Professional Documents
Culture Documents
Pengaruh Stunting Dan Cara Pencegahannya
Pengaruh Stunting Dan Cara Pencegahannya
I. PENDAHULUAN ..........................................................................4
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan
karunia-Nya, Tim KUKERTA Balik Kampung Universitas Riau Desa Tuah Karya telah
berhasil menyelesaikan buku “Pengaruh Stunting, Risiko, dan Pencegahannya”.
Terima kasih kami ucapkan kepada Kepala Desa dan Perangkat Desa Tuah
Karya, Kecamatan Tuah Madani Kota Pekanbaru yang telah menerima dan membantu
tim dalam pelaksanaan KUKERTA. Disusunnya buku ini dimaksudkan untuk
membantu masyarakat agar dapat menyadari akan bahaya dari stunting dan bagaimana
cara pencegahannya.
Penulis
I. PENDAHULUAN
Tujuan
1. Untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terutama pada ibu dan
calon ibu mengenai stunting
2. Untuk memberikan informasi tentang cara pencegahan stunting
3. Untuk memberikan informasi tentang khasiat kacang hijau sebagai salah
satu makanan yang dapat membantu mencegah stunting pada anak
4. Untuk memberikan informasi tentang bahan pembuatan bubur kacang
hijau dan cara pengolahan bubur kacang hijau
Manfaat
Diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi masyarakat, terutama
untuk calon ibu agar lebih paham tentang apa yang dimaksud dengan
stunting, karakteristik stunting, penyebab stunting, dan cara pencegahan
stunting.
II. STUNTING PADA ANAK
Dikutip dari klikdokter.com, anak yang terkena stunting memiliki ciri ciri
sebagai berikut:
1. Bertubuh Pendek
Anak stunting sudah pasti akan memiliki perawakan pendek. Hal
ini dapat dengan mudah dilihat dan dibandingkan dengan teman-teman
sebayanya. Namun perlu dipahami bahwa tidak semua anak dengan tubuh
pendek pasti mengalami stunting.
Menurut Kemenkes RI, balita diketahui mengalami stunting bila
sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan
standar, dan hasil pengukuran ini berada pada kisaran dibawah normal.
Seorang anak mengalami stunting atau tidaknya tergantung dari
hasil pengukuran tersebut, tidak bisa hanya dengan mengira-ngira atau
langsung mendiaknosis tanpa adanya pengukuran.
Jika merasa sudah memberikan asupan terbaik pada anak namun ia
tetap bertubuh pendek, bisa jadi kondisi tersebut dipengaruhi oleh hal lain
yang bukan stunting.
2. Rentan terhadap penyakit
Anak yang mengalami stunting biasanya ditunjukkan dengan
sistem kekebalan tubuh yang lemah sehingga lebih mudah sakit akibat
kurangnya nutrisi dalam waktu berkepanjangan terutama akibat penyakit
infeksi. Contohnya, demam, muntah, diare, dan penyakit lainnya.
Selain itu, anak yang terkena stunting beresiko tinggi mendapatkan
penyakit kardiovaskular (penyakit jantung) saat dewasa seperti hal nya
penyakit jantunug coroner dan stroke.
Berbagai risiko kesehatan lainnya yang juga bisa terjadi pada pengidap
stunting antara lain diabetes mellitus, hipertensi, dan anemia. Oleh karena
itu, orangtua perlu menerapkan pentingnya keseimbangan gizi saat sedang
hamil dan memantau tumbuh kembang anak setelah lahir.
3. Menurunnya Kemampuan Kognitif
Stunting dapat menyebabkan kemampuan kognitif anak menurun,
ditandai dengan IQ rendah bahkan hingga dikategorikan retardasi mental.
Memiliki ukuran tubuh yang lebih kerdil dari anak seusianya
merupakan akibat dari kurangnya gizi pada masa balita, hal ini akan
mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel saraf pusat otak
pada masa balita akan terhambat dan tidak berkembang secara optimal
sehingga kecerdasan intelektual anak menjadi lebih rendah dibandingkan
anak seusianya.
Tingkat kecerdasan intelektual sangat dipengaruhi oleh perkembangan
otak anak terutama saat balita, perkembangan otak ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti faktor genetika, faktor lingkunga, dan faktor gizi.
Faktor genetic hanya berpengaruh sekitar 30% terhadap kecerdasan
intelektual anak dan selebihnya dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan gizi.
Kemampuan kognitif yang menurun dapat dilihat dari adanya
hambatan dalam perkembangan pada anak. Seperti anak tersebut belum
mampu mengucap kata di usia 2 tahun, atau belum bisa makan sendiri di
usia 1 tahun.
Maka dari itu untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami
masalah gizi yang kronis atau tidak, kita harus mengukur tinggi badannya.
Karena jika berat badan diukur akan mudah diketahui relatif naik atau turun,
misalnya memberi makan banyak selama seminggu, berat badan anak akan
bertambah. Terkena diare sehari, berat badan akan turun. Akan tetapi,
dengan tinggi badan, anak yang pendek tidak bisa langsung jadi tinggi
dengan diberi makanan bergizi dalam seminggu atau sebulan. Perubahan
tinggi badan terjadi dalam waktu lama. Jika anak mengalami masalah gizi
yang lama, tubuhnya menjadi pendek dan mengatasinya perlu waktu lama
(BKKBN, 2021).
4. Dampak Kesuksesan di Kemudian Hari
Tidak sampai disitu, sebuah studi yang menghubungkan antara
anak bertubuh pendek dengan pendapatan yang lebih rendah saat ia dewasa.
Disebutkan bahwa kondisi stunting berisiko menyebabkan sang anak
mengalami kemiskinan di kemudian hari.
Bahkan, ketika sudah dewasa nanti, anak dengan tubuh pendek
akan memiliki tingkat produktivitas yang rendah dan sulit bersaing di dalam
dunia kerja.
Ada banyak ha-hal yang dapat memicu terjadinya stunting. Berikut adalah
penyebab gizi buruk pada Ibu hamil dan bayi yang masih sering ditemui:
1) Pengetahuan Ibu yang Kurang Memadai
Ketika dalam kandungan, bayi sangat membutuhkan nutrisi
yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Untuk itu, Ibu
harus dalam keadaan sehat dan memenuhi syarat-syarat gizi baik.
Setelah lahir pun, 1000 hari pertama kehidupan (0-2 tahun)
adalah waktu yang sangat krusial dalam pertumbuhan bayi. Bayi
membutuhkan ASI ekslusif selama 6 bulan dan tambahan makanan
pendamping ASI (MPASI).
2) Infeksi Berulang atau Kronis
Tubuh mendapatkan energi dari asupan makanan yang
sehat. Penyakit infeksi berulang yang dirasakan sejak bayi menyebabkan
tubuh anak selalu membutuhkan energi lebih untuk melawan penyakit.
Jika kebutuhan ini tidak dipenuhi dengan asupan yang cukup, maka anak
dapat mengalami kekurangan gizi yang akhirnya berujung stunting. Hal
ini terjadi berkaitan dengan kurangnya pengetahuan seorang Ibu dalam
menyiapkan asupan makanan untuk anak dan sanitasi di rumah.
3) Sanitasi yang Buruk
Sulitnya mendapatkan air yang bersih dan sanitasi yang
buruk bisa menyebabkan stunting pada anak. Menggunakan air sumur
yang tidak bersih untuk masak atau minum dan kurangnya kakus
merupakan penyebab terbanyak terjadinya infeksi. Hal ini bisa
melonjakkan risiko anak menderita diare dan infeksi cacing usus
(cacingan).
4) Terbatasnya Layanan Kesehatan
Tentunya masih banyak daerah tertinggal di Indonesia yang kekurangan
layanan kesehatan. Padahal, selain untuk memberikan perawatan pada
anak atau Ibu hamil yang sakit, tenaga kesehatan juga dibutuhkan untuk
memberi pengetahuan mengenai gizi untuk Ibu hamil dan anak di masa
awal lahir.
Seperti yang kita ketahui bersama, tidak ada orang tua terutama
calon-calon ibu yang menginginkan anaknya mengalami Stunting atau bertubuh
pendek. Tak hanya memengaruhi perawakan tubuh anak, dampak Stunting bisa
meluas hingga banyak aspek. Bahkan, kondisi stunting dapat menghambat
kesuksesan anak di kemudian hari.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi
Stunting di Indonesia mencapai 37,2 persen. Artinya, pertumbuhan yang tidak
maksimal dialami oleh 8,9 juta anak. Secara jumlah, 1 dari 3 anak Indonesia
mengalami stunting. Angka yang mengkhawatirkan ini harus segera
ditindaklanjuti demi mencegah dampak stunting terhadap anak-anak di
Indonesia.
Dampak buruk yang ditimbulkan oleh stunting yakni :
a. Dampak jangka pendek Stunting bisa berupa :
- gangguan pertumbuhan tubuh
- gangguan metabolisme
- gangguan perkembangan otak hingga mempengaruhi kecerdasan anak
Lebih lanjut, ketentuan MP-ASI untuk bayi 6-23 bulan, harus memenuhi
Minimum Acceptable Diet (MAD), yaitu gabungan dari pemenuhan MMD dan
MMF. Pada realitanya keadaan ini tidak terpenuhi, pencapaian indikator pola
pemberian makan bayi berdasarkan standar makanan bayi dan anak
(WHO/UNICEF) ternyata masih rendah, hanya 36,6% anak 6-23 bulan yang
asupannya mencapai pola konsumsi yang memenuhi diet yang dapat diterima
(minimal acceptable diet/MAD).
Ada banyak cara untuk mencegah terjadinya stunting, dari sekian banyak cara
yang ada, berikut beberapa cara yang paling efektif dalam pencegahan stunting:
1. Sosialisasi Pencegahan Stunting
Sosialisasi merupakan kegiatan yang mesti dilakukan dalam
tahapan pemberdayaan masyarakat Desa. Dalam hal penyebaran informasi
pencegahan stunting terutama di Desa dapat berfungsi untuk meningkatkan
pemahaman dan kesadaran Kepala Desa, BPD, dan masyarakat Desa.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan
gizi kronis. Beberapa Faktor yang mempengaruhi stunting adalah kurangnya
asupan gizi, riwayat kehamilan, praktek pengasuhan yang kurang baik,
kurang akses ke air bersih & sanitasi dan masih banyak hal yang menjadi
faktor meningkatnya persentasi stunting terutama di masa pandemi dan new
normal ini.
Sosialisasi pencegahan stunting yang semestinya dilakukan dengan
upaya mencukupi kebutuhan gizi sejak anak dalam kandungan hingga usia
dua tahun. Sosialisasi terus dilakukan. Meski demikian, diperlukan juga
kemauan masyarakat untuk dapat menerima hal tersebut, diikuti dengan
kesadaran akan kewajiban menjaga kesehatan.
Saat ini, jumlah anak balita di Indonesia sekitar 22,4 juta. Setiap
tahun, setidaknya ada 5,2 juta perempuan di Indonesia yang hamil. Dari
mereka, rata-rata bayi yang lahir setiap tahun berjumlah 4,9 juta anak. Tiga
dari 10 balita di Indonesia mengalami stunting atau memiliki tinggi badan
lebih rendah dari standar usianya. Tak hanya bertubuh pendek, efek domino
pada balita yang mengalami stunting lebih kompleks.
Selain persoalan fisik dan perkembangan kognitif, balita stunting
juga berpotensi menghadapi persoalan lain di luar itu. Stunting bukan berarti
gizi buruk yang ditandai dengan kondisi tubuh anak yang begitu kurus.
Yang sering kali terjadi, anak yang mengalami terlalu kentara secara fisik.
Anak atau balita stunting umumnya terlihat normal dan sehat. Namun jika
ditelisik lebih jauh ada aspek-aspek lain yang justru jadi persoalan.
Tidak hanya kognitif atau fisik, anak yang mengalami stunting
cenderung memiliki sistem metabolisme tubuh yang tidak optimal. Misalnya
kalau anak lain bisa tumbuh ke atas, dia justru tumbuh ke samping. Ini
kemudian yang berisiko terhadap penyakit tidak menular di Indonesia
seperti diabetes atau obesitas. Tak hanya itu, suatu 18 saat, balita yang
mengalami stunting akan tumbuh menjadi manusia dewasa dan bekerja.
Sayangnya, faktor stunting yang dialami sejak kecil kerap kali menyulitkan
mereka untuk mendapatkan pekerjaan karena keterbatasan kemampuan yang
dimiliki.
2. Mengonsumsi Gizi Seimbang
Stunting diakibatkan oleh rendahnya pengetahuan tentang gizi,
anemia, reinfeksi, sanitasi buruk didalam dan diluar rumah, kurangnya
olahraga, kehamilan yang tidak melakukan pengecekan kepada bidan, dan
sebagainya. Kekurangan gizi tersebut berlangsung lama, sejak masih dalam
kandungan bahkan sejak si ibu masih remaja.
Oleh karena itu, upaya pencegahan harus dilakukan sedini
mungkin. Mencegah stunting berarti memastikan asupan gizi yang baik (gizi
seimbang) sejak masa remaja (putri). Bukan hanya asupan gizi, namun juga
perilaku sehat sudah dipraktikkan sejak remaja untuk mencegah gizi
terbuang percuma atau tidak terserap optimal.
1) Definisi Gizi Seimbang
Pengetahuan gizi seimbang merupakan pengetahuan
tentang makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada
makanan, makanan yang aman dikonsumsi sehingga tidak
menimbulkan penyakit dan cara mengolah makanan yang baik agar
zat gizi dalam makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat
(Notoatmodjo, 2003).
Gizi Seimbang adalah susunan pangan sehari- hari yang
mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman
pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan
berat badan normal untuk mencegah masalah gizi. (Kemenkes RI,
2014).
Belum tentu pola makan yang baik makanannya
mengandung asupan nutrisi yang benar. Banyak balita melakukan
pola makan yang baik tapi tidak sesuai dengan kuantitas dan
komposisinya Zat gizi yang memenuhi syarat gizi seimbang.
Asupan gizi seimbang dari makanan memegang peranan
penting dalam proses pertumbuhan anak (Mentari & Agus, 2018).
Pola makan menjadi bagian terpenting dalam mengatasi masalah
stunting (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Penerapan pola makan dengan gizi seimbang menekankan
pola konsumsi pangan dalam jenis, jumlah dan prinsip
keanekaragaman pangan untuk mencegah masalah gizi. Komponen
yang harus dipenuhi dalam penerapan pola makan gizi seimbang
mencakup cukup secara kuantitas, kualitas, mengandung berbagai
zat gizi (energi, protein, vitamin dan mineral), serta dapat
menyimpan zat gizi untuk mencukupi kebutuhan tubuh (Izwardi,
2016).
Karena proses fisiologis tubuh anak, nutrisi juga berperan
sangat penting dalam membantu aktivitas anak. Proses fisiologis
ini memang membutuhkan nutrisi seperti karbohidrat, protein, dan
lemak untuk menjalankan fungsinya, dan nutrisi ini akan dibentuk
kembali ke dalam tubuh. Anak dengan gizi baik akan memiliki
lebih banyak kesempatan untuk melakukan aktivitas gizi baik
lingkungan
Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang
pada dasarnya merupakan rangkaian upaya untuk
menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan zat gizi yang
masuk dengan memantau berat badan secara teratur. Empat Pilar
tersebut adalah:
I.1) Ragam Makanan
Menurut World Health Organization
(WHO), pola makan sehat diawali dengan
pemberian ASI eksklusif ke bayi yang kemudian
dilengkapi dengan MPASI tanpa gula 20 dan garam
sejak usia si Kecil 6 bulan untuk mencukupi
kebutuhan gizinya. Saat usianya sudah 1 tahun ke
atas, variasikan asupannya hingga. mengandung
nutrisi yang penting untuk pertumbuhan, seperti
protein, karbohidrat, serat, dan lemak.
Ragam makanan seimbang itu artinya kita
harus memakan ragam makanan yang lengkap,
yaitu:
a. Makanan pokok antara lain: beras, kentang,
singkong, ubi jalar, jagung, sagu, talas dan sukun.
b. Lauk pauk sumber protein antara lain: Ikan, telur,
unggas, daging, susu dan kacang-kacangan serta
hasil olahannya (tahu dan tempe).
Kandungan zat gizi satu (1) porsi terdiri dari
satu (1) potong sedang Ikan segar seberat 40 gram
adalah 50 Kalori, 7 gram Protein dan 2 gram lemak.
Menurut kandungan Lemak, Kelompok Lauk Pauk
dibagi menjadi 3 golongan, yaitu Golongan A:
Rendah lemak, Golongan B: Lemak sedang, dan
Golongan C: Tinggi lemak.
Rekomendasi pola makan dalam beberapa
tahun terakhir telah mempertimbangkan proporsi
setiap kelompok makanan berdasarkan kebutuhan
hipotetis. Misalnya, saat ini dianjurkan untuk makan
lebih banyak sayuran dan buahbuahan daripada
rekomendasi sebelumnya. Demikian pula,
dianjurkan untuk mengurangi jumlah makanan yang
mengandung gula, garam dan lemak, yang dapat
meningkatkan risiko beberapa penyakit tidak
menular. Karena pentingnya air dalam proses
metabolisme dan pencegahan dehidrasi, minum air
yang cukup baru-baru ini dimasukkan sebagai
bagian dari komponen gizi seimbang.
d. Imunisasi
Imunisasi wajib merupakan salah satu program pemerintah yang
mengharuskan setiap anak usia di bawah 1 tahun untuk melakukan
vaksinasi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah
menetapkan ada 5 jenis imunisasi yang wajib diberikan, yaitu
imunisasi hepatitis B, polio, BCG, campak, dan DPT-HB-HiB.
Dalam hal ini, posyandu menjadi salah satu pihak yang berhak
menyelenggarakan program imunisasi tersebut. Tidak hanya berlaku
untuk anak, ibu hamil pun juga dapat melakukan vaksinasi di
posyandu, misalnya vaksinasi tetanus, hepatitis, dan pneumokokus.
Penanaman kacang hijau sama halnya dengan kacang kedelai yaitu selalu
bertambah luas dari tahun ke tahun, namun produksinya tidak
meningkat,Kacang hijau memiliki kandungan protein yang cukup tinggi sebesar
22% dan merupakan sumber mineral penting, antara lain kalsium dan fosfor.
Sedangkan kandungan lemaknya merupakan asam lemak tak jenuh. Kandungan
kalsium dan fosfor pada kacang hijau bermanfaat untuk memperkuat tulang.
Kacang hijau juga mengandung rendah lemak yang sangat baik bagi
mereka yang ingin menghindari konsumsi lemak tinggi. Tak hanya itu kadar
lemak yang rendah dalam kacang hijau juga menyebabkan bahan makanan atau
minuman yang terbuat dari kacang hijau tidak mudah berbau.
Selain murah dan mudah dijangkau, kacang hijau juga mengadung banyak
khasiat yang sangat berperan penting dalam pencegahan stunting, Adapun
kacang hijau mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Sumber Mineral
Kacang hijau adalah makanan yang menjadi salah satu sumber
mineral. Beberapa mineral penting yang terkandung di dalamnya adalah
kalium, magnesium, asam folat, seng, besi, dan fosfor. Kalium dan
magnesium penting untuk menjaga kesehatan jantung.
2. Kaya Serat
Kacang hijau juga merupakan sumber makanan yang kaya akan
serat, serat larut dan tidak larut. Serat tidak larut membantu menjaga sistem
pencernaan agar tetap sehat dan mengurangi masalah sembelit. Sedangkan
serat larut membantu menurunkan kolesterol jahat dalam darah dan menjaga
kadar gula darah
3. Kaya Protein
Sebagai nutrisi yang dapat membangun tubuh, kita juga harus
mendapatkan asupan protein yang cukup setiap hari. Berbeda dengan protein
hewani yang seringkali masih mengandung lemak jenuh, kacang hijau
adalah salah satu sumber protein nabati yang baik tanpa kadar lemak jenuh.
4. Baik Untuk Kesehatan Jantung
Manfaat hebat lain dari kacang hijau adalah baik untuk kesehatan
jantung. Mengonsumsi kacang hijau secara teratur membantu menurunkan
kadar kolesterol jahat dan meningkatkan fleksibilitas dari arteri dan vena.
5. Memiliki Efek Detoksifikasi
Kacang hijau memiliki manfaat detoksifikasi tubuh dan
meningkatkan metabolisme. Dalam pengobatan alami di China dan India,
kacang hijau sering dianjurkan untuk detoksifikasi (pengeluaran racun)
dalam tubuh dan menyembuhkan penyakit kronis.
Imani, Nurul. (2020). Stunting pada Anak: Kenali dan Cegah Sejak Dini.
Yogyakarta: Hijaz Pustaka Mandiri. Tersedia dari iPusnas Application.
Sumber internet :
https://www.alodokter.com/cara-mencegah-stunting-pada-anak-sejak-masa-
kehamilan
https://promkes.kemkes.go.id/pentingnya-pemeriksaan-kehamilan-anc-di-
fasilitas-kesehatan
https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3636750/tanda-anak-stunting-
yang-perlu-anda-perhatikan
https://kesehatan.kontan.co.id/news/kenali-inilah-ciri-ciri-anak-stunting-
dan-penyebabnya
https://promkes.kemkes.go.id/pentingnya-pemeriksaan-kehamilan-anc-di-
fasilitas-kesehatan
https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/protein-nabati-dan-protein-hewani-
manakah-yang-lebih-baik/
https://www.alodokter.com/ini-kegiatan-posyandu-dan-manfaatnya-bagi-
ibu-dan-anak