Professional Documents
Culture Documents
1 Terbaru Manfar Bu Daniek Word Fix
1 Terbaru Manfar Bu Daniek Word Fix
Disusun Oleh:
Biaska Fatwa Utami 2104026015
Ester Hidayati 2104026033
Fira amalia 2104026038
Novia Eka Fatmawati 2104026071
Nadya Puspa Kusumah 2104026066
Rizka Annisa 2104026094
Rino Andriano Am 2104026091
Ulfah Octavia 2104026114
Salma Tsamrotul Fuadah 2104026098
Vifih Dwi Anggraeni 2104026116
Whisnu Yudha Anggara 2104026119
Yuni salamah 2104026120
Metode ini menghitung beban kerja berdasarkan aktivitas standar tenaga kesehatan
yang diterapkan untuk setiap perincian komponen beban kerja (WHO 2010). Menurut WHO,
WISN dapat membantu dalam meningkatkan keadilan dalam pembagian tugas kepada staf,
memberikan cara terbaik dalam mengalokasikan tugas baru kepada kategori tenaga kesehatan
yang berbeda, mengetahui jumlah staf yang dibutuhkan dalam melakukan suatu pekerjaan, dan
merencanakan kebutuhan staf di masa mendatang (WHO 2010). Berikut ini adalah langkah-
langkah dalam melakukan perhitungan beban kerja menurut WHO (2010):
1. Menentukan Prioritas Jenis Tenaga Kesehatan dan Unit Kerja di Fasilitas Kesehatan
2. Memperkirakan Waktu Kerja yang Tersedia/Available Working Time (AWT)
3. Mendefinisikan Komponen Beban Kerja
4. Menentukan Standar Aktivitas
5. Menghitung Beban Kerja Standar/ Standard Workload
6. Menghitung Faktor Kelonggaran/ Allowance Factor
7. Menentukan Jumlah Tenaga Kerja yang Dibutuhkan Berdasarkan WISN
8. Menganalisis dan Menginterpretasi Hasil dari Perhitungan WISN
Data Kualitatif
Standar beban kerja/Standard Workload (SW) adalah kuantitas beban kerja selama 1
tahun perkategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun berdasarkan
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya (rata-rata waktu) atau standar waktu yang
diperlukan berdasarkan SPO (standar prosedur operasional) dan waktu yang tersedia pertahun
yang dimiliki oleh masing - masing kategori tenaga. Hasil perhitungan ada pada tabel data
(Standar Beban Kerja).
Standar waktu
yang
Standar
diperlukan
Area Pekerjaan Deskripsi Beban
(menurut
Kerja
SOP/aturan
RS) (menit)
Verifikasi Resep 2 58.380
Konfirmasi resep ke
2 58.380
dokter/asuransi
Input harga resep 2 58.380
D. Standar Kelonggaran
Faktor kelonggaran merupakan kegiatan yang tidak terkait langsung dengan pelayanan
namun dapat mempengaruhi kualitas pelayanan, penyusunan faktor kelonggaran dapat dilaksanakan
melalui pengamatan dan wawancara kepada tiap kategori SDM.
Total 7560
0.064
Standar Kelonggaran
Rapat 1 Orang
Briefieng 6 Orang
Diskusi 4 Orang
Merekap laporan bulanan 1 Orang
IAF = IAS/AWT
IAF = IAS/AWT IAF = IAS/AWT
IAF = IAS/AWT IAF = 24 jam / 1946 jam
IAF = 1440 menit / 116760 menit IAF = 0,0123
IAF = 0,0123
Waktu yang diperlukan dalam setahun dibagi standar beban kerja, didapatkan jumlah tenaga yang
dibutuhkan. Kemudian dijumlahkan semua kebutuhan dari setiap kegiatan.
Total kebutuhan tenaga = 34,34 orang (nilai A)
b. Kegiatan Penunjang
CAF = 1,0552 (nilai B)
c. Kegiatan Tambahan
IAF = 0,0123 (nilai C)
Total Kebutuhan Tenaga Kerja
(Total Kebutuhan Tenaga Rawat Jalan x CAF) + IAF
F. Rasio dan Menginterpretasi Hasil dari Perhitungan WISN (Rasio Kebutuhan Tenaga Farmasi)
Menunjukkan bahwa jumlah tenaga dan beban apoteker dan tenaga teknis kefarmasian di
instalasi farmasi cukup berdasarkan kebutuhan.
Jika <1,beban kerja besar dan tenaga kerja kurang
Jika >1, beban kerja kcil dan tenaga kerja berlebih
Tenaga Riil pada IFRS Tenaga Yang dibutuhkan menurut perhitungan WISN
8 orang 34 orang
= 8 orang/ 34 orang
Rasio
= 0,23 < 1
Menurut data dan perhitungan yang telah dilakukan terkait beban kerja tenaga kefarmasian
pada IFRS Rumah Sakit Evasari, dapat dilihat bahwa tenaga kefarmasian yang ada saat ini lebih
sedikit jika dibandingkan dengan beban kerja yang ada. Beban kerja yang besar dengan jumlah
tenaga yang kurang dapat mempengaruhi performa pelayanan IFRS tersebut pada pasien. Resiko
yang mungkin terjadi jika beban kerja lebih besar dibandingkan dengan tenaga yang ada adalah
sebagai berikut:
a. Resiko terjadinya medication error lebih tinggi (Panca et al. 2018).
1) Kemungkinan kesalahan membaca dan menginterpretasikan resep,
2) kesalahan dalam menyiapkan dan meracik obat,
3) kesalahan dalam penyerahan obat kepada pasien,
b. Penurunan kinerja pelayanan IFRS terhadap pasien dan tenaga kesehatan lain:
1) Perbandingan antara peningkatan jumlah resep masuk dan tenaga yang sedikit dapat menyebabkan
waktu tunggu pelayanan resep pasien menjadi lebih panjang.
2) Akibat dari waktu tunggu pelayanan dapat menyebabkan penurunan kepuasan pelanggan/pasien
terhadap kinerja pelayanan IFRS.
3) Keluhan tidak hanya datang dari pasien saja, petugas tenaga kefarmasian juga mengalami tekanan
terhadap tumpukan resep yang menyebabkan bertambahnya jam kerja atau lembur.
Menurut Verawati dkk. (2017), terdapat beberapa rekomendasi yang bisa digunakan untuk
mengatasi kasus tersebut, yaitu:
1) Intervensi jangka pendek yaitu pengaturan jadwal dinas (waste waiting) dan perubahan alur
pelayanan resep (waste motion). Pengaturan jadwal dinas misalnya saat belum ada resep masuk,
waktu tersebut ini dapat digunakan untuk melakukan aktivitas produktif lain seperti membuat
laporan harian atau aktivitas lainnya yang tersedia. Sedangkan perubahan alur pelayanan resep dapat
dilakukan dengan berupa perubahan sistem atau modifikasi alur kerja. Penggunaan e-prescribing
dapat mengurangi aktivitas dan berpengaruh pada keselamatan pasien, selain itu dengan sistem e-
prescribing petugas tidak perlu lagi menulis etiket dan membuat salinan resep secara
manual.Penggunaan e-prescribing mengurangi kegiatan konfirmasi resep karena tulisan dokter yang
kurang jelas. Penggunaan e-prescribing dapat meningkatkan kualitas dan efektivitas pelayanan,
proses bekerja secara otomatis yang sangat meningkatkan efisiensi dari pemberi resep dan apoteker.
2) Intervensi jangka menengah dapat dilakukan dengan menambah jumlah tenaga sesuai dengan yang
dibutuhkan.
3) Intervensi jangka panjang yaitu memaksimalkan teknologi dan meningkatkan peran apoteker (waste
not using the creativity employee) dan melakukan pendidikan dan pelatihan secara berkala.
H. Kesimpulan
Beban kerja tenaga kefarmasian pada IFRS di Rumah Sakit Evasari besar. Kebutuhan tenaga
kefarmasian pada IFRS Rawat Jalan menurut perhitungan WISN adalah sebanyak 34 orang,
sedangkan pada keadaan riil di IFRS tersebut hanya memiliki 8 orang tenaga kefarmasian. Sehingga
dibutuhkan 26 orang tenaga kefarmasian tambahan pada IFRS tersebut.
Full Time Equivalent (FTE) merupakan salah satu metode analisis beban kerja yang
berbasiskan waktu dengan cara mengukur lama waktu penyelesaian pekerjaan kemudian waktu
tersebut dikonversikan ke dalam indeks nilai FTE (Dewi dan Satrya, 2012). Metode perhitungan
beban kerja dengan Full Time Equivalent (FTE) adalah metode dimana waktu yang digunakan untuk
menyelesaikan berbagai pekerjaan dibandingkan terhadap waktu kerja efektif yang tersedia.
Berdasakan pedoman analisa beban kerja yang dikeluarkan oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN)
dalam penelitian Dewi & Strya (2012) terdapat 3 golongan beban kerja, untuk nilai 0-0,99 masuk
dalam kategori underload sedangkan untuk nilai 1-1,28 masuk dalam kategori normal dan untuk
nilai >1,28 masuk dalam kategori overload. FTE bertujuan untuk menyerdahanakan pengukuran
kerja dengan mengubah jam kerja ke jumlah orang yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
tertentu (Adawiyah, 2013).
B. Rumus :
(Total Waktu Aktivitas+ Allowance)
FTE =
Total Waktu Tersedia
C. Dalam melakukan analisis beban kerja dengan metode FTE (full time equivalent) terdapat 5 langkang
yang perlu dilakukan yaitu :
1. Menetapkan unit kerja beserta kategori tenaganya
No. Jabatan Jumlah
Apoteker
1 2
Pendamping
Tenaga Teknis
2 6
Kefarmasian
No
Jabatan Area pekerjaan Deskripsi
.
Menerima barang farmasi dari
Gudang Farmasi
Permintaan barang ke Gudang Menyimpan barang farmasi
Farmasi dan Penyimpanan
Merapikan lemari dan ruangan
farmasi
Menghitung jumlah obat
1 Apoteker Pendamping Cek stok sistem
Stock Opname Bulanan
Cek waktu kadaluarsa
Input jumlah fisik ke sistem
Penyerahan obat ke pasien
Pelayanan Resep Rawat Jalan
Periksa obat-resep-nota
Verifikasi Resep
Konfirmasi resep ke
dokter/asuransi
Pelayanan Resep Rawat Jalan
Input harga resep
Menyiapkan obat dan etiket
Tenaga Teknis Serah terima obat dengan perawat
2
Kefarmasian Penyiapan obat racikan
Faktor
No %
Kelonggaran
Allowance = 15% x jumlah kerja efektif dalam setahun x jam kerja sehari
= 15% x 278 x 420
= 17514
4. Menetapkan Standar Beban Kerja
Frekuen Durasi Jumlah
Kaitan dengan Konver Beban Kerja (Orang-
si (Menit SDM
tugas si menit)
(Bulan) ) (Orang)
No Area Period
Pendukung
Pendukung
Jabatan Deskripsi
Insidential
Insidential
. Pekerjaan e
Utama
Utama
Menerima
barang
farmasi dari 24
Permintaan Gudang
barang ke Farmasi Harian 1 5 2 12 2880
Gudang Menyimpan
Farmasi dan barang 24
Penyimpana farmasi Harian 1 10 2 12 5760
n Merapikan
lemari dan
24
ruangan
Apoteker farmasi Harian 1 10 2 12 5760
2 Pendampin Menghitung
g 1600
jumlah obat Bulan 1 2 2 12 76800
Cek stok
Stock 1600
sistem Bulan 1 1 1 12 19200
Opname
Cek waktu
Bulanan 1600
kadaluarsa Bulan 1 1 2 12 38400
Input jumlah
1600
fisik ke sistem Bulan 1 1 2 12 38400
Penyerahan Harian
Pelayanan obat ke pasien 2126
1 2 1 12 51024
Resep
Harian
Rawat Jalan Periksa obat- 2126
resep-nota 1 1 1 12 25512
Beban kerja jabatan 1152
per tahun 252216 0
Verifikasi Harian
2126
Resep 1 2 1 12 51024
Konfirmasi Harian
resep ke
1100
dokter/asuran
si 1 5 1 12 66000
Input harga Harian
Pelayanan 2126
resep 1 2 1 12 51024
Resep
Menyiapkan Harian
Rawat Jalan
obat dan 2126
Tenaga etiket 2 3 2 12 153072
Teknis Serah terima Harian
3
Kefarmasia obat dengan 2299
n perawat 1 2 1 12 55176
Penyiapan Harian
1320
obat racikan 1 10 1 12 158400
Menghitung Harian
1600
jumlah obat 6 2 6 12 230400
Cek stok Harian
Stock 1600
sistem 6 1 6 12 115200
Opname
Cek waktu Harian
Bulanan 1600
kadaluarsa 6 1 6 12 115200
Input jumlah Harian
1600
fisik ke sistem 6 1 6 12 115200
Beban kerja jabatan 111069
per tahun 6
5. Menghitung kebutuhan tenaga per unit kerja
RUMUS:
(Total Waktu Aktivitas+ Allowance)
FTE (Jumlah Karyawan yang dibutuhkan) =
Total Waktu Tersedia
Total waktu aktivitas : adalah waktu penjumlahan antara waktu utama, pendukung dan insidential
Total waktu tersedia: adalah total waktu yang tersedia dalam satu tahun
WISN KUALITATIF
Hasil Wawancara dengan Ka.Instalasi Farmasi/Apoteker penanggung jawab
Permasalahan yang dihadapi IFRS saat ini (dari wawancara) beserta analisis alternatif
penyelesaiannya Rencana inventory control dilakukan pengurangan bahkan hingga zero
inventory dan menggunakan gudang online (saat obat dibutuhkan, baru akan didatangkan dari
PBF).
4 Menetapkan Waktu Kerja Tersedia (selama satu tahun) Waktu Kerja Tersedia (selama satu
waktu kerja (Depkes, 2004) = tahun) (Depkes, 2004) =
tersedia /
Total Waktu {A-(B+C+D+E)} x F {A-(B+C+D+E)} x F
tersedia Keterangan:
A = Hari Kerja, sesuai dengan peraturan
atau ketentuan yang berlaku di Data yang dibutuhkan untuk
rumah sakit menetapkan waktu kerja dalam
B = Cuti tahunan setahun adalah:
C = Pendidikan dan Pelatihan, sesuai A = Hari kerja
ketentuan yang berlaku di rumah B = Cuti tahunan
sakit C = Pendidikan dan pelatihan
D = Hari libur nasional D = Hari libur nasional
E = Ketidakhadiran kerja E = Ketidakhadiran kerja
F = Waktu kerja, sesuai dengan F = Waktu kerja
peraturan yang berlaku di rumah
sakit
5 Menetapkan Data dan informasi yang dibutuhkan Data dan informasi yang dibutuhkan
unit kerja dan untuk penetapan unit kerja dan kategori untuk penetapan unit kerja dan
kategori SDM didapatkan dari (Depkes, 2004): kategori SDM didapatkan dari
SDM a. Data pegawai berdasarkan pendidikan (Depkes, 2004):
yang berkerja pada tiap unit kerja di a. Data pegawai berdasarkan
rumah sakit pendidikan yang berkerja pada
b. Peraturan perundang-undangan tiap unit kerja di rumah sakit
berkaitan dengan jabatan fungsional b. Peraturan perundang-undangan
SDM Kesehatan berkaitan dengan jabatan
c. Standar Profesi, Standar pelayanan dan fungsional SDM Kesehatan
standar operasional prosedur (SOP) pada c. Standar Profesi, Standar
tiap unit kerja rumah sakit. pelayanan dan standar
operasional prosedur (SOP) pada
tiap unit kerja rumah sakit
Sehingga diperoleh:
Standar beban kerja=
Beban kerja jabatan per tahun =
116.760 menit/tahun
(tugas utama/pendukung/insidential)
Rata-rata waktu peraturan (SOP) per
Frek. x Durasi x Jml. SDM x
kegiatan
konversi
10. Pembahasan Mengenai Metode Analisa Beban Kerja yang Paling Baik antara
WISN dan FTE
WISN merupakan suatu metode perhitungan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan
pada beban pekerjaan nyata yang dilaksanakan oleh tiap kategori SDM kesehatan pada tiap
unit kerja di fasilitas pelayanan kesehatan. WISN umumnya menggunakan data sekunder
yang mungkin belum dijamin kelengkapannya sehingga dapat menimbulkan kurangnya data
yang dianalisis dan memberikan hasil yang kurang akurat. Perhitungan beban kerja dengan
metode WISN adalah sangat tergantung pada kelengkapan dan keakuratan data. Adanya
uraian tugas ataupun kegiatan riil yang tidak tercatat dan tidak masuk ke perhitungan dapat
memberikan hasil kebutuhan tenaga kerja yang lebih sedikit. Selain itu, penerapan metode
WISN tidak memperhatikan produktivitas kerja dari tenaga yang ada sehingga pekerjaan
yang terhitung belum tentu sampai pada menghasilkan pelayanan yang optimal. Namun,
selama pelaksanaannya kerap terjadi bias dikarenakan penilaian yang bersifat subjektif, yaitu
pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara tidak dilakukan kepada semua tenaga
kerja yang ada di unit tersebut dan juga lama waktu pelaksanaan kegiatan ditetapkan
berdasarkan persepsi karyawan yang bertindak sebagai responden. Berdasarkan metode
WISN dengan jumlah tenaga yang ada di lapangan menuntut adanya perhitungan
menggunakan metode lain sebagai perbandingan. Oleh karena itu, diperlukan adanya
pengukuran yang lebih objektif. Perlu dilakukan perhitungan beban kerja obyektif untuk
melihat kesesuaian beban kerja yang terjadi di lapangan. FTE merupakan metode analisa
beban kerja objektif, yaitu perhitungan beban kerja berdasarkan keadaan nyata yang ada di
lapangan. Pengukuran beban kerja objektif ini berguna mengetahui kebutuhan tenaga yang
sebenarnya. FTE merupakan metode yang umumnya digunakan untuk mengatur efektivitas
dan efisiensi tenaga kerja berdasarkan waktu kerja yang dibutuhkan. FTE dapat diterapkan
untuk menghitung beban kerja karyawan di semua sektor, termasuk sektor kesehatan. FTE
dilakukan dengan menganalisis, mengambil keputusan dan mengimplementasikan proses
yang menentukan jumlah pegawai yang dibutuhkan. Metode FTE telah banyak diaplikasikan
untuk menghitung kebutuhan tenaga medis seperti dokter ataupun tenaga kesehatan lain
seperti perawat, bidan dan juga petugas rekam medis.
DATA TAMBAHAN
A. Pola ketenagaan di instalasi farmasi
Apoteker : 4
Tenaga Teknis Kefarmasian : 12
STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI FARMASI
KOORDINATOR FARMASI RAWAT JALAN
B. Rata-rata waktu pelayanan resep (jadi dan racikan) jika data tidak ada, silakan
menghitung sendiri.
Umum dan Asuransi
Racika ≤ 30 Obat jadi
Tanggal
n menit ≤ 8 menit
01/11/21 6 4 21 5
02/11/21 2 2 15 13
03/11/21 2 2 31 25
04/11/21 5 3 27 22
05/11/21 3 3 19 19
06/11/21 6 2 40 35
07/11/21 0 0 3 3
08/11/21 1 1 26 22
09/11/21 2 2 17 14
10/11/21 3 3 14 13
11/11/21 3 3 21 18
12/11/21 1 1 6 6
13/11/21 5 2 42 38
14/11/21 0 0 2 2
15/11/21 6 3 33 33
16/11/21 4 4 32 30
17/11/21 1 1 23 22
18/11/21 2 2 22 22
19/11/21 1 1 18 15
20/11/21 7 7 45 40
21/11/21 0 0 8 8
22/11/21 4 2 28 28
23/11/21 4 2 38 37
24/11/21 5 4 24 18
25/11/21 1 1 24 21
26/11/21 2 2 25 20
27/11/21 7 4 54 49
28/11/21 1 1 6 6
Fitriah N., Zulkarnain M., Thamrin M. 2016. Analisis Kebutuhan Psikiater Beban Kerja
Dengan Menggunakan Metode Workload Indicator Staffing Needs (WISN) di Unit Rawat
Jalan Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan. Vol 3 (1) hal 347-353
Muhardiansyah H., Widharto Y. 2017. Workload Analysis Dengan Metode Full Time
Equivalent (FTE) Untuk Menentukan Kebutuhan Tenaga Kerja Pada Dept. Produksi
Unit Betalactam PT. Phapros, TBK. Jurnal Universitas Diponegoro.
Pambudi YW. (2017). “Analisis Beban kerja Karyawan Dengan Metode Full Time Equivalent
(Stidu Kasus UKM Unlogic Projeck)”. Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri,
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Tridoyo, Sriyanto. 2014. Analisis Beban Kerja Dengan Metode Full TIME Equivalent Untuk
Mengoptimalkan Kinerja Karyawan Pada PT Astra International Tbk-Honda Sales
Operation Region Semarang. Jurnal Universitas Diponegoro.
Trisna, Dwi Wardanis. 2018. Analisis Beban Kerja Tenaga Rekam Medis Rumah Sakit Bedah
Surabaya Menggunakan Metode FTE. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia. Vol
6.
Yulaika, Nurul dan Sylvy Medtasya Dzykryanka. 2018. Perencanaan Teknis Kefarmasian
Berdasarkan Analisis Beban Kerja Menggunakan Metode WISN di RSIA KM. Jurnal
Administrasi Kesehatan Indonesia. Vol 3.