014). Persepsi siswa terhadap keterampilan mengajar


mahasiswa PPL STAIN Padangsidimpuan Tahun Akademik 2012/2013 di MTs N 2
Padangsidimpuan (Doctoral dissertation, IAIN Padangsidimpuan).

Helmi, J. (2015). Kompetensi profesionalisme guru. AL-ISHLAH: Jurnal


Pendidikan, 7(2), 318-336.

Jalinus, N. (2013). “ Evaluate Kinerja Guru Sekolah Menengah Kejuruan Sumatera


Barat Pascasertifikasi”. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Jilid 17,
No. 1 ( hlm. 72 - 87 ). Padang: Universitas Negeri Padang.

KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). (2005). Jakarta: PT (Persero) penerbitan dan
percetakan.

Khairani, M. 2013. Psikologi Umum. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Komaruddin.(2006).Ensiklopedia Manajemen. Jakarta : Bumi Aksara

Lapangan, P. (2020). Praktek lapangan.

Margono. (2005). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Pedoman Praktek Lapangan Kependidikan. (2020) Universitas Negeri Padang.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta.


Jakarta.

Sudjana. (2006). Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sudrajat, A. (2011). Mengapa pendidikan karakter?. Jurnal Pendidikan Karakter, 

Sugiyono (2013). Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

_______. (2017). Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R & D.


Bandung: CV. ALFABETA .

56
Suharsimi, A. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.

Sukirman, D. (2010). Keterampilan dasar mengajar. Universitas pendidikan


indonesia.

Sunaryo. (1989). Strategi Belajar Mengajar Dalam Pengajaran Ilmu Pengetahuan


Sosial. DEPDIKBUD Proyek Pengembangan Lembaga Tenaga Kependidikan.
Jakarta

Suprihatiningrum, J. (2016). Guru Profesional, Pedoman Kinerja, Kualifikasi dan


Kompetensi guru. Cutakan ke-3. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Sutisnawati, A. (2017). Analisis keterampilan dasar mengajar mahasiswa calon guru


sekolah dasar. Mimbar Pendidikan Dasar, 8(1), 15-24.

Syamsul, S., Azis, A. A., & Pagarra, H. (2017). Analisis Kompetensi Pedagogik dan
Profesional Guru Biologi dan Korelasinya terhadap Hasil Belajar Siswa
SMAN se-Kabupaten Sinjai. Jurnal Biotek, 5(2), 123-140.

Toha, M. (2003). Perilaku Organisai Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.

Undang-undang Republik Indonesia No.20 Th 2003 tentang sistem Pendidikan


Nasional.

Wahyulestari, M. R. D. (2018, July). Ketrampilan Dasar Mengajar di Sekolah Dasar.


In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan (Vol. 1, No. 1).

Walgito, B. 2003. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Andi Opset. Yogyakarta.

_________. (1992). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.

Widayati, A. (2004). Metode mengajar sebagai strategi dalam mencapai tujuan


belajar mengajar. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 3(1).

Widiarsa, I. G. P., Marhaeni, M. P. A. N., & Sutama, M. P. P. I. M.


(2013). Kontribusi Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional
terhadap Hasil Belajar IPS (Studi Persepsi pada Guru SD Kecamatan
Kerambitan) (Doctoral dissertation, Ganesha University of Education).

Widyastuti, D. D. (2020). Keterampilan Dasar Mengajar. JURNAL MITRA


MANAJEMEN, 5(2).

57

You might also like