You are on page 1of 27

MENGELOLA SUMBER DAYA MANUSIA DI INSTALASI FARMASI RUMAH

SAKIT EVASARI DENGAN METODE WORKLOAD INDICATOR STAFFING


NEED (WISN) DAN FULL TIME EQUIVALENT (FTE)
Guna Melengkapi Syarat Penilaian Ujian Akhir Semeter (UAS) Manajemen Farmasi

Dosen : apt. Daniek Viviandari, M. Sc.

APOTEKER 36 KELAS A PAGI


KELOMPOK :

Disusun Oleh:
Biaska Fatwa Utami 2104026015
Ester Hidayati 2104026033
Fira amalia 2104026038
Novia Eka Fatmawati 2104026071
Nadya Puspa Kusumah 2104026066
Rizka Annisa 2104026094
Rino Andriano Am 2104026091
Ulfah Octavia 2104026114
Salma Tsamrotul Fuadah 2104026098
Vifih Dwi Anggraeni 2104026116
Whisnu Yudha Anggara 2104026119
Yuni salamah 2104026120

PROGRAM STUDI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2021
 Analisis Beban Kerja Metode WISN (Work Indicators of Staffing Needs)

Metode ini menghitung beban kerja berdasarkan aktivitas standar tenaga kesehatan
yang diterapkan untuk setiap perincian komponen beban kerja (WHO 2010). Menurut WHO,
WISN dapat membantu dalam meningkatkan keadilan dalam pembagian tugas kepada staf,
memberikan cara terbaik dalam mengalokasikan tugas baru kepada kategori tenaga kesehatan
yang berbeda, mengetahui jumlah staf yang dibutuhkan dalam melakukan suatu pekerjaan, dan
merencanakan kebutuhan staf di masa mendatang (WHO 2010). Berikut ini adalah langkah-
langkah dalam melakukan perhitungan beban kerja menurut WHO (2010):
1. Menentukan Prioritas Jenis Tenaga Kesehatan dan Unit Kerja di Fasilitas Kesehatan
2. Memperkirakan Waktu Kerja yang Tersedia/Available Working Time (AWT)
3. Mendefinisikan Komponen Beban Kerja
4. Menentukan Standar Aktivitas
5. Menghitung Beban Kerja Standar/ Standard Workload
6. Menghitung Faktor Kelonggaran/ Allowance Factor
7. Menentukan Jumlah Tenaga Kerja yang Dibutuhkan Berdasarkan WISN
8. Menganalisis dan Menginterpretasi Hasil dari Perhitungan WISN

 Data Kualitatif

Menggunakan metode WHO (2010), data berupa :


1. Pola ketenagaan di instalasi farmasi
2. Rata-rata waktu pelayanan resep jadi dan racikan
3. Kepuasan pasien
4. Ada atau tidaknya kejadiaan medication error
5. Permasalahan yang dihadapi IFRS dan analisa alternatif penyelesaian
6. Peningkatan kualitas SDM
7. Pemeliharaan tenaga kerja
8. Budaya organisas di IFRS
9. Surat keterangan
WISN KUANTITATIF

A. Menetapkan Waktu Kerja Tersedia/Available Working Time (AWT)


SDM IFRS Bagian Rawat Jalan
Tenaga Kefarmasian yang ada saat ini ada : 8 orang (Apoteker dan TTK)

Waktu yang tersedia dalam 1 tahun (AWT) = (A- (B+C+D+E) x F)


Keterangan :
A. Jumlah hari kerja setahun = 312 hari (6 hari/minggu)
B. Cuti tahunan = 12 hari
C. Pendidikan/ Pelatihan = 3 hari
D. Libur nasioanal = 16 hari
E. Ketidak hadiran kerja = 3 hari
F. Jam kerja per hari = 7 jam/hari
AWT = (312 - ( 12 + 3 + 16 + 3) x 7 jam) = 1946 jam/ tahun
Total waktu kerja dalam menit = 1946 x 60 menit = 116.760 menit/tahun
B. Distribusi Waktu Aktivitas
Waktu yang diperlukan per
Area pekerjaan saat ini
Deskripsi %
Pekerjaan Total
Menit Jumlah/bln
(menit)
Verifikasi Resep 2 2126 4252 5,41
Konfirmasi resep ke
5 1100 5500 7,00
dokter/asuransi
Pelay Input harga resep 2 2126 4252 5,41
anan Menyiapkan obat
3 2126 6378 8,12
Resep dan etiket
Rawa Periksa obat-resep-
1 2126 2126 2,71
t nota
Jalan Penyerahan obat ke
2 2126 4252 5,41
pasien
Penyiapan obat
10 1320 13200 16,80
racikan
Update kartu Input barang masuk
1 30000 30000 38,19
stok manual dan barang keluar
Menerima barang
Permintaan farmasi dari Gudang 5 24 120 0,15
barang ke Farmasi
Gudang Menyimpan barang
10 24 240 0,30
Farmasi dan farmasi
Penyimpanan Merapikan lemari
10 24 240 0,30
dan ruangan farmasi
Menghitung jumlah
2 1600 3200 4,07
obat
Stock Cek stok sistem 1 1600 1600 2,04
Opname Cek waktu
1 1600 1600 2,04
Bulanan kadaluarsa
Input jumlah fisik
1 1600 1600 2,04
ke sistem
Jumlah 78560 100%

C. Standar Beban Kerja

Standar beban kerja/Standard Workload (SW) adalah kuantitas beban kerja selama 1
tahun perkategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun berdasarkan
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya (rata-rata waktu) atau standar waktu yang
diperlukan berdasarkan SPO (standar prosedur operasional) dan waktu yang tersedia pertahun
yang dimiliki oleh masing - masing kategori tenaga. Hasil perhitungan ada pada tabel data
(Standar Beban Kerja).

Standar waktu
yang
Standar
diperlukan
Area Pekerjaan Deskripsi Beban
(menurut
Kerja
SOP/aturan
RS) (menit)
Verifikasi Resep 2 58.380
Konfirmasi resep ke
2 58.380
dokter/asuransi
Input harga resep 2 58.380

Menyiapkan obat dan etiket 4 29.190


Pelayanan Resep Rawat Jalan
Periksa obat-resep-nota 1 116.760

Penyerahan obat ke pasien 3 38.920

Penyiapan obat racikan 15 7.784

Input barang masuk dan barang


Update kartu stok manual 1 116.760
keluar

Menerima barang farmasi dari


15 7.784
Gudang Farmasi
Permintaan barang ke Gudang Farmasi dan
Penyimpanan Menyimpan barang farmasi 15 7.784

Merapikan lemari dan ruangan


15 7.784
farmasi
Menghitung jumlah obat 2 58.380

Cek stok sistem 1 116.760


Stock Opname Bulanan
Cek waktu kadaluarsa 1 116.760

Input jumlah fisik ke sistem 1 116.760

D. Standar Kelonggaran
Faktor kelonggaran merupakan kegiatan yang tidak terkait langsung dengan pelayanan
namun dapat mempengaruhi kualitas pelayanan, penyusunan faktor kelonggaran dapat dilaksanakan
melalui pengamatan dan wawancara kepada tiap kategori SDM.

Kegiatan Lama Frekuensi per Total Kebutuhan Kebutuhan


kegiatan tahun (kali) Waktu (Menit) Tenaga
(menit)

Rapat 60 12 720 0.006

Briefing 15 312 4680 0.040

Diskusi 30 48 1440 0.012

Merekap laporan bulanan 60 12 720 0.006

Total 7560
0.064
Standar Kelonggaran

Kegiatan Jumlah Orang

Rapat 1 Orang
Briefieng 6 Orang
Diskusi 4 Orang
Merekap laporan bulanan 1 Orang

CAS (Category Allowance Standar)


Breafing (4680/60)/1946 x 100 % 4.0082%
Diskusi (1440/60)/1946 x 100 % 1.2332%
Total CAS 5,2414 %

CAF (Category Allowance Factor)


CAF = 1/[1 -(Total CAS / 100)]
CAF = 1/[1 -(5,2414 /100)]
CAF = 1/(1-0,0524)
CAF = 1,0552
IAS (Individual Allowance Standar)
12 jam (720
Rapat (720/60) x 1 orang menit)
12 jam (720
Merekap Laporan Bulanan : (720/60) x 1 orang menit)
24 jam (1440
Total IAS menit)

IAF = IAS/AWT
IAF = IAS/AWT IAF = IAS/AWT
IAF = IAS/AWT IAF = 24 jam / 1946 jam
IAF = 1440 menit / 116760 menit IAF = 0,0123
IAF = 0,0123

E. Menghitung Jumlah Tenaga Kerja


Data yang dibutuhkan untuk menghitung jumlah tenaga kefarmasian yang dibutuhkan adalah
waktu kerja tersedia, standar beban kerja, standar kelonggaran, dan kuantitas kegiatan pokok selama
kurun waktu satu tahun. Kuantitas kegiatan pokok adalah jumlah suatu kegiatan pokok yang
dilakukan dalam setahun dikali waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut. Hasil
perhitungan kebutuhan tenaga dengan metode WISN akan dibandingkan dengan tenaga yang ada
sehingga diperoleh rasio WISN.

a. Kegiatan Pelayanan Utama

Waktu yang diperlukan dalam setahun dibagi standar beban kerja, didapatkan jumlah tenaga yang
dibutuhkan. Kemudian dijumlahkan semua kebutuhan dari setiap kegiatan.
Total kebutuhan tenaga = 34,34 orang (nilai A)
b. Kegiatan Penunjang
CAF = 1,0552 (nilai B)
c. Kegiatan Tambahan
IAF = 0,0123 (nilai C)
Total Kebutuhan Tenaga Kerja
(Total Kebutuhan Tenaga Rawat Jalan x CAF) + IAF

(32,54 X 1,0552) + 0,0123 = 34,34 orang 34 orang

F. Rasio dan Menginterpretasi Hasil dari Perhitungan WISN (Rasio Kebutuhan Tenaga Farmasi)
Menunjukkan bahwa jumlah tenaga dan beban apoteker dan tenaga teknis kefarmasian di
instalasi farmasi cukup berdasarkan kebutuhan.
 Jika <1,beban kerja besar dan tenaga kerja kurang
 Jika >1, beban kerja kcil dan tenaga kerja berlebih
Tenaga Riil pada IFRS Tenaga Yang dibutuhkan menurut perhitungan WISN

8 orang 34 orang

= 8 orang/ 34 orang
Rasio
= 0,23 < 1

G. Analisa Penyebab, Akibat dan Rekomendasi

Menurut data dan perhitungan yang telah dilakukan terkait beban kerja tenaga kefarmasian
pada IFRS Rumah Sakit Evasari, dapat dilihat bahwa tenaga kefarmasian yang ada saat ini lebih
sedikit jika dibandingkan dengan beban kerja yang ada. Beban kerja yang besar dengan jumlah
tenaga yang kurang dapat mempengaruhi performa pelayanan IFRS tersebut pada pasien. Resiko
yang mungkin terjadi jika beban kerja lebih besar dibandingkan dengan tenaga yang ada adalah
sebagai berikut:
a. Resiko terjadinya medication error lebih tinggi (Panca et al. 2018).
1) Kemungkinan kesalahan membaca dan menginterpretasikan resep,
2) kesalahan dalam menyiapkan dan meracik obat,
3) kesalahan dalam penyerahan obat kepada pasien,
b. Penurunan kinerja pelayanan IFRS terhadap pasien dan tenaga kesehatan lain:
1) Perbandingan antara peningkatan jumlah resep masuk dan tenaga yang sedikit dapat menyebabkan
waktu tunggu pelayanan resep pasien menjadi lebih panjang.
2) Akibat dari waktu tunggu pelayanan dapat menyebabkan penurunan kepuasan pelanggan/pasien
terhadap kinerja pelayanan IFRS.
3) Keluhan tidak hanya datang dari pasien saja, petugas tenaga kefarmasian juga mengalami tekanan
terhadap tumpukan resep yang menyebabkan bertambahnya jam kerja atau lembur.

Menurut Verawati dkk. (2017), terdapat beberapa rekomendasi yang bisa digunakan untuk
mengatasi kasus tersebut, yaitu:

1) Intervensi jangka pendek yaitu pengaturan jadwal dinas (waste waiting) dan perubahan alur
pelayanan resep (waste motion). Pengaturan jadwal dinas misalnya saat belum ada resep masuk,
waktu tersebut ini dapat digunakan untuk melakukan aktivitas produktif lain seperti membuat
laporan harian atau aktivitas lainnya yang tersedia. Sedangkan perubahan alur pelayanan resep dapat
dilakukan dengan berupa perubahan sistem atau modifikasi alur kerja. Penggunaan e-prescribing
dapat mengurangi aktivitas dan berpengaruh pada keselamatan pasien, selain itu dengan sistem e-
prescribing petugas tidak perlu lagi menulis etiket dan membuat salinan resep secara
manual.Penggunaan e-prescribing mengurangi kegiatan konfirmasi resep karena tulisan dokter yang
kurang jelas. Penggunaan e-prescribing dapat meningkatkan kualitas dan efektivitas pelayanan,
proses bekerja secara otomatis yang sangat meningkatkan efisiensi dari pemberi resep dan apoteker.
2) Intervensi jangka menengah dapat dilakukan dengan menambah jumlah tenaga sesuai dengan yang
dibutuhkan.
3) Intervensi jangka panjang yaitu memaksimalkan teknologi dan meningkatkan peran apoteker (waste
not using the creativity employee) dan melakukan pendidikan dan pelatihan secara berkala.
H. Kesimpulan

Beban kerja tenaga kefarmasian pada IFRS di Rumah Sakit Evasari besar. Kebutuhan tenaga
kefarmasian pada IFRS Rawat Jalan menurut perhitungan WISN adalah sebanyak 34 orang,
sedangkan pada keadaan riil di IFRS tersebut hanya memiliki 8 orang tenaga kefarmasian. Sehingga
dibutuhkan 26 orang tenaga kefarmasian tambahan pada IFRS tersebut.

PERHITUNGAN METODE FTE


A. Pendahuluan

Full Time Equivalent (FTE) merupakan salah satu metode analisis beban kerja yang
berbasiskan waktu dengan cara mengukur lama waktu penyelesaian pekerjaan kemudian waktu
tersebut dikonversikan ke dalam indeks nilai FTE (Dewi dan Satrya, 2012). Metode perhitungan
beban kerja dengan Full Time Equivalent (FTE) adalah metode dimana waktu yang digunakan untuk
menyelesaikan berbagai pekerjaan dibandingkan terhadap waktu kerja efektif yang tersedia.
Berdasakan pedoman analisa beban kerja yang dikeluarkan oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN)
dalam penelitian Dewi & Strya (2012) terdapat 3 golongan beban kerja, untuk nilai 0-0,99 masuk
dalam kategori underload sedangkan untuk nilai 1-1,28 masuk dalam kategori normal dan untuk
nilai >1,28 masuk dalam kategori overload. FTE bertujuan untuk menyerdahanakan pengukuran
kerja dengan mengubah jam kerja ke jumlah orang yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
tertentu (Adawiyah, 2013).

B. Rumus :
(Total Waktu Aktivitas+ Allowance)
FTE =
Total Waktu Tersedia
C. Dalam melakukan analisis beban kerja dengan metode FTE (full time equivalent) terdapat 5 langkang
yang perlu dilakukan yaitu :
1. Menetapkan unit kerja beserta kategori tenaganya
No. Jabatan Jumlah
Apoteker
1 2
Pendamping

Tenaga Teknis
2 6
Kefarmasian

No
Jabatan Area pekerjaan Deskripsi
.
Menerima barang farmasi dari
Gudang Farmasi
Permintaan barang ke Gudang Menyimpan barang farmasi
Farmasi dan Penyimpanan
Merapikan lemari dan ruangan
farmasi
Menghitung jumlah obat
1 Apoteker Pendamping Cek stok sistem
Stock Opname Bulanan
Cek waktu kadaluarsa
Input jumlah fisik ke sistem
Penyerahan obat ke pasien
Pelayanan Resep Rawat Jalan
Periksa obat-resep-nota

Verifikasi Resep
Konfirmasi resep ke
dokter/asuransi
Pelayanan Resep Rawat Jalan
Input harga resep
Menyiapkan obat dan etiket
Tenaga Teknis Serah terima obat dengan perawat
2
Kefarmasian Penyiapan obat racikan

Menghitung jumlah obat


Stock Opname Bulanan Cek stok sistem
Cek waktu kadaluarsa
Input jumlah fisik ke sistem

2. Menetapkan waktu kerja yang tersedia selama 1 tahun


Waktu Keja Tersedia/ Available Work Time
Kode Faktor Jumlah Keterangan
Hari Kerja (6
A 312 Hari/ tahun
hari/minggu)
B Cuti Tahunan 12 Hari/ tahun
Pendidikan dan
C 3 Hari/ tahun
Pelatihan
Hari Libur
D 16 Hari/ tahun
Nasional
Ketidak Hadiran
E 3 Hari/ tahun
Kerja
F Waktu Kerja 7 Jam/ hari
Total hari kerja =
278 Hari/tahun
{A-(B+C+D+E)}
  Waktu Kerja
Tersedia=
1946 Jam/ tahun
{A-
(B+C+D+E)xF}
Total waktu kerja tersedia
116.760 Menit/tahun
dalam menit

Waktu Kerja Tersedia = {A – (B + C +D + E)} × F


Keterangan :
A = Hari Kerja
B = Cuti Tahunan
C = Pendidikan/Pelatihan
D = Libur Nasional
E = Ketidakhadiran Kerja
F = Jam Kerja per Hari

3. Menentukan Standar Kelonggaran


Allowance / Kelonggaran ditentukan berdasarkan standat menurut Sutalaksanan dkk (1979) dan tabel ILO
(International Labour of Organization).

Faktor
No %
Kelonggaran

1 Bekerja di meja 03.00

2 Posisi duduk 01.00

3 Pandangan normal 03.00

4 Suhu normal 03.00

5 Kebutuhan jasmani 05.00


  Total 15.00

Allowance = 15% x jumlah kerja efektif dalam setahun x jam kerja sehari
= 15% x 278 x 420
= 17514
4. Menetapkan Standar Beban Kerja
Frekuen Durasi Jumlah
Kaitan dengan Konver Beban Kerja (Orang-
si (Menit SDM
tugas si menit)
(Bulan) ) (Orang)
No Area Period

Pendukung

Pendukung
Jabatan Deskripsi

Insidential

Insidential
. Pekerjaan e

Utama

Utama
Menerima
barang
farmasi dari 24
Permintaan Gudang
barang ke Farmasi Harian 1     5 2 12 2880    
Gudang Menyimpan
Farmasi dan barang 24
Penyimpana farmasi Harian   1   10 2 12   5760  
n Merapikan
lemari dan
24
ruangan
Apoteker farmasi Harian   1   10 2 12   5760  
2 Pendampin Menghitung
g 1600
jumlah obat Bulan 1     2 2 12 76800    
Cek stok
Stock 1600
sistem Bulan 1     1 1 12 19200    
Opname
Cek waktu
Bulanan 1600
kadaluarsa Bulan 1     1 2 12 38400    
Input jumlah
1600
fisik ke sistem Bulan 1     1 2 12 38400    
Penyerahan Harian
Pelayanan obat ke pasien 2126
1     2 1 12 51024    
Resep
Harian
Rawat Jalan Periksa obat- 2126
resep-nota 1     1 1 12 25512    
Beban kerja jabatan 1152
 
per tahun 252216 0  
Verifikasi Harian
2126
Resep 1     2 1 12 51024    
Konfirmasi Harian
resep ke
1100
dokter/asuran
si 1     5 1 12 66000    
Input harga Harian
Pelayanan 2126
resep 1     2 1 12 51024    
Resep
Menyiapkan Harian
Rawat Jalan
obat dan 2126
Tenaga etiket 2     3 2 12 153072    
Teknis Serah terima Harian
3
Kefarmasia obat dengan 2299
n perawat 1     2 1 12 55176    
Penyiapan Harian
1320
obat racikan 1     10 1 12 158400    
Menghitung Harian
1600
jumlah obat 6     2 6 12 230400    
Cek stok Harian
Stock 1600
sistem 6     1 6 12 115200    
Opname
Cek waktu Harian
Bulanan 1600
kadaluarsa 6     1 6 12 115200    
Input jumlah Harian
1600
fisik ke sistem 6     1 6 12 115200    
Beban kerja jabatan 111069
  per tahun 6    
5. Menghitung kebutuhan tenaga per unit kerja
RUMUS:
(Total Waktu Aktivitas+ Allowance)
FTE (Jumlah Karyawan yang dibutuhkan) =
Total Waktu Tersedia
Total waktu aktivitas : adalah waktu penjumlahan antara waktu utama, pendukung dan insidential
Total waktu tersedia: adalah total waktu yang tersedia dalam satu tahun

Rasio rill = 8/12 = 0,66 (underload)


Maka rasio 0-0,99 underload
D. Interpretasi Data
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Full Time Equivalent (FTE) diatas
didapatkan hasil kebutuhan pegawai yaitu 12, diantaranya 2 Apoteker pendamping dan 10
orang Tenaga Teknis Kefarmasian, sedangkan tenaga kefarmasian real di Rumah Sakit
Evasari hanya terdapat 8 pegawai, yaitu 2 Apoteker Pendamping dan 6 Tenaga Teknik
Kefarmasian. Sehingga dibutuhkan tenaga teknis kefarmasian tambahan sebanyak 4 orang.

WISN KUALITATIF
Hasil Wawancara dengan Ka.Instalasi Farmasi/Apoteker penanggung jawab
Permasalahan yang dihadapi IFRS saat ini (dari wawancara) beserta analisis alternatif
penyelesaiannya Rencana inventory control dilakukan pengurangan bahkan hingga zero
inventory dan menggunakan gudang online (saat obat dibutuhkan, baru akan didatangkan dari
PBF).

PERBANDINGAN METODE WISN DAN FTE


A. Perbedaan
Metode Workload Indicator Stafilling Need (WISN) Merupakan metode
perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan beban pekerjaan yang dilaksanakan oleh setiap
petugas pada setiap unit kerja di fasilitas pelayanan kesehatan sehingga alokasi atau relokasi
akan lebih rasional dan mudah (MENKES RI, 2004). Menetapkan waktu kerja tersedia
tujuannya adalah diperolehnya waktu kerja tersedia masing-masing kategori SDM yang
bekerja di Rumah Sakit selama kurun waktu satu tahun.
Rumus WISN (Total Kebutuhan Tenaga Rawat Jalan x CAF) + IAF
Full Time Equivalent (FTE) merupakan salah satu metode analisis beban kerja yang
berbasiskan waktu dengan cara mengukur lama waktu penyelesaian pekerjaan kemudian
waktu tersebut dikonversikan ke dalam indeks nilai FTE (Dewi dan Satrya, 2012). Metode
perhitungan beban kerja dengan Full Time Equivalent (FTE) adalah metode dimana waktu
yang digunakan untuk menyelesaikan berbagai pekerjaan dibandingkan terhadap waktu kerja
efektif yang tersedia. Berdasakan pedoman analisa beban kerja yang dikeluarkan oleh Badan
Kepegawaian Negara (BKN) dalam penelitian Dewi & Strya (2012) terdapat 3 golongan
beban kerja, untuk nilai 0-0,99 masuk dalam kategori underload sedangkan untuk nilai 1-1,28
masuk dalam kategori normal dan untuk nilai >1,28 masuk dalam kategori overload. Full
Time Equivalent (FTE) bertujuan untuk mengubah jam kerja menjadi jumlah orang yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu.
(Total Waktu Aktivitas+ Allowance)
Rumus FTE (Jumlah Karyawan yang dibutuhkan) =
Total Waktu Tersedia
B. Kelebihan Metode
1) Kelebihan Metode WISN
- Metode ini mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis mudah diterapkan,
komprehensif dan realistis
- Prosedur perhitungan mudah dilakukan sehingga dapat membantu manajer untuk
melakukan perencanaan SDM
- Hasil perhitungan dapat segera diketahui sehingga membantu manajer dalam
pengambilan keputusan secara cepat dan tepat (Rakhmawati & Rustiyanto, 2016)
- Data yang digunakan adalah sesuai kenyataan, sehingga hasil perhitungan yang
didapatkan bersifat realistis. (Yulaika & Sylvy, 2018)
Pada dasarnya metode WISN ini dapat di gunakan di rumah sakit, puskesmas dan sarana
kesehatan lainnya, atau bahan dapat digunakan untuk kebutuhan tenaga di Kantor Dinas
Kesehatan. Sebagai contoh dibawah ini disajikan penggunaan metode WISN di sarana
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
2) Kelebihan Metode FTE
- Keunggulan metode FTE (Full Time Equivalent) ini dalam peningkatan produktivitas
perusahaan yaitu dapat mengoptimalkan kinerja karyawan yang mengetahui jumlah
karyawan yang optimal dibutuhkan perusahaan (Pambudi, 2017).
- FTE merupakan metode analisa beban kerja objektif, yaitu perhitungan beban kerja
berdasarkan keadaan nyata yang ada di lapangan. Pengukuran beban kerja objektif ini
berguna mengetahui kebutuhan tenaga yang sebenarnya.
C. Kekurangan Metode
1) Kekurangan Metode WISN
- Tergantung dari keakuratan dan kelengkapan data yang berkaitan dengan beban kerja.
Akibat dari kelemahan tersebut didapatkan hasil bahwa bisa jadi angka kebutuhan
tenaga yang dihasilkan dari metode WISN tersebut sebenarnya tidak sesuai dengan
beban kerja
- Bersifat subjektif dikarenakan pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara
tidak dilakukan kepada semua tenaga kerja yang ada di unit tersebut dan juga lama
waktu pelaksanaan kegiatan ditetapkan berdasarkan persepsi karyawan yang bertindak
sebagai responden. Oleh karena itu, diperlukan adanya pengukuran yang lebih
objektif
- Metode WISN tidak memperhatikan produktivitas kerja dari tenaga yang ada
sehingga pekerjaan yang terhitung belum tentu sampai pada menghasilkan pelayanan
yang optimal
- Metode WISN umumnya menggunakan data sekunder yang mungkin belum dijamin
kelengkapannya sehingga dapat menimbulkan kurangnya data yang dianalisis dan
memberikan hasil yang kurang akurat. Kelemahan utama melakukan perhitungan
beban kerja dengan metode WISN adalah sangat tergantung pada kelengkapan dan
keakuratan data (Trisana, 2018).
2) Kekurangaan Metode FTE
Kendala yang terjadi selama pelaksanaan analisis beban kerja menggunakan metode
FTE dengan instrument berupa daily log. Pada instrument tersebut setiap jabatan akan dicatat
mengenai kegiatan yang dilakukan dalam periode harian, bulanan, maupun tahunan, serta di
catat frekuensi dan durasi pengerjaan dari masing-masing kegiatan. Maka dari itu
kemungkinan yang terjadi yaitu terdapat beberapa kegiatan yang tidak tercatat pada daily log
dan juga membutuhkan kejujuran dari petugas mengenai apa saja kegiatan yang dilakukan
dan lama waktu pelaksanaan kegiatan yang dapat memengaruhi hasil perhitungan.
D. ANALISIS 2 METODE WISN DAN FTE
NO KATEGORI WISN FTE
1 Pengumpulan Menurut Aulia (2017): Menurut Setiawan & Wulandari
data Data Primer (2016) dan (Muhardiansyah &
wawancara dan kuesioner Windarto):
Data Sekunder 1. lembar daily log dan juga dilakukan
catatan dan dokumentasi Rumah Sakit wawancara/ interview
Tipe B 2. observasi pada masing-masing
Pengamatan (Observasi) jabatan
dilakukan untuk mengetahui kesesuaian
tenaga dengan standar pekerjaan yang
Data yang diambil terdiri dari data
sudah ada.
kegiatan pekerjaan tiap pekerja
yang mengacu pada job description,
durasi waktu pekerjaan, frekuensi
pekerjaan, dan jenis kegiatan
apakah kegiatan tersebut bersifat
harian, mingguan, bulanan atau
tahunan.
Selanjutnya dilakukan rekap data
dan perhitungan nilai FTE yang
didapatkan dari masing-masing
jabatan.
2 Sifat metode Bersifat subjektif, Bersifat objektif,
dilakukan melalui wawancara namun karena dapat mengukur beban kerja
tidak dilakukan kepada semua tenaga individu, menilai kinerja dan
kerja dan berdasarkan persepsi karyawan produktivitas individu dengan
sebagai responden (Wardanis, 2008). menghitung beban kerja semua
pegawai dalam satu unit kerja pada
periode tertentu (Wardanis, 2008).
3 Tahapan Menurut Depkes (2004): Menurut Dewi dan Satriya (2012):
metode: 1. Menetapkan waktu kerja tersedia 1. Menetapkan unit kerja beserta
2. Menetapkan unit kerja dan kategori SDM kategori tenaganya.
yang dihitung 2. Menetapkan waktu kerja yang
3. Menyusun standar beban kerja tersedia selama satu tahun.
4. Menyusun standar kelonggaran 3. Menyusun standar kelonggaran
5. Menghitung kebutuhan tenaga per-unit 4. Menetapkan standar beban kerja
kerja 5. Menghitung kebutuhan tenaga per
unit kerja.

4 Menetapkan Waktu Kerja Tersedia (selama satu tahun) Waktu Kerja Tersedia (selama satu
waktu kerja (Depkes, 2004) = tahun) (Depkes, 2004) =
tersedia /
Total Waktu {A-(B+C+D+E)} x F {A-(B+C+D+E)} x F
tersedia Keterangan:
A = Hari Kerja, sesuai dengan peraturan
atau ketentuan yang berlaku di Data yang dibutuhkan untuk
rumah sakit menetapkan waktu kerja dalam
B = Cuti tahunan setahun adalah:
C = Pendidikan dan Pelatihan, sesuai A = Hari kerja
ketentuan yang berlaku di rumah B = Cuti tahunan
sakit C = Pendidikan dan pelatihan
D = Hari libur nasional D = Hari libur nasional
E = Ketidakhadiran kerja E = Ketidakhadiran kerja
F = Waktu kerja, sesuai dengan F = Waktu kerja
peraturan yang berlaku di rumah
sakit
5 Menetapkan Data dan informasi yang dibutuhkan Data dan informasi yang dibutuhkan
unit kerja dan untuk penetapan unit kerja dan kategori untuk penetapan unit kerja dan
kategori SDM didapatkan dari (Depkes, 2004): kategori SDM didapatkan dari
SDM a. Data pegawai berdasarkan pendidikan (Depkes, 2004):
yang berkerja pada tiap unit kerja di a. Data pegawai berdasarkan
rumah sakit pendidikan yang berkerja pada
b. Peraturan perundang-undangan tiap unit kerja di rumah sakit
berkaitan dengan jabatan fungsional b. Peraturan perundang-undangan
SDM Kesehatan berkaitan dengan jabatan
c. Standar Profesi, Standar pelayanan dan fungsional SDM Kesehatan
standar operasional prosedur (SOP) pada c. Standar Profesi, Standar
tiap unit kerja rumah sakit. pelayanan dan standar
operasional prosedur (SOP) pada
tiap unit kerja rumah sakit

6 Menyusun Standar beban kerja adalah Setiap jabatan akan dicatat


standar volume/kuantitas beban kerja selama satu (Muhardiansyah & Windarto):
beban kerja tahun per kategori SDM 1. kegiatan dalam periode harian,
bulanan, maupun tahunan,
Waktu kerja tertentu 2. frekuensi dan durasi pengerjaan
Rata−rata waktu peraturanSOP dari masing-masing kegiatan.
(Depkes,2004) 3. Konversi satuan waktu dilakukan
dengan cara mengkalikan bulanan
dengan angka 12 bulan/tahun

Sehingga diperoleh:
Standar beban kerja=
Beban kerja jabatan per tahun =
116.760 menit/tahun
(tugas utama/pendukung/insidential)
Rata-rata waktu peraturan (SOP) per
Frek. x Durasi x Jml. SDM x
kegiatan
konversi

Total waktu aktivitas =


Beban kerja jabatan per tahun
Utama + Pendukung + insidential.

Total Waktu Aktivitas


Ka Instalasi Farmasi = 77.040
Apoteker Pendamping = 364.056
Kepala Teknis Kefarmasian =
630.696
7 Menyusun Merupakan jenis kegiatan dan kebutuhan Allowance = Kelonggaran x Jumlah
standar waktu atau dipengaruhi tinggi rendahnya Hari Efektif Setahun x Jam Kerja
kelonggaran / kualitas atau jumlah kegiatan Sehari (Muhardiansyah & Windarto)
Allowance pokok/pelayanan (Depkes, 2004).
Standar kelonggaran = Nilai kelonggaran = 15 %
Rata−rata Waktu per−Faktor KelonggaranJumlah hari efektif Setahun = 278
Waktu Kerja Tersedia
hari/tahun =
Total CAS: 5,2414%
Jam kerja sehari = 7 jam x 60 menit
Total IAS: 1440 menit (24 jam)
= 420 menit
Allowance =
15% x 278 hari/tahun x 420 menit
= 17514
8 Menghitung Kebutuhan SDM = FTE =
kebutuhan Kuantitas Kegiatan Pokok (Total Waktu Aktivitas+ Allowance)
+ Standar Kelonggaran
Standar Beban Kerja Total Waktu Tersedia
tenaga per-
unit kerja
9 Hasil yang Total kebutuhan tenaga = 32,54 orang Ka Instalasi Farmasi = -
diperoleh Total kebutuhan tenaga kerja yang Apoteker pendamping = 2
berdasarkan dibutuhkan Tenaga Teknis Kefarmasian = 10
perhitungan = (A x B) + C Total = 12
= ( 32,54 x 1,0552) + 0,0123
= 34,34 pembulatan menjadi 34 orang Jika dibandingkan dengan jumlah
karyawan awal/aktual (8 orang)
riil maka jabatan yang memerlukan
Rasio =
kebutuhan
tambahan karyawan adalah bagian
8
= =0,23 < 1 tenaga teknis kefarmasian.
34

Beban kerja tenaga kefarmasian pada


IFRS di Rumah Sakit Evasari besar.
Kebutuhan tenaga kefarmasian pada
IFRS Rawat Inap dan Rawat Jalan
menurut perhitungan WISN adalah
sebanyak 34 orang, sedangkan pada
keadaan riil di IFRS tersebut hanya
memiliki 8 orang tenaga kefarmasian.
Sehingga dibutuhkan 26 orang tenaga
kefarmasian tembahan pada IFRS
tersebut.

10. Pembahasan Mengenai Metode Analisa Beban Kerja yang Paling Baik antara
WISN dan FTE
WISN merupakan suatu metode perhitungan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan
pada beban pekerjaan nyata yang dilaksanakan oleh tiap kategori SDM kesehatan pada tiap
unit kerja di fasilitas pelayanan kesehatan. WISN umumnya menggunakan data sekunder
yang mungkin belum dijamin kelengkapannya sehingga dapat menimbulkan kurangnya data
yang dianalisis dan memberikan hasil yang kurang akurat. Perhitungan beban kerja dengan
metode WISN adalah sangat tergantung pada kelengkapan dan keakuratan data. Adanya
uraian tugas ataupun kegiatan riil yang tidak tercatat dan tidak masuk ke perhitungan dapat
memberikan hasil kebutuhan tenaga kerja yang lebih sedikit. Selain itu, penerapan metode
WISN tidak memperhatikan produktivitas kerja dari tenaga yang ada sehingga pekerjaan
yang terhitung belum tentu sampai pada menghasilkan pelayanan yang optimal. Namun,
selama pelaksanaannya kerap terjadi bias dikarenakan penilaian yang bersifat subjektif, yaitu
pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara tidak dilakukan kepada semua tenaga
kerja yang ada di unit tersebut dan juga lama waktu pelaksanaan kegiatan ditetapkan
berdasarkan persepsi karyawan yang bertindak sebagai responden. Berdasarkan metode
WISN dengan jumlah tenaga yang ada di lapangan menuntut adanya perhitungan
menggunakan metode lain sebagai perbandingan. Oleh karena itu, diperlukan adanya
pengukuran yang lebih objektif. Perlu dilakukan perhitungan beban kerja obyektif untuk
melihat kesesuaian beban kerja yang terjadi di lapangan. FTE merupakan metode analisa
beban kerja objektif, yaitu perhitungan beban kerja berdasarkan keadaan nyata yang ada di
lapangan. Pengukuran beban kerja objektif ini berguna mengetahui kebutuhan tenaga yang
sebenarnya. FTE merupakan metode yang umumnya digunakan untuk mengatur efektivitas
dan efisiensi tenaga kerja berdasarkan waktu kerja yang dibutuhkan. FTE dapat diterapkan
untuk menghitung beban kerja karyawan di semua sektor, termasuk sektor kesehatan. FTE
dilakukan dengan menganalisis, mengambil keputusan dan mengimplementasikan proses
yang menentukan jumlah pegawai yang dibutuhkan. Metode FTE telah banyak diaplikasikan
untuk menghitung kebutuhan tenaga medis seperti dokter ataupun tenaga kesehatan lain
seperti perawat, bidan dan juga petugas rekam medis.

DATA TAMBAHAN
A. Pola ketenagaan di instalasi farmasi
Apoteker : 4
Tenaga Teknis Kefarmasian : 12
STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI FARMASI
KOORDINATOR FARMASI RAWAT JALAN

B. Rata-rata waktu pelayanan resep (jadi dan racikan)  jika data tidak ada, silakan
menghitung sendiri.
Umum dan Asuransi
Racika ≤ 30 Obat jadi
Tanggal
n menit ≤ 8 menit
01/11/21 6 4 21 5
02/11/21 2 2 15 13
03/11/21 2 2 31 25
04/11/21 5 3 27 22
05/11/21 3 3 19 19
06/11/21 6 2 40 35
07/11/21 0 0 3 3
08/11/21 1 1 26 22
09/11/21 2 2 17 14
10/11/21 3 3 14 13
11/11/21 3 3 21 18
12/11/21 1 1 6 6
13/11/21 5 2 42 38
14/11/21 0 0 2 2
15/11/21 6 3 33 33
16/11/21 4 4 32 30
17/11/21 1 1 23 22
18/11/21 2 2 22 22
19/11/21 1 1 18 15
20/11/21 7 7 45 40
21/11/21 0 0 8 8
22/11/21 4 2 28 28
23/11/21 4 2 38 37
24/11/21 5 4 24 18
25/11/21 1 1 24 21
26/11/21 2 2 25 20
27/11/21 7 4 54 49
28/11/21 1 1 6 6

C. Kepuasan pelanggan (pasien)


Hasil kuesioner kepuasan pelanggan bulan November 2021 adalah 88,75%
D. Permasalahan yang dihadapi IFRS saat ini (dari wawancara) beserta analisis
alternatif penyelesaiannya?
Permasalahan yang dihadapi adalah peningkatan inventory control karena adanya donasi
pada bulan juni 2021 pada saat COVID-19, kemudian pada akhir tahun terjadi penurunan
inventory control untuk obat-obatan COVID-19, selain obat-obatan COVID penurunan
inventory control tiap bulannya sudah cukup lumayan dari menjadi 800 juta .
Penyelesaiannya Rencana inventory control dilakukan pengurangan bahkan hingga zero
inventory dan menggunakan gudang online (saat obat dibutuhkan, baru akan didatangkan
dari PBF).
E. Peningkatan kualitas SDM
Bekerja sama dengan bagian diklat misalnya ada pelatihan akan koordinasidengan bagian
diklat. Terdapat 2 jenis pelatihan eksternal (PAFI, IAI,PERSI) dan internal.
F. Pemeliharaan tenaga kerja
Peningkatan kerjasama dengan sebelum dan sesudah bekerja melakukan brifing secara
rutin bersamaan dengan menciptakan kondisi yang kondusif secara bersama dan
diberikan suplemen vitamin setiap minggunya.
G. Budaya organisasi di IFRS
Jika terdapat insiden maka segera melaporkan ke penanggung jawab agar dapat
diselesaikan secara bersama-sama sehingga tidak terlalu tinggi kejadian IKP (Insiden
Keselamatan Pasien) yang terjadi.
D. KESIMPULAN
Hasil akhir berupa kebutuhan tenaga kerja dengan menggunakan metode WISN dan FTE
mendapatkan hasil yang berbeda, hasil yang didapatkan pada metode WISN menunjukkan
bahwa jumlah tenaga kurang, beban apoteker dan tenaga teknis kefarmasian di farmasi rawat
jalan bertambah besar dengan tenaga kurang. Hal ini dapat dikarenakan waktu yang
dilakukan dalam setiap pekerjaan kurang dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
telah ditetapkan. Sedangkan FTE merupakan metode menghitung kebutuhan tenaga kerja
berdasarkan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan berbagai pekerjaan dibandingkan
terhadap waktu kerja efektif yang tersedia atau dengan kata lain waktu kerja efektif sesuai
dengan jabatannya sehingga mengakibatkan hasil FTE yang didapat bersifat spesifik yaitu
pekerjaan yang dihitung sesuai jabatan dan jumlah orang yang terlibat pada pekerjaan itu atau
metode ini meghitung pengerjaan tugas-tugasnya sesuai dengan jabatan masing-masing
sehingga didapatkan data yang lebih detail.
Jadi, kelompok kami lebih merekomendasikan metode untuk menghitung kebutuhan
tenaga kerja dengan menggunakan metode FTE (Full Time Equivalent).
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah. 2013. Pengukuran Tenaga Kerja. Jakarta
Dista, Eksa Permatasari dan Widodo Jatim Pudjirahardjo. 2015. Kelemahan Workload
Indicators Of Staffing Need Sebagai Metode Perhitungan Jumlah Tenaga Kesehatan
di Puskesmas. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia. Vol 3

Fitriah N., Zulkarnain M., Thamrin M. 2016. Analisis Kebutuhan Psikiater Beban Kerja
Dengan Menggunakan Metode Workload Indicator Staffing Needs (WISN) di Unit Rawat
Jalan Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan. Vol 3 (1) hal 347-353

Muhardiansyah H., Widharto Y. 2017. Workload Analysis Dengan Metode Full Time
Equivalent (FTE) Untuk Menentukan Kebutuhan Tenaga Kerja Pada Dept. Produksi
Unit Betalactam PT. Phapros, TBK. Jurnal Universitas Diponegoro.

Pambudi YW. (2017). “Analisis Beban kerja Karyawan Dengan Metode Full Time Equivalent
(Stidu Kasus UKM Unlogic Projeck)”. Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri,
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

Rakhmawati, F. and Rustiyanto, E. (2016). Analisis Kebutuhan Petugas Rekam Medis


Berdasarkan Beban Kerja di Instalasi Rekam Medis RS Aisyiah Muntilan’, 1(1), pp.
1–8
Setiawan, V.B. & Wulandari, R.D. 2016. Beban Kerja Subyektif dan Obyektif Tenaga
Farmasi Rawat Jalan di Rumah Sakit. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia, 4(1),
pp. 28–36.
Supriyatna, Y. 2013. Analisis Kesesuaian Antara Beban Kerja terhadap Jumlah SDM
SAPOperasional Divisi Information Technology Shared Services: Studi Kasus
PT XYZ,Operasional Divisi Information Technology Shared Services: Studi
Kasus PT XYZ,Depok: Universitas Indonesia.Depok: Universitas Indonesia

Tridoyo, Sriyanto. 2014. Analisis Beban Kerja Dengan Metode Full TIME Equivalent Untuk
Mengoptimalkan Kinerja Karyawan Pada PT Astra International Tbk-Honda Sales
Operation Region Semarang. Jurnal Universitas Diponegoro.

Trisna, Dwi Wardanis. 2018. Analisis Beban Kerja Tenaga Rekam Medis Rumah Sakit Bedah
Surabaya Menggunakan Metode FTE. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia. Vol
6.

Yulaika, Nurul dan Sylvy Medtasya Dzykryanka. 2018. Perencanaan Teknis Kefarmasian
Berdasarkan Analisis Beban Kerja Menggunakan Metode WISN di RSIA KM. Jurnal
Administrasi Kesehatan Indonesia. Vol 3.

You might also like