Rana Meishella (52019050056) Tugas Bu Bintari-2-Dikonversi

You might also like

You are on page 1of 15

MAKALAH KOSMETOLOGI & HERBAL ESTETIK

PEMBUATAN BODY LOTION DENGAN


MENGGUNAKAN EKSTRAK DAUN HANDEULEUM
(GRAPTOPHYLLUM PICTUM (LINN) GRIFF)
SEBAGAI EMOLIENT

DISUSUN OLEH :

Nama : RANA MEISHELLA

NIM : 52019050056

Kelas : 3B / S1-FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1-FARMASI

Alamat : Jl. GaneshaPurwosari Kudus 59316, Jawa Tengah, Indonesia

Telp : (0291) 437 218/ 442 993

Tahun 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini di buat untuk
membantu mahasiswa memahami materi Mata Kuliah KOSMETOLOGI &
HERBAL ESTETIK.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat di perlukan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya mohon maaf apabila dalam makalah ini masih banyak
kesalahan.Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi pembaca,
serta menjadi pintu gerbang ilmu pengetahuan khususnya Mata KOSMETOLOGI
& HERBAL ESTETIK.

Kudus, 10 Maret 2022

Rana Meishella

i
DAFTAR ISI

Cover .......................................................................................................... i
Kata Pengantar .......................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ....................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................... 2
C. TUJUAN ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. DEFINISI LOTION ........................................................................... 4
B. FORMULA & FUNGSI SETIAP BAHAN PADA LOTION ........... 5
C. CARA PEMBUATAN LOTION ..................................................... 10
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ............................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti
“berhias”.Bahan yang dipakai dalam usaha mempercantik diri ini, dahulu
diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Sekarang
kosmetika di buat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan
buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan
Sejak semula kosmetika merupakan salah satu segi ilmu pengobatan
atau ilmu kesehatan, sehingga para pakar kosmetika dahulu adalah juga pakar
keseehatan; seperti para tabib, dukun, bahkan penasihat keluarga istana. Oleh
karena itu tidak mengherankan bila antara kosmetika dan obat sejak dahulu
sampai sekarang pun sangat sukar ditarik garis batasnya. Namun untuk
kepentingan peraturan atau undang-undang, diperlukan pemisahan yang dapat
menjadi petunjuk, sebab dalam perkembangannya kemudian, terjadi
pemisahan antara kosmetika dan obat, baik dalam hal macam, jenis, efek,
efek samping, pelaksana dan lainnya. Kosmetika merupakan komoditi yang
mempunyai kesan kurang berbahaya dibanding dengan obat sehingga
pembuatan, pemasaran atau pengawasannya mempunyai tata cara yang lebih
mudah di bandingkan dengan obat
Salah satu tanaman yang ada di Indonesia berkhasiat adalah tanaman
handeuleum (Graptophyllum pictum (L.) Griff)., Daun handeuleum
berkhasiat sebagai peluruh kencing (diuretik), mempercepat pemasakan bisul,
pencahar ringan (laksatif), dan pelembut kulit (emolient) (Dalimartha, 1999).
yang sekarang ini hanya dimanfaatkan sebgai obat wasir, tetapi selain
dimanfatkan sebagai obat wasir ternyata daun handeuleum juga bisa berguna
sebagai emolient. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk penggunaan
daun handeuleum sebagai emolient untuk pembuatan body lotion. Istilah
pelembab dan emolient sering dikacaukan

1
sehingga timbul bermacam definisi. Istilah pelembab menggambarkan
terjadinya penambahan air ke kulit, sehingga menurunkan kekasaran kulit
atau peningkatan kadar air secara aktif ke kulit. Pengertian emolient adalah
bahan oklusif yang membantu hidrasi kulit dengan cara mengoklusi
permukaan kulit dan menahan air di stratum corneum (Purwandhani, 2000).
Emolient berfungsi sebagai oklusif atau membentuk lapisan yang mempunyai
kemampuan untuk mengganti lapisan hidrofilik alamiah sehingga mengurangi
terjadinya kulit kering. Emolient dapat bekerja pada kulit normal maupun
dengan kelainan sehingga dapat digunakan untuk pengobatan kelainan kulit
pada umumnya. Efek emolient adalah melembabkan kulit , anti inflamasi,
antimitotik dan anti pruritus (Purwandhani, 2000). Komponen terpenting pada
emolient adalah lipid.
Lipid bisa berasal dari tumbuhan dan hewan, minyak mineral atau sintetik.
Asam lemak yang digunakan berantai karbon 8-18 dan dapat jenuh maupun
tidak jenuh. Telah banyak metode yang digunakan untuk mengekstrak lipid
dari daun dengan yield yang lebih besar dan dalam waktu yang singkat. Salah
satu upaya untuk mengoptimalkan peningkatan produksi Lipid dari daun
handeuleum adalah penggunaan teknologi yang tepat untuk menghasilkan
produksi yang optimal. Salah satunya adalah penggunaan metode ekstraksi.
Sudah banyak ekstraksi yang dikembangkan untuk mengekstrak daun seperti
ekstraksi menggunakan pelarut (bligh and dryer, 1959) dan pemecahan
dinding sel dengan sonikator (Cynthia, 2011).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana definisi lotion?
2. Bagaimana formulasi & Fungsi dari setiap bahan pada lotion?
3. Bagaimana cara pembuatan lotion?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi lotion
2. Untuk mengetahui formulasi & Fungsi dari setiap bahan pada lotion

2
3. Untuk mengetahui cara pembuatan lotion

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISIS LOTION
Lotion merupakan salah satu bentuk emulsi, didefinisikan sebagai
campuran dari dua cairan yang tidak saling bercampur, yang distabilkan
dengan sistem emulsi dan jika ditempatkan pada suhu ruang, berbentuk cairan
yang dapat dituang (Rieger 1994). Menurut Silva et al. (2006), emulsifikasi
merupakan proses pendispersian suatu larutan ke dalam larutan yang tidak
saling bercampur. Emulsi berbentuk droplet dan ukurannya dipengaruhi oleh
laju pengadukan selama proses emulsifikasi.
Dua cairan yang tidak saling bercampur cenderung membentuk tetesan-
tetesan jika diaduk secara mekanis. Jika pengocokan dihentikan, tetesan akan
bergabung menjadi satu dengan cepat dan kedua cairan tersebut akan
memisah. Lamanya terjadi tetesan tersebut dapat ditingkatkan dengan
menambahkan suatu pengemulsi. Biasanya hanya ada satu fase yang bertahan
dalam bentuk tetesan untuk jangka waktu yang cukup lama. Fase ini disebut
fase dalam (fase terdispersi atau fase diskontinu) dan fase ini dikelilingi fase
luar atau fase kontinu. Ada dua bentuk emulsi dalam bahan dasar kosmetik,
yaitu emulsi yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air, sehingga
disebut emulsi minyak dalam air,biasanya diberi tanda “m/a”. Sebaliknya,
emulsi yang mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak disebut emulsi
air dalam minyak dan dikenal sebagai “a/m”(Rieger 1994).
Pada emulsi kosmetik, dua fase secara terpisah dipanaskan pada suhu yang
sama, kemudian fase yang satu dituangkan ke fase lainnya dan dipanaskan
pada temperatur yang sama dengan pengadukan. Pengadukan terus dilakukan
sampai emulsi dapat didinginkan pada suhu kamar. Fase-fase tersebut
dicampur pada suhu 70-75 °C karena pada temperatur ini, pencampuran fase
cair dapat terjadi dengan baik. Temperatur dapat diturunkan beberapa derajat
jika titik leleh fase lemak cukup rendah (Idson dan Lazarus 1994).

4
Waktu, variasi temperatur, dan proses pencampuran mempunyai pengaruh
yang kompleks pada proses emulsifikasi. Pengocokan dibutuhkan untuk
emulsifikasi sehingga terbentuk tetesan-tetesan. Pada pengocokan
selanjutnya, kemungkinan terjadi koalisi antara tetesan-tetesan menjadi
semakin sering, sehingga dapat terjadi penggabungan. Oleh karena itu,
disarankan untuk menghindari waktu pengocokan yang terlalu lama, pada
waktu dan sesudah pembentukan emulsi. Selama penyimpanan,
ketidakstabilan emulsi dapat dibuktikan oleh pembentukan krim, agregasi
bolak-balik, atau agregasi yang tidak dapat balik (Rieger 1994).
Kestabilan emulsi berhubungan dengan viskositas. Semakin tinggi
viskositas suatu bahan, maka bahan tersebut akan semakin stabil karena
pergerakan partikel cenderung sulit (Schmitt 1996). Pada emulsi m/a, bulatan
gumpalan emulsi menyebabkan peningkatan viskositas secara tiba-
tiba.Viskositas emulsi akan mengalami perubahan untuk beberapa lama (5-15
haripada temperatur kamar). Biasanya penurunan viskositas dengan waktu
mencerminkan peningkatan ukuran partikel karena penggumpalan dan
menunjukkan shelf-life yang buruk (Rieger 1994).
Lotion pelembab berfungsi mempertahankan kelembaban dan daya
tahan air pada lapisan kulit sehingga dapat melembutkan dan menjaga
kehalusan kulit(Mitsui 1997). Fungsi utama body lotion untuk perawatan
kulit adalah sebagai pelembut (Emolient). Hasil akhir yang diperoleh
tergantung dari daya campur bahan baku dengan bahan lainnya untuk
mendapatkan kelembaban, kelembutan, dan perlindungan dari kekeringan
(Schmitt 1996). Syarat mutu pelembab kulit terdapat pada SNI 16-4399-1996.

B. FORMULASI & FUNGSI DARI SETIAP BAHAN PADA LOTION


1. FORMULASI
BAHAN BAKU A B C D E F
Asam stearat 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Sriseril stearat 1 1 1 1 0 0

5
Ekstra daun handeuleum 0 2 3 4 5 6
Petroleum jelly 1 1 1 1 1 0
White oil 2 2 1 0 0 0
Isopropil palmitat 2 0 0 0 0 0
Air 84,5 84,5 84,5 84,5 84,5 84,5
Gliserin 5 5 5 5 5 5
Trietanolamine 1 1 1 1 1 1
Metil paraben 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
Pewangi 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7
2. Fungsi Bahan
a. Asam stearat
Asam stearat (C17H35COOH) merupakan komponen fase lemak yang
berfungsi sebagai emulsifier untuk memperoleh konsistensi suatu
produk. Dengan penambahan asam stearat, produk bersifat lunak dan
menghasilkan kilauan yang khas (Idson dan Lazarus 1994). Asam
stearat diproduksi dengan mengekstraksi cairan asam dari asam lemak
yang berasal dari lemak sapi. Selain itu, proses destilasi asam lemak
yang berasal dari minyak kacang kedelai atau minyak biji kapas juga
dapat dilakukan untuk memproduksi asam stearat (Mitsui 1997).
Asam stearat mudah larut dalam kloroform, eter, etanol, dan tidak
larut dalam air (Departemen Kesehatan 1993).
b. Gliseril stearat
Gliseril stearat (C21H42O4) merupakan komponen fase lemak yang
berfungsi sebagai emolient dan emulsifier (Idson dan Lazarus 1994).
Gliseril stearat merupakan suatu poliol ester yang pada umumnya
bukan merupakan produk alami, namun merupakan suatu campuran
mono dan diester dari asam stearat dan palmitat. Gliseril stearat adalah
suatu zat berbentuk flakes seperti lilin yang larut dalam pelarut
organik dengan titik leleh 56-58 oC. Emulsi yang dihasilkan pada
komponen ini stabil pada pH 7. Konsentrasi yang berlebihan dari
bahan ini harus dihindari karena dapat menghasilkan gel pada body

6
lotion. Lotion yang diformulasikan menggunakan Gliseril stearat
biasanya sangat tebal dan berat (Schmitt 1996).
c. Petroleum Jelly
Petroleum Jelly (C33H70) dapat digunakan dalam pembuatan krim
atau lotion yang berfungsi untuk menghaluskan dan melembutkan
kulit (emolient). Minyak ini merupakan pelembut kulit yang sangat
baik karena bersifat tidak aktif dan tidak menembus kulit. Sunsmart
(1996) menyatakan bahwa Petroleum Jelly sering digunakan dalam
formulasi kosmetika dan efek pemakaiannya dipertimbangkan sebagai
occlusive emolient. Selain itu, bahan ini dapat berfungsi sebagai
antioksidan dan pengemulsi. Petroleum Jelly memiliki warna dari
transparan sampai kekuningan dan merupakan campuran semi solid
hidrokarbon, dapat terbakar, titik leleh berkisar beberapa derajat
dibawah 100 o F (37 oC), serta tidak larut dalam air, larut dalam
kloroform, benzene dan karbon disulfida (Anonima 2007).
d. Minyak mineral
Minyak mineral (CnH2n+2) merupakan cairan yang tidak berwarna,
jernih, dan tidak berbau, serta tidak larut dalam alkohol atau air.
Terdapat dua jenis minyak mineral yang penting, yaitu parafin cair
(viskositas 110-220 mPa.s) dan parafin cair ringan (viskositas 25-80
mPa.s). Minyak-minyak mineral untuk kosmetik merupakan fraksi
bertitik didih tinggi yang diperoleh dari distribusi minyak kasar yang
dimurnikan dan dijernihkan dengan asam sulfat. Minyak ini
merupakan pelembut kulit yang baik karena bersifat tidak aktif dan
tidak menembus kulit. Oleh karena itu, minyak-minyak ini memiliki
kompabilitas yang sangat baik terhadap kulit (Schmitt 1996).
e. Isopropil palmitat
Isopropil palmitat (C19H38O2) adalah ester dari isopropil alkohol dan
asam palmitat, mempunyai nama resmi 1-metil etil heksadekanoat.
Pada suhu ruang, isopropil palmitat merupakan cairan jernih tidak
berwarna sampai berwarna kekuningan, tidak berbau, dan bersifat

7
kental. Viskositas yang terukur adalah antara 5 sampai 10 mPa.s pada
25 °C. Suhu didih dari isopropil palmitat adalah 160 °C pada 266 Pa
(2 mm Hg). Titik beku terukur antara 13-15 °C dan umumnya
memadat pada suhu di bawah 16 °C (Anonimb 2007). Isopropil
palmitat terdiri dari ester yang terbentuk dari isopropil alkohol dan
asam lemak jenuh dengan BM tinggi yakni 298,51. Bahan ini
merupakan cairan tidak berwarna, mudah dituang, berbau lemah, serta
larut dalam aseton, minyak jarak, kloroform, etanol 95% dan parafin
cair. Namun, isopropil palmitat tidak larut dalam air, gliserin, dan
propilen glikol (Departemen Kesehatan 1993). Aplikasi isopropil
palmitat umumnya sebagai emolient dengan karakteristik penyebaran
yang baik. Secara luas produk ini digunakan dalam produk kosmetika,
seperti sabun cair, krim, lotion, produk perawatan wajah, produk
perawatan rambut, deodoran, pewarna bibir, dan bedak (Anonimb
2007).
f. Gliserin
Humektan terpenting dalam pembuatan body lotion adalah gliserin
(C3H5(OH)3) yang diperoleh dari proses saponifikasi trigliserida dan
sorbitol. Sifat melembabkan timbul dari gugus-gugus hidroksil yang
dapat berikatan hydrogen dengan air sehingga mencegah penguapan
air. Komposisi gliserin yang digunakan pada formulasi berkisar antara
3-10% (Mitsui 1997). Penggunaan gliserin berfungsi untuk mencegah
lotion menjadi kering dan mencegah pembentukan kerak selama
pengemasan dalam botol. Selain itu, gliserin juga berfungsi dalam
memperbaiki konsistensi dan mutu lotion, yaitu mencegah
terhapusnya lotion jika digunakan pada kulit sehingga memungkinkan
lotion dapat menyebar tanpa digosok. Penambahan gliserin
menyebabkan sediaan menjadi lebih pekat (Idson dan Lazarus 1994).
g. Trietanolamin
Trietanolamin (CH2OH(CH2)3N) atau TEA merupakan cairan tidak
berwarna atau berwarna kuning pucat, jernih, tidak berbau atau

8
hampir tidak berbau, dan higroskopis. Cairan ini dapat dicampur
dengan air dan etanol (95%) namun sukar larut dalam eter
(Departemen Kesehatan 1993). TEA dapat digunakan sebagai
penyeimbang pH dalam sediaan kosmetika (Anonimc 2008).
h. Air
Air merupakan komponen yang paling besar persentasenya dalam
pembuatan body lotion. Air merupakan bahan pelarut dan bahan baku
yang tidak berbahaya, tetapi air mempunyai sifat korosi. Air
mengandung beberapa bahan pencemar sehingga air yang digunakan
untuk produk kosmetik harus dimurnikan terlebih dahulu (Mitsui
1997). Air murni yaitu air yang diperoleh dengan cara penyulingan,
proses penukaran ion, dan osmosis sehingga tidak lagi mengandung
ion-ion dan mineral-mineral. Air murni hanya mengandung molekul
air saja. Air merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa,
berfungsi sebagai pelarut, dan memiliki pH 5,0-7,0 (Departemen
Kesehatan 1993).
i. Metil paraben
Metil paraben (C8H8O3) merupakan zat berwarna putih atau tidak
berwarna, berbentuk serbuk halus, tidak berbau, dan rasa sedikit
membakar. Zat ini dapat larut dalam etanol 95%, eter, dan air namun
sukar larut dalam benzen dan karbontetraklorida (Departemen
Kesehatan 1993). Metil paraben dapat digunakan dalam sediaan
kosmetika dengan konsentrasi maksimum 1% (Mitsui 1997). Metil
paraben sering digunakan dalam body lotion karena dapat mencegah
pertumbuhan bakteri dan jamur. Kelemahan dari metil paraben yaitu
kurang efektif terhadap bakteri gram negatif dibandingkan terhadap
jamur dan ragi (Idson dan Lazarus 1994). Pengawet ini tidak bersifat
toksik dan tidak menyebabkan iritasi kulit tetapi dapat menyebabkan
alergi untuk kulit sensitive (Anonimd 2008).
j. Pewangi
Pewangi yang biasa digunakan dalam formulasi body lotion adalah

9
minyak esensial (essential oil). Minyak esensial merupakan bahan
yang sensitif terhadap panas, sehingga harus ditambahkan pada
temperatur yang rendah. Minyak ini biasanya digunakan dalam
jumlah yang kecil sehingga tidak menyebabkan iritasi (Rieger 2000).

C. CARA PEMBUATAN LOTION


Prinsip pembuatan body lotion adalah pencampuran beberapa bahan yang
disertai pengadukan dan pemanasan yang sempurna. Bahan dipisahkan
menjadi dua bagian, yaitu bahan yang larut minyak dan bahan yang larut air.
Bahan-bahan yang termasuk fase minyak antara lain asam stearat, gliseril
stearat, petroleum jelly, white oil, dan isopropil palmitat. Bahan-bahan yang
termasuk fase air antara lain gliserin, trietanolamin, dan air. Fase minyak
dicampur sampai homogen disertai pemanasan 70-75OC sehingga terbentuk
sediaan A. Fase air pun dicampur sampai homogen disertai pemanasan 70-75
oC sehingga terbentuk sediaan B. Setelah homogen, kedua sediaan tersebut
dicampur pada suhu 70 °C. Pada suhu 37 °C, metil paraben dimasukkan ke
dalam sediaan C, kemudian pewangi ditambahkan pada suhu 35 °C. Setelah
penambahan pewangi, pengadukan terus dilakukan selama satu menit
sehingga terbentuk body lotion.

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Yield ekstrak daun handeuleum paling tinggi sebesar 12.967% pada
komposisi pelarut 100% etanol dengan waktu ekstraksi 60 menit.
2. Karakteristik ekstrak daun handeuleum yang dihasilkan memiliki nilai
iodine 0.42, Viskositas 25cP, pH 5,99 dan densitas sebesar 0.855 gr/cm3
hal ini sesuai dengan standart Industrial grade. Adapun kandungan kimia
dari daun handeuleum adalah neophytadiene 24.96%, alpha tocopherol
13,73%, squalene 12.26%, gamma tocopherol 11,52%, dodecane 1,7%
dan tetradecane 1,32%.
3. Komposisi ekstrak daun handeuleum dapat digunakan dalam formulasi
body lotion yaitu 4%. Body lotion ini memiliki viskositas 5800 cP; pH
7,87; densitas 0,9936 gr/cm3; dan total mikroba kurang dari 30
koloni/gram sesuai dengan SNI 16-4399-1996.

11
DAFTAR PUSTAKA

Bligh E G & Dyer W J. 1959. “A rapid method of total lipid extraction and
purification. Can. J. Biochem.” Physiol. 37: 911-917, 1959.

Idson B, Lazarus J. 1994. Semipadat. Di dalam: Siti Suyatmi, penerjemah;


Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL, editor. Teori dan Praktek Farmasi
Industri II. Ed ketiga. Jakarta: UI Press.

Mitsui. 1997. New Cosmetic Science. New York: Elsevier.

Rieger MM. 1994. Emulsi. Di dalam: Siti Suyatmi, penerjemah; Lachman L,


Lieberman HA, Kanig JL, editor. Teori dan Praktek Farmasi Industri II.
Ed ketiga. Jakarta: UI Press. Terjemahan dari: The Theory and Practise of
Industrial Pharmacy.

Silva CM, Riberio AJ, Figueiredo M, Ferreira D, Veiga F. 2006.


Microencapsulation of hemoglobin in chitosan-coated alginate
microspheres prepared by emulsification internal gelation. AAPS Journal
7:E903-E912.

Schmitt WH. 1996. Skin Care Products. Di dalam Williams DF and Schmitt WH,
editor. Chemistry and Technology of The Cosmetics and Toiletries
Industry. 2nd Ed. London: Blackie Academe and Profesional.

Purwandhani E, Effendi EHF. Pelembab & emolien untuk kelainan kulit pada
bayi dan anak dalam MDVI vol 27 no4 September 2000 :20s-26s.

12

You might also like